• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul #6 Submodalitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul #6 Submodalitas"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Page | 1

Modul #6

Submodalitas

Darmawan Aji, CHt, CT.NLP, QWP®

Pada saat kita berimajinasi maupun mengingat, kita menggunakan sistem neurologi yang sama. Dalam NLP kita menyebut proses tersebut sebagai re-presentasi (menghadirkan kembali). Dalam bahasa awam kita menyebutnya mengingat, membayangkan, berimajinasi, berkhayal, atau berpikir.

Saat kita melakukan representasi, apa yang muncul dalam pikiran kita? Dalam bentuk apakah pikiran/imajinasi/ingatan kita? Misal, saya menyebutkan kata “kopi” - apa yang muncul dalam pikiran Anda? Apakah bayangan kopi favorit Anda? Atau aroma kopi yang menggoda? Atau suara pelanggan Anda yang berteriak minta dibuatkan kopi? He he... Setiap orang memiliki representasi yang berbeda tentang kopi. Namun, bisa dipastikan representasi yang muncul bisa dalam bentuk gambar (visual), suara (auditori), rasa-kulit (kinestetik), bau (olfactori), atau rasa-lidah (gustatori). Itulah lima macam sistem representasi kita.

Di modul sebelumnya kita telah belajar tentang lima sistem representasi tersebut di atas. Para praktisi NLP biasanya menyingkatnya dengan istilah VAKOG – Visual, Auditory,

Kinesthetic, Olfactory, Gustatory. Namun, ini barulah sebagian dari cerita, masing-masing sistem representasi ini ternyata memiliki rincian yang lebih halus. Kita mengistilahkannya dengan submodalitas.

Misalnya, saat kita membayangkan sesuatu (visual), gambar di dalam benak kita memiliki warna, kontras, ukuran, lokasi yang berbeda-beda. Demikian pula dengan suara (auditory), masing-masing memori suara memiliki volume, nada, kecepatan dan arah yang berbeda-beda. Bagaimana dengan rasa di dalam tubuh (kinesthetic)? Ya, masing-masing memilki tekanan, arah, suhu yang berbeda-beda. Demikian pula dengan representasi internal yang berupa Olfactory dan Gustatory.

Submodalitas adalah cara kita mengkodifikasi pengalaman internal. Tentu saja, submodalitas dari pengalaman kita tidak kita sadari sampai kita secara sadar mulai menyadarinya.

Mari kita ulangi pembahasan kita secara ringkas:

 Kita berkomunikasi ke dalam diri dengan berpikir, mengingat, merasa, maupun berimajinasi.

 Kita menghadirkan kembali (mem-presentasikan ulang; me-re-presentasi-kan) pengalaman kita di dalam benak kita.

 Pengalaman tersebut direpresentasikan dalam bentuk gambar, suara, bau, dan rasa.  Masing-masing representasi disimpan dengan struktur tertentu.

(2)

Page | 2  Struktur dari representasi internal ini diistilahkan dengan submodalitas.

Saya ulangi lagi, Representasi Internal adalah cara kita mempresentasikan ulang (me-re-presentasikan) sebuah pengalaman di dalam benak kita. Dalam bahasa awam, kita menyebut istilah “merepresentasikan” ini dengan istilah berpikir, mengingat, membayangkan, atau berimajinasi. Mari kita mencoba latihan berikut. Pikirkan salah seorang teman baik Anda. Sudah? Bagaimana persisnya Anda memikirkannya? Apakah dengan membayangkan dirinya (visual)? Atau mengingat namanya (Auditori)? Atau mengingat suaranya (Auditori)? Atau kombinasi di antaranya? Cara Anda menghadirkan ingatan tentang teman Anda inilah yang kita istilahkan dengan Representasi Internal.

Dari latihan ringkas barusan, sekarang Anda dapat melihat bahwa sebuah Representasi Internal (RI) disimpan dengan modalitas yang berbeda. Mungkin visual (Anda

membayangkannya), auditory (Anda berkata dalam hati atau mendengar suara tertentu dalam kepala Anda), atau kinesthetic (Muncul sensasi fisik tertentu dalam diri Anda). RI ini bisa merupakan kombinasi ketiganya, atau dua, atau salah satu saja.

Jika kita perhatikan lebih detil, masing-masing modalitas dalam RI Anda terdiri dari unsur-unsur yang lebih detil. Dalam NLP, unsur-unsur-unsur-unsur pembentuk representasi internal Anda disebut submodalitas. Submodalitas ini ibarat bahan-bahan masakan. Untuk mendapatkan pengalaman tertentu, Anda perlu mencampurnya dengan kadar tertentu. Menariknya, nanti Anda akan menemukan bahwa saat Anda mengubah kadarnya, maka “rasa” masakan tersebut akan berubah.

Cara terbaik untuk memahami submodalitas adalah dengan mengalaminya. Maka, berikut ini saya cantumkan berbagai latihan agar Anda memahami nilai dari submodalitas ini.

Contrastive Analysis (Menganalisa Perbedaan)

Saya ingin Anda membandingkan dua macam pengalaman: pengalaman yang menyenangkan dan kurang menyenangkan (atau jika Anda tidak memilikinya, Anda boleh membandingkan buah yang disuka dengan buah yang kurang disuka). Mari kita mulai dari pengalaman yang kurang menyenangkan. Munculkan kembali pengalaman tersebut kemudian isi tabel

(lingkari) berikut ini.

Modalitas Submodalitas Pengalaman A Submodalitas Pengalaman B

Visual Besar - Kecil

Bergerak – Diam Asosiasi – Disosiasi Jauh – Dekat

Terang – Redup

Berwarna – Hitam putih Panorama – Berbingkai Besar - Kecil Bergerak – Diam Asosiasi – Disosiasi Jauh – Dekat Terang – Redup

Berwarna – Hitam putih Panorama – Berbingkai

(3)

Page | 3 Cepat – Lambat

Jauh – Dekat

Lokasi (internal – eksternal, kanan – kiri, depan – belakang)

Cepat – Lambat Jauh – Dekat

Lokasi (internal – eksternal, kanan – kiri, depan – belakang)

Kinestetik Lokasi

Diam – bergerak Tekanan kuat – lemah Nafas berat – ringan Arah

Lokasi

Diam – bergerak Tekanan kuat – lemah Nafas berat – ringan Arah

Anda bisa lihat, pengalaman yang berbeda disimpan dengan struktur yang berbeda.

Lalu, benarkah dengan mengubah struktur sebuah pengalaman akan mengubah pemaknaan kita terhadapa pengalaman tersebut? Kita akan mengeksplorasinya di latihan-latihan berikutnya.

Asosiasi dan Disasosiasi

Anda tahu roller coster? Sekarang, saya ingin Anda membayangkan diri Anda sedang duduk di kursi terdepan dari sebuah roller coster. Sudah? Duduk dengan nyaman, lalu pasang sabuk pengaman Anda. Pastikan sabuk pengaman Anda ini terkunci dengan baik. Sebentar lagi, roller coaster yang Anda naiki akan segera bergerak. Perlahan-lahan roller coaster yang Anda naiki bergerak. Makin lama makin cepat. Dan wuzzz.... semakin cepat! Rasakan

pergerakannya, naiiik...turuuun... dengar teriakan orang-orang di sekitar Anda... bahkan, jika Anda pun ingin berteriak, teriaklah sekencang Anda... dan rasakan sekencang apa degupan jantung Anda saat ini (Hmm, Anda sudah selesai baca kan? Sekarang silahkan pejamkan mata dan bayangkan kejadian tadi).

Ok, saya asumsikan Anda jujur pada diri Anda dan sudah melakukan latihan tadi (He he...). Bagaimana rasanya? Mari, kita bandingkan dengan yang satu ini.

Bayangkan diri Anda sedang duduk di depan sebuah layar (televisi boleh, bioskop boleh, terserah Anda). Di layar tersebut Anda bisa melihat diri Anda sedang duduk di sebuah roller coaster bersama teman-teman Anda. Lalu, roller coaster itu mulai bergerak. Makin lama makin cepat. Naiik turuuun... Anda pun bisa mendengar teriakan Anda dan teman-teman Anda...

Anda tentu merasakan hal yang berbeda kan? Mana pengalaman yang lebih kuat? Mana yang melibatkan emosi lebih kuat? Latihan 1 atau latihan 2?

Biasanya, orang-orang merasakan pengalaman yang lebih kuat di latihan 1.

Di dalam NLP, latihan 1 disebut asosiasi – Anda melihat dan mengalami sebagai orang pertama. Sedangkan latihan 2 disebut disasosiasi – Anda melihat sebagai orang kedua.

(4)

Page | 4 Asosiasi: kita terlibat langsung di dalam apapun yang kita bayangkan. Melihat dari mata

kepala sendiri. Merasakan kembali emosinya.

Disasosiasi: kita melihat diri kita dari sebuah jarak tertentu. Melihat dari mata orang lain. Orang-orang yang mengalami fobia terasosiasi dengan pengalamannya. Maka, kita bisa mengurangi intensitas emosi yang mereka alami dengan membuat pengalamannya

terdisosiasi. Demikian pula sebaliknya, Anda dapat memperkuat ingatan tentang pengalaman positif di masa lalu dengan membuatnya diri Anda terasosiasi.

Asosiasi dan disosiasi adalah dua cara otak Anda mempersepsikan sebuah pengalaman. Saat Anda terasosiasi, Anda masuk ke dalam pengalaman tersebut dan merasakan kembali pengalaman tersebut. Namun, jika Anda terdosiasi, Anda tidak masuk ke dalam pengalaman tersebut, melainkan hanya menjadi pengamat dari pengalaman Anda sendiri.

Terasosiasi artinya Anda terlibat dalam pengalaman tersebut, Anda melihat dengan mata kepala Anda sendiri, mendengar dengan telinga Anda, dan merasakan kembali emosi dari pengalaman ini. Hal ini dapat terjadi ketika Anda mengingat suatu pengalaman ataupun membayangkan sebuah persitiwa di masa depan.

Terdisosiasi artinya Anda melihat sebuah pengalaman dari jarak tertentu. Anda menjadi pengamat yang netral. Anda terlepas dari emosi Anda, sehingga Anda pun lebih objektif dalam menilai pengalaman tersebut.

Latihan Utilisasi Submodalitas

Latihan #1

Apakah Anda memiliki kenalan yang kurang Anda sukai? Mungkin Anda kesal atau marah kalau mengingatnya? Jika Anda ingin menetralisir atau paling tidak mengurangi perasaan Anda kepadanya, Anda boleh melakukan latihan berikut.

Munculkan gambar orang tersebut dalam pikiran Anda. Buat menjadi diam seperti foto. Lalu, beri bingkai yang lucu (misal bingkai bunga-bunga). Bagaimana perasaan Anda sekarang? Jika, Anda masih ingin menguranginya, Anda boleh menambahkan blos-on warna merah di pipinya dan bola bulat merah di hidungnya. Bagaimana perasaan Anda sekarang? Berubah bukan?

Latihan #2

Pilih pengalaman yang kurang menyenangkan. Amati gambar yang muncul di pikiran Anda. Putar musik yang lucu untuk mengiringingya (misal soundtrack Doraemon), bagaimana perasaan Anda?

Latihan #3

Pilih pengalaman yang memunculkan perasaan yang kurang nyaman dalam diri Anda. Amati perasaan tidak nyaman itu. Di bagian tubuh mana lokasinya? Apakah dia diam atau bergerak?

(5)

Page | 5

Latihan #4

Pilih salah satu pengalaman menyenangkan yang pernah Anda alami. Mungkin Anda pernah merasa begitu bahagia, atau Anda pernah merasa percaya diri, apapun pengalaman positif yang pernah Anda alami, saya ingin Anda mengingatnya kembali. Ok, sebelum kita lanjut, silahkan Anda catat:

 Perasaan apa yang muncul/Anda alami? Apakah senang, bahagia, percaya diri atau...?  Berapa skor intensitas pengalaman tersebut? Katakanlah perasaan yang muncul

adalah bahagia, berapa nilainya? 1 untuk tidak terlalu bahagia, 10 untuk sangat bahagia.

Sekarang, mari lanjutkan prosesnya. Fokus ke pengalaman Anda. Apakah ada bayangan yang muncul? Jika ada, buat bayangan yang muncul menjadi semakin besar, semakin jelas,

semakin berwarna, dan semakin dekat. Buat menjadi lebih hidup. Dan rasakan seakan-akan Anda sedang mengalaminya kembali (pastikan posisi Anda melihat dan mengalami dari mata kepala Anda sendiri/asosiasi).

Setelah, melakukan latihan ini, berapa skor intensitas pengalaman Anda? Naik, bukan? Lihat, betapa mudahnya menguatkan sebuah pengalaman!

Latihan #5

Sekarang, mari kita lanjutkan dengan latihan berikutnya. Anda tentu punya pengalaman yang tidak menyenangkan, betul? Silahkan Anda pilih satu. Lalu beri skor, 10 untuk sangat tidak menyenangkan, 1 untuk sebaliknya. Sebagai latihan, pilihlah pengalaman yang ringan (tidak terlalu berat) terlebih dulu. Anda sudah pilh? Catat emosi yang muncul saat mengingatnya dan catat juga skor-nya. Yang akan kita lakukan sebentar lagi adalah menurunkan skor-nya alias melemahkan pengalaman itu.

Silahkan munculkan pengalamannya dalam pikiran Anda. Jika saat ini Anda terasosiasi, bayangkan Anda keluar dari tubuh Anda dan memunculkan pengalaman tersebut di sebuah layar (disosiasi). Sekarang, mari kita edit film di layar tersebut. Pertama, buat film di layar tersebut menjadi hitam putih. Lalu, buat agar lebih buram. Anda juga boleh atur kecepatan film-nya: apakah lebih cepat atau lebih lambat yang membuat Anda lebih neyaman

menontonnya? Atau justru mungkin Anda ingin membuat film-nya berhenti (di-pause)? Silahkan. Sekarang, buat layarnya lebih kecil. Bagaimana perasaan Anda sekarang? Jauh lebih nyaman kan? Saya penasaran, turun di skala berapa perasaan Anda saat ini?

Apa yang telah Anda latih adalah bagaimana mengubah representasi internal Anda. Dan Anda dapat melakukannya pada memori apapun.

(6)

Page | 6

Mengakses Perasaan Bahagia

1. Pikirkan satu pengalaman bahagia.

2. Tutup mata Anda dan imajinasikan secara detil pengalaman tersebut. Lihat, dengar, dan ingat perasaannya dengan jelas.

3. Bayangkan Anda masuk menyatu ke dalam pengalaman ini. Rasakan seakan-akan pengalaman ini begitu nyata, seakan-akan Anda sedang mengalaminya

kembali…sekarang…

4. Lihat apa yang dapat Anda lihat, dengar apa yang dapat Anda dengar, dan rasakan kebahagiaan ini. Buat gambarnya lebih cerah, lebih berwarna. Bernapaslah dengan bahagia.

5. Fokuskan perhatian Anda pada perasaan bahagia di tubuh Anda, rasakan darimana perasaan ini mula-mula muncul… kemana perasaan ini bergerak dan berputar.. 6. Imajinasikan Anda mampu mengendalikan perasaan ini dan gerakkan perasaan ini

lebih cepat, lebih kuat menyebar ke seluruh tubuh Anda! Dan rasakan bagaimana perasaan bahagia ini menguat…

7. Pikirkan satu waktu di masa depan, kapan dan dimana Anda akan memanfaatkan perasaan bahagia ini.

Ringkasan Daftar Submodality

Visual

 Asosiasi (pelaku) atau disosiasi (pengamat)

 Film, slide (gambar bergerak/snapshot) atau foto/gambar diam  Berwarna atau hitam-putih

 Panorama (tanpa bingkai) atau dengan bingkai  Tiga dimensi atau dua dimensi

 Jauh atau dekat

 Ukuran (Besar, kecil, sedang)

 Lokasi (kanan, kiri, tengah, atas, bawah)

Auditori

 Volume

 Nada (tinggi atau rendah)

 Sumber suara (internal atau eksternal; kanan, kiri, depan, belakang, atas, bawah)  Keunikan

 Terus-menerus atau putus-putus

Kinestetik

 Perasaan apa?

 Lokasi (bagian tubuh mana?)  Diam atau bergerak?

(7)

Page | 7

Swish Pattern

Swish Pattern adalah contoh salah satu teknik turunan dari Submodalitas. Teknik ini efektif untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan dan menggantikannya dengan perilaku yang baru. Tujuannya adalah menciptakan momentum menuju keadaan yang diinginkan.

Langkah-langkah:

1. Identifikasi perilaku yang ingin diubah.  “Perilaku apa yang ingin Anda ubah?”

2. Identifikasi gambar mental yang mewakili keadaan internal atau situasi eksternal pemicu perilaku tersebut (selanjutnya kita sebut sebagai gambar lama).

 “Kapan saja perilaku ini muncul?”

 “Apa yang Anda lihat, dengar, atau rasa tepat sebelum perilaku tersebut muncul?”

 “Buat gambaran yang besar dan cerah yang mewakili a

 pa yang Anda lihat tepat sebelum perilaku tersebut muncul” (gerakkan tangan Anda di hadapan klien untuk membantunya membentuk gambaran di dalam benaknya).

 “Sekarang singkirkan gambar tersebut” (gerakkan tangan Anda ke samping sebagai isyarat untuk menyingkirkan gambaran mental tersebut).

3. Buat gambar mental yang mewakili perilaku baru.

 “Idealnya seperti apa perilaku Anda? Perilaku seperti apa yang Anda inginkan untuk menggantikan perilaku di tadi?”

 “Imajinasikan sebuah layar di depan Anda, bayangkan Anda dapat melihat diri Anda di dalam layar sedang melakukan perilaku baru tersebut. Apa yang Anda lihat?”

 Pastikan perilaku baru tersebut memenuhi kriteria WFO.

4. Sisipkan gambar baru di sudut kiri bawah, kecil dan gelap. Secara cepat buat gambar baru ini membesar menutupi gambar lama (Anda boleh juga menambahkan bunyi SWIIISSH, namun itu bukan yang terpenting, yang terpenting adalah perubahan dari gambar lama ke gambar baru).

 “Tutup mata Anda dan dapatkah Anda memunculkan gambar lama Anda di depan Anda? Pastikan besar, cerah, dan seakan-akan Anda sedang

mengalaminya kembali.” Atau “Munculkan gambar besar dan cerah yang mewakili perilaku lama Anda di depan Anda”.

 “Dapatkah Anda menyisipkan gambar baru di sudut kiri bawah Anda, kecil dan gelap?” Atau “Sisipkan gambar kecil dan gelap yang mewakili perilaku baru Anda di sudut kiri bawah gambar lama tersebut”.

 “Bagus, sekarang buat gambar baru itu membesar semakin terang dan berwarna sehingga menutupi gambar lama sementara gambar lama itu mengecil ke arah sudut kiri bawah Anda menjadi semakin kecil dan gelap, lakukan dengan cepat saat saya mengatakan WUZZZ” atau “Sekarang, buat gambar lama mengecil dan meredup menjadi gelap. Pada saat yang sama, buat

(8)

Page | 8 gambar perilaku baru menjadi besar dan cerah. Lakukan dengan sangat cepat

saat saya mengatakan WUZZ. Ingat, otak kita belajar sangat cepat.”  “Wuzzzz...”

 “Bersihkan layar”  Ulangi minimal 5x 5. Future Pacing

 “Pikirkan Anda pada situasi yang memicu peilaku lama, apa yang muncul di dalam benak Anda?”

Kondisi yg diinginkan (disasosiasi) Kondisi yg tidak diinginkan (asosiasi)

Swish

Pattern

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur daya kirim pada ODP (Optical Distribution Point), daya terima pada ONT (Optical Network Termination) yang ada di

Salah satu faktor yang mempengaruhi arus inrush adalah fluks residu ( residual flux ). Dalam pengujian ini dilakukan 3 macam pengujian pada transformator 1 kVA 1 fasa

Pihak Amerika Serikat akan melakukan berbagai cara agar paham komunisme tidak berkembang di Indonesia, termasuk dengan menggulingkan Soekarno merupakan taktik yang akan

Dari sekian banyak produk yang ditawarkan Pegadaian Syariah Cabang Babaan Surabaya, produk yang paling diprioritaskan oleh PERUM Pegadaian Syariah yaitu produk rahn

 Ketidaksempurnaan produksi suara pada pasien dengan laringitis akut dapat diakibatkan oleh penggunaan kekuatan aduksi yang besar atau tekanan untuk

Apabila jumlah Fungsionaris Majelis Jemaat antara 5 orang - 15 orang, maka jumlah Fungsionaris PHMJ adalah 3 (tiga) orang (dalam hal khusus karena wilayahnya membutuhkan lebih

Model numeris yang dikembangkan dengan persamaan momentum tersebut dapat mensimulasikan wave set down pada perairan dalam, wave setup pada perairan dangkal, dispersi dan

Stabilitas kimia sediaan mikrokapsul ketoprofen dilakukan dengan mengukur kadar senyawa aktif yang masih tersisa pada 9 formula secara spektrofotometri. Secara umum