• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia. Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia. Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Simposium Nasional dan Kongres X

Jakarta, 12 – 14 November 2008

Makalah Profesional

IATMI 08 – 003

Corporate Social Responsibility sebagai acuan

Pembinaan Sumber Daya Manusia bidang Minyak dan Gasbumi

Sunoto Murbini,Lembaga Sertifikasi Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Abstract

Setelah lebih dari 100 tahun pengusahaan Minyak dan Gas Bumi (Migas), dengan puncak kemampuan produksi sekitar tahun 1900-an, maka dapat diyakini adanya Pengalaman yang cukup tinggi dimiliki oleh Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia Berdirinya sekolah Tinggi Perminyakan Institut Teknologi Bandung pada tahun 1962 dan disusul oleh beberapa Perguruan Tinggi lainnya di Indonesia, menjadikan modal adanya Pembinaan terstruktur secara Nasional bagi para tenaga muda Perminyakan Indonesia saat ini.

Sejalan dengan tumbuhnya pembangunan dari pengusahaan Sumber Daya Alam untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan umat manusia, yang juga berakibat pula pada perubahan “cara berpikir” para pelaku yang tersentuh kegiatan tersebut, maka diperlukan “acuan pola pikir” untuk menjadi pedoman.

ISO 26000 yang memuat Kreteria Sosial dengan “prinsip-pronsip substansial” nya yang sedang dikembangkan oleh para permerhati dikalangan Internasional dapat menjadikan acuan dalam menyusun pola pembinaan SDM Migas di Indonesia.

Kebijaksanaan mengacu pada pengupayaan pencapaian tujuan yang paling baik dengan cara-cara terbaik Frances Hutcheson

Kata Kunci: Corporate social responsibility,

Pedoman Universale, PembinaanTenaga Ahli Migas

1 . Pendahuluan

Tenaga kerja perminyakan Indonesia sebenarnya sudah terdidik sejak tahun 1885, dimana pertama kali dilakukan pemboran sumur Telaga Tunggal1 dekat Pangkalan Brandan Sumatra Utara oleh Royal Dutch atau Shell Group, suatu perusahaan Belanda.

Tenaga kerja terdidik secara alami, sejalan dengan diketemukan minyak di wilayah bumi Pertiwi ini, dan pendidikan,

pelatihan tenaga kerja, dilaksanakan sekedar untuk memenuhi kebutuhan tenaga trampil dalam membantu perusahaan asing yang sedang beroperasi di wilayah ibu Pertiwi.

Sejalan dengan tercapainya kemerdekaan Indonesia, dirasa perlu pendidikan perminyakan bagi putra putri Indonesia agar dapat mengelola pengusahaan minyak dengan tenaga kerja sendiri.

Pendidikan tenaga perminyakan kelas menengah mulai dirintis pada tahun 1951, di Prabumulih Sumatra Selatan yang dilakukan oleh perusahaan Belanda BPM Shell, yang dinamakan Middlebarrel Petroleum School (MPS).

Pada awalnya MPS menerima anak didik dari lulusan setingkat SMP. Penerimaan tingkat pendidikan berubah menjadi setara SMU sejalan dengan berubahnya MPS menjadi Pendidikan Ahli Minyak atau PAM.

(2)

Selanjutnya untuk menambah kualitas tenaga kerja lulusan PAM tersebut setelah bekerja 2 atau 3 tahun diberi kesempatan ke jenjang perguruan Tinggi.

Tahun 1911, BPM ( Bataafse Petroleum Maatschappy, perusahaan minyak Belanda menemukan minyak di Jawa dan Kalimantan (Borneo). Disusul penemuan minyak didaerah Seram, Maluku dan Irian ( Papua sekarang), oleh perusahaan dari Belanda.

Tahun 1912 perusahaan minyak STANVAC ( Standard Vacum) dari Amerika menemukan ladang minyak di Pendopo Sumatera Selatan , disusul kemudian tahun 1931 CALTEX mendapatkan izin mengusahakan konsensi pengusahaan minyak di Duri Sumatra Selatan.

Tahun 1967, Total Indonesie perusahaan minyak dari Perancis mulai beroperasi dilepas pantai Kalimantan Timur dan tenaga perminyakan di wilayah lautan mulai terbentuk di Wilayah Kalimantan Timur. Tahun 1968, kegiatan perminyakan di laut Jawa Barat sebelah utara dimulai oleh perusahaan minyak Amerika, IIAPCO . (Independent Indonesia Amerika Petroleum Company), tenaga kerja perminyakan mulai digunakan diwilayah laut jawa bagian utara. Secara alami tenaga kerja perminyakan terbina, terdidik dan tersebar diwilayah indonesia yang luas ini, sejalan dengan keberadaan kegiatan perminyakan diwilayah tersebut.

2.

Pembinaan

Tenaga

Ahli

Perminyakan Indonesia

Pendidikan tenaga ahli perminyakan mulai diperhatikan sejalan dengan semangat pembangunan mengisi kemerdekaan yang diproklamasikan Sukarno Hatta pada 17 Agustus 1945. Perusahaan minyak asing mulai menyerahkan tanggung jawab pengusahaan eksplorasi dan eksploitasi kepada pemerintah dan tenaga ahli Indonesia.

Sejak tahun 1950 banyak tenaga ahli lulusan bagian Tambang mendalami dengan mengambil studi teknik perminyakan. Gejolak politik pada saat itu membentuk semangat kebangsaan yang tinggi untuk mendirikan pendidikan perminyakan dan terbentuklah bagian Teknik Perminyakan di

ITB dan kuliah Teknik perminyakan dimulai tahun 1960.

Untuk mengisi tenaga kerja jajaran menengah maka bagian Teknik perminyakan ITB membentuk Akademi Perminyakan Permina (APP) dengan dukungan dari Dirut Permina Ibnu Sutowo. Akademi ini kemudian dipindahkan ke Cepu Jawa tengah dengan nama Akamigas. Sejak tahun 1968 dengan dibentuk PERTAMINA ,yang merupakan gabungan perusahaan perminyakan di Indonesia, maka semangat pembinaan tenaga perminyakan Indonesia semakin bergulir seperti bola salju.

Hubungan Pendidikan Tinggi Perminyakan semakin mendekat dan terstruktur beriringan dengan Industri. Meskipun ada sedikit pandangan yang berbeda antara kalangan politisi dan pemerintah dengan para pebisnis dan investor asing, namun tetap terbentuklah Indonesian Petroleum Association (IPA) yang merupakan wadah Industri Hulu yang mendorong tumbuh dan berkembang kemampuan nasional dalam perminyakan di Indonesia.

Selanjutnya para Ahli Teknik Perminyakan di Indonesia tergerak untuk membentuk wadah organisasi profesi. Dosen dan Alumni Departemen teknik perminyakan ITB saat Lustrum IV ITB, membentuk task force dari HMTM Patra ITB, dan dalam pertemuan tanggal 7 Juni 1979 di wisma Prapanca LEMIGAS di Jakarta, Lahir organisasi Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia disingkat IATPI. Namun singkatan tersebut berubah menjadi IATMI, sebab IATPI sudah dipakai Ikatan Ahli Teknik Penyehatan Indonesia .

IATMI dalam langkah dan tujuan organisasi adalah membina kemampuan para tenaga ahli perminyakan untuk meningkatkan kualitas kemampuan, meningkatkan keahlian dalam mengusahakan kegiatan perminyakan Indonesia untuk kemakmuran bangsa dan rakyat Indonesia. Dalam arti adalah Perguruan Tinggi, kalangan Industri dan Assosiasi profesi yang lebih memfocuskan pembinaan Sumber Daya Manusia Indonesia dalam memproduksi minyak dan gasbumi Indonesia untuk sebesar besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan bangsa .

(3)

3.

Pertumbuhan

Tenaga

Ahli

perminyakan Indonesia

Pengusahaan perminyakan atau minyak dan gas bumi (Migas) masih merupakan aktivitas usaha yang menjadi penggerak perekonomian nasional dan penghasil devisa, serta pajak yang masih cukup potensial untuk mendukung APBN. Bahkan kegiatan pengusahaan migas sangat kecil menerima pengaruh akibat krisis ekonomi dan moneter di tahun 1997 dan 2008 ini . Hal ini menjadikan aktivitas pengusahaan Migas menjadi pilihan para pelaku ekonomi dan pencari kerja di Indonesia.

Aktivitas pengusahaan Eksplorasi dan Produksi Migas akan selalu menyentuh lingkungan masyarakat serta lingkungan kehidupan di wilayah manapun di daerah operasinya, demikian juga di Indonesia yang luas ini..

Kebutuhan tenaga ahli migas semakin berkembang sejalan dengan tumbuhnya kegiatan pengusahaan migas tersebut. Dari tingkatan kemampuan tenaga kerja dasar, menengah sampai kemampuan atas, atau tenaga ahli; tumbuh dalam jumlah yang cukup.

Khususnya bagi Tenaga Ahli Migas, jumlah ini tumbuh dan berkembang dalam jumlah yang memenuhi, namun sejalan dengan persaingan global dan tuntutan teknologi serta effektivitas kerja, maka “Tenaga Ahli” yang berkualitas, dalam arti “kualitas dalam mutu dan etika” yang selalu mendapat formalitas kesempatan.

Permintaan pasar tenaga kerja saat ini adalah memperoleh Tenaga Ahli Migas yang cukup mempunyai pengalaman dalam pekerjaan dan mempunyai nurani dan etika baik dalam kehidupan maupun dalam tanggung jawab pekerjaan.

Para Ahli Migas dalam aktivitas pengusahaan Migas mempunyai tugas dan kewajiban mendapatkan hasil dengan nilai ekonomis yang optimal, tanpa menimbulkan dampak negatif yang akan menimbulkan kerugian, sebagai akibat perubahan keseimbangan alam, perubahan lingkungan hidup, perubahan tatanan sosial masyarakat, perubahan ekologi lingkungan dan perubahan ekonomi yang besaran nilainya tidak dapat dihitung.

Kesemuanya aktivitas ini perlu ditangani secara profesional dengan tetap

mengutamakan prinsip-prinsip keekonomian sehingga pengusaha, pemerintah dan masyarakat tetap bisa menikmati sumber daya alam dan aktivitas turunannya serta tidak bertentangan dengan Undang undang dasar republik Indonesia 1945.

Tumbuh dan berkembangnya para tenaga ahli sejalan dengan perubahan Tatanan Ekonomi, Tatanan Global dan Tatanan Sosial yang kesemuanya sangat memerlukan tuntutan “Pola pikir” yang mempunyai Pedoman Universal sebagai acuan.

Pedoman Universal tersebut dirasakan sangat perlu dalam melangkah sejalan dengan pertumbuhan jumlah Tenaga Ahli Migas yang semakin diperlukan.Pedoman Universal tersebut tumbuh dan berkembang sejalan dengan berkembangnya pemikiran rasa tanggung jawab kepada pribadi, kepada perusahaan, kepada lingkungan, kepada masyarakat, kepada bangsa, bahkan kepada Tuhan , yang kesemuanya itu dikenal dengan istilah Sosial Responsibility yang menjadi ilmu terapan. Kebijaksanaan dalam implemetasi prinsip-prinsip Social Responsibility perlu dilandasi dengan Pedoman yang benar serta Profesionalisme dan sentuhan nurani dari para pelaksananya..

4.

Social

Responsibility

dan

pengembangan ISO 26000

Pemikiran Social Responsibility berkembang

sejak tahun 1990-an, dengan pemikiran bahwa Social Responsibility sangat diperlukan dalam dunia yang semakin berpandangan dan beraktivitas global. Arus barang, jasa, modal, tenaga kerja, sumber daya alam dan teknologi telah bergerak melewati batas negara menyebar keseluruh dunia

Pembangunan tidak lagi terbatas pada lingkup negara tersebut, namun sudah menyeberang menjadi milik dunia dengan standard yang telah ditentukan sama dimana-mana.

Pembangunan dan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan tersebut berlangsung dalam ruang lingkup global serta saling timbal balik terjadi antara sistem ekonomi, sosial dan lingkungan.

Sehingga terjadi produksi dari suatu aktivitas di negara yang berbeda, sangat

(4)

terkait dengan rangkaian aktivitas yang berada dinegara lain. Keadaan ini akan tumbuh dan berkembang berkelanjutan pada sistem ekonomi, sosial dan lingkungan global.

Keadaan tersebut menjadikan pemikiran, bagaimana menjamin keutuhan pembangunan yang berkelanjutan yang bermuatan ekonomi, sosial dan lingkungan bila aktivitas produksinya tersebar di banyak negara ?.

Jawaban yang berkembang adalah dengan sistem Standard Internasional maka permasalahan tersebut dapat diselesaikan sehingga produksi dan aktivitas dari berbagai negara, yang sudah memenuhi standard yang ditetapkan dapat saling menunjang, dan negara-negara tersebut telah mencerminkan pembangunan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan berkelanjutan secara global.

Awal dari pengembangan Standard Internasional bagi kriteria ekonomi adalah ISO 9000 dengan berbagai turunannya. Produk dari negara manapun akan mempunyai kualitas yang sama apabila memperoleh sertifikat ISO 9000.

Berikutnya Standard Internasional bagi kriteria lingkungan, yaitu ISO 14000 dengan berbagai turunnya. Dimanapun produk dihasilkan dan telah memenuhi standard ISO 14000 maka terpenuhilah kriteria lingkungan dalam proses produksinya.

Saat ini masyarakat di dunia sedang mempersiapkan menuju abad Milenium, sedangkan masalah Sosial masih menjadi perbedaan yang mencolok antara negara maju dan negara tertinggal. Untuk mengantisipasi tersebut mulai disusun Standard Internasional bagi kriteria Sosial, yakni ISO 26000, yang memuat kriteria sosial dengan substansial prinsip-prinsip

lingkungan, hak azazi manusia, hak

tenaga kerja, pengelolaan

ketatalaksanaan organisasi, praktek bisnis yang adil dan fair, penglibatan masyarakat madani dan issue konsumen

Working draft-2 ISO 26000 sudah diedarkan pada Oktober 2006, kemudian draft ISO 26000 akan diedarkan akhir 2007, namun materi substansial dan prinsip- prinsip dari judul “ Guidance on

Social Responsibility” dapat dipakai sebagai

pedoman oleh suatu Organisasi untuk mengelola kriteria Sosial.

Stakeholder Social Responsibility adalah Komunitas, Institusi dan Organisasi yang merupakan 6 (enam) katagori yaitu :

1. Consumers 2. Government 3. Industry 4. Labour 5. NGO 6. Others

Sebenarnya selalu timbul pertanyaan; kenapa Industri harus memperhatikan Social Responsibility, terhadap komunitas dan lingkungannya.??

Ada pandangan bahwa keterkaitan yang erat antara Industri dengan salah satu stakeholder, yaitu Masyarakat, memberikan manfaat antara lain sebagai berikut : 1. Keterkaitan Internal, perusahaan akan

tumbuh dan berkembang bersama masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

2. Keterkaitan Keamanan, lingkungan

yang kondusif dari masyarakat menunjang kegiatan opersional perusahaan agar berjalan lancar (

security based on community )

3. Keterkaitan Tuntutan, adanya kebutuhan masyarakat atas keberadaan perusahaan tersebut yang memberikan efek ganda berkelanjutan dalam bidang kesejahteraan.

4. Keterkaitan Bisnis, diharapkan ada peningkatan dalam product value agar dapat diterima pasar (contoh: SR dan ISO )

5. Keterkaitan Legal, adanya peraturan dan perundang-undangan yg ditetapkan oleh negara. (misal Permen BUMN No.05/MBU/2007 ttg Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan)

Program-program Corporate Social Responsibility dari Industri yang selama ini

telah dilaksanakan lebih bersifat Pengembangan Komunitas Masyarakat (

Community Development), sedikit sekali

yang bersifat kedermawaan (Charity); kegiatan tersebut meliputi keterkaitan pada bidang-bidang antara lain :

 Pendidikan ( Beasiswa, rehabilitasi sekolah )

(5)

 Kesehatan (Penyuluhan kesehatan, posyandu, kebersihan sekolah, donor darah)

 Lingkungan ( Penghijauan, konservasi manggove, program pantai bersih)

 Pemberdayaan Masyarakat (kebutuhan pokok dan pendapatan)

Program - program tersebut dirasa perlu dikembangkan dengan menambah program yang lebih terfokus dalam industri migas , yaitu penciptaan tenaga kerja dan tenaga ahli migas yang mempunyai kualitas siap pakai dan siap diserap pasar nasional maupun pasar global.

Assosiasi Profesi yang merupakan salah satu Stakeholder SR ( termasuk dalam kelompok others), mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kualitas anggotanya sebagai bagian dari fungsi pengembangan Profesionalisme. Sedangkan Pemerintah , Industri akan menunjang program pembinaan tersebut dengan menyediakan sedikit dana dari Corporate Social Responsibility (CSR) masing-masing.

5. Sumber Daya Manusia Migas

yang diperlukan pasar.

Para Tenaga Ahli Migas yang saat ini telah bekerja pada bidang keahliannya, bisa saja mengalami hambatan sosial dalam mengimplementasikan pedoman, peraturan dan standard teknis ditetapkan.

Bukan hal yang mudah membuat sikron dan harmoni antara hambatan sosial dengan pedoman, peraturan dan standard teknis. Banyak tindakan dan tuntutan yang harus dipenuhi, sedangkan operasi pengusahaan Migas harus tetap efektif, effisien dan optimal untuk mengindari kerugian.

Untuk harmonisasi dan sinkronisasi diperlukan adanya Pedoman yang universal yang akan menjadi acuan tindakan “ Kebijaksanaan nurani” . Dengan adanya Pedoman Universale tersebut, akan menghasilkan solusi paling optimal sebagai perpaduan Visi-Misi Innstitusi tempat beraktivitas, aturan pemerintah, tuntutan masyarakat dan kebutuhan lingkungan, serta Visi Misi Pribadi.

Kondisi dan situasi yang terjadi pada beberapa Tenaga Ahli Migas seperti diuraikan diatas , dirasa perlu adanya

penanganan yang efektif, yang harus dipersiapkan oleh Institusi sendiri.

Untuk itu dirasa perlu dilakukan

pemberdayaan pribadi masing- masing

Tenaga Ahli Migas, agar mereka dapat mencapai optimal dalam melaksanaan aktivitasnya.

Pemberdayaan dimaksud dengan meningkatkan gairah kerja melalui pemahaman lebih luas dan lebih dalam atas

Corporate Social Responsibility ( CSR)

yang merupakan Pedoman Universale yang dapat dipakai sebagai acuan pelaksanakan bertindak, menetapkan kebijaksanaan didalam pribadi masing-masing.

Pemahaman CSR tidak saja akan membawa tenaga Ahli Migas tersebut dapat menjaga Lingkungan , namun terjaga juga hubungan dengan semua komponen dalam Stake holder.

Sebaliknya bagaimana Tenaga Ahli Migas tersebut terbina dan terbentuk, sebab Tenaga Ahli Migas yang sudah selesai manjalani pendidikan formal, dan akan masuk kepasar lapangan kerja selalu dituntut mempunyai Kompetensi, dimana terdapat komponen Knowledge capabilities , Skill Expierence yang dilandasi dengan Attitude nurani Soft skill.

6.Peran

Asosiasi

Profesi

Perminyakan Indonesia

Assosiasi Profesi Migas merupakan salah satu bagian dari 6 (enam) katagori stakeholder Social Responsibily yang mempunyai kemudahan dalam komunikasi dan sebagai fasilitator penggerak pembinaan Sumber Daya Manusia bidang Migas.

Kemudahan tersebut hendaknya membuat Assosiasi Profesi tumbuh menjadi mesin penggerak mencari optimalisasi penyediaan Data Tenaga Ahli bidang Migas yang telah menyelesaikan pendidikan formalnya dengan melaksanakan ;

a) Pembinaan tenaga Ahli Migas menjadi siap masuk kepasar kerja Industri Migas

b) Memfasilitasi peningkatan Skill dan Keahlian dengan pelatihan yang lebih intensif di sektor riel ( kerja nyata dalam magang) ,

(6)

untuk mendapatkan keahlian dalam pengalaman kerja (skill)

c) Mengkonsolidasi para Tenaga Ahli bidang Migas untuk dapat menyusun Standard Kompetensi Kerja pada masing-masing keahlian di bidang kegiatan pengusahaan migas.

d) Membantu Pemerintah melalui departemen terkait , bekerja sama dengan Assosiasi Profesi terkait, bekerja sama dengan Industri terkait untuk menyusun program Pembinaan Tenaga Ahli Migas

e) Menyusun program Pembinaan Tenaga Ahli Migas pasca pendidikan formal bersama Industri, Pemerintah dan diharapkan didukung oleh Assosiasi Industri dan Industri. Demikian juga Assosiasi Profesi dengan Visi dan Misi yang telah ditetapkan hendaknya dapat menyusun "Blue Print”, pengembangan Sumber Daya Manusia bidang Migas dengan meningkatkan kualitas anggotanya melalui Sertfikasi Kompetensi dan diharapkan dapat menjadi mitra kerja bagi Stakeholder Corporate Social Responsibility.

Pemberdayaan Organisasi diharapkan dapat dioptimalkan dengan melalui pengembangan informasi secara teratur tentang Program Pengembangan Kompetensi melalui jadwal Workshop, Pelatihan dan Sertifikasi Profesi

5. Penutup

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility ) dari aktivitas pengusahaan Migas, tidak lepas dari kerja sama para Pemangku Kepentingan (Stakeholder) yaitu Consumers, Government, Industry, Labour, NGO dan Others , dimana Assosiasi Profesi ternmasuk didalammya.

Meskipun ISO 26000 masih dalam proses rancangan final namun diharapkan para Tenaga Ahli Migas tetap dapat mengikuti dan menyempurnakan selanjutnya menumbuh kembangkan pola pikir dan pola kebijaksanaan melaksanakan pengusahaan migas dengan berpedoman substansi Tanggung Jawab Sosial(Social

Responsibility ) untuk mendapatkan

optimalisasi dalam menetapkan segala solusi kebijaksanaan pengusahaan Migas. Oleh sebab itu perlu langkah-langkah terpadu sebagai berikut:

 Assosiasi Profesi Perminyakan aktif dalam mengikuti perkembangan penyusunan ISO 26000 tentang

Guidance on Social Responsibility

 Assosiasi Profesi Perminyakan menyusun Cetak Biru “ Blue Print” pembinaan Sumberdaya Manusia Migas untuk menuju abad Milenium yang tidak bisa dicegah dan bersifat global.

 Assosiasi Profesi Perminyakan melaksanakan pembinaan Tenaga Ahli Migas dengan menggalakkan Sertifikasi Kompetensi Profesi Ahli Migas sebagai ukuran peningkatan Standard Kemampuan Teknis.  Assosiasi Profesi Perminyakan

mendorong dan mengusulkan langkah – langkah yang lebih kongkret pada Pemerintah dan Departemen Teknis terkait dalam melaksanakan pembinaan Tenaga Ahli Migas melalui Tahap Sertifikasi Kompetensi Profesi.

Referensi bacaan:

1. 40 tahun Departemen Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung.

2. Sejarah Ekplorasi Migas Indonesia, Direktory IATMI 2004

3. Mengembangkan semangat Social Responsibility dengan sentuhan Soft Skill dalam pribadi Profesional Migas

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Pendaftaran Antrean Paspor Online (APAPO) dilengkapi keterangan atau pemberitahuan terkait pengisian surat pernyataan wajib menggunakan pulpen hitam, menyiapkan

Bab 6 (Perancangan) aliran proses produksi dari diagram aliran proses produksi dan identifikasi barang ½ jadi atau Barang masih dalam proses, terja dikelambatan karena

Pada tabel 1.1 di atas dapat dilihat total penerimaan pajak kota Bandung lebih besar di bandingkan dengan penerimaan pajak di kota lain dalam lingkungan Kantor

Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan pengecekan data yang berasal dari wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pendidik dan peserta didik di MTs N

Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahamannya tentang komunikasi terapeutik dengan keluarga pasien pre sectio caesarea, tingkat pendidikan yang dienyamnya

Setelah dilakukan pengumpulan data yang telah didapatkan, selanjutnya peneliti melakukan analisis data yang terkumpul dengan berbagai cara sebagai berikut; (1)

Objek penelitiannya adalah perkembangan kepribadian tokoh utama dan kaitannya dengan ungkapan emosi yang terdapat dalam novel “Moga Bunda Disayang Allah karya Tere

Secara umum disebagian kota besar di Indonesia pertumbuhan penduduknya lebih banyak disebabkan migrasi dari pada pertumbuhan penduduk secara alami (kelahiran) kota menjadi salah