• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. badan-badan yang dibentuk di beberapa negara, serta komite-komite yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. badan-badan yang dibentuk di beberapa negara, serta komite-komite yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Corporate governance merupakan satu konsep baru yang sampai saat ini belum tercapai kesepakatan bersama dalam mengartikannya. Para ahli baik ahli ilmu hukum dan ahli ilmu ekonomi, organisasi internasional maupun badan-badan yang dibentuk di beberapa negara, serta komite-komite yang memfokuskan dalam menelaah corporate governance memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai hakikat corporate governance.1

Kesimpangsiuran mengenai hakikat corporate governance ini akan diuraikan dengan meninjau hakikat dari masing-masing kata yang terdapat dalam frasa corporate governance, yaitu corporate dan governance. Hakikat

corporate atau perusahaan yang menjadi objek dari Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) 2007, yaitu tentang perusahaan sebagai badan hukum dan entitas mandiri yang dilanjutkan dengan memahami hakikat

governance atau pengelolaan. Terdapat dua karakter definisi, yaitu corporate governance sebagai suatu sistem dan corporate governance sebagai model pengelolaan perusahaan.

Meninjau hakikat corporate atau perusahaan akan langsung menuju prinsip utama yang melekat pada perusahaan, yaitu prinsip perusahaan sebagai badan hukum dan prinsip perusahaan sebagai entitas hukum mandiri. Kedua

1

Wahyu Kurniawan, 2012, Corporate Governance Dalam Aspek Hukum Perusahaan, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, hlm. 1.

(2)

prinsip hukum yang melekat pada perusahaan merupakan konsep fundamental dalam hukum perusahaan pada umumnya yang dikenal di hampir seluruh negara termasuk dalam sistem hukum perusahaan Indonesia.

Secara normatif, kedudukan perusahaan sebagai badan hukum dan entitas hukum mandiri telah diatur dalam UUPT 2007. Perusahaan sebagai badan hukum secara tegas diatur pada Pasal 1 angka 1 UUPT 2007 yang menyatakan:

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.” Sedangkan perusahaan sebagai entitas hukum mandiri tidak diatur secara eksplisit dalam UUPT 2007 tetapi dapat ditemukan karakternya pada Pasal 3 ayat (1) UUPT 2007 yang menegaskan bahwa:

“Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki.”

Kedua prinsip hukum tersebut seringkali disamaartikan antara satu dengan lainnya meskipun pada kenyataannya mempunyai ruang lingkup yang berbeda.

Hampir satu abad yang lalu, Arthur W. Marchen Jr. telah menyadari adanya problematika terhadap kesimpangsiuran dari kedua prinsip hukum tersebut.2 Oleh karena itu, Machen Jr. menjelaskan perbedaan antara perusahaan sebagai badan hukum dan sebagai entitas hukum yang mandiri.

2

Machen Jr., Arthur W., Corporate Personality, Harvard Law Review Vol. XXIV No. 4, hlm. 258.

(3)

Perusahaan sebagai badan hukum menitikberatkan pada melekatnya hak-kewajiban-tanggung jawab dalam diri perusahaan serta berkaitan dengan sejarah berdirinya suatu badan hukum yang dilatarbelakangi oleh dua teori besar, yaitu teori fiksi dan teori entitas natural. Hal ini berbeda dengan prinsip perusahaan sebagai entitas hukum mandiri. Prinsip hukum ini lebih mengarah pada pemisahan harta dan tanggung jawab antara perusahaan dengan pendiri atau pemegang saham. Kegunaan prinsip hukum ini adalah menentukan secara tegas bagaimana kedudukan harta kekayaan dan tanggung jawab dari perusahaan kepada pemegang saham.3

Dalam sepuluh tahun terakhir Good Corporate Governance (GCG) menjadi isu penting berbagai kalangan, mulai dari komunitas bisnis, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, termasuk akademisi. Isu-isu terkait corporate governance seperti transparancy, accountability,

responsibility, independency, dan fairness telah menjadi ungkapan-ungkapan yang lazim diperbincangkan dikalangan pelaku bisnis.

Menurut Pasal 2 Keputusan Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara, Nomor: KEP-23/M-PM. PBUMN/2000, tentang Pengembangan Praktek Good Corporate Governance

dalam Perusahaan Perseroan (Persero):

“GCG adalah prinsip korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan”

3

(4)

Sentralisasi isu GCG didasari asumsi bahwa penyimpangan prinsip-prinsip GCG yang terjadi pada perusahaan-perusahaan konglomerasi Indonesia, telah ikut memberikan kontribusi bagi terciptanya krisis ekonomi yang mulai terjadi sekitar tahun 1997.

Asumsi tersebut sesuai dengan kenyataan tidak sedikit perusahaan konglomerasi baik yang bergerak di sektor riil maupun jasa gulung tikar dan harus masuk ke dalam Pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), sebagai akibat praktik-praktik penyimpangan prinsip-prinsip GCG, menyebabkan ribuan orang termasuk para profesional kehilangan pekerjaan, sehingga meningkatkan angka pengangguran.4

Salah satu perangkat yang dibutuhkan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan bisnis untuk bisa meningkatkan daya saingnya adalah Good Corporate Governance. Perusahaan-perusahaan yang menjalankan

Good Corporate Governance secara baik dan berkelanjutan memiliki nilai lebih bila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tidak atau belum menjalankan Good Corporate Governance.5

Buruknya penerapan prinsip-prinsip GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia mengakibatkan rendahnya minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia padahal masuknya modal ke Indonesia melalui investor asing diharapkan menjadi salah satu altenatif untuk recovery

ekonomi Indonesia.

Dengan penerapan prinsip-prinsip GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, diharapkan menjadi salah satu jalan keluar dari krisis yang berkepanjangan. Melalui penerapan prinsip-prinsip GCG diharapkan perusahaan-perusahan konglomerasi yang sedang sakit bisa segera survive.

4

Yusuf Faisal, 2002, Pedoman Praktis Dewan Komisaris, Komite Audit dan Sekretaris Korporat Perusahaan Terbuka (Tbk.) & BUMN Plus Prinsip-Prinsip & Praktek Good Corporate Governance, Institut Komisaris Perseroan Indonesia, Jakarta, hlm. 7

5

I Nyoman Tjager, 2004, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada BUMN, dalam Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep dan Implementasi, diedit oleh Heru Subiyantoro dan Singgih Riphat, Kompas, Jakarta, hlm. 43

(5)

Begitu pula dengan perusahaan-perusahaan yang tidak masuk dalam program pengawasan dan penyehatan agar tetap bisa bertahan dan mempunyai daya saing yang tinggi dalam dunia bisnis baik di kancah pergaulan global maupun domestik. Karena keberadaan perusahaan mempunyai multiplyer effects,

sehingga sangat terkait dan mempengaruhi berbagai sektor khususnya di bidang ekonomi masyarakat dalam lingkup yang luas.

Perhatian yang ditujukan terutama terhadap GCG pada PT Terbuka, didasari pada pandangan bahwa GCG menjadi kebutuhan utama bagi PT Terbuka untuk menjamin dan melindungi investor publik terhadap dana yang dikeluarkannya untuk membeli saham perusahaan dari penyimpangan-penyimpangan oleh pengurus perseroan atau pihak pengendali perusahaaan, adalah asumsi yang dapat diterima, apalagi dilihat dari kepentingan untuk menarik investor, dalam rangka pemulihan krisis.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan kewajiban melaksanakan good corporate governance dalam pengelolaan perseroan terbatas?

(6)

2. Bagaimana tanggung jawab direksi dalam mengimplementasikan kewajiban melaksanakan good corporate governance dalam pengelolaan perseroan terbatas?

3. Bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas kaitannya dengan penerapan good corporate governance dalam pengelolaan perseroan terbatas?

C. Keaslian Penelitian

Setelah diadakan penelusuran di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, sejauh ini penelitian tentang analisis yuridis terhadap prinsip good corporate governance dalam pengelolaan perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 sepanjang pengetahuan penulis belum pernah diteliti, akan tetapi pernah ada penelitian yang serupa, yaitu:

1. Tesis yang ditulis oleh Ahmad Yulius Eka Putra6 pada tahun 2009 yang berjudul PERAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEKTOR PERBANKAN DALAM MENDUKUNG MANAJEMEN RISIKO SEBAGAI IMPLEMENTASI PRINSIP KEHATI-HATIAN, yang merupakan penelitian Tesis S-2 Magister Hukum Bisnis Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dimana yang menjadi perumusan masalahnya adalah peran good corporate governance sektor perbankan

6

Ahmad Yulius Eka Putra, 2009, “Peran Good Corporate Governance Sektor Perbankan Dalam Mendukung Manajemen Risiko Sebagai Implementasi Prinsip Kehati-Hatian”, Tesis, Magister Hukum Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

(7)

dalam mendukung manajemen risiko sebagai implementasi prinsip kehati-hatian, kendala-kendala yang dihadapi oleh bank dalam melaksanakan

good corporate governance sebagai upaya untuk mendukung manajemen risiko dalam implementasi prinsip kehati-hatian, serta upaya-upaya hukum yang harus ditempuh oleh pihak bank dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan good corporate governance sebagai upaya untuk mendukung manajemen risiko dalam implementasi prinsip kehati-hatian.

2. Tesis yang ditulis oleh Denri Kasworo7 pada tahun 2009 yang berjudul PENERAPAN ASAS TRANSPARANSI PELAYANAN PERIZINAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE, yang merupakan penelitian Tesis S-2 Magister Hukum Konsentrasi Hukum Kenegaraan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dimana yang menjadi perumusan masalahnya adalah penerapan asas transparansi dalam pelaksanaan pelayanan perizinan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, serta Apakah penerapan asas transparansi dalam pelaksanaan pelayanan perizinan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul telah sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

Berbeda dengan kedua hasil penelitian tersebut di atas, yaitu penelitian pertama lebih memfokuskan pada good corporate governance pada sektor perbankan. Penelitian kedua lebih memfokuskan pada penerapan asas transparansi dalam pelaksanaan pelayanan perizinan kaitannya dengan

7

Denri Kasworo, 2009, “Penerapan Asas Transparansi Pelayanan Perizinan Dalam Rangka Mewujudkan Good Governance”, Tesis, Magister Hukum Konsentrasi Hukum Kenegaraan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

(8)

prinsip good governance. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih memfokuskan pada analisis yuridis terhadap prinsip good corporate governance dalam pengelolaan perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penelitian ini asli karena belum pernah dilakukan penelitian terhadap permasalahan tersebut.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum kenotariatan pada umumnya dan khususnya tentang analisis yuridis terhadap prinsip

good corporate governance dalam pengelolaan perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dan menjadi tambahan pustaka bagi siapa saja yang ingin meneliti lebih dalam mengenai permasalahan ini.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi berbagai pihak yang terkait khususnya tentang analisis yuridis terhadap prinsip good corporate governance dalam pengelolaan perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.

(9)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mengkaji penerapan kewajiban melaksanakan good corporate governance dalam pengelolaan perseroan terbatas

2. Untuk mengetahui dan mengkaji tanggung jawab direksi dalam mengimplementasikan kewajiban melaksanakan good corporate governance dalam pengelolaan perseroan terbatas

3. Untuk mengetahui dan mengkaji bentuk perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas kaitannya dengan penerapan good corporate governance dalam pengelolaan perseroan terbatas.

Referensi

Dokumen terkait

1) Konsep ilmu pengetahuan dan penelitian. peranan serta jenis-jenisnya untuk bidang kenukliran. keteknofisikaan dan elektronika instrumentasi. cara perancangan atau desain

Sedangkan penyajian makanan di ruang rawat inap dipengaruhi oleh faktor produsen yaitu pada kebijakan yang ada di rumah sakit untuk pelayanan di instalasi gizi, anggaran

Nilai signifikansi yang berada di bawah (α) 0,05 dengan koefisien yang bernilai negatif menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap

Komunikator : yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang; Encoding : Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran dalam bentuk lambang; Message : pesan,

• Mekanisme kerja: menghambat sintesis hormon tiroid dengan menghambat secara kompetitif enzim tiroid peroksidase dari kelenjar tiroid; menghambat konversi T4 ke T3 • Dosis awal

Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala penulis panjatkan karena hanya berkat nikmat, hidayah, dan inayah-Nya skripsi dengan judul “Pengembangan Media Rumah Cuaca

Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sektor penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Olehnya itu, pemerintah melakukan berbagai upaya perbaikan

Bagian Kedua menjelaskan cara melakukan estimasi (pembuatan) model regresi data panel yang terdiri dari Common Effect (CE), Fixed Effect (FE) dan Random Effect