• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBANGAN KERAJAAN MAJAPAHIT DALAM BIDANG PEMERINTAHAN DAN KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA DI NUSANTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUMBANGAN KERAJAAN MAJAPAHIT DALAM BIDANG PEMERINTAHAN DAN KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA DI NUSANTARA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Inta Praminka Zalukhu, S.Pd. Dr. Drs. Yohanes B. Jurahman, M.Pd.

Program Studi PGSD IKIP PGRI Wates

ABSTRAK

Asal-usul kerajaan Majapahit yang berawal dari pembukaan hutan Tarik dimana pada saat itu di temukan banyaknya buah Maja yang berasa pahit sehingga daerah itu di sebut Majapahit. berdirinya kerajaan Majapahit tidak bisa terlepas dari sejarah panjang kerajaan Singasari. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Kertanegara. Perkembangan awal kerajaan Majapahit didukung oleh beberapa faktor yang meliputi gambaran kota serta wilayah kekuasaan yang strategis letaknya di lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo yang dimanfaatkan untuk pertanian oleh orang-orang Majapahit. Salah satu bentuk pertanian yaitu menanam padi. Selain pertanian juga perdagangan dan membentuk jejaring peniagaan yang baik. Pada saat itu juga melakukan pengeksporan dan menjalin hubungan dengan beberapa daerah lainnya. Hal inilah faktor yang mendukung proses kejayaan Majapahit pada saat itu. Adapun beberapa sumbangan Majapahit yang sampai saat ini sangat berdampak besar bagi bangsa kita dalam pemerintahan yaitu kalimat Bhinneka Tunggal Ika, Bendara Merah Putih, Bhayangkara, serta nama tokoh yang sangat penting yaitu Gajah Mada diabadikan sebagai nama Universitas yang berada di Yogyakarta dan nama Hayam Wuruk diabadikan sebagai nama jalan. Kehidupan kebudayaan kerajaan sangatlah maju pada saat itu. Hal tersebut dapat kita ketahui yang menjadi sumbangan dalam bidang sosial budaya meliputi karya sastra, karya seni dan keris. Adapun beberapa peninggalan-peninggalan Majapahit antara lain Candi Tikus, Candi Brahu, Gapura Bajang Ratu, Gapura Wringin Lawang yang berada di Trowulan Jawa Timur.

Kata kunci: Kerajaan Majapahit, Sistem Pemerintahan, Sosial Budaya di Nusatanra.

Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan sebuah negara dengan pulau-pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke, dan memiliki keanekaragaman suku, agama, ras, bahasa, seni dan budaya. Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia, ada banyak kerajaan yang bercorak Hindhu Budha di wilayah Nusantara. Salah satu diantaranya adalah Kerajaan Majapahit. Di dalam catatan sejarah mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Kerajaan ini pernah berkembang pada masa lampau dan meninggalkan sumber-sumber sejarah peradaban yang cukup lengkap sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi peneliti dan bangsa Indonesia. Negara ini berbentuk Monarki, secara geografi politik kerajaan ini mempunyai wilayah yang sangat luas. Dalam Nagara Kertagama pupuh 13 dan 14 wilayah Majapahit mencakup Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Semenanjung Tanah Melayu, Bali hingga sampai ke Timor (Slamet Muljana, 2006: 161)

Munculnya Kerajaan Majapahit tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Kerajaan Singasari. Karena bagaimana pun juga, pendiri Kerajaanadalah orang-orang yang dulunya menduduki posisi penting di Singasari. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya yang

(2)

2

merupakan menantu dari Kertanegara. Dapat dikatakan bahwa Majapahit merupakan penerus dari kerajaan sebelumnya. Setelah Singasari runtuh dan raja Kertanegara mati terbunuh (Slamet Muljana, 2006: 119).

Sesampainya di Madura Raden Wijaya meminta perlindungan dan bantuan Arya Wiraraja (Adipati Sumenep) dan berjanji jika kelak dapat menguasai pulau Jawa, sebagai tanda terimakasih kerajaan akan di bagi dua antara Raden Wijaya dan Aria Wiraraja (Slamet Muljana, 2006: 122). Mendengar hal itu Aria Wijaya puas dengan janji dan menyatakan kesediaan untuk membantu. Atas arahan dan taktik Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan hadiah tanah tariik dari Jayaketwang (Krisna dan Sri, 2014: 18). Dalam waktu yang singkat hutan Tarik berhasil dibuka dan menjadi sebuah desa dan berkembang dengan cepat hingga menjadi sebuah kota. Dalam Kidung Panji Wirakrama nama Majapahit diambil dari seorang Madura yang memakan buah maja yang rasanya pahit (Soedijibto Abimanyu, 2013: 219). Oleh karena itu lambat laun daerah Tarik tersebut di juluki Majapahit atau Wilwatikta.

Majapahit adalah sebuah daerah yang terletak di lembah Sungai Brantas disebelah tenggara kota Mojokerto, daerah Tarik, kota ini berada di persimpangan Kali Mas dan Kali Porong. Pada akhir tahun 1292, tempat tersebut merupakan hutan belantara, penuh dengan pohon maja seperti kebanyakan tempat lainnya di lembah Sungai Brantas. Berkat orang-orang Madura yang sengaja dikirim oleh Adipati Wiraja dari Sumenep, hutan itu berhasil ditebangi dan kemudian dijadikan ladang yang selanjutnya dihuni oleh orang-orang Madura dan dinamakan Majapahit (Slamet Mujana, 2011:155).

Setelah NararyaSanggramawijaya berhasil mengalahkan Raja Jayaketwang dari Kediri dengan perantara tentara Tartar pada akhir Maret 1293 dan mengusir tentara Tartar pada bulan April, maka ia mengambil alih kekuasaan raja dan wilayah Kediri (Slamet Muljana, 2006: 123). Majapahit ditingkatkan menjadi ibukota Kerajaan, wilayahnya diperluas dan pimpinannya diangkat sebagai raja, dan mengalami perubahan yang pesat dari desa menjadi negara. Sepeninggal Rangga Lawe pada tahun 1295, atas permintaan Wiraraja sesuai dengan janji Sanggramawijaya, kerajaan dibelah menjadi dua. Bagian Timur meliputi daerah Lumajang yang diserahkan kepada Wiraraja (Krisna Bayu Aji, 2014: 169)

Setelah seluruh Jawa Timur dikuasai Penuh, Majapahit mulai menjangkau pulau-pulau diluar Jawa. Dengan munculnya Amangkubumi Gadjah Mada yang diangkat sebagai Patih pada tahun 1334. Dimana melakukan ekspedisi kepulau-pulau diluar Jawa yang disebut Nusantara. Dengan perluasan wilayah tersebut kerajaan Majapahit bertambah luas, meliputi pantai Irian atau sekarang disebut Papua hingga Langkasuka di Semenanjung Tanah Melayu. Wilayah Majapahit hingga pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. Pulau-pulau di Nusantara tunduk dan menjadi kekuasaan kerajaan Majapahit (Soekmono, 2010:71).

Pemerintahan berjalan dengan baik dan bijak mampu menjalankan dan mengatur serta merangkul rakyat dan berpihak pada rakyat serta mampu mengatasi masalah kenegaraan, inilah salah satu yang memberi inspirasi para pemuka bangsa ini untuk mempertahankan keutuhan kedaulatan negeri yang beribu-ribu pulau dari ancaman disintegrasi maupun ancaman bangsa asing. Meski demikian kekuatan milisi telah disiagakan baik di pusat pemerintahan maupun di tempat-tempat strategis (pelabuhan, kraton) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Teguh Panji, 2015: 162).

(3)

3

Dalam bidang politik tidak menutup kemungkinan adanya kerawanan pertahanan dan keamanan diberbagai daerah termasuk salah satunya perbedaan pandangan agama dan sosial yang juga dapat mengganggu ketahanan nasional dan dampaknya dapat mempengaruhi stabilitas nasional (Teguh Panji, 2015: 177). Peran seorang raja bersama para patih yang merangkul para priyayi dan warga masyarakat akan mengurangi intrik maupun ide disintegrasi. Dalam aspek politik misalnya, Majapahit telah memiliki sistem pemerintahan yang mapan. Pada abad ke 14 Jawa sudah memiliki sistem pemerintahan yang tertata dengan baik (Muhammad Muhlisin, 2015:13). Dengan dilihat dari segi sosial kemasyarakatan sehingga Kerajaan Majapahit menjadi salah satu yang mewariskan suatu sistem sosial yang begitu kompleks.

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dinamika Kerajaan Majapahit?.

2. Bagaimana sistem pemerintahan dan sosial budaya masyarakat Kerajaan Majapahit?. 3. Bagaimana sumbangan Kerajaan Majapahit dalam bidang pemerintahan dan kehidupan

sosial budaya di Nusantara?.

Kerajaan Majapahit

Majapahit adalah sebuah daerah yang terletak di lembah Sungai Brantas di sebelah Tenggara kota Mojokerto. Kota ini berada di persimpangan Kali Mas dan Kali Porong. Pada akhir tahun 1292, tempat tersebut merupakan hutan belantara, penuh dengan pohon maja seperti kebanyakan tempat lainnya di lembah Sungai Brantas. Berkat orang-orang Madura yang sengaja dikirim oleh Adipati Wiraja dari Sumenep, hutan itu berhasil ditebangi dan kemudian dijadikan ladang yang selanjutnya dihuni oleh orang-orang Madura dan dinamakan Majapahit (Slamet Mujana, 2011:155).

Dilihat dari peningalan Majapahit yang keseluruhannya berada di Jawa Timur khususnya Trowulan Mojokerto, maka diduga kuat Kerajaan Majapahit merupakan kerajaaan yang berpusat di Jawa Timur, dan terdapat banyak bukti konkrit dengan adanya suatu kerajaan di Trowulan Mojokerto. Dimana letak Trowulan sangat strategis sehingga dapat di akses baik melalui jalur darat maupun jalur laut, juga berada di wilayah yang cukup dekat dengan kerajaan sebelum Majapahit seperti, Kediri, Singasari, Jenggala, dan Panjalu. Sehingga memungkinkan antar daerah tersebut terjadi kontak baik untuk kepentingan perdagangan, sosial budaya, maupun politik. Trowulan letaknya tidak jauh dengan pelabuhan-pelabuhan di Jawa Timur seperti Surabaya, Gresik, Tuban, dan Pasuruan (Imam Mash’ud, 2014: 14-15).

Kertarajasa Jayawardhana atau disebut juga Raden Wijaya nantinya adalah pendiri kerajaan Majapahit sekaligus raja pertama Kerajaan Majapahit yang bergelar Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Jayawardhana. Setelah penggulingan raja Kertanegara dari Singasari oleh Kediri yang kemudian diambil alih oleh Prabu Jayaketwang. Raden Wijaya sebagai menantu Kertanegara, dan juga merupakan anak dari Dyah Lembu Tal, cucu Mahisa Campaka atau Narasinghamurti, buyut Mahisa Wongateleng dan Canggah Ken Arok dan Ken Dedes (Slamet Muljana, 2011: 125). Melarikan diri dari kejaran pasukan Jayaketwang dan mencari perlindungan dari Aria Wiraraja.

(4)

4

Raden Wiajaya kemudian mengambil alih kekuasaan Raja Jayaketwang dan wilayah Kediri. Pada saat itulah Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja Majapahit. Menurut Kidung Harsa Wiajaya, penobatannya berlangsung pada purneng kartikamsa panca dasi sukleng catur (tanggal 15 bulan Kartika, Oktober-November) tahun 1293, Raden Wijaya mengambil nama Abhiseka Kertarajasa Jayawardhana (Slamet Muljana, 2011: 124). Majapahit dianggap sebagai kelanjutan dari Kerajaan Singasari sebagai bukti kesetiaan pendirinya kepada para leluhur kerajaan, karena Raden Wijaya sendiri merupakan keturunan Singasari, putera Dyah Lembu Tal, cucu Narasinamurti, dan menantu raja Kertanegara seperti yang tertulis dalam piagam Kudadu. Secara resmi, rajakula Majapahit yang dikepainya bernama Rajasa Wangsa, seperti yang tercantum pada piagam yang dikeluarkan pada tahun 1305 (Slamet Muljana, 2011: 125).

Berdasarkan letak geografi dan gambaran kota kerajaan Majapahit kita dapat ketahui bahwa pada saat itu mempunyai daerah kekuasaan yang luas sehingga tata pembangunan dalam kerajaan tersebut dapat tersusun rapi dan terarah. Tentunya juga tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari semua pihak yang di mulai dari raja sendiri sampai pada rakyatnya. Wilayah kekuasaan yang strategis letaknya di lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo yang di manfaatkan untuk pertanian yang dilakukan oleh orang-orang Majapahit pada saat itu. Salah satu bentuk pertanian yang di lakukan pada saat itu menanam padi, yang bisa kita ketahui bahwa padi merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan beras dan menjadi makanan pokok yang di gunakan hingga sampai sekarang. Kerajaan Majapahit juga tidak terbatas hanya di pulau Jawa namun juga meliputi bagian di Nusantara termasuk Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Melayu dan pulau di sebelah Timur Jawa. Dengan demikian persinggahan armada laut yang sangat cukup untuk melaksanakan sitem pengeksporan baik berupa makanan, hasil bumi, hewan ternak dan pakaian.

Sistem Pemerintahan dan Sosial Budaya.

Kerajaan Majapahit telah mengalami banyak gejolak politik dan pemberontakan yang sangat luar biasa, baik dari dalam istana maupun dari luar kerajaan. Pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya lebih mengutamakan konsolidasi kekuatan dalam kerajaan. Orang-orang yang berjasa dalam perjuangan pembentukan Majapahit diberi penghargaan yang setinggi-tingginya. Arya Wiraraja dan Rangga Lawe sebagai Pasangguhan dan diberi kedudukan tinggi serta kekuasaan atas daerah Lumajang dan Blambangan (Muhammad Muhlisin, 2015: 18).

Perluasaan kekuasaan ini juga tidak terlepas dari bantuan pendukung baik pemerintahan pusat dan daerah dimana saling memilki pengaruh yang kuat terutama dalam perluasan wilayah di dataran Asia Tenggara sehingga berpengaruh dan berdampak besar bagi perkembangan pemerintahan. Pada saat itu juga negara bawahan maupun provinsi yang mengikuti aturan dari pemerintahan pusat. Dalam hal ini, yang dimaksud pemerintahan pusat adalah Raja, yang menguasakan perintahnya kepada patih amangku bumi yang memangku para patih dari semua negara daerah.

Dalam hal ini termasuk dukungan oleh administrasi pemerintahan, dimana Majapahit menguasakan kepada lima pembesar yang di sebut Panca ri Wilwatika, yakni patih seluruh negara, demung, kanuruhan, rangga, dan tumenggung. Serta kekuasaan Majapahit dipengaruhi oleh kedudukannya sebagai negara yang mampu menggantikan kedudukan

(5)

5

kerajaan Mataram Kuno dan kerajaan Sriwijaya sebagai negara penghasil bahan-bahan pertanian dan negara maritim. Kerajaan Majapahit salah satu yang menciptakan akulturasi dan asimilasi budaya baik berupa interaksi, hubungan humanitas dan interaksi pola pemikiran sehingga terdapat suatu individu yang unik baik dari sifat dan karakter. Fenomena tersebut terjadi ketika tingkat populasi perubahan dalam struktur sosial, ekonomi dan politik yang kadang terjadi untuk menemukan jati diri, nilai dan sikap. Dimana hal yang dapat kita ketahui di kerajaan Majapahit pada saat terjadinya berbagai pemberontakan-pemberontakan. Hasil dari akulturasi dan asimilasi yang terjadi juga dapat kita ketahui dalam perwujudan berupa karya seni baik dalam satra dan budaya.

Sumbangan Kerajaan Majapahit di Nusantara

Kebesaran nama Majapahit yang pernah mencapai puncak kejayaan semasa pemerintahan Hayam Wuruk yang meyimpan sejarah di Nusantara dapat kita ketahui peninggalan kerajaan sampai masa kini. Perjuangan kerajaan ini tidak terlepas dari persoalan-persoalan yang terjadi baik pemberontakan, perang maupun perbedaan pendapat. Menyingkapi hal tersebut puncak kejayaan yang ditandai dengan penguasaan dan perluasan wilayah-wilayah di Nusantara semasa pemerintahan Hayam Wuruk dan di bantu oleh Gajah Mada sehinggga memunculkan karya-karya yang berpengaruh dan menjadi sumbangan di Nusantara.

Sampai sekarang, warisan dan sumbangan kerajaan Majapahit cukup terbilang sangat beragam, salah satu diantaranya berupa candi dan bangunan lain yang terdapat di Trowulan dan bahkan di dalam pemerintahan yang berpengaruh khususnya di bangsa Indonesia. Adapun beberapa sumbangan kerajaan Majapahit dalam pemerintahan adalah: 1. Bhinneka Tunggal Ika, pada zaman Majapahit kedudukan Pujangga itu demikian tinggi,

sehingga ketika ada sidang kerajaan pujangga juga diminta hadir. Dimana pada saat itulah pujangga Tantular yang menyimpulkan sidang. Dalam Kakawin Sotasoma karya Empu Tantular tertulis:“Rwaneka dahtu winuwus wara Buddha Wiswa, Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhineka tunggal ika tan hana dharmma mangrwa (Pupuh 139: 5)”. “Konon dikatakan bahwa wujud Budha dan Siwa itu berbeda. Mereka memang berbeda. Namun, kita bisa mengenali perbedaannya dalam sekilas tanpa menghayatinya lebih dalam. Karena kebenaran yang di ajarkan Budha dan Siswa itu sesungguhnya sama, satu jua. Mereka memang berbeda atau terbelah, namun hakikatnya adalah sama. Karena tidak adak kebenaran yang mendua” (Teguh Panji, 2015: 352-353).

2. Bendera Merah Putih, yang dikenal sekarang sesungguhnya merupakan warisan dari kerajaan Majapahit, dimana terdapat sumber yang menyatakan bahwa bendera merah putih pernah dikibarkan pada tahun 1292 oleh tentara Jayaketwang ketika berperang melawan Singasari. Menurut Kakawin Nagara Kertagama, warna tersebut selalu digunakan dalam upacara hari kebesaran raja Hayam Wuruk. Konon waerna merah identik dengan buah Maja yang kemudian menjadi asal nama kerajaan Majapahit. Sedangkan warna putih identik dengan buah kelapa yang berisi air kehidupan. Merah merefleksikan darah, sementara puith mewakili tulang. Di kerajaan Majapahit, merah dan putih adalah warna yang dimuliakan (Krisna Bayu Adji, 2014: 66).

3. Bhayangkara, `Istilah Bhayangkara yang dikenal luas dalam jajaran kepolisian Republik Indonesia tidak lepas dari popularitas pasukan elit Bhayangkara semasa kerajaan

(6)

6

Majapahit. Pasukan tersebut mulai di kenal pada saat pemerintahan Jayanegara. Nama Bhayangkara sendiri merupakan adaptasi dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Jawa Kuno yang arti sesungguhnya adalah hebat atau mengerikan. Di kerajaan Majapahit Bhayangkara merupakan pasukanya kesayangan raja dan masyarakat karena, melalui pasukan tersebut negara dan masyarakat akan terlindungi. Karenanya menurut Serat Pararaton, beberapa dari pasukan yang di istemewakan tersebut membentuk komplotan untuk menggulingkan Jayanegara dari takhta kekuasaannya (Krisna Bayu Adji, 2014: 65). 4. Nama Majapahit dan Hayam Wuruk Diabadikan sebagai Nama Jalan, Lebih jauh,

Majapahit adalah kerajaan besar yang cukup kita lihat kekuasaannya pernah meliputi seluruh Nusantara. Dari sinilah nama tersebut dikenal sangat luas hingga akhirnya diabadikan sebagai nama jalan. Begitu juga dengan raja Hayam Wuruk di kenal sangat luas karena merupakan raja yang pernah membawa Majapahit menuju zaman ke emasannya. Dari nama tersebut kita bisa mengemukakan sebuah pendapat dimana sebenarnya mereka memilki satu kesamaan, yakni sama-sama membawa pengaruh besar terhadap Indonesia masa kini.

Sitem sosial budaya merupakan tingkatan yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat dimana hal tersebut memperoleh nilai yang merupakan konsep mengenai sesuatu yang ada dalam alam pikiran sehingga bersifat sangat berharga, dan penting dalam hidup dan berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah pada kehidupan dan masyarakat. Sebagai kerajaan yang terbesar dan terluas wilayah Majapahit telah mewariskan sesuatu kebudayaan yang luar biasa. Dimana warisan tersebut tidak hanya pada ranah politik, tetapi juga dalam bebragai aspek yang disumbangkan dalam bidang sosial budaya yang di antaranya yaitu:

1. Karya Sastra meliputi; Kitab Negara Kertagama dikarang oleh Mpu Prapanca pada bulan Aswina tahun Saka 1287 (September-Oktober 1365 M), Kitab Sutasoma dikarang oleh Mpu Tantular yang di gubah di bawah lindungan Sri Ranamanggala semasa pemerintahan Hayam Wuruk, yakni sekitar 1365-1389 M, dan Kitab Arjunawijaya naskah tersebut di karang oleh Mpu Tantular semasa pemerintahan Hayam Wuruk bertemakan kemenangan Arjuna Kartawirya atas Rahwana (Dasamuka).

2. Karya Seni meliputi, Seni Hias (ornamen), Seni Patung, dan Seni Kriya.

3. Keris, sejarah mencatat bahwa banyak sekali keris yang di buat pada zaman kerajaan Majapahit. Di antaranya yang paling terkenal dan melegenda adalah keris pusaka Taming Sari, Condong Campur, Sabuk Inten, dan Naga Sasra. Sebagian besar dari keris tersebut sekarang ini banyak yang tidak di ketahui keberadaannya karean di duga menghilang dengan sendirinya (disebabkan oleh unsur magis di dalamnya), dan sebagian di simpan di museum seni (Teguh Panji, 2015: 358).

Dari perkembangan tersebut Majapahit berhasil menghimpun kerajaan-kerajaan di Nusantara baik dalam menghadapi perkembangan arus global maupun dari segi perdagangan, dan politik. Sehingga inilah yang menjadi sebuah sumbangan-sumbangan positif yang tentunya bisa kita rasakan dan ada hingga saat ini. Salah satu tokoh yang mempunyai semangat dan perjuangan yang besar yaitu pendiri Bangsa dan Negara Indonesia khususnya Bung Karno, sangat sadar akan besar dan beratnya tantangan menegakkan kesatuan diatas hamparan kemajemukan sosial budaya di Nusantara.

(7)

7 Simpulan

Kerajaan Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang terletak di lembah sungai Brantas di sebelah Tenggara kota Mojokerto berdiri pada tahun 1292 yang pada saat itu hanya sebuah desa. Pada tahun 1293 daerah tersebut di tingkatkan menjadi pusat kerajaan baru dengan nama Majapahit. Nama tersebut diambil dari buah Maja yang rasanya pahit. Kerajaan Majapahit terlahir pada hari penobatan Raden Wijaya yang bertahta pada tahun 1293 hingga 1309 dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

Proses berdirinya kerajaan Majapahit tidak bisa dilepaskan dari semangat awal yang dilakukan oleh Raden Wijaya yang menyusun dan menyiapkan beberapa cara yang tepat untuk memulai dan membuka daerah hutan Tarik yang sebelumnya berhasil melarikan diri ke Madura untuk meminta perlindungan Arya Wiraraja. Salah satu faktor berdirinya kerajaan Majapahit yakni karena adanya serangan dari Jayaketwang (Adipati Kediri) yang berhasil membunuh Kertanegara. Dimana penyebab terjadinya serangan tersebut di sebabkan oleh faktor penolakan pembayaran upeti.

Dari perkembangan kerajaan Majapahit di dukung oleh letak geografi dan gambaran kota kerajaan yang luas sehingga dapat dIketahui bahwa pada saat itu mempunyai daerah kekuasaan yang besar dan kuat. Wilayah kekuasaan yang strategis letaknya di lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo yang dimanfaatkan untuk pertanian dan dikerjakan oleh orang-orang Majapahit. Salah satu bentuk pertanian yang dilakukan yaitu menanam padi. Selain pertanian, melakukan perdagangan dan membentuk jejaring peniagaan yang baik dan melakukan pengeksporan serta menjalin hubungan dengan beberapa daerah lainnya. Sehingga inilah faktor yang mendukung proses kejayaan Majapahit pada saat itu.

Adapun beberapa sumbangan Majapahit yang sampai saat ini sangat berdampak besar bagi bangsa kita dalam pemerintahan yaitu kalimat Bhinneka Tunggal Ika, Bendara Merah Putih, Bhayangkara, serta nama tokoh yang sangat penting yaitu Gajah Mada diabadikan sebagai nama Universitas yang berada di Yogyakarta dan nama Hayam Wuruk diabadikan sebagai nama jalan. Sumbangan dalam bidang sosial budaya meliputi karya sastra, karya seni dan keris. Adapun beberapa peninggalan-peninggalan Majapahit antara lain Candi Tikus, Candi Brahu, Gapura Bajang Ratu, Gapura Wringin Lawang yang dapat kita kunjungi di Dukuh Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan Mojokerto Jawa Timur.

Daftar Pustaka

Imam Mash’ud, 2014. Babad Tanah Jawi, Yogyakarta: LkiS.

Krisna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad, 2014. Senjakala Majapahit, Menguak Sejarah dan Kebusukan Politik Majapahit, Yogyakarta: Araska.

Krisna Bayu Adji, 2014. Sejarah Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan di Nusantara, Yogyakarta: Araska.

Muhammad Muhlisin, 2015. Runtuhnya Majapahit dan Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam di Bumi Jawa, Yogyakarta: Araska.

Slamet Muljana, 2006. Negara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya, Yogyakarta: LkiS.

Slamet Muljana, 2011. Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit), Yogyakarta: LkiS.

(8)

8

Soedjipto Abimanyu, 2013. Babad Tanah Jawi, Yogyakarta: Laksana.

Soekmono, 2010. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia II, Yogyakarta: Kanisius. Teguh Panji, 2015. Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit, Yogyakarta: Laksana.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat terdapat dua jenis implikatur yaitu implikatur percakapan dan implikatur konvensional, tiga sifat implikatur, yaitu

3) surat pernyataan kesanggupan mematuhi persyaratan teknis bangunan (Format IMB. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf b untuk IMB.. Bangunan Gedung Bukan

dalam menentukan kebijakan dan langkah-langkah untuk memberikan perlindungan hukum yang baik terhadap konsumen yang berkaitan dengan agen asuransi dalam penyampaian

Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

Pembangunan KPH Tana Toraja merupakan program Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tana Toraja yang memiliki visi “terwujudnya pengelolaan kawasan hutan produksi yang

Bioremediasi lahan tercemar limbah lumpur minyak selama 42 hari menunjukkan bahwa perlakuan B2 yakni penambahan konsorsia inokulan mikroba berbasis kompos iradiasi dalam 30 %

[r]