• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT PANDUAN KOMITE INTEGRITAS PROVINSI RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAFT PANDUAN KOMITE INTEGRITAS PROVINSI RIAU"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT

PANDUAN KOMITE INTEGRITAS

PROVINSI RIAU

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

TAHUN 2017

(2)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ……….. A. Latar Belakang ………... B. Dasar Hukum ……… C. Maksud dan Tujuan ……….. D. Landasan Konsep Komite Integritas RIAU ………..

D.1. Komite Integritas ………. D.2. Sistem Integritas ………. D.3. Skala Integritas Organisasi ………. D.4. Tunas Integritas ……… D.5. Internalisasi Visium dan Nilai Provinsi Riau ……….. D.6. Riau Corporate University ... E. Defenisi ……….. BAB II

KOMITE DAN BUDAYA INTEGRITAS ……….. A. Komite Integritas ……… A.1. Aspirasi Komite Integritas ……… A.2. Pembentukan Komite Integritas ………. B. Pemetaan Budaya Integritas ……….. B.1. Skala Kematangan ……….. B.2. Pemetaan 7 Komponen Komite Integritas ……… B.3. Pemetaan 16 Komponen Sistem Integritas ……….. B.4. Pemenuhan Paretto 20/80 Tunas Integritas ……… B.5. Skala Integritas Organisasi ………. B.6. Tabulasi Kategori Pembangunan Integritas ……… BAB III

PEMBANGUNAN INTEGRITAS PROVINSI RIAU ……….. A. Skenario Pembnagunan Budaya Integritas ………

A.1. Road Map Pembangunan Budaya Integritas ……….. A.2. Milestone dan Target Skala Kematangan Komponen

Komite Integritas ……… A.3. Target Pencapaian Komponen Sistem Integritas dan Milestone ………. A.4. Skala Integritas Organisasi Pemerintah Provinsi Riau ………. A.5. Target Pencapaian Paretto 20/80 Tunas Integritas ………

1 1 3 4 5 7 10 12 14 15 16 17 19 19 19 20 23 23 24 25 27 28 29 30 30 31 32 34 37 31

(3)

B. Agenda Perubahan Pembangunan Budaya Integritas ………. C. Koordinasi, Monitoring Evaluasi dan Mekanisme Pelaporan ………. BAB IV

KOMPETENSI DAN PENGHARGAAN KINERJA ……….. A. Kamus Kompetensi ………..

A.1. Core Competence RIAU ………. A.2. Penyelarasan Core Competence Riau ……… A.3. Standar Kompetensi Tunas Integritas ……….. A.3.1. Kompetensi Peran ………. A.3.2. Kompetensi Perilaku ………. A.3.3. Kompetensi Teknis Tunas Integritas ………... B. Standar Kinerja ……….

B.1. Standar Kinerja Organisasi (SKPD dan Kota/Kabupaten) ……… B.2. Key Performance Indikator (KPI)/ Indikator Kinerja Utama (IKU) ………. C. Penghargaan dan Sangsi ………...

C.1. Sertifikasi ……… C.1.1. Sertifikasi Organisasi ……… C.1.2. Sertifikasi Tunas Integritas ……….. C.1.3. Sertifikasi Integrity Change Leader (ICL) ……….. C.1.4. Sertifikasi Corporate University Expert (CEU) ……….. D. Penghargaan dan Sangsi ………..

D.1. Penghargaan ……… D.2. Sanksi ………. 39 42 43 45 46 46 48 48 50 52 53 53 55 57 58 58 60 61 62 63 63 67

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Riau dengan luas sekitar 9 juta hektar terletak pada posisi geografis yang sangat strategis dari aspek ekonomi baik dari sisi domestik maupun internasional. Dari sisi domestik menempati posisi sentral yang menjadi perlintasan transportasi darat dari berbagai jurusan di wilayah Sumatera baik dari utara ke selatan maupun dari barat ke timur. Dari sisi internasional provinsi Riau memiliki batas dengan jalur pelayaran internasional Selat Malaka, dan berbatasan dengan negara Singapore serta Malaysia. Dalam rangka memanfaat peluang ini telah dilaksanakan kerjasama ekonomi regional seperti Kerjasama Singapore, Johor dan Riau (SIJORI), kemudian kerjasama IMTGT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangel), IMSGT (Indonesia, Singapore, Malaysia Growth Triangel). Namun sampai saat ini peluang tersebut belum dimanfaat dengan maksimal.

Selain dari menempati posisi yang strategis tersebut provinsi Riau memiliki sumberdaya perkebunan yang dominan jika dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia.Luas perkebunan Kelapa Sawit di provinsi Riau adalah 2.411.820 hektar; Karet 502.906 hektar dan Kelapa 516.895 hektar; Sagu 83.513 hektar. Dengan keberadaan komoditi perkebunan ini maka provinsi Riau sangat berpeluang besar menjadi sentra agribisnis dan agroindustri perkebunan yang terkemuka di Indonesia, dan akan menjadi pesaing utama negara tetangga Malaysia , Thailand dan Philipina.Pembangunan agroindustri ini merupakan akselerasi peningkatan pendapatan masyarakat Riau yang sekitar 70 % hidup disektor pertanian dan perkebunan.

Dari sektor pariwisata, wisat air merupakan potensi yang belum dikembangkan dengan baik. Wilayah pesisir Riau yang berbatasan dengan negara tetangga Singapore dan Malaysia merupakan kawasan pariwisata yang sangat berpeluang untuk dikembangkan seperti kawasan Teluk Meranti, Pulau Rupat, Pulau Jemur, Pantai Selat Baru dan lainnya.

(5)

2

Sejarah Riau sebagai pusat kerajaan melayu Nusantara yang perkembangan selanjutnya berpusat di Siak Sri Indrapura, sampai saat ini peninggalan berupa Istana Kerajaan masih dapat dilihat berdiri megah. Dengan demikian Riau dapat dikatakan pusat pengembangan budaya melayu saat ini maupun dimasa depan. Dalam perkembangannya Siak Sri Indrapura akan diusulkan sebagai kawasan warisan sejarah dunia ( world heritage ) ke UNDP. Sebelum itu, Riau merupakan wilayah kerajaan Sriwijaya yang mengembangkan ajaran Budha dan salah satu peninggalannya adalah Candi Muara Takus di Kabupaten Kampar. Pengembangan wisata air juga sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat melayu Riau yang bermukim di 4 ( empat ) daerah aliran sungai besar di Riau yaitu Sungai Kampar, Sungai Indragiri, Sungai Rokan dan Sungai Siak.

Kemajuan suatu negara atau daerah amat tergantung dengan Birokrasi. Premis ini mengisyaratkan bahwa jika terjadi permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan berarti ada problem di dalam birokrasi, walaupun ada faktor eksternal lain yang ikut mempengaruhi, seperti retensi politik, “tim sukses”, dan sebagainya. Reformasi Birokrasi (administrasi negara) dan Good Governance merupakan dua konsepsi utama bagi perbaikan kondisi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pengalaman sejumlah negara menunjukkan bahwa reformasi birokrasi merupakan langkah yang menentukan guna mencapai kemajuan negara (Eko Prasojo dan Teguh Kurniawan, 2008). Menurut Kim dkk (2010), penyelenggaraan pemerintahan akan terus berevolusi dan bergerak dalam bentuk yang beragam. Pendapat Popovich (1998) walaupun bunyinya berbeda namun hakekatnya sama, menyatakan bahwa organisasi pemerintah harus adaftif dan fleksibel atau akan mengalami nasib seperti “dinosaurus”. Perubahan lingkungan eksternal yang amat sangat cepat seperti teknologi, ekonomi, globalisasi, bahkan intervensi lembaga asing menyebabkan munculnya organisasi tandingan pemerintah (Drucker, 1968).

Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu dalam Lingkungan Masyarakat Yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Batin, di Asia Tenggara Tahun 2020 adalah harapan besar sebagai cita-cita masyarakat Riau dan seyogianya dijadikan spirit atau semangat dalam

(6)

3

setiap gerak dan nafas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di kawasan ini. Kondisi dan permasalahan Pemerintah Provinsi Riau sejak ditetapkan VISI Riau 2020 tersebut pada tahun 2001 dan dalam paruh lima tahun ketiga menunjukkan tahap yang belum memenuhi harapan. Disamping persoalan hukum, infrastruktur yang belum merata, angka kemiskinan yang bertambah, juga persoalan lingkungan terutama bencana kabut-asap telah 18 tahun menerpa negeri ini. Dampak politik pilkada, maraknya intervensi kepentingan dalam penetapan APBD, hingga rendahnya daya serap APBD dan RTRW yang belum ditetapkan. Dalam prediksi 10 tahun ke depan, hal tersebut di atas akan menjadi bagian persoalan yang mesti dijawab oleh Komite Integritas Provinsi Riau bersama stake holders.

Kebudayaan Melayu dengan nilai-nilai yang universal diantaranya ; terbuka, santun dan agamis, elegant, pekerja keras, adil, taat hukum, kebersamaan, dan memiliki spirit untuk maju adalah modal besar serta amat sesuai dengan prinsip-prinsip Good Governance dan perubahan ke arah perbaikan birokrasi menuju INTEGRITAS. Nilai-nilai inilah yang akan dijadikan ruh dalam pengambilan kebijakan serta implementasi setiap program/kegiatan. Rencana besar RIAU dalam mewujudkan visi dan misinya perlu didukung dengan budaya integritas yang tinggi agar tidak berubah menjadi bencana, lebih spesifik lagi adalah jauh dari KKN. Dalam rangka menjamin terciptanya budaya integritas dan Riau sebagai satu kesatuan yang utuh serta keberlanjutan pembangunan maka dipandang perlu untuk membuat komite integritas.

B. Dasar Hukum

Panduan Komite Integritas Provinsi Riau disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan yang meliputi:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

2. Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

(7)

4

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;

7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan;

8. Peraturan Pemarintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah.

10. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi;

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2011 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014; 12. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Pedoman Road Map Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah;

13. Peraturan Daerah Provinsi Riau No 7 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Riau 2014 – 2019; 14. Peraturan Gubernur Riau Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pedoman

Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau;

15. Keputusan Gubernur Riau Nomor Kps.242//2016 tentang Unit Pengendalian Gratifikasi di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau.

C. Maksud dan Tujuan

Pembentukan Komite Integritas Pemerintah Provinsi Riau merupakan bagian dari upaya pembangunan Integritas Nasional (IN),yang sekaligus juga merupakan upaya dalam pencegahan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Maksud pembentukan Komite Integritas Pemerintah Riau (KIPR) adalah untuk memastikan dan menyelaraskan upaya pencapaian visium dan pembangunan budaya integritas sebagai suatu kesatuan yang utuh dan

(8)

5

berkesinambungan antar periode kepemimpinan serta terhindarkan dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).

Tujuan dari panduan Komite Integritas adalah sebagai pedoman pembentukan dan tata laksana Komite Integritas agar berjalan secara efektif dan efisien.

D. Landasan Konsep Komite Integritas RIAU

Pembangunan budaya integritas seluruh komponen bangsa merupakan cara yang strategis dalam pencegahan prilaku korupsi, kolusi dan nepotisme ( KKN ). Pembangunan budaya integritas dapat dilakukan dengan internalisasi nilai, membangun sIstem integritas dan kepemimpinan yang berintegritas pada semua tataran komponen. Pembangunan budaya integritas bukan merupan tujuan namun sebagai cara pencapaian tujuan, sehingga upaya pembangunan integritas perlu diseleraskan dengan tujuan atau sering disebut dengan visi dan misi yang dibuat lebih spesifik dan terfokus menjadi Visium.

`

Pembangunan budaya integritas di Provinsi Riau merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana besar Integritas Nasional yaitu terwujudnya Indonesia yang berintegritas.

Pembangunan budaya integritas yang diseleraskan dengan tujuan nasional dan tujuan setiap daerah (visi dan misi) akan memberikan setiap

(9)

6

upayanya memiliki makna dan kekuatan spiritual sehingga akan memberikan daya tahan, konsistensi serta keberanian yang tinggi untuk mewujudkannya. Upaya Integritas nasional merupakan upaya positif dari pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), Budaya integritas naik maka KKN akan turun dan begitupun sebaliknya.

`

Semakin besar suatu rencana maka semakin besar pula risikonya, salah satu risiko yang akan datang adalah risiko KKN. Ketika risiko KKN tidak dapat diatasi maka akan menimbulkan bencana yang besar pula, untuk itu sangatlah tepat untuk memastikan aspek-aspek strategis yang menentukan keunggulan daya saing berkelanjutan dapat dipastikan bukan menjadi sarana untuk KKN, namun menjadi sarana untuk integritas, dalam hal ini istilah “power tend to corrupt” diganti dengan “power tend to integrity”.

Power Tend To Integrity adalah upaya pengendalian strategis untuk memastikan “Super Keeper Fokus” (manusia unggulan), “Key Position” (pemimpin) dan “Key Position Back Up” (calon pemimpin) dan investasi atau sumber daya strategis serta lingkungannya lebih cenderung pada integritas dibandingkan pada KKN, dalam ruang lingkup hal tersebut komite integritas berperan secara strategis. Komite Integritas akan berusaha untuk memastikan dan menjaga manusia unggulan dan para pemimpin, yang biasanya merupakan populasi yang mengerucut semakin sedikit agar dapat

(10)

7

menjalankan perannya untuk memimpin bangsa, organisasi dan daerahnya masing-masing mencapai cita-citanya tanpa melakukan KKN.

KKN biasanya bersifat lintas sektor dan terjadi pada stakeholder strategis sehingga sering disebut sebagai “grand corruption”, mangatasi permasalahan yang lintas ini tidak dapat diselesaikan sendiri oleh masing-masing entitas atau organisasi, namun memerlukan sinergi dan kesatuan yang utuh. Komite integritas menjadi jembatan untuk menyatukan antar komponen dalam organisasi serta antar organisasi untuk mencapai tujuan yang lebih besar tanpa terjadi KKN. Komite integritas diharapkan akan menjadi kekuatan jaringan yang akan menyempurnakan kekuatan spiritual setiap individu dan kekuatan organisasi dari berbagai sistem yang dibangunnya, untuk dapat saling jaga, saling berbagi, saling belajar dan saling memastikan terbebas dari KKN, yang diwujudkan dalam forum-forum kolaborasi dan rembuk integritas secara berjenjang dari nasional, provinsi sampai ke daerah.

D. 1. Komite Integritas

Pembentukan komite integritas merupakan aspek penting terkait kepemimpinan dalam pembangunan budaya integritas, dengan kata kunci utamanya adalah “keteladanan” atau role model, yaitu memastikan para pemimpin disemua jenjang dapat menjadi teladan, khususnya teladan dalam berintegritas.

(11)

8 Tabel 1.1

Role Model Pembentukan Komite Integritas

Objective Lag Indicators Lead Indicators Initiative Indeks

Integritas Nasional

Kepemimpinan Role Model 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. Pengendalian posisi strategis; Talent Management; Pengendalian strategis KKN; Penyelarasan Visi periodic; Penyelarasan sytem politik dan system birokrasi; Combined Assurance plus; Dukungan Tunas Integritas; Sistem 1. Practice Maturity Scale

Enam belas komponen sistem integritas 2. Skala Integritas 1. 2. Level of assurance. Level of alignment. Tata Nilai Jumlah Tunas

Integritas

Memenuhi kebutuhan Tunas Integritas dengan pareto 20 : 80

Kualitas Tunas Integritas

Internlisasi nilai-nilai Integritas

Keteladan pemimpin saat ini sangat ditentukan juga oleh pengaruh lingkungan strategis, dimana interaksi dan kualitas daya pengaruh akan sangat berkontribusi dalam terjadi atau tidaknya KKN atau sering disebut sebagai besar atau kecilnya potensi atau risiko KKN. Dalam kerangka untuk mitigasi risiko KKN dan memastikan terjaganya keteladan para pimpinan maka komite integritas diharapkan dapat menjalankan perannya dengan membangun inisiatif strategis yang terdiri dari 7 komponen komite sebagai berikut:

(12)

9 Komponen Komite Integritas

1. Pengendalian Posisi Kunci

Penentuan posisi kunci terkait pencapaian tujuan organisasi yang dilengkapi dengan jaminan bahwa pemilihan dan pergantiannya melalui sistem dan pengantinya dipastikan memiliki kompetensi lebih baik atau minimal sebanding

2. Talent Management

Pemastian untuk mendapatkan sumber daya manusia terbaik yang dikelola secara khusus agar berkelanjutan memberikan kinerja luar biasa bagi organisasi

3. Pengendalian Strategis Korupsi

Pemetaan risiko KKN yang dilengkapi dengan sistem pengendalian/solusi yang lintas organisasi/sektor untuk mengatasinya

4. Penyelarasan Visi & Misi Periodik dengan Visium

Komite integritas dan semacamnya yang mampu menjamin adanya sustainability (positif) untuk mewujudkan visium organisasi (visi organisasi jangka panjang/masa depan yang dibuat mudah, nayata dan menginspirasi untuk masa sekarang)

5. Penyelarasan sistem birokrasi, swasta dan sistem politik

Organisasi ada dalam lingkungan yang Interaksi antara sistem birokrasi, swasta dan politik tidak menyebabkan KKN

6. Combined Assurance (Pemastian Terintegrasi)

Menghindari adanya duplikasi proses “assurance” terkait governance, Complienace, Risk Management, Talent Management, Corporate Culture, Transformasi Organisasi dan Corporate Culture

7. Support Tunas Integritas

Pimpinan puncak dan seluruh elemen organisasi mendukung penuh para tunas integritas dengan kebijakan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk pembangunan budaya integritas

(13)

10

Ketujuh komponen tersebut tidak dapat dibangun sendiri-sendiri oleh masing-masing organisasi, hanya bisa dibangun dengan sinergi atau lintas organisasi dan lintas sektor, dimana implementasinya diharapkan tidakhanya sebatas “ada” namun dapat mencapai kematangan impementasi “efektif” dan lebih jauh lagi “berdampak”.

D. 2. Sistem Integritas

Aspek strategis tidak akan kuat tanpa dukungan operasional dan teknis, sehingga komite integritas harus memastikan pula terbangunnya sistem-sistem operasional dan teknis secara kokoh dan memiliki kematangan program yang tinggi, yaitu memberikan jaminan bahwa setiap upaya, proses dan layanan yang diberikan memberikan dampak yang tingi atau signifikan bagi masyarakat atau publik. Sesuai hasil rembuk integritas nasional telah teridentifikasi ada 16 komponen sistem integritas yang pada dasarnya menjadi inti dari berbagai nomenklatur yang terkait dalam kerangka yang sama dengan pemberantasan korupsi, pembangunan integritas, perbaikan pelayanan publik. Komponen-komponen sistem integritas tersebut berbeda dengan Komponen-komponen komite integritas dalam kaitan proses pembangunannya yang tidak perlu lintas atau dapat dibangun oleh setiap organisasi. Komponen sistem integriitas terdiri dari:

Sistem Integritas

1 Seleksi dan Keteladanan Pimpinan

Seleksi pimpinan yang menjadikan keteladan sebagai faktor kunci yang diikuti dengan pengembangan untuk menjaga dan meningkatkan keteladanan pimpinan 2 Talent Management

Kode etik dan pedoman perilaku yang direvitalisasi secara reguler 3 Pengendalian Strategis Korupsi

Manajemen risiko yang dilakukan oleh seluruh unit atau bagian dari organisasi hingga masing-masing mempunyai risk register

4 Penyelarasan Visi & Misi Periodik dengan Visium

(14)

11 5 Penyelarasan sistem birokrasi, swasta dan sistem politik

Program khusus dari KPK yang melibatkan stakeholde runtuk memiliki peraturan khusus dan unit pengendali gratifikasi

6 Combined Assurance (Pemastian Terintegrasi)

Pelaporan harta yang tidak hanya pemenuhan laporan namun dijadikan instrumen pengawasan, pengendalian dan manajemen sumber daya manusia 7 Whistle Blower System (WBS)

Sistem pelaporan internal terhadap penyimpangan yang dilengkapi dengan adanya perlindungan terhadap saksi dan pelapor

8 Evaluasi Eksternal Integritas

Penilaian atau assessment integritas organisasi yang dilakukan oleh pihak eksternal

9 Post Employment

Program khusus untuk memastikan keamanan informasi dan tidak terjadinya Conflict of Interest (COI) diakhir masa kerja (bukan masa persiapan pensiun) sebagai akibat dari:

1) Terbukanya lintas posisi strategis antara public dan private sector;

2) Berkembangnya talent management yang memungkinkan seseorang ada dipuncak kepemimpinan organisasi dalam usia muda;

10 Pengungkapan Isyu dan Uji Integritas

Program untuk mengumumkan akan adanya uji integritas memlalui pihak ke tiga dengan cara menjebak (digoda) namun sebelumnya telah dilakukan pengumuman dan pemberitahuan kepada seluruh pegawai atau anggota dari organisasi, dengan harapan mereka akan selalu waspada kana adanya godaan 11 Manajemen SDM

Manajemen sumber daya manusia yang dikelola minimal dengan berbasiskan kompet

12 Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja

Semacam LAKIP, SAKIP, WTP dan model lainnya sesuai dengan ruang lingkupnya masing-masing KLOP

(15)

12 13 Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ)

PBJ yang dijalankan secara berintegritas dan dengan dukungan teknologi informasi sehingga menghasilkan “value of money” (Uang yang dikeluarkan utk PBJ mempunyai nilai/manfaat

14 Kehandalan SOP

SOP mendetail dan mudah untuk digunakan (user friendly) serta dapat cepat menyelarasakan dengan dengan perubahan lingkungan strategis

15 Keterbukaan Informasi Publik

Organisasi menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh stakeholdernya sesuai dengan perundangan dan peraturan yang berlaku

16 Pengelolaan Aset

Aset tercatat, terdokumentasi, jelas status kepemilikan dan penggunaannya

D. 3. Skala Integritas Organisasi

Komponen sistem integritas seperti layaknya komponen komite integritas diharapkan akan berdampak nyata bagi stakeholdernya sehingga perlu dipastikan skala kematangan programnya. Selain skala kematangan programnya perlu diperhatikan skala integrasinya yang terdiri dari 2 komponen. yaitu :1) Level of Alignment (Penyelarasan) dan 2) Level of Assurance (Pemastian), kedua skala integrasi tersebut merupakan tingkatan berjenjang sebagai berikut:

Tingkat Penyelerasan (Level Of Alignment)

1. Dokumen : Organisasi memiliki dokumen perencanaan strategis 2. Internalisasi : Dokumen perencanaan strategis telah terinternalisasi

dengan baik sehingga dijadikan acuan dalam mengarahkan dan mengelola organisasi

3. Faktor Alignment Selaras

: Dokumen perencanaan strategic dijabarkan kedalam faktor-faktor alignment misalnya menggunakan pendekatan S. Mc Kinsey (share value, strategy, style, structure, system, skill dan staff)

(16)

13

4. Implementasi faktor alignment

: sudah selaras dengan perencanaan strategis telah dilaksanakan dalam praktek nyata di organisasi 5. Pengembangan

faktor alignment

: Organisasi telah mengembangkan faktor-faktor alignment yang disesuaikan dengan budaya, karakteristik dan lingkungan strategis organisasi 6. Komprehensif

alignment

: Organisasi secara penuh menjamin penyelerasan seluruh faktor-faktor alignment secara berkelanjutan tanpa terpengaruh oleh pergantian periode kepemimpinan

7. Legend alignment

: komprehensif alignment yang penyelerasannya tidak:terbatas pada ruang lingkup organisasi namun lebih luas diintegrasikan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan kehidupan manusia secara umum (human well being)

Tingkat Pemastian (Level Of Assurance)

Internal Control: Pengendalian internal yang tepat sudah

diimplemen-tasikan diorganisasi dengan adanya orang yang menjalankan kegiatan pengendalian secara formal.

1. Effective Internal Control

: Pengendalian internal yang tepat sudah diimplementasikan secara efektif di organisasi secara lebih luas mencakup fungsi konsultatif 2. Risk Management : Pengendalian yang efektif dilengkapi dengan

manajemen risiko organisasi dalam pencapaian tujuan

3. Early Warning System : Pengendalian internal yang efektif dan amanjemen risiko telah berjalan secara efektif dan mampu menjadi sistem peringatan dini (antisipatif)

4. Assurance : Sistem peringatan dini telah berjalan secara efektif dan terstandar di seluruh lini organisasi serta memperoleh pengakuan dari pihak eksternal yang berwenang

(17)

14

5. Combined Assurance : Assurance yang komprehensif dan terintegrasi sehingga terhindar dari duplikasi proses assurance baik terkait human capital (Talent Management, Corporate Culture,

Knowledge Management, Corporate

University, dll) dan integrated risk management (Governance, Compliance, Risk Management)

6. Combined Assurance Plus

: Combined Assurance yang sudah selaras dengan berbagai kebutuhan pengelolaan

sumber daya yang ideal (sesuai

perkembangan best practice) serta sesuai dengan tujuan bangsa dan kehidupan yang baik

D. 4. Tunas Integritas

Tunas integritas adalah individu yang terpilih untuk melakukan pembangunan budaya integritas baik dilevel nasional yang disebut dengan duta dan agen penggerak integritas maupun dilevel organisasi yang disebut dengan penggerak integritas, setiap ruang linglup mempunyai peran, kompetensi dan kinerja yang berjenjang. Khusus untuk provinsi Riau berarti tunas integritasnya adalah penggerak integritas. Pembentukan Penggerak Integritas dilakukan melalui proses pelatihan dan pembinaan khusus terkait anti korupsi, internalisasi visium dan nilai, Sistem Integritas, High Impact learning dan Pengendalian strategis KKN. Minimal setiap organisasi membentuk Penggerak Integritas yang dibentuk secara khusus minimal 2,15 % dari jumlah pegawai, atau dapat menggunakan perhitungan jumlah minimal lainnya disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan, yang diikutkan dalam pelatihan dan pembinaan melalui seleksi terlebih dahulu. Kemudian para Penggerak Integritas membentuk lebih banyak lagi Penggerak Integritas lainnya hingga setidaknya mencapai 20% dari jumlah pegawai melalui berbagai metode pembelajaran dan pemenuhan kompetensi Penggerak Integritas,

(18)

15 D.5. Internalisasi Visium dan NIlai Provinsi RIAU

5.1 VISIUM RIAU

Mengacu pada competitive advantage dan comparative advantage yang dimiliki provinsi RIAU maka Visium Riau 2030 adalah

Terwujudnya Riau sebagai Pusat Pengembangan Agrobisnis dan Agroindustri, Wisata air berdasarkan Budaya Melayu yang terkemuka di kawasan Selat Malaka.

Untuk mewujudkan visium 2030 tersebut diperlukan komitmen seluruh komponen masyarakat, para pemimpin, dan Aparatur Sipil Negara Provinsi Riau yang berintegritas tinggi secara berkelanjutan. Guna menjamin keberlanjutan integritas pada semua komponen tersebut diperlukan Komite Integritas Provinsi Riau.

5.2 Nilai-Nilai RIAU

PRIORITAS adalah kata yang merupakan singkatan dari nilai-nilai utama hasil WIG (Wildly Important Goals) dari berbagai nilai yang dibutuhkan untuk dapat mewujudkan visium Riau. Prioritas merupakan nilai (value) yang harus di internalisasikan pada setiap individu dan kelompok aparatur sipil negara dan komponen masyarakat Riau. PRIORITAS merupakan singkatan dari Profesional, Religius & Integritas.

Visium dan Nilai RIAU agar dapat menjadi spiritual dan energi yang luarbiasa kuat untuk mempengaruhi lingkungan perlu diinternalisasikan dengan kuat pada 20% yang ditargetkan menjadi Tunas Integritas dari seluruh personil diorganisasi, tidak lupa juga disosialisasikan kepada 80 bagian parreto yang akan secara otomatis mengikuti bagian parreto 20.

Internalisasi dilakukan dengan pendekatan in side out (dari dalam keluar) dengan cara sebagai berikut :

RUANG LINGKUP INTERNALISASI VISIUM DAN NILAI

PRIBADI Utilisasi berbagai kegiatan pribadi dengan penuh keyakinan, rileks dan fokus untuk internalisasi visium dan nilai-nilai RIAU PRIORITAS, contohnya saat tepuk tangan, saat beribadah, saat bernafas dll.

(19)

16 KELUARGA Utilisasi kegiatan2 keluarga untuk internalisasi visium dan nilai RIAU PRIORITAS, contoh: rekreasi keluarga, makan bersama, acara hajatan,Syukuran dll

ORGANISASI Utilisasi kegiatan2 organisasi untuk internalisasi visium dan nilai RIAU PRIORITAS, contoh: saat apel pagi,rapat,senam dll BANGSA Utilisasi kegiatan2 Nasional untuk internalisasi visium dan nilai

RIAU PRIORITAS, contoh; saat upacara peringatan hari kemerdekaan RI, hari pahlawan dll

Internalisasi juga dilakukan mellaui diklat dan atau Workshop Integritas Bagi ASN, Ormas, Orsos, Orpol Tingkat Prov & Kab/Kota, BUMD, Intansi vertikal, swasta, diutmakan yang terkait langsung untuk mewujudkan visium dan membangun budaya integritas. Visium dan Nilai juga dilakukan dengan pendekatan out side in melalui :

1. Membuat perda tentang Komite integritas

2. Pembangunan ruang atau tempat khusus untuk menyajikan visium dan nilai-nilai serta pembangunan budaya integritas yang dapat diakses oleh masyarakat luas, dan sekaligus jadi objek wisata

3. Penyusunan rencana kasi, pedoman umum dan pedoman teknis 4. Penyusunan Rancang Bangun Riau Corporate University

5. Sosialisasi dan kampanye Visium dan RIAU PRIORITAS melalui media masa, TV, Media sosial dll.

D. 6. Riau Corporate University

Baik di tataran bangsa maupun organisasi selalu terjadi pergantian kepemimpinan seringkali pergantian kepemimpinan tersebut diikuti dengan membawa hal BARU atau BEDA.Namun demikian, hal baru dan beda tersebut ( visi dan misi periodik ) harus tetap selaras dengan cita-cita besar bangsa atau organisasi.

Komite integritas diharapkan dapat menjembatani proses penyelarasan tersebut, sehingga akan terjadi apresiasi dan proses berkelanjutan antar periode kepemimpinan. Agar Komite Intergritas mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya itu, harus didukung oleh ketersediaan kompetensi

(20)

17

sumberdaya manusia untuk mewujudkan Visium Riau 2030 dan pembangunan budaya integritas. Dalam rangka memenuhi kebutuhan kompetensi tersebut dan sesuai dengan pengembangan sumberdaya manusia terkini maka perlu dibangun RIAUCORPORATE UNIVERSITY .

Corporate University(CU) adalah seluruh hasil learning, training, dan knowledge yang mendukung langsung kepada performansi unit kerja agar

performansinya berkembang dan terus berkembang di atas perkembangan rata-rata. Jadi sistem pengajarannya dibuat dalam sebuah kurikulum berdasarkan best practise di masing-masing unit kerja. CU mencetak para leader yang tangguh yang akan diintegrasikan dalam proses internal pemerintah (birokrasi) dalam meningkatkan nilai tambah untuk bertahan, tumbuh dan berkesinambungan. Singkatnya, CU merupakan satu alat stratejik Pemerintah Provinsi Riau guna mengintegrasikan semua sumberdaya pembelajaran, proses dan orang di seluruh unit kerja/satuan kerja, sehingga memungkinkan terwujudnya kinerja terbaik dengan terus menerus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku orang dalam lingkungan ekosistem birokrasi. Layaknya sebuah universitas, akan menciptakan iklim/suasana pembelajaran yang dibutuhkan oleh setiap insan secara proaktif dalam rangka memberikan kontribusi yang optimal bagi kemajuan daerah.

E. Definisi

1. SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah.

2. KLOP adalah Kementerian, Lembaga, Organisasi dan Pemerintah Daerah. 3. Tunas Integritas (TI) adalah individu yang dipilih, dan atau individu yang

berkehendak kuat, dan dibentuk untuk membangun sistem integritas, baik ruang lingkup organisasi, pilar maupun nasional.

4. Penggerak Integritas (PI) adalah para TI yang dipilih organisasi dengan tujuan menyebarkan nilai-nilai integritas organisasi serta menjalankan pembangunan sistem integritas pada organisasi masing-masing.

5. Agen Penggerak Integritas (API) adalah para PI yang sudah berhasil membangun sistem integritas dan dipilih atas usulan pimpinan organisasi atau atas penunjukan Komite Integritas.

(21)

18

6. Duta Integritas (DI) adalah para API yang dipilih Komite Integritas untuk mewakili Provinsi Riau berkolaborasi dengan KLOP.

7. Komite Integritas (KI) adalah tim yang bertanggung jawab untuk mengelola pembangunan sistem integritas Organisasi yang terdiri dari Tunas dan Penggerak Integritas yang ditunjuk.

8. Assesment Tunas Integritas adalah proses untuk memastikan bahwa Tunas Integritas yang terpilih merupakan personil yang paling memungkinkan menyebarluaskan integritas dan paling memungkinkan untuk dapat membangun sistem integritas sesuai denganruang lingkupnya. 9. Internalisasi Integritas adalah proses untuk memastikan integritas

tertanamkuat pada diri seseorang.

10. Level of Alignmentmerupakan aspek kemampuan organisasi untuk dapat melembagakan proses tata kelola internal yang memungkinkan integrasi dan kolaborasi dapat berjalan dan kemudian menjalankan roadmap keselarasan berdasarkan prioritas yang sangat diprioritaskan.

11. Align adalah menumbuhkan hubungan dengan stake holder penting yang diperlukan untuk pelaksanaan peta jalan, melembagakan proses tata kelola internal yang memungkinkan integrasi dan kolaborasi dapat berjalan dan kemudian menjalankan roadmap keselarasan berdasarkan yang sangat diprioritaskan.

12. Level of Assurance merupakan salah satu variabel dari jendela kehidupan dedikasi yang memiliki indikator penjamin berjalannya sistem penyelarasan ( alignment ) dari rendah ke tinggi.

13. Kode Etik adalah pedoman perilaku bagi individu/kelompok dalam organisasi untuk mencapai sasaran tujuan organisasi.

14. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

15. Paretto 20/80 adalah ketersediaan jumlah Tunas Integritas sebesar 20% dari seluruh jumlah pegawai ASN yang diharapkan dapat berpengaruh positif kepada seluruh pegawai ASN.

(22)

19

BAB II

KOMITE DAN BUDAYA INTEGRITAS

A. KOMITE INTEGRITAS

A.1. Aspirasi Komite Integritas

Cita-cita pembangunan integritas pada Pemerintah Provinsi Riau merupakan aspirasi yang disesuaikan dengan tujuan pembangunan integritas nasional.Pembangunan integritas tidak mengacu pada satu periode kepemimpinan tetapi merupakan pembangunan integritas yang berkelanjutan antar periode kepemimpinan. Untuk itu, perlu dihindari pemunculan simbol atau yang mencirikan periode kepemimpinan tertentu.

Pembangunan integritas di daerah diharapkan mencapai grade “A” dimana semua unsur pembangunan integritas mencapai tingkat kematangan tertinggi yaitu berdampak bagi organisasi dan pembangunan integritas secara nasional. Aspirasi dan upaya tersebut perlu didukung dengan penggunaan teknologi informasi dan multi media, sehingga dapat lebih menarik dan memberi peluang berbagai pihak untuk mengakses dan mengetahui aspirasi pembangunan integritas. Teknologi informasi dan multi media merupakan salah satu unsur pendukung dalam rangkaian berbagi dan memperluas informasi (Level of Sharing). Organisasi harus dapat mencapai level of sharing tertinggi berupa kemampuan untuk memberikan jaminan kepada pihak atau organisasi lain untuk belajar atau melakukan studi banding guna mencapai level yang sama.

Secara umum road map untuk mencapai grade A adalah sebagai berikut:

1) Tahun 2016 – 2020 (Grade B)

- Pembentukan Komite Integritas melalui PERDA

- Penyusunan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis Komite Integritas

- Penyusunan Ukuran Kinerja

- Sosialisasi Konsepsi Komite Integritas ke Kabupaten/Kota se Provinsi Riau

(23)

20

2) Tahun 2020 – 2025 (Grade A)

- Terbentuknya Riau Coorporate University

- Pemantapan Strategi Pengendalian KKN

- Penghargaan dan Insentif 3) Tahun 2025 - 2030

- Pemantapan Tata Kelola Pemerintahan yang BBK, BaikBersih dan Kuat (Good , Clean and Strong Governance)

- Penghargaan dan Insentif yang Progresif (Merit Sistem)

- Sanksi yang tegas

A.2. Pembentukan Komite Integritas

Komite Integritas dibentuk secara gradual dengan diawali pada ruang lingkup eksekutif yang dituangkan kedalam Keputusan Gubernur. Selanjutnya, Komite Integritas akan melibatkan Legislatif dan Pemerintah Kabupaten/Kot yang akan dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah (PERDA), kemudian terus dikembangkan untuk melibatkan stakeholder lebih luas.

a) Kriteria Anggota Komite Integritas

1. Memiliki posisi yang dapat melakukan pengendalian terhadap unit kerja yang dipimpinnya.

2. Mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan manajerial.

3. Memiliki rekam jejak dan jenjang karir yang baik.

4. Mempunyai strategi dalam rangka mengendalikan KKN.

5. Mempunyai komitmen yang tinggi untuk melakukan perubahan yang lebih baik.

6. Dapat melakukan penyelarasan antara visi dan misi organisasi. 7. Mempunyai kemampuan untuk menyelaraskan kegiatan yang

dilakukan oleh manajemen resiko, audit internal kepatuhan, pengendalian kualitas, serta komite audit.

8. Mempunyai kemampuan untuk mendukung terbentuknya tunas integritas.

9. Diutamakan yang telah mengikuti workshop/training of trainers (TOT) tunas integritas. Apabila calon anggota komite integritas

(24)

21

belum mengikuti workshop/TOT, maka dalam 1 (satu) tahun sejak terpilih menjadi anggota harus mengikuti workshop/TOT.

10. Memiliki kemampuan menjadi teladan dalam penegakkan integritas.

b) Kriteria Anggota Sekretariat Komite Integritas :

1. Telah mengikuti workshop/training of trainers (TOT) tunas integritas. Apabila calon anggota komite integritas belum mengikuti workshop/TOT, maka dalam 1 (satu) tahun sejak terpilih menjadi anggota harus mengikuti workshop/TOT.

2. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan administrasi kesekretariatan.

c) Proses pembentukan Komite Integritas

Pimpinan tertinggi KLOP sebagai pengarah menunjuk salah satu pejabat satu tingkat dibawahnya sebagai Ketua Komite Integritas dan menugaskan yang bersangkutan untuk membentuk komite integritas sesuai kriteria dan struktur di atas. Komite integritas dapat berganti orang setelah berhasil memastikan terjadinya kesinambungan antar periode.

d) Mekanisme pemilihan anggota Komite Integritas dan Ketua Sekretariat Komite Integritas

1. Ketua komite integritas yang ditunjuk melakukan pemetaan calon anggota komite.

2. Memilih anggota komite yang memenuhi persyaratan dan mengusulkan kepada Gubernur untuk ditetapkan sebagai anggota komite.

3. Memilih ketua sekretariat komite integritas.

4. Untuk pertamakalinya, Komite Integritas Provinsi Riau ditunjuk dan ditetapkan oleh Gubernur yang dituang dengan Keputusan Gubernur.

5. Ketua sekretariat komite integritas yang ditunjuk memilih anggota sekretariat komite yang memenuhi persyaratan dan mengusulkan kepada ketua komite untuk ditetapkan sebagai anggota sekretariat.

(25)

22

e) Kelembagaan dan Tata Laksana Komite

1) Struktur kelembagaan

Struktur keanggotaan komite integritas : Pengarah : Gubernur Kepala Daerah

Ketua : Sekda atau Pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur Sekretaris I : pejabat yang diusulkan oleh ketua

Sekretaris II : pejabat yang diusulkan oleh ketua Anggota : pejabat yang diusulkan oleh ketua

Dalam hal terjadi alih tugas jabatan pada keanggotaan komite integritas maka Ketua Komite berwenang menunjuk keanggotaan komite integritas yang diisi oleh pejabat yang baru sesuai dengan jabatan, atau birokrat senior yang memiliki track record yang baik atau tunas integritas yang sudah teruji.

2) Wewenang, fungsi, dan tugas

➢ Wewenang

Komite integritas memiliki kewenangan

1. Mengusulkan kebijakan strategis dalam rangka penanaman nilai-nilai integritas di Kabupaten/Kota

2. Menetapkan kebijakan teknis dalam rangka penanaman nilai-nilai integritas pada masing-masing SKPD.

➢ Fungsi

Membangun integritas di Kabupaten/Kota yang meliputi:

1. Membangun ketersediaan Tunas Integritas sesuai standar, jumlah dan kompetensi.

2. Membangun 7 komponen Komite Integritas. 3. Membangun 16 Komponen sistem integritas. 4. Membangun 2 komponen integritas organisasi.

➢ Tugas

Menyelaraskan dan menjamin ketersediaan, serta pendayagunaan sumber daya (sumber daya manusia, keuangan / pendanaan, tegnologi, informasi dan komunikasi) yang dibutuhkan untuk mewujudkan birokrasi pemerintah daerah yang berintegritas.

(26)

23

f) Hubungan Kelembagaan

Secara berkala dilakukan pertemuan untuk koordinasi perencanaan maupun untuk monitoring dan evaluasi (sesuai kebutuhan) antar unit di jajaran Pemda.

Pemetaan Budaya Integritas B.1. Skala Kematangan

Skala kematangan digunakan untuk pemetaan komponen komite integritas maupun sistem integritas, skala kematangan dibagi menjadi 4 katagori : 0) Tidak ada, 1) Ada, 2) Efektif, 3) Berdampak. Setiap katagori harus memenuhi minimal 2 dari 3 syarat yang menjadi kriteri katagori tersebut, sebagaimana dijelaskan dibawah ini:

Disebut “Ada” atau angka 1 jika memenuhi 2 dari 3 syarat sebagai berikut:

Ada (1)

Ada dokumen yang mengatur tentang masing-masing komponen sistem integritas

Ada dokumen yang berisi tentang

orang/pihak bertanggungjawab untuk

implementasinya

Ada program kegiatan terkait komponen tersebut

yang sudah dilakukan

Disebut “Efektif” atau angka 2 jika memenuhi 2 dari 3 syarat sebagai berikut:

Efektif (2)

Ada dokumen/aplikasi untuk monitoring dan evaluasi

efektivitasnya

Ada dokumen/aplikasi formal yang berisi laporan output dari

implementasi nya

Ada orang/pihak yang berwenang (ditugaskan) untuk melakukan verifikasi

terhadap pencapaian output implementasinya

(27)

24

Disebut “Berdampak” atau angka 3 jika memenuhi 2 dari 3 syarat sebagai berikut:

Berdampak (3)

Ada dokumen/aplikasi sebagai tools sarana bagi pengguna/masyarakat dapat

memberikan penilaian atau masukan terkait

efektivitasnya

Ada dokumen/aplikasi formal yang berisi laporan dampak

yang sudah dirasakan langsung oleh pengguna/masyarakat dari

implementasinya

Ada orang/pihak yang berwenang (ditugaskan) untuk melakukan verifikasi

terhadap laporan dampak tersebut

Pemetaan dari skala kematangan program harus diikuti dengan keterangan atau bukti dari setiap pencapaiannya.

B.2. Pemetaan 7 Komponen Komite Integritas

Komite Integritas Provinsi Riau adalah wadah para tunas integrita sebagai penggerak utama agar sistem integritas di Riau dapat berjalan optimal. Komite Integritas diisi oleh tunas integritas (birokrat) dengan kriteria yang telah ditentukan (baku) yang disebut Komponen Komite Integritas. Ada 7 komponen/program pada Komite Integritas yang harus digerakkan oleh komite. Komponen dan nilai Komite Integritas Provinsi Riau sebagaimana tabel di bawah ini :

NO KOMPONEN

NAMA KLOP KETERANGAN

ATAU BUKTI PENCAPAIAN PROVINSI RIAU KOMITE INTEGRITAS Tidak Ada (0) ADA(1) EFEKTIF (2) BERDAM PAK(3) 1 Pengendalian posisi kunci - - - 2 Talent managemen (kemampuan lebih) - - -

(28)

25

NO KOMPONEN

NAMA KLOP KETERANGAN

ATAU BUKTI PENCAPAIAN PROVINSI RIAU KOMITE INTEGRITAS Tidak Ada (0) ADA(1) EFEKTIF (2) BERDAM PAK(3) 3 Penilaian strategis korupsi 1 - -

4 Penyelarasan visi &

misi -

5 Penyelarasan sistem birokrasi dan sistem politik

- - - 6 Combined assurance plus - - - 7 Support tunas integritas 1 - - Jumlah 2 Skala pemenuhan komponen komite integritas 2/21x100 = 9,5 %

B.3. Pemetaan 16 Komponen Sistem Integritas

Sistem Integritas merupakan sekelompok komponen atau elemen yang digabungkan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu kesatuan yang terdiri 16 komponen yang saling dukung dan berkaitan untuk memudahkan aliran aktivitas (informasi, materi, dan energi) untuk mencapai tujuan.

Komponen atau elemen dalam Sistem Integritas adalah program yang memiliki tingkat kematangan dan dapat dinilai tingkat kematangannya dengan angka 1 (ada), 2 (efektif), dan 3 (memiliki dampak/pengaruh positif).

Nilai Komponen Sistem Integritas Riau di bawah ini adalah gambaran/potret kondisi awal sebelum komite integritas dibentuk.

(29)

26

Dengan kalimat lain, beberapa komponen sistem integritas dikatagorikan sudah ada (nilai, 1), jika beberapa komponen sistem sudah berjalan efektif (nilai, 2) dan jika beberapa komponen sistem integritas sudah memberikan dampak (nilai, 3). Ketiga nilai tersebut juga merupakan skala kematangan program/sistem yang dapat digambarkan pada tabel sistem integritas di bawah ini.

NO SISTEM INTEGRITAS

SKALA KEMATANGAN PROGRAM/SISTEM ADA (NILAI 1 ) EFEKTIF (NILAI 2 ) BERDAMPAK (NILAI 3)

1 Seleksi dan keteladanan

pimpinan 1 - -

2 Kode etik dan pedoman

perilaku 1 - -

3 Analisa resiko (managenen

resiko) - - -

4 Peran pengawasan internal - 2 - 5 Program pengendalian

gratifikasi 1 - -

6 Revitalisasi pelaporan harta

kekayaan - 2 -

7 WBS - - -

8 Evaluasi eksternal integritas 1 - - 9 Post employment - - - 10 Pengumkapan isu dan uji

integritas - - -

11 Managenan SDM 1 - -

12 Akuntabilitas keuangan dan

kinerja - 2 -

(30)

27

NO SISTEM INTEGRITAS

SKALA KEMATANGAN PROGRAM/SISTEM ADA (NILAI 1 ) EFEKTIF (NILAI 2 ) BERDAMPAK (NILAI 3) 14 Kehandalan SOP 1 - -

15 Keterbukaan informasi publik - - 3 16 Pengelolaan asset - 2 - Jumlah 4 8 6

Skala Pemenuhan Komponen Sistem Integritas

18/48x100 = 37,5

%

B.4. Pemenuhan Paretto 20/80 Tunas Integritas

Tunas Integritas adalah pribadi-pribadi tangguh, jujur, memiliki komitmen tinggi untuk kemajuan, mau belajar dan pekerja keras, contoh dan teladan. Pribadi pribadi yang berkompeten (soft and hard

competence), kapabel, netral dan profesional, serta berkinerja tinggi.

Pemerintah Provinsi Riau melalui Komite Integritas harus terus melahirkan “tunas-tunas integritas (TI)” degan skema sebagai berikut :

NO TUNAS INTEGRITAS JUMLAH PEGAWAI PARETTO 20/80 JUMLAH TUNAS INTEGRITAS 1. Ketersediaan TI sesuai

standar jumlah dan kompetensi

8.500 1.700 25

% Realisasi Tunas

Integritas 25/1.700x100% = 1,47 %

Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi Riau bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia telah menyelenggarakan TOT Tunas Integritas untuk para 25 (dua puluh lima) orang pejabat tinggi pratama di Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau.

Para pejabat yang telah mengikuti ini merupakan tunas integritas (1.47 %) yang diharapkan mampu untuk menularkan kepada pegawai di

(31)

28

lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Sampai dengan tahun 2020, diharapkan jumlah tunas integritas akan terus meningkat menjadi 1700 orang sesuai dengan teori pareto tersebut diatas.

B.5. Skala Integritas Organisasi

Nilai Provinsi Riau dalam skala integritas organisasi ditentukan sejauhmana keselarasan (level of alignment) dan penjaminan (level of

assurance) orang-orang yang ada dan duduk dalam organisasi apakah

telah sesuai, baik dari besaran dan fungsi organisasi yang diperlukan maupun kompetensiserta kapabilitas pegawai yang memegang jabatan.

Level of alignment dan level of assurancetergantung dari

komitmen pimpinan tertinggi (apex core) dalam hal ini Gubernur Kdh dan dukungan serta ketaatan penuh dari komite integritas. Rekrutmen dan penentuan penempatan pejabat misalnya telah dilakukan melalui asesmen terbuka tanpa intervensi pihak manapun (nilai 2). Riau harus sudah pada level/nilai 3 pada tahun 2020 (?), yang berarti Riau pada level/nilai 3 telah memberi dampak/pengaruh yang signifikan terhadap integritas organisasi. Skala integritas organisasi Pemerintah Provinsi Riau terlihat pada tabel sbb :

NO SKALA INTEGRITAS ORGANISASI NILAI PROVINSI RIAU SKALA TERTINGGI INTEGRITAS ORGANISASI SKALA INTEGRITAS ORGANISASI 1 Level of alignment 2 49 4 2 Level of assurance 2 % skala integritas organisasi 4 4/49x100% = 8,2 %

Pada saat pedoman ini disusun, skala integritas Pemerintah Provinsi Riau berada pada nilai/level 2 baik pada level of alignment maupun level of assurance.

(32)

29 B.6. Tabulasi Kategori Pembangunan Integritas

Untuk mengetahui pada grade mana pembangunan integritas Provinsi Riau, perlu dijumlahkan % pemenuhan komponen sistem integritas + % pemenuhan komponen komite integritas + % pemenuhan tunas integritas + % skala level integritas organisasi = nilai integritas Provinsi Riau. KLOP % PEMENUHAN KOMPONEN SISTEM INTEGRITAS % PEMENUHAN KOMPONEN KOMITE INTEGRITAS % PEMENUHAN TUNAS INTEGRITAS % SKALA LEVEL INTEGRITAS ORGANISASI NILAI INTEGRIT AS KLOP G R A D E PEMPROV RIAU 43,8 9,5 1, 47 8,52 62,97/4= 15,74 C

Kategori Pembangunan Integritas di Provinsi Riau berada pada Kategori Grade C.

(33)

30

BAB III

PEMBANGUNAN INTEGRITAS PROVINSI RIAU

A. Skenario Pembangunan Budaya Integritas

Berdasarkan hasil Grade, Kategori Pembangunan Integritas Provinsi Riau saat ini berada pada level awal yaitu Grade C. Oleh karen itu arah dan apirasi Pembangunan Integritas Riau ke masa yang akan datang harus fokus memperlihatkan kemajuan yang dapat diukur melalui Road Map dan Rencana aksi Pembangunan Budaya Integritas Provinsi Riau. Untuk mewujudkan budaya integritas grade A dapat dilakukan melalui skenario yang dihasilkan berdasarkan 2 variabel, yaitu 1) kecepatan belajar dan 2) level of enggagement, kedua variable tersebut mempunyai parameter rendah, sedang dan tinggi. hingga menghasilkan skenario optimis, pesimis dan “most likely” (paling mungkin terjadi), dengan komposisi sebagai berikut:

Tabel 3.1

Variabel Untuk Mewujudkan Budaya Integritas Kecepatan Belajar

Organisasi

Level Of Engagement

Rendah Sedang Tinggi

Rendah Pesimis : Grade A

dicapai pada periode kepemimpinanke 3 sejak dibuat komite integritas (2028 atau 2030)

Sedang Most Likely : Grade A

dicapai pada periode kepemimipinan ke 2 sejak dibuat komite integritas ( 2023 atau 2025)

Tinggi Optimis : Grade A

dicapai pada periode kepemimpinan pertama sejak dibuat komite integritas (2018 atau 2020)

(34)

31

Kontek skenario yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam panduan komite integritas adalah skenario “Most Likely”, skenario yang paling mungkin terjadi, dengan demikian dalam kenyataannya akan memungkinkan berubah lebih cepat (optimis) atau lebih lambat (pesimis) tergantung dari perubahan dalam hal variabelnya yaitu kecepatan belajar dan level of engagement.

A.1. Road Map Pembangunan Budaya Integritas

Seperti yang telah dijelaskan pada Bab II bahwa Komponen Komite Integritas Provinsi Riau adalah 15,74% atau berada pada level Grade C. Dari kondisi grade C menuju grade A dilakukan pembuatan road map dengan skenario most likely berdasarkan periode kepemimpinan di provinsi Riau, yang secara kuantitatif dapat tergambar pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2

Road Map Target Pembangunan Budaya Integritas Melalui Skenario “most likely”

No Indikator Utama Key Performance Indicator Kondisi Awal 2016 (%) Periode Kepemimpinan 2016-2018 2019-2023 2024-2029 1. Komponen Komite Integritas Skala kematangan program 9,5 40 85 100 2. Komponen Sistem Integritas Skala kematangan program 43,8 80 90 100 3. Integritas Organisasi Skala Integritas Organisasi 8,52 40,8 71 100 4. Paretto 20/80 TI Prosentase pemenuhan TI 1,47 40 100 100

(35)

32 A.2. Milestone dan Target Skala KematanganKomponen Komite Integritas

Kondisi saat ini dari hasil pemetaan skala kematangan Komite Integritas yang terdiri dari 7 komponen terdapat 2 (dua) komponen yang memiliki nilai 1 (satu), sementara di beberapa komponen masih belum memiliki nilai sebagaimana terlampir:

Tabel 3.3

Nilai Komponen Komite Integritas Riau

No Komponen Nama Organisasi

KOMITE INTEGRITAS

Skala kematangan Program/system Ada (1) Efektif (2) Berdampak (3)

1 Pengendalian Posisi Kunci - - -

2 Talent Management - -

3 Pengendalian Strategi Korupsi 1 - -

4 Penyelarasan Visi & Misi - - -

5 Penyelarasan Sistem Birokrasi dan Sistem Politik

- - -

6 Combined Assurance Plus - - -

7 Support Tunas Integritas 1 - -

Nilai Komponen

Nilai Komite Integritas (2/21 x 100%)

9,5%

Dalam rangka mewujudkan kematangan Komite Integritas agar dapat berkontibusi mencapai pembangunan budaya Integritas Grade A tahun 2023 yaitu mencapai 85 % atau mencapai kematangan komite integritas dengan tabulasi nilai sebesar (85% X 21) = 18. Berdasarkan skenario most likely maka

(36)

33

pada akhir perisode tahun 2018 diharapkan mencapai 30% atau mencapai kematangan komite integritas dengan tabulasi nilai (40% x 21) = 8,4 (9). Berdasarkan target tersebut maka dapat disusun skenario pencapaian sebagai berikut:

Tabel 3.4

Milestone Komponen Komite Integritas 2015 – 2023

No Komite Integritas Kondisi Awal 2015 Target Capaian

Skala Kematangan Program Integritas

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 1. Pengendalian Posisi Kunci - - 1 1 1 2 2 2 3 2. Talent Management - - 1 1 2 2 2 2 3 3. Pengendalian Strategis Korupsi 1 1 1 2 2 2 2 3 3 4. Penyelarasan Visi dan Misi

- 1 1 1 1 1 2 2 2 5. Penyelarasan Birokrasi dan Politik, Swasta - 1 1 1 1 2 2 2 2 6. Combined Assurance Plus - - - 1 1 1 2 2 2 7. Support Tunas Integritas 1 1 1 2 2 2 2 3 3 Jumlah 2 4 6 9 10 12 14 16 18

(37)

34 A.3. Target Pencapaian Komponen Sistem Integritas dan Milestone

Kondisi saat ini dari hasil pemetaan skala kematangan Sistem Integritas yang terdiri dari 16 komponen telah mencapai 43,8 % dengan tingkat skala kematangan komponennya yang masih beragam, sebagaimana terlampir:

Tabel 3.5

Skala Kematangan Komponen Sistem Integritas Riau

NO SISTEM INTEGRITAS

SKALA KEMATANGAN PROGRAM/SISTEM

ADA (1) EFEKTIF (2) BERDAMPAK (3)

1. Seleksi dan Keteladanan Pimpinan - 2 -

2. Kode Etik dan Pedoman Perilaku 1 - -

3. Analisis Resiko (Management Resiko) - - -

4. PeranPengawasan Internal - 2 -

5. Program Pengendalian Gratifikasi 1 - -

6. RevitalisasiPelaporanHartaKekayaan - 2 -

7. Whistle Blower System (WBS) - - -

8. EvaluasiEksternalIntegritas 1 - - 9. Post Employement - - - 10. PengungkapanIsudanUjiIntegritas - - - 11. Management SDM 1 - - 12. AkuntabilitasKeuangandanKinerja - 2 - 13. PengadaanbarangdanJasa - - 3 14. Kehandalan SOP 1 - -

(38)

35

NO SISTEM INTEGRITAS

SKALA KEMATANGAN PROGRAM/SISTEM

ADA (1) EFEKTIF (2) BERDAMPAK (3)

15. KeterbukaanInformasiPublik - - 3

16. PengelolaanAset - 2 -

Jumlah 5 10 6

Total 21

Skala Pemenuhan Komponen Sistem Integritas

21/48x100 = 43,8%

Dalam rangka mewujudkan kematangan komponen sistem Integritas agar dapat berkontibusi mencapai pembangunan budaya Integritas Grade A tahun 2023 yaitu mencapai 90% atau mencapai kematangan komite integritas dengan tabulasi nilai sebesar (90% X 48) = 43. Berdasarkan skenario most likely maka pada akhir perisode tahun 2018 diharapkan mencapai 30% atau mencapai kematangan komite integritas dengan tabulasi nilai (80% x 48) = 38.4 (38). Berdasarkan target tersebut maka dapat disusun skenario pencapaian sebagai berikut:

Tabel 3.6

Target Capaian Kematangan Program Integritas Melalui Skenario “most likely”

No Komite Integritas Penanggung Jawab Kondisi Awal 2015

Target Capaian Skala Kematangan Program Integritas

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

1. Seleksi dan Keteladanan Pimpinan

BKP2D 2 2 2 2 2 3 3 3 3

2. Kode Etik dan Pedoman Perilaku

(39)

36 No Komite Integritas Penanggung Jawab Kondisi Awal 2015

Target Capaian Skala Kematangan Program Integritas

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 3. Analisis Resiko (Management Resiko) Biro ORTAL 0 1 1 2 2 2 2 2 2 4. Peran Pengawasan Internal Inspektorat 2 2 3 3 3 3 3 3 3 5. Program Pengendalian Gratifikasi Inspektorat 1 2 3 3 3 3 3 3 3 6. Revitalisasi Pelaporan Harta Kekayaan Inspektorat 2 2 3 3 3 3 3 3 3 7. Whistle Blower System (WBS) Inspektorat 0 1 2 2 2 2 2 2 2 8. Evaluasi Eksternal Integritas Inspektorat 1 1 1 2 2 2 2 2 2 9. Post Employement BKP2D 0 0 1 1 2 2 2 2 2 10. Pengungkapa n Isu dan Uji Integritas

Inspektorat 0 0 1 2 2 2 2 2 2

11. Management SDM

(40)

37 No Komite Integritas Penanggung Jawab Kondisi Awal 2015

Target Capaian Skala Kematangan Program Integritas

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 12. Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja BPKAD 2 2 2 3 3 3 3 3 3 13. Pengadaan barang dan Jasa ULP 3 3 3 3 3 3 3 3 3 14. Kehandalan SOP Biro ORTAL 1 1 1 2 2 2 2 2 2 15 Keterbukaan Informasi Publik Diskominfo 3 3 3 3 3 3 3 3 3 16. Pengelolaan Aset BPKAD 2 2 2 2 2 2 2 3 3 Jumlah 21 25 32 38 39 40 41 42 43

A. 4. Skala Integritas Organisasi Pemerintahan Provinsi Riau

Kondisi saat dimulai pembangunan budaya integritas dari hasil pemetaan skala integritas organisasi, Riau baru mencapai 8,52% dari level of alignment mencapai 2 (efektif internal control) dan level of assurance mencapai 2 (Internalisasi dokumen strategis/visium). Berdasarkan skenario most likely agar skala integritas organisasi dapat berkontribusi untuk mencapai grade A maka ditargetkan diakhir tahun 2023 skala integritas dapat mencapai 71,4% atau mencapai angka 35 yaitu perkalian antara level engagement mencapai angka 7 dan level of assurance mencapai angka 5 pula.

Pada periode akhir tahun 2018 diharapkan skala integritasnya dapat mencapai 40% atau mencapai angka 19,6, berdasarkan hal tersebut dapat disusun skenario pencapaian sebagai berikut:

(41)

38 A.5. Target Pencapaian Pareto 20/80 Tunas Integritas

Kondisi saat dimulai pembangunan budaya integritas dari hasil pemetaan pemenuhan pareto 20/80 Tunas Integritas baru mencapai 1,47% atau baru 25 orang dari 8500 orang target. Berdasarkan skenario most likely, karena Tunas Integritas menjadi motor pembangunan budaya integritas maka diupayakan terjadi percepatan penambahan jumlah tunas integritas dengan target tahun 2023 telah mencapai 100% atau sebanyak 20% dari total pegawai. Pada periode akhir 2018 diharapkan sudah terbentuk 40% tunas integritas yang dibutuhkan, dengan asumsi tidak ada pertambahan pegawai maka perlu dibentuk sebesar (40%x8500)=3400 orang tunas integritas.Jika 1 angkatan diikuti oleh 30 orang maka dibutuhkan sebanyak 113 Angkatan. Tersedia 2 tahun menuju 2018 atau 24 bulan, sehingga dalam 1 bulan harus dilakukan (113/24) = 5 angkatan.

Tabel 3.7

Target Capaian Pareto 20/80 Tunas Integritas

No Tunas Integritas Kondisi Awal 2015 Target Capaian

Pemenuhan Pareto 20/80 Tunas Integritas

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 1. Jumlah Pegawai (Fix) 8500 8500 8500 8500 8500 8500 8500 8500 8500 2. Target Tunas Integritas (orang) 25 75 1800 3400 5100 5950 6800 7650 8500 3 Angkatan (30 orang/angkatan) 1 2 60 120 170 198 227 255 284 4 % Pencapaian 1,47% 8,8% 21,17% 40% 60% 70% 80% 90% 100% No Skala Integritas Organisasi Kondisi Awal 2015 Target Capaian Skala Integritas Organisasi

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 1. Level of Alignment 2 3 4 5 5 6 6 7 7 2. Level Of Assurance 2 3 3 4 4 4 4 4 5 3 Angka Skala Integritas 4 9 12 20 20 24 24 28 35 4 % Pencapaian 8,52% 18,4 % 24,5% 40,8 % 40,8 % 49% 49% 57% 71,4 %

(42)

39

Dengan memperhatikan prediksi jumlah tunas integritas yang harus dibentuk maka sangatlah penting untuk dapat segera membangun corporate university, dalam hal ini memastikan adanya trainer awal yang selanjutnya akan mencetak setiap pemimpin menjadi trainer atau coach bagi setiap pegawai untuk jadi tunas integritas.

B. Agenda Perubahan Pembangunan Budaya Integritas

Berdasarkan skenario yang sudah dibuat untuk masing-masing unsur yang menentukan grade pembangunan budaya integritas selanjutnya dibuat agenda perubahan setiap tahun, dimana agenda perubahan tersebut akan menjadi acuan rencana program atau rencana aksi pembangunan budaya Integritasnya.

B.1. Agenda Perubahan Kematangan Komponen Komite Integritas Tabel 3.8

Agenda Perubahan Kematangan Komponen Komite Integritas No Tahun Unsur Agenda

Perubahan

Inisiatif Strategis

1 2017 Komite Integritas

Pengendalian Posisi Kunci dari 0 menjadi 1 (dari tidak ada

menjadi ada)

Membuat kebijakan terkait pengendalian posisi kunci

Membentuk/menunjuk pokja/panitia/tim/unit yang mengurusi pegendalian posisi kunci

Membuat kamus kompetensi dan hasil assesment kompetensi dijadikan basis pembinaan, pengembangan dan penjagaan dilevel posisi strategis

Talent Management dari 0 menjadi 1 (dari tidak ada menjadi ada)

Membuat kebijakan terkait talent management Membentuk/menunjuk pokja/panitia/tim/unit/ yang mengelola talent management

Merekrut, mengembangkan dan utilisasi para talent organisasi baik dengan buying maupun

making sehingga dapat secara berkelanjutan

memberikan kinerja luar biasa bagi organisasi Mempertahankan 5 komponen komite integritas lainnya agar tidak turun

Sistem Integritas

Peran

Pengawasan

Melibatkan atau menggunakan pihak ketiga untuk menguji independensi pengawasan internal

(43)

40 No Tahun Unsur Agenda

Perubahan

Inisiatif Strategis

Internal dari 2 ke 3 (dari berjalan ke berdampak)

Dokumentasi dan publikasi hasil pengujian independensi pengawasan internal untuk meningkatkan kepercayaan publik

Membentuk/menunjuk pokja/panitia/tim/unit/ yang menindaklanjuti hasil pengujian independensi pengawasan internal

PPG dari 2 ke 3 (dari berjalan ke berdampak)

Melibatkan atau menggunakan pihak ketiga untuk menguji dampak bagi organisasi dan yang

dirasakan masyarakat dari program PPG Dokumentasi dan publikasi hasil pengujian dampak bagi organisasi dan yang dirasakan masyarakat terkait PPG untuk meningkatkan kepercayaan publik

Membentuk/menunjuk pokja/panitia/tim/unit/ yang menindaklanjuti hasil pengujiaan dan memastikan kepercayaan publik akan program PPG

terperlihara dengan baik Revitalisasi

LHKPN dari 2 ke 3 (dari berjalan ke berdampak)

Melibatkan atau menggunakan pihak ketiga untuk menguji dampak penggunaan LHKPN sebagai instrumen pengawasan, pengendalian dan manajemen SDM

Dokumentasi dan publikasi hasil pengujian dampak bagi organisasi dan yang dirasakan masyarakat terkait revitalisasi LHKPN untuk meningkatkan kepercayaan publik

Membentuk/menunjuk pokja/panitia/tim/unit/ yang menindaklanjuti hasil pengujiaan dan memastikan kepercayaan publik akan program revitalisasi LHKPN terperlihara dengan baik

WBS dari 1 ke 2 (dari ada ke berjalan)

Melakukan monitoring dan evaluasi WBS dengan kertas kerja atau aplikasi sehingga diketahui progres dan efektivitasnya

Mengintegrasikan hasil monitoring dan evaluasi program WBS dalam aplikasi yang terintegrasi untuk monitoring dan evaluasi pembangunan sistem integritas

Ada orang/pihak yang berwenang (ditugaskan) untuk melakukan monitoring dan evaluasi serta pengintegrasian dengan sistem yang lebih besarnya

(44)

41 No Tahun Unsur Agenda

Perubahan Inisiatif Strategis Post Employment dari 0 ke 1 (dari tidak ada ke ada)

Membuat kebijakan terkait post employment yang peraturannya diselaraskan atau dimasukkan dalam kode etik dan pedoman perilaku

Membentuk/menunjuk pokja/panitia/tim/unit/ yang mengelola post employment

Menjalankan program/kegiatan post employment Pengungkapan

isyu dan uji integritas dari 0 ke 1 (tidak ada menjadi ada)

Membuat kebijakan terkait pengungkapan isyu dan uji integritas yang peraturan dan

konsekuensinya diatur atau diselaraskan dalam kode etik dan pedoman perilaku

Membentuk/menunjuk pokja/panitia/tim/unit/ yang mengelola pengungkapan isyu dan uji integritas Menjalankan program/kegiatan pengungkapan isyu dan uji integritas

Manajemen SDM dari 1 ke 2 (dari ada

menjadi berjalan)

Melakukan monitoring dan evaluasi manajemen SDM yang berbasis human capital dengan kertas kerja atau aplikasi sehingga diketahui progres dan efektivitasnya

Mengintegrasikan hasil monitoring dan evaluasi program manajemen SDM berbasis Human Capital dalam aplikasi yang terintegrasi untuk monitoring dan evaluasi pembangunan sistem integritas

Ada orang/pihak yang berwenang (ditugaskan) untuk melakukan monitoring dan evaluasi serta pengintegrasian dengan sistem yang lebih besarnya Skala Integritas Level of Alignment dari 3 ke 4

Meningkatkan kemampuan alignment atau penyelerasan dengan memastikan bahwa penyelarasan share value, strategy, style leadership, system, staff, skill structure adalah nyata terjadi dilapangan

Level of

Assurance tetap di 3

Memastikan program manajemen risiko dapat berjalan dengan baik dan dilakukan oleh seluruh SKPD dan DPRD provinsi RIAU

Tunas Integritas Menambah jumlah TI dari 75 orang menjadi 1800 orang

Menyiapkan trainer yang kompeten untuk

membentuk para tunas integritas secara simultan sesuai dengan target

Mengadakan kegiatan pelatihan sebanyak 60 Angkatan

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan tugas dan fungsinya Berdasarkan Peraturan Gubernur Riau Nomor 95 Tahun 2016, tugas dan fungsi masing-masing unit

dan mengembangkan pelaporan keberlanjutan dengan kerangka komprehensif yang banyak digunakan di seluruh dunia. Kerangka ini memungkinkan semua organisasi untuk mengukur

Pengembangan kelompoktani yang bergabung ke dalam gabungan kelompoktani (GAPOKTAN) bertujuan untuk mendapatkan kelembagaaan yang kuat dan mandiri dicirikan antara lain

Matematikanya terintegrasi dengan yang lain ya ka, kita kan disini juga pake tematik jadi matematika ada dalam aktivitas sehari- hari, sesuai tema atau kegiatan gitu ka,

• Hitung anuitas m-kali pembayaran , jika pembayaran dilakukan m-kali dalam setahun,kemudian NSP dibagi dengan anuitas tersebut yang menghasilkan premi asuransi Dwiguna dengan

Kompetensi Dasar Indikator Indikator Soal Jenis Soal Butir Soal Mendiagnosis kerusakan Engine Management System (EMS) 3.4.1 Mengenal dan memahami macam – macam sistem

(1)Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap harus menyampaikan dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas yang terdiri dari SPT, SPPD,

AICS - Inventarisasi Bahan Kimia Australia; ASTM - Masyarakat Amerika untuk Pengujian Bahan; bw - Berat badan; CERCLA - Undang-Undang Tanggapan, Kompensasi, dan Tanggung Jawab