• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GRADASI BUTIRAN BATU PECAH TERHADAP KEKUATAN BETON ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH GRADASI BUTIRAN BATU PECAH TERHADAP KEKUATAN BETON ABSTRAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KEKUATAN BETON

Safrin Zuraidah Hardi Wiratno

ABSTRAK

Gradasi butiran atau distribusi ukuran agregat yang merupakan bahan pengisi beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Agregat kasar harus keras, bersih dari unsur organik,bebas dari sifat penyerapan secara kimia dan bergradasi sedemikian rupa sehingga masa beton dapat berfungsi sebagai beton yang utuh, homogen dan rapat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gradasi butiran batu pecah terhadap kekuatan beton. Dalam pembuatan benda uji beton, komposisi campuran mengacu pada gradasi butiran batu pecahnya dengan ukuran butiran masing-masing 5-10 mm, 10-20 mm, 20-30 mm dan kombinasi dari ketiga batu pecah tersebut. Dari hasil uji kuat tekan hancur beton didapat campuran beton dengan menggunakan batu pecah 5-10 mm memiliki kuat tekan 322,5 kg/cm2 , pada batu pecah 10-20 mm kuat tekannya sebesar 334 kg/cm2 , pada batu pecah 20-30 mm kuat tekannya 368 kg/cm2 dan kuat tekan pada batu pecah gabungan sebesar 390,5 kg/cm2. Dari hasil uji kuat tekan yang dikonversikan ke umur 28 hari mengalami peningkatan, dimana pada umur 7 hari sebesar 43 %, pada umur 14 hari naik 13 % dan pada umur 21 hari naik sebesar 5,1 %.

Dapat disimpulkan bahwa pemakaian batu pecah bergradasi butiran gabungan (heterogen) menghasilkan nilai kuat tekan beton yang maksimal dibandingkan dengan beton yang menggunakan batu pecah bergradasi butiran 5-10 mm saja, 10-20 mm saja atau 20-30 mm saja (homogen).

Kata kunci : Gradasi, butiran, agregat, komposisi , batu pecah, kuat tekan. I. Pendahuluan

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan performance beton guna mendapatkan beton yang kuat dan

workable, yaitu beton yang dapat

memenuhi kekuatan yang diinginkan, kebutuhan semen seminim mungkin, mudah pengerjaannya . Pada prinsipnya dalam mendisain campuran beton adalah bagaimana mengukur secara tepat gradasi kurva gabungan dari agregat halus dan kasar, serta pemakaian semen dan air untuk menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan tertentu. Biasanya dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhi

workabilitas beton diantaranya jumlah

air pada beton, dan nilai slump, serta dapat

digunakan zat aditif bila diperlukan. Butiran batu pecah yang

berbeda-beda dapat mempengaruhi kuat tekan beton

yang akan direncanakan. Selain itu juga harus bergradasi sedemikian rupa sehingga masa beton dapat berfungsi sebagai beton yang utuh dan padat, dimana agregat yang butirannya kecil sebagai pengisi celah yang ada diantara agregat yang butirannya besar. Sifat ini mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari beton terhadap kekuatan beton yang sudah mengeras.

II. Tinjauan Pustaka

Beton merupakan campuran antara agregat kasar, agregat halus, air dan semen sebagai pengikat dan pengisi antara agregat kasar dan halus, serta kadang-kadang ditambahkan pula admixture bila diperlukan sehingga membentuk masa padat. Gradasi atau distribusi agregat yang merupakan bahan pengisi beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Agregat kasar harus keras, bersih dari unsur

(2)

organik,bebas dari sifat penyerapan secara kimia dan bergradasi sedemikian rupa sehingga masa beton dapat berfungsi sebagai beton yang utuh, homogen dan rapat.

Dalam suatu perencanaan diusahakan membuat campuran yang ekonomis namun tetap diusahakan untuk mencapai kekuatan yang disyaratkan dan kemudahan didalam pelaksanaan serta keawetan.

Agregat didapat dari beberapa jenis bahan yang umumnya menggunakan bahan alam seperti batu gunung, batu kali, yang mana bahan ini mudah dijumpai . Agregat dibagi menjadi agregat kasar (batu pecah/kerikil) dan agregat halus (pasir). Demikian juga semen dibagi menjadi beberapa jenis yang dibedakan dari unsur-unsur kimia yang terkandung didalamnya.

Beton yang bermutu baik ialah yang sesuai dengan perencanaan dan material yang sangat awet serta bebas pemeliharaan untuk beberapa tahun dan beton dapat dicetak sesuai dengan bentuk yang dikehendaki.

Faktor lain yang menentukan kualitas beton yaitu pada waktu perawatan setelah pengecoran sampai beton mulai mengeras mencapai umur 28 hari. Dimana perawatan setelah pengecoran sangatlah menentukan kualitas dan kekuatan dari beton itu sendiri.

Penilitian yang pernah dilakukan dalam usaha meningkatkan performance beton yaitu :

Utomo, “Alternatif pemakaian tali

beneser pada pembuatan beton untuk meningkatkan kuat tarik, tekan dan lentur”

tahun 1994. Menyatakan bahwa pada kadar maksimal ( 20 gr / bu) menghasilkan beton fiber menimbulkan kuat tekan 19,94 % dibandingkan beton normal.

• Arina D Hariyanti, “Analisa

perbandingan rekatan antara repair beton

dengan beton normal” tahun 1998.

Menyatakan bahwa repair beton menggunakan lateks memiliki kuat tekan yang lebih rendah dibandingkan dengan normal campuran konvensional.

Wahyono Agung, 2003, Study

Analisa Sifat Beton Normal

Dibandingkan Dengan Sifat Beton Yang Menggunakan Air Entraining

Agent Terhadap Kuat Tekan Yang Dihasilkan, Tugas Akhir Universitas

17 Agustus 1945 (Untag), Surabaya. • Zuraidah Safrin , Helmy, 2006,”Pengaruh penggunaan pecahan batu

kapur puger sebagai alternatif agregat kasar ditinjau terhadap porositas dan kuat tekan beton” tahun 2005. Menyatakan

bahwa batu kapur Puger dapat digunakan sebagai agregat kasar dalam campuran beton dan semakin tinggi nilai porositas beton akan semakin kecil kuat tekan beton yang dihasilkan begitu sebaliknya.

2.1 BAHAN-BAHAN PENYUSUN BETON 2.2.1 Semen Portland

Dari definisi Semen Portland (PC) dapat dilihat bahwa semen portland dibuat dari Carareous seperti batu kapur (Lime

Stone atau Chalk) dan bahan silica atau

Alumunium yang terdapat dalam tanah liat (Clay atau Shale).

Pada dasarnya proses pembuatan semen Portland terdiri dari : Penggilingan dan pencampuran menurut suatu proses tertentu dan dengan melalui pengawasan yang sangat ketat.

Semen Portland ini dapat langsung dimasukkan sak atau mobil kontainer dan silo (tempat penyimpanan semen).

2.2.2. Agregat

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Agregat ini kira-kira menempati 60% - 75% volume beton. Sifat yang paling penting dalam agregat adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, sehingga dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga masa beton dapat berfungsi sebagai beton yang utuh, homogen dan rapat. Dimana agregat yang berukuran kecil sebagai pengisi celah yang ada diantara agregat yang berukuran besar. Sifat ini mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari beton yang sudah mengeras. Disamping itu banyaknya agregat dapat mengurangi penyusutan akibat mengerasnya beton. Kekuatan beton yang maksimum adalah beton yang mampu dalam segi ketahanan, kekuatan, dari

(3)

ekonomis. Untuk jenis agregat yang digunakan sebagai bahan campuran beton tergantung pada :

a. MutuHarganya. b. Ketersediaan

c. Jenis konstruksi yang akan menggunakan bahan tersebut. • Pemilihan Bahan Agregat

a. Ukuran maksimum agregat

Ukuran maksimum agregat untuk beton yang biasa dipakai adalah ¾ “ (19,10 mm). Tetapi sering juga dipakai ukuran maksimum 1 ½ “ (38,10 mm) dan 3/8 “ (9,50 mm) adapula yang sampai memakai ukuran maksimum 6 “.

b. Kekuatan Agregat

Kekuatan agregat sangat penting untuk membuat suatu beton karena, kekuatan agregat tersebut dapat mempengaruhi kuat tekan beton yang akan direncanakan. Kekuatan agregat tersebut dapat mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi pada pasta beton selama pembebanan, pembasahan atau pengeringan, pemanasan atau pendinginan. Dengan demikian dapat membantu mengurangi bahaya akibat terjadinya retakan dalam beton. Pengujian kekuatan agregat kasar dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pengetes.

c. Kemulusan Agregat

Suatu agregat dianggap mulus apabila agregat itu tidak mengalami perubahan volume besar atau tetap akibat pemanasan atau pendinginan dalam proses pembasahan. Kemulusan agregat berpengaruh pada pengikatan antara mortar dengan agregat, apabila pengikatan kurang kuat maka beton tersebut akan berkurang kuat tekannya. d. Tekstur Permukaan Butiran

Tekstur permukaan butiran adalah suatu sifat permukaan yang tergantung pada ukuran apakah permukaan butir termasuk halus atau kasar, mengkilat atau kusam.

Pada umumnya permukaan butiran hanya disebut kasar, agak kasar, agak licin dan licin.Tekstur permukaan tergantung pada kekerasan dan ukuran molekul. Bentuk dari tekstur permukaan sangat berpengaruh terhadap :

1. Daya serap terhadap air. 2. Kemudahan pekerjaan. 3. Daya lekat antara agregat dan

pasta semen.

Suatu agregat dengan permukaan yang berpori dan kasar lebih baik daripada agregat dengan permukaan yang halus, karena agregat dengan tekstur kasar dapat meningkatkan rekatan antara agregat dengan pada semen.

Jenis-Jenis Agregat a. Agregat Halus

Agregat halus ialah agregat yang semua butir menembus ayakan 4,8 mm (5 mm). Agregat halus dapat berupa pasir alam, pasir hasil olahan atau gabungan dari kedua pasir tersebut.

Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui. Dalam pengujian ini menggunakan standart sesuai dengan SII 0052 – 1980 dan ASTM C 33 – 90.

URAIAN SYARAT

BATAS HASIL PENGUJIAN

BATU PECAH NB 5-10 mm 10-20 mm 20-30 mm Fine Modulus (ASTM C 556-89) FM : 6,00 FM : 6,22 FM : 7,83 FM : 8,84 Ok Berat Jenis (ASTM C 127-88) 2,3 s/d 2,75 2,6 2,6 2,6 Ok Air Resapan (ASTM C 127-77) 3,5 % 1,7 % 1,1 % 0,8 % Ok Kadar Lumpur (ASTM C 117-95) 1% 0,8 % 0,6 % 0,45 % Ok Berat Volume Lepas (ASTM C 29) 1,35 s/d 1,75 gr/cm3 1,35 gr/c m3 1,36 gr/cm3 1,41 gr/c m3 Ok Berat Volume Rojok (ASTM C 29) 1,35 s/d 1,75 gr/cm3 1,41 gr/c m3 1,54 gr/cm3 1,56 gr/c m3 Ok Keausan Batu Pecah (ASTM C 535-9) 50 % 20,61 % 20,57 % 20,55 % Ok

(4)

b. Agregat Kasar

Agregat kasar ialah agregat yang semua butirnya tertinggal di atas ayakan 4,8 mm (5 mm). Agregat kasar dapat berupa kerikil, pecahan kerikil, batu pecah, terak tanur tiup atau beton semen hidroulis yang dipecah, limbah marmer.

2.2.2 Air Campuran Beton

Seperti yang kita ketahui, air merupakan salah satu bahan penting dalam pembuatan beton. Peranan air sebagai material dapat menentukan mutu dalam campuran beton. Air yang dipergunakan dalam campuran beton harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Sesuai dengan catatan mengenai kesesuaian air untuk pembuatan beton menurut British

Standart (BS) 3148:1980 ialah :

Bahwasannya air yang berasal dari sumber alam tanpa pengolahan, sering mengandung bahan-bahan organik dan zat-zat yang mengapung seperti lempung atau tanah liat, minyak dan pengotor lain, yang berpengaruh buruk terhadap mutu dan sifat beton.

Tujuan utama dari penggunaan air ialah agar terjadi hidrasi, yaitu reaksi kimia antar semen dan air yang menyebabkan campuran ini menjadi keras setelah lewat beberapa waktu tertentu. Proses hidrasi akan berlangsung baik apabila dipakai air tawar serta murni. Disamping digunakan sebagai bahan campuran beton, air digunakan pula untuk merawat beton dengan cara pembasahan setelah di cor dan untuk membasahi dan membersihkan acuan. Air untuk perawatan dan pembuatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organik, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau tulangannya. Sebaiknya digunakan air bersih, tidak berasa, tidak berbau dan dapat diminum.

Dalam penggunaan metode DOE, ada dua anggapan dasar, yaitu :

1. Mudahnya pengerjaan adukan beton tergantung dari jumlah air bebas dan tidak tergantung dari kadar semen dan faktor air semen ( FAS ).

2. Kekuatan beton tergantung dari faktor air semen ( FAS ) dan tidak

tergantung dari banyaknya air dan kadar semen.

Untuk penelitian ini faktor air semen ( FAS ) ditetapkan FAS 0,5.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Test Material : 3.1.1 Semen Portland :

• Analisa Berat Jenis Semen ( ASTM C 188 – 89 )

• Analisa Konsistensi Semen

• Analisa Pengikatan dan Pengerasan Semen ( ASTM C 191 – 92 )

3.1.2 AGREGAT : Gregat Halus :

• Analisa Berat Jenis Pasir SSD • Analisa Air Resapan Pasir • Berat isi pasir

• Analisa kelembapan (kadar air) • Analisa Saringan Pasir

Agregat Kasar :

• Analisa Saringan Kerikil • Analisa Berat Jenis Kerikil SSD • Analisa Air Resapan Kerikil

• Analisa Kadar Air (Kelembapan) Kerikil

3.1.3 Tes Beton : • Uji kuat tekan.

Kuat tekan beton dihitung dengan persamaan : fc’ =

A

P

; dimana : A =

4

1

x π x ( d ) 2

Dari hasil kuat tekan masing-masing benda uji akan dihitung kuat tekan beton rata-rata setiap campuran. Test kuat tekan beton menggunakan batu pecah masing-masing 3 benda uji berukuran 1-2 ; 2-3 ; 3-4, dan gabungan yang di tes pada umur 7 hari, 14 hari, 28 hari.

• Berat Volume Beton ( ASTM C138-77 )

IV. HASIL PENELITIAN ANALISA 4.1 Hasil Tes Material :

(5)

Tabel 4.1 : Rekapitulasi Hasil Pengujian Batu Pecah

4.2. Hasil Tes Beton

4.2.1. Pengujian Beton Segar • Uji Berat Volume

Tabel 4.2 : Hasil Rekapitulasi Berat Volume Beton

No.

Beton Segar Gradasi Butiran Batu

Pecah

Uji Berat Volume ( kg/cm3 )

1. Beton Segar dengan batu pecah 5-10 mm

2,37 gr/cm3

2. Beton Segar dengan batu pecah 10-20 mm

2,45 gr/cm3

3. Beton Segar dengan batu pecah 20-30 mm

2,42 gr/cm3

4. Beton Segar gabungan dari ke-3 batu pecah

2,48 gr/cm3

Hasil uji berat volume beton segar dengan menggunakan parameter gradasi butirannnya dapat disimpulkan bahwa semakin kecil gradasi butirannya maka semakin kecil berat volumenya, dan banyaknya rongga yang tidak terisi pada beton tersebut. Ini dapat dilihat pada tabel 4.2 dimana pada gradasi butiran batu pecah 5-10 mm, 10-20 mm, 20-30 mm dan beton segar dengan menggunakan batu pecah gabungan ada perbedaan hasil uji berat volume hal ini dipengaruhi oleh adanya celah ikatan antara agregat yang tidak utuh dan rapat pada beton.

4.2.2 Pengujian Beton Keras • Uji Kuat Tekan

Grafik 1. Kuat Tekan Beton Terhadap Umur dengan Gradasi butiran yang

Berbeda

Berdasarkan grafik kuat tekan beton diatas dapat disimpulkan bahwa kuat tekan beton dengan menggunakan campuran batu pecah gabungan mempunyai kuat tekan lebih besar dibandingkan kuat tekan beton menggunakan gradasi butiran batu pecah 5-10 mm, 5-10-20 mm dan 20-30 mm. Hal ini dikarenakan adanya ikatan antara bahan beton diantaranya air, semen, agregat halus (Pasir Lumajang) dan agregat kasar (Batu pecah Pasuruan) yang mempunyai gradasi butiran tidak sama maka dapat saling mengisi rongga atau celah kosong sehingga beton menjadi satu kesatuan utuh dan rapat.

Tabel 4.3 : Rekapitulasi Hasil Uji Beton Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada uji berat volume beton bergradasi butiran kecil semakin kecil berat volumenya. Begitu juga pada kuat tekan beton semakin kecil gradasi butirannya semakin kecil kuat tekannya.

Analisa hasil pengujian material dan beton yang telah dilakukan, maka pengaruh gradasi butiran batu pecah terhadap kekuatan beton sebagai berikut :

1. Bahwa gradasi butiran batu pecah 5-10 mm, 10-20 mm dan 20-30 mm dari Pasuruan sangat memenuhi sebagai agregat kasar dalam pembuatan beton sesuai dengan uji material berdasarkan Uji Beton

Beton Berdasarkan Gradasi Butirannya 5-10 mm 10-20 mm 20-30 mm Gab. Berat Volume (Kg/cm3) 2,37 2,45 2,42 2,48 Kuat Tekan beton ( Kg/cm2) 322,5 334 368 390,5 3 3 4 3 0 0 3 2 2 ,5 3 5 6 ,5 2 1 0 2 5 4 ,5 2 8 8 ,5 3 2 2 ,5 2 2 0 ,5 2 6 6 2 9 9 ,5 2 2 9 2 7 7 3 3 4 3 6 8 3 9 0 ,5 0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 7 1 4 2 1 2 8 U m u r (h a ri) Ku a t T e k a n (kg /cm ²)

Be ton ke ras den gan c ampur an batu p ec ah 5- 10 mm

Be ton ke ras den gan c ampur an batu p ec ah 10- 20 mm

(6)

ASTM. Dalam pengujian keausan batu pecah bergradasi butiran 5-10 mm kadar keausannya 20,61 %, pada batu pecah 10-20 mm kadar keausannya 20,57 % dan pada batu pecah 20-30 mm kadar keausannya sebesar 20,55 %. Kadar uji keausan ke-3 batu pecah tersebut telah memenuhi syarat yang di ijinkan karena nilai ujinya lebih kecil dari 50 % ( ASTM C 535-9 )

2. Hasil uji berat volume beton segar batu pecah bergradasi butiran gabungan lebih besar daripada beton dengan gradasi butiran 5-10 mm, 10-20 mm dan 20-30 mm. Hal ini dikarenakan ikatan antara agregat beton dengan batu pecah bergradasi gabungan lebih utuh dan rapat.

Campuran beton dengan menggunakan batu pecah garadasi butiran gabungan kuat tekan rata-ratanya sebesar 390,5 kg/cm2 lebih besar kuat tekannya dari pada beton yang menggunakan batu pecah dengan gradasi butiran 5-10 mm, 10-20 mm, dan 20-30 mm. Hal ini dipengaruhi oleh gradasi butiran batu pecah tersebut dimana saling mengisi rongga pada ikatan antar agregat sehingga beton menjadi lebih rapat dan padat.

V. Kesimpulan

Berdasarkan analisa hasil pengujian beton, maka dapat disimpulkan bahwa :

Pemakaian gradasi butiran gabungan batu pecah yang terdiri dari ukuran 5-10 mm, 10-20 mm dan 20-30 mm (ukuran butirannya heterogen) pada campuran beton menghasilkan kuat tekan yang maksimal bila dibandingkan dengan pemakaian gradasi butiran batu pecah yang satu ukuran (ukuran butirannya homogen).

DAFTAR PUSTAKA

• Arina D Hariyanti, “Analisa

perbandingan rekatan antara repair beton dengan beton normal” tahun

1998.

Subakti Aman, Mix Design Beton

Normal Metode DOE, Fakultas

Teknik Sipil dan Perencanaan ITS, Surabaya.

Subakti Aman, Teknologi Beton

Dalam Praktek, Fakultas Teknik Sipil

dan Perencanaan ITS, Surabaya. • Wahyono Agung, Study Analisa Sifat

Beton Normal Dibandingkan Dengan Sifat Beton Yang Menggunakan Air Entraining Agent Terhadap Kuat Tekan Yang Dihasilkan, Tugas Akhir

Universitas 17 Agustus 1945 (Untag), Surabaya. Tahun 2003,

Zuraidah Safrin , Helmy, , Pengaruh

Penggunaan Pecahan Batu Kapur Puger Sebagai Alternatif Agregat Kasar Ditinjau Terhadap Porositas Dan Kuat Tekan Beton, Jurnal

Rekayasa . UPN, Surabaya. Tahun 2006

Gambar

Tabel 4.1 : Rekapitulasi Hasil Pengujian  Batu Pecah

Referensi

Dokumen terkait

3ULQVLS UHDNVL SHQHWUDODQ GLJXQDNDQ GDODP WLWUDVL DVDP EDVD 7LWUDVL DGDODK VXDWX FDUD XQWXN PHQJHWDKXL NDGDU VXDWX ]DW EHUGDVDUNDQ ]DW ODLQ \DQJ VXGDK GLNHWDKXL NDGDUQ\D 7LWUDVL DVDP

Hal ini dikarenakan adanya ikatan antara bahan beton diantaranya air, semen, agregat halus (Pasir Lumajang) dan agregat kasar (Batu pecah Pasuruan) yang mempunyai

Hasil dari kajian ini menunjukkan pada simpulan, bahwa dalam perspekti ilmu qowaid as-shorf, konsep mutasi terdapat pada proses I’lal yang bisa dengan qolb (mengganti

Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan

56 Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan setelah dilakukan pembelajaran menggunakan penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Keadaan yang

Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan

Hal ini diatur dalam Pasal 35 Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian menyatakan Suatu kewajiban dapat timbul bagi negara ketiga yang berasal dari ketentuan suatu

Seperti halnya yang dijelaskan pada penelitian sebelumnya bahwa kecenderungan terjadinya penyakit diare di wilayah perkotaan tidak dikarenakan kurangnya kepemilikan