• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUA PULUH KEBIASAAN YANG MENGHALANGI ANDA MENUJU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DUA PULUH KEBIASAAN YANG MENGHALANGI ANDA MENUJU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DUA PULUH KEBIASAAN YANG MENGHALANGI ANDA MENUJU PUNCAK

Seperti yang dikatakan Peter Drucker: “Kita banyak menghabiskan waktu mengajari pemimpin apa yang harus dilakukan. Tapi tidak punya cukup waktu untuk mengajari para pemimpin apa yang harus dihentikan. Separuh dari para pemimpin yang saya temui tidak perlu belajar apa yang harus dilakukan, mereka perlu belajar apa yang harus dihentikan”. Berikut ini adalah dua puluh kebiasaan yang mungkin perlu Anda hentikan:

1. Selalu ingin menang: selalu ingin menang apapun risiko dan situasinya – apakah itu penting atau tidak penting, atau ketika tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Jika keinginan untuk menang itu adalah gen dominan dalam DNA keberhasilan kita – jika keinginan itu terlalu besar justru akan membatasi keberhasilan kita.

2. Terlalu banyak memberi masukan: keinginan yang terlalu besar untuk memberi masukan pada setiap diskusi. Kebiasaan lama susah hilang. Sulit sekali bagi orang sukses untuk mendengarkan orang lain memberi tahu apa yang sudah mereka ketahui tanpa

mengkomunikasikan (a) saya sudah tahu, dan (b) saya tahu yang lebih baik.

3. Meneruskan penilaian: kebutuhan untuk menilai orang lain dan menetapkan standar kita kepada mereka. Meneruskan penilaian adalah satu dari cara terselubung untuk membuat orang menjauh dan menahan kita dari kesuksesan yang lebih besar. Hasil yang pasti dari meneruskan penilaian kepada yang berniat membantu kita adalah mereka tidak akan membantu kita lagi.

4. Membuat komentar yang merusak: sarkasme yang tidak perlu dan memotong pembicaraan yang dimaksudkan untuk membuat kita terlihat tajam dan pintar. Komentar merusak adalah kebiasaan yang

keterus-terangan sebagai alat manajemen yang efektif. Masalahnya, keterus-terangan bisa dengan mudah menjadi senjata. Orang seringkali membenarkan kebiasaan ini dengan alasan itu adalah kenyataan.

5. Memulai dengan “tidak”, atau “Namun”: terlalu banyak

menggunakan penanda negatif ini secara tidak langsung mengatakan pada setiap orang “saya benar”, Anda salah”. Saat Anda memulai kalimat dengan “tidak”, Tapi”, “namun”, atau variasinya, tidak peduli seberapa ramah nada, atau kata-kata baik lain yang menyertainya untuk menghargai orang lain, pesannya kepada orang lain adalah KAMU SALAH.

6. Menunjukkan betapa pintarnya Anda: kebutuhan untuk menunjukkan kepada orang bahwa Anda lebih pintar dari yang mereka pikirkan. Kebanyakan dari kita melakukan ini secara diam-diam dan tidak pintar, seharian penuh.

Kita melakukan ini kapanpun kita bersepakat dengan orang yang menawarkan kita ide-ide nyata, yaitu saat kita mengangguk secara tidak sabar saat orang bicara, saat bahasa tubuh kita mengesankan bahwa kita tidak mendengarkan sesuatu yang sudah pernah kita dengar, atau mengetuk-ngetuk jari saat mendengarkan orang bicara. 7. Berbicara ketika marah: menggunakan perubahan emosi yang drastis sebagai alat manajemen. Ketika Anda marah Anda biasanya lepas kendali. Sulit memimpin orang ketika Anda sendiri lepas kendali. Anda mungkin mengira bisa mengendalikan dengan amarah, bahwa Anda bisa menggunakan kemurkaan spontan untuk memanipulasi dan memotivasi orang. Tapi sulit untuk memperkirakan bagaimana orang akan bereaksi terhadap kemarahan. Mereka akan menjauh.

8. Sikap negatif, atau “Biar saya jelaskan kenapa itu tidak bisa”: keinginan untuk berbagi pikiran negatif meski tidak diminta. Kita menggunakannya (atau variasinya seperti “Masalahnya adalah... “) untuk menonjolkan keahlian atau kekuasaan kita yang lebih dari orang lain. Hal itu akan membuat kita dianggap sebagai semena-mena atau tukang kritik.

9. Menahan informasi: keengganan untuk berbagi informasi untuk membuat kita tetap pada posisi yang menguntungkan. Jika Anda tidak mengerti kenapa itu membuat orang terganggu, bagaimana perasaan Anda pada situasi berikut:

- Sebuah pertemuan yang Anda tidak tahu.

- Sebuah memo atau e-mail yang Anda tidak mendapat salinannya. - Saat di mana Anda adalah orang terakhir yang tahu.

Anda mengira dengan menahan informasi Anda mempertahankan kekuasaan, tapi sebenarnya Anda menyuburkan ketidakpercayaan.

10. Tidak bisa menunjukkan penghargaan terhadap orang lain. Ketidakmampuan untuk memuji dan memberi imbalan. Jika Anda melakukan hal tersebut terhadap orang yang berkonsentrasi terhadap keberhasilan tim, Anda tidak hanya memperlihatkan ketidakadilan dan memperlakukan secara tidak adil. Tapi Anda merampas imbalan emosional yang datang bersama dengan keberhasilan.

11. Mengakui prestasi orang lain sebagai prestasi kita: adalah cara paling menyebalkan untuk melebih-lebihkan kontribusi kita pada pencapaian. Ini menambah rasa sakit hati akibat tidak dihargai. Kita tidak hanya merampas penghargaan yang pantas diterima orang lain, tapi juga menjadikannya sebagai penghargaan kita. Dua kejahatan sekali jalan.

12. Membuat alasan: kebutuhan untuk menempatkan perilaku menyebalkan kita sebagai sebuah bawaan sehingga orang

memakluminya. Dari pengalaman saya ada dua macam alasan yang sering dipakai:

- Pertama adalah alasan konyol yang diistilahkan dengan alasan “anjing memakan PR saya”. Misalnya: “Maaf saya melewatkan kencan makan siang kita. Asisten saya salah menandai tanggal di kalender saya”

- Kedua, yang lebih halus adalah ketika kita

menghubung-hubungkan kegagalan kita dengan DNA yang sudah menjadi diri kita. Kita berbicara seakan-akan kita memiliki cacat genetik yang tidak bisa diubah.

13. Terjebak masa lalu: kebutuhan untuk menyalahkan peristiwa atau orang dari masa lalu: sebuah turunan dari menyalahkan orang lain. Banyak orang yang menikmati hidup di masa lalu, terutama jika hal itu bisa membuat mereka bisa menyalahkan seseorang jika ada sesuatu yang salah dalam hidup mereka. Itulah kenapa terjebak masa lalu menjadi sebuah permasalahan interpersonal. Kita menggunakan masa lalu sebagai senjata untuk orang lain.

14. Bermain si favorit: tidak bisa melihat bahwa kita memperlakukan seseorang tidak adil. Kita tidak bisa melihat diri kita sendiri sejelas kita melihat orang lain. Mengagumkan bagaimana para pemimpin mengirimkan sinyal halus yang mendorong bawahan untuk menahan kritikan dan memuji berlebihan kepadanya.

Pengakuan mereka terhadap orang lain berhubungan dengan bagaimana orang terlihat menyukai mereka. Bukannya atas prestasi orang-orang tersebut. Itulah definisi bermain favorit.

15. Enggan mengakui kesalahan: ketidakmampuan untuk bertanggung jawab atas tindakan kita, mengakui kesalahan, atau mengenali bahwa tindakan kita mempengaruhi orang lain. Apapun alasannya, menolak

(dan di rumah).

16. Tidak mendengarkan: adalah bentuk rasa tidak hormat yang paling pasif-agresif untuk rekan kerja. Satu-satunya waktu orang

benar-benar melihat Anda tidak mendengarkan mereka adalah ketika Anda terlihat sangat tidak sabar. Anda ingin mereka bergegas masuk pada inti. Orang memperhatikan hal tersebut. Dan jarang yang menganggapnya sebagai hal baik. Mungkin lebih baik Anda berteriak “Lanjut” kepada mereka.

17. Tidak bisa mengekspresikan terima kasih; ini adalah bentuk mendasar dari perilaku buruk. Tidak sulit untuk mengucapkan “terima kasih”. Namun masih banyak yang kesulitan melakukan manuver dasar ini. Apakah itu saat mereka mendapatkan saran yang bermanfaat atau nasihat yang tidak diinginkan, atau pujian.

Itu karena mereka bingung merespon. Terlalu banyak pilihan. Bisa menentang komentar, mempertanyakannya, memperbaikinya, memperjelas, mengkritisi, menguatkan, dan sebagainya. Apapun itu kecuali hal yang benar “terima kasih”.

18. Menghukum pembawa pesan: yaitu kebutuhan yang salah arah untuk menyerang orang yang tidak bersalah yang biasanya hanya ingin membantu. Gambarannya adalah campuran tidak mengakui kerja orang lain, mengakui prestasi orang lain, melempar kesalahan, membuat komentar merusak, dan tidak berterima kasih atau mendengarkan – dan kemudian menambah kemarahan dalam campurannya.

19. Melempar kesalahan: yaitu kebutuhan untuk menyalahkan orang lain kecuali diri sendiri. Yang aneh adalah bahwa kebiasaan ini tidak seperti kesalahan-kesalahan lain di mana umumnya pelaku tidak menyadarinya. Kita tidak membutuhkan orang lain untuk memberi tahu bahwa kita melempar kesalahan. Kita menyadarinya. Kita tahu bahwa kita harus menanggung kesalahan yang mengakibatkan kegagalan, tapi kita tidak sanggup. Kita harus mencari kambing hitam. 20. Keinginan berlebih untuk menjadi “saya”. Yaitu mencari

pembenaran atas kesalahan kita hanya karena “beginilah saya”. Anda akan sering melihat betapa mudahnya kita melanggar batas dan mulai mencari pembenaran dari kesalahan kita hanya karena kesalahan itu menjadi bagian dari apa yang kita pikir sebagai “saya”.

BAGAIMANA KITA BISA MENJADI LEBIH BAIK

Jika Anda melihat lagi kebanyakan dari kesalahan interpersonal itu berputar pada dua faktor yaitu informasi dan emosi.

menyebalkan tersebut berakar dari dorongan informasi. Saat kita meneruskan penilaian, membuat komentar merusak, atau

mengumumkan bahwa “kita sudah tahu”, atau menjelaskan “kenapa itu tidak bisa” kita punya dorongan untuk berbagi informasi. Berbagi atau menyimpan, adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Yang lainnya berpusat pada dorongan emosi. Saat kita marah, atau bermain favorit, atau menghukum pembawa pesan, kita terbawa emosi, dan memamerkannya kepada dunia.

Sebenarnya itu tidak salah. Cukup baik berbagi informasi yang bermanfaat untuk orang lain dan menyimpan informasi yang bisa menyakiti orang lain (itulah kenapa ada beberapa hal yang harus tetap disimpan). Sama halnya dengan emosi, ada saatnya dikeluarkan tapi ada saatnya juga harus disimpan.

Ada tujuh hal yang bisa kita lakukan supaya menjadi manusia yang lebih baik.

1. Umpanbalik. Umpanbalik sangat bermanfaat untuk memberitahu “di mana kita”. Tanpa Umpanbalik kita tidak akan mendapat hasil, kita tidak bisa menilai, kita tidak akan tahu apakah kita tambah baik atau tambah buruk.

Saat Anda berpikir untuk mengubah kebiasaan Anda, Anda juga harus melakukan hal yang sama terhadap rekan kerja Anda. Berikut adalah cara bagaimana Anda melibatkan orang untuk membantu Anda. 1. Lepaskan masa lalu. Betapapun nyata atau imajinatif dosa Anda

terhadap orang lain, itu semua adalah masa lalu. Anda tidak bisa menghapusnya. Sehingga Anda harus meminta semua orang untuk mengikhlaskannya.

2. Maukah mereka mengatakan kebenaran? Jika Anda menuntut kejujuran dari orang, Anda akan yakin Anda telah berada pada jalur yang benar, dan Anda tidak akan mendapat kejutan tidak menyenangkan pada akhirnya.

3. Maukah mereka mendukung, tanpa menjadi sinis, terlalu cepat menilai? Anda harus menyingkirkan semua sikap terburu-buru menilai. Lakukan itu dan orang akan lebih membantu Anda. 4. Bersediakah mereka untuk mengubah sesuatu dalam diri mereka

sendiri. Yang Anda lakukan adalah menciptakan kesetaraan, bahkan ikatan, antara Anda dan orang lain.

2. Meminta Maaf. Jika sudah siap meminta maaf, petunjuknya adalah:

2. Tambahkan “ke depan saya akan lebih baik”, mungkin tidak perlu tapi saya rasa lebih baik untuk memberi indikasi masa depan yang lebih baik.

3. Kemudian, diamlah

Jangan menjelaskan, memperumit, atau mengkualifikasi. Anda hanya berisiko mengatakan sesuatu yang memperlemah niatan Anda.

3. Mengumumkan. Setelah Anda meminta maaf, Anda harus mengumumkan. Katakan sejelas mungkin pada hal apa Anda ingin berubah. Logikanya adalah: Kita memandang orang dengan cara yang sesuai dengan stereotype yang sudah kita punya. Apakah itu positif ataupun negatif. Jika saya berpikir Anda arogan, apapun yang Anda lakukan akan terfilter melalui persepsi tersebut. Jika Anda melakukan hal positif bagi saya itu hanya pengecualian, Anda tetap Arogan. Dalam kerangka tersebut, nyaris mustahil Anda dianggap berubah betapapun keras usaha Anda.

Tapi jika Anda mengatakan bahwa Anda berusaha untuk berubah, tiba-tiba upaya Anda akan mereka perhatikan. Anda akan mulai mengikis persepsi mereka sebelumnya. Posisi Anda akan lebih baik jika Anda mengatakan pada setiap orang seberapa keras Anda telah berupaya, dan mengulangi pesannya setiap minggu.

4. Mendengarkan. Mendengar bukan aktivitas pasif di mana Anda hanya duduk dan mendengar. Pendengar yang baik menganggap mendengar sebagai proses yang aktif – dengan setiap otot terlibat, terutama otak. Seorang pendengar yang baik harus: Berpikir sebelum bicara. Anda tidak bisa mendengarkan jika Anda berbicara. Jadi, diam adalah pilihan aktif dan kita tahu itu sulit bagi beberapa orang

daripada mengangkat beban berat.

Tanya diri Anda sendiri. “Apakah setimpal?”. Tujuannya untuk membiasakan berpikir di luar diskusi untuk mempertimbangkan (a) Bagaimana orang lain menilai Anda, (b) Apa yang akan dilakukan orang setelah itu, dan (c) Bagaimana orang itu akan bersikap lain kali Anda berbicara.

5. Berterima kasih. Rasa terima kasih adalah emosi yang kompleks – dan karenanya sulit untuk diekspresikan. Seringkali ditafsirkan sebagai perilaku menurut, sedikit merendahkan. Itulah kenapa orangtua seringkali mengingatkan anak-anak mereka untuk berkata “terima kasih”. Ini adalah hal yang paling sulit diajarkan pada anak yang cenderung pemberontak.

Yang terbaik dari mengatakan “terima kasih” adalah bahwa itu menciptakan penutup pada setiap diskusi yang berpotensi

perselisihan. Apa yang mungkin bisa Anda katakan setelah seseorang

membuktikan mereka salah, atau perilaku menyerang lainnya. Anda hanya bisa berkata “sama-sama”. Semua orang menyukainya. Biasakan mengucap terima kasih

6. Menindaklanjuti. Anda tidak akan lebih baik tanpa tindak lanjut. Saat Anda menguasai seni meminta maaf, mengumumkan,

mendengarkan, dan berterima kasih, Anda harus menindaklanjuti – tanpa henti. Atau nantinya ini akan Cuma jadi aktivitas sesaat tak bermakna.

- Tindak lanjut adalah bagaimana Anda mengukur kemajuan.

- Tindak lanjut adalah bagaimana Anda mengingatkan orang bahwa Anda berupaya untuk berubah, dan mereka membantu Anda. - Tindak lanjut adalah bagaimana upaya Anda membekas di pikiran

rekan kerja Anda.

- Tindak lanjut adalah bagaimana Anda menghapus skeptisme rekan kerja bahwa Anda bisa berubah.

- Tindak lanjut adalah bagaimana kita mengakui kepada diri sendiri dan orang lain bahwa menjadi lebih baik adalah suatu proses berkelanjutan. Bukan perpindahan sementara.

- Lebih dari segalanya, tindak lanjut membuat kita berbuat sesuatu. 7. Melatih Feedforward. Ada empat langkah untuk Feedforward: 1. Pilih satu perilaku yang ingin Anda ubah, yang akan memberi

perbedaan signifikan, dan positif dalam hidup Anda.

2. Gambarkan tujuan ini dalam dialog empat mata dengan orang yang Anda kenal.

3. Minta orang tersebut dua saran di masa depan yang bisa membantu Anda meraih perubahan positif dalam perilaku yang Anda pilih.

4. Dengarkan saran tersebut, catat bila perlu. Tapi satu-satunya respon yang diperbolehkan hanya “terima kasih”.

Feedfroward sederhananya adalah kebalikan dari feedback. Jika feedback melihat ke masa lalu untuk mencari sesuatu yang bisa Anda

ubah atau perbaiki di masa lalu. Maka feedforward adalah untuk mencari sesuatu yang bisa Anda lakukan di masa depan.

SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING! P P P DUA PULUH KEBIASAAN YANG MENGHALANGI ANDA MENUJU PUNCAK BAGAIMANA KITA BERUBAH JADI LEBIH BAIK MINDMAP CONTENT

4

1

8

Learn More in Less Time

note

Aktor kelewatan dialog, penulis salah menempatkan koma, koki yang lupa satu bahan inti. Itulah yang kita bahas di sini, di tempat kerja: orang-orang yang melakukan hal yang cukup mengganggu berulang

kali dalam pekerjaan, dan tidak menyadari bahwa kesalahan kecil ini bisa menyabotase karir mereka yang sebenarnya bisa cemerlang.

Parahnya lagi, mereka tidak menyadari bahwa hal itu (a) Terjadi, dan (b) bisa diperbaiki.

OLEH : MARSHALL GOLDSMITH

WHAT GOT YOU HERE WON’T GET YOU THERE

HOW SUCCESSFUL PEOPLE BECOME EVEN MORE SUCCESSFUL!

HYPERION NEW YORK · 323 HALAMAN

ISBN-13 : 978-1401330125

(2)

DUA PULUH KEBIASAAN YANG MENGHALANGI ANDA MENUJU PUNCAK

Seperti yang dikatakan Peter Drucker: “Kita banyak menghabiskan waktu mengajari pemimpin apa yang harus dilakukan. Tapi tidak punya cukup waktu untuk mengajari para pemimpin apa yang harus dihentikan. Separuh dari para pemimpin yang saya temui tidak perlu belajar apa yang harus dilakukan, mereka perlu belajar apa yang harus dihentikan”. Berikut ini adalah dua puluh kebiasaan yang mungkin perlu Anda hentikan:

1. Selalu ingin menang: selalu ingin menang apapun risiko dan situasinya – apakah itu penting atau tidak penting, atau ketika tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Jika keinginan untuk menang itu adalah gen dominan dalam DNA keberhasilan kita – jika keinginan itu terlalu besar justru akan membatasi keberhasilan kita.

2. Terlalu banyak memberi masukan: keinginan yang terlalu besar untuk memberi masukan pada setiap diskusi. Kebiasaan lama susah hilang. Sulit sekali bagi orang sukses untuk mendengarkan orang lain memberi tahu apa yang sudah mereka ketahui tanpa

mengkomunikasikan (a) saya sudah tahu, dan (b) saya tahu yang lebih baik.

3. Meneruskan penilaian: kebutuhan untuk menilai orang lain dan menetapkan standar kita kepada mereka. Meneruskan penilaian adalah satu dari cara terselubung untuk membuat orang menjauh dan menahan kita dari kesuksesan yang lebih besar. Hasil yang pasti dari meneruskan penilaian kepada yang berniat membantu kita adalah mereka tidak akan membantu kita lagi.

4. Membuat komentar yang merusak: sarkasme yang tidak perlu dan memotong pembicaraan yang dimaksudkan untuk membuat kita terlihat tajam dan pintar. Komentar merusak adalah kebiasaan yang sulit dihindari terutama bagi orang yang mengandalkan

keterus-terangan sebagai alat manajemen yang efektif. Masalahnya, keterus-terangan bisa dengan mudah menjadi senjata. Orang seringkali membenarkan kebiasaan ini dengan alasan itu adalah kenyataan.

5. Memulai dengan “tidak”, atau “Namun”: terlalu banyak

menggunakan penanda negatif ini secara tidak langsung mengatakan pada setiap orang “saya benar”, Anda salah”. Saat Anda memulai kalimat dengan “tidak”, Tapi”, “namun”, atau variasinya, tidak peduli seberapa ramah nada, atau kata-kata baik lain yang menyertainya untuk menghargai orang lain, pesannya kepada orang lain adalah KAMU SALAH.

6. Menunjukkan betapa pintarnya Anda: kebutuhan untuk menunjukkan kepada orang bahwa Anda lebih pintar dari yang mereka pikirkan. Kebanyakan dari kita melakukan ini secara diam-diam dan tidak pintar, seharian penuh.

Kita melakukan ini kapanpun kita bersepakat dengan orang yang menawarkan kita ide-ide nyata, yaitu saat kita mengangguk secara tidak sabar saat orang bicara, saat bahasa tubuh kita mengesankan bahwa kita tidak mendengarkan sesuatu yang sudah pernah kita dengar, atau mengetuk-ngetuk jari saat mendengarkan orang bicara. 7. Berbicara ketika marah: menggunakan perubahan emosi yang drastis sebagai alat manajemen. Ketika Anda marah Anda biasanya lepas kendali. Sulit memimpin orang ketika Anda sendiri lepas kendali. Anda mungkin mengira bisa mengendalikan dengan amarah, bahwa Anda bisa menggunakan kemurkaan spontan untuk memanipulasi dan memotivasi orang. Tapi sulit untuk memperkirakan bagaimana orang akan bereaksi terhadap kemarahan. Mereka akan menjauh.

8. Sikap negatif, atau “Biar saya jelaskan kenapa itu tidak bisa”: keinginan untuk berbagi pikiran negatif meski tidak diminta. Kita menggunakannya (atau variasinya seperti “Masalahnya adalah... “) untuk menonjolkan keahlian atau kekuasaan kita yang lebih dari orang lain. Hal itu akan membuat kita dianggap sebagai semena-mena atau tukang kritik.

9. Menahan informasi: keengganan untuk berbagi informasi untuk membuat kita tetap pada posisi yang menguntungkan. Jika Anda tidak mengerti kenapa itu membuat orang terganggu, bagaimana perasaan Anda pada situasi berikut:

- Sebuah pertemuan yang Anda tidak tahu.

- Sebuah memo atau e-mail yang Anda tidak mendapat salinannya. - Saat di mana Anda adalah orang terakhir yang tahu.

Anda mengira dengan menahan informasi Anda mempertahankan kekuasaan, tapi sebenarnya Anda menyuburkan ketidakpercayaan.

10. Tidak bisa menunjukkan penghargaan terhadap orang lain. Ketidakmampuan untuk memuji dan memberi imbalan. Jika Anda melakukan hal tersebut terhadap orang yang berkonsentrasi terhadap keberhasilan tim, Anda tidak hanya memperlihatkan ketidakadilan dan memperlakukan secara tidak adil. Tapi Anda merampas imbalan emosional yang datang bersama dengan keberhasilan.

11. Mengakui prestasi orang lain sebagai prestasi kita: adalah cara paling menyebalkan untuk melebih-lebihkan kontribusi kita pada pencapaian. Ini menambah rasa sakit hati akibat tidak dihargai. Kita tidak hanya merampas penghargaan yang pantas diterima orang lain, tapi juga menjadikannya sebagai penghargaan kita. Dua kejahatan sekali jalan.

12. Membuat alasan: kebutuhan untuk menempatkan perilaku menyebalkan kita sebagai sebuah bawaan sehingga orang

memakluminya. Dari pengalaman saya ada dua macam alasan yang sering dipakai:

- Pertama adalah alasan konyol yang diistilahkan dengan alasan “anjing memakan PR saya”. Misalnya: “Maaf saya melewatkan kencan makan siang kita. Asisten saya salah menandai tanggal di kalender saya”

- Kedua, yang lebih halus adalah ketika kita

menghubung-hubungkan kegagalan kita dengan DNA yang sudah menjadi diri kita. Kita berbicara seakan-akan kita memiliki cacat genetik yang tidak bisa diubah.

13. Terjebak masa lalu: kebutuhan untuk menyalahkan peristiwa atau orang dari masa lalu: sebuah turunan dari menyalahkan orang lain. Banyak orang yang menikmati hidup di masa lalu, terutama jika hal itu bisa membuat mereka bisa menyalahkan seseorang jika ada sesuatu yang salah dalam hidup mereka. Itulah kenapa terjebak masa lalu menjadi sebuah permasalahan interpersonal. Kita menggunakan masa lalu sebagai senjata untuk orang lain.

14. Bermain si favorit: tidak bisa melihat bahwa kita memperlakukan seseorang tidak adil. Kita tidak bisa melihat diri kita sendiri sejelas kita melihat orang lain. Mengagumkan bagaimana para pemimpin mengirimkan sinyal halus yang mendorong bawahan untuk menahan kritikan dan memuji berlebihan kepadanya.

Pengakuan mereka terhadap orang lain berhubungan dengan bagaimana orang terlihat menyukai mereka. Bukannya atas prestasi orang-orang tersebut. Itulah definisi bermain favorit.

15. Enggan mengakui kesalahan: ketidakmampuan untuk bertanggung jawab atas tindakan kita, mengakui kesalahan, atau mengenali bahwa tindakan kita mempengaruhi orang lain. Apapun alasannya, menolak untuk meminta maaf menyebabkan situasi tidak enak di tempat kerja

(dan di rumah).

16. Tidak mendengarkan: adalah bentuk rasa tidak hormat yang paling pasif-agresif untuk rekan kerja. Satu-satunya waktu orang

benar-benar melihat Anda tidak mendengarkan mereka adalah ketika Anda terlihat sangat tidak sabar. Anda ingin mereka bergegas masuk pada inti. Orang memperhatikan hal tersebut. Dan jarang yang menganggapnya sebagai hal baik. Mungkin lebih baik Anda berteriak “Lanjut” kepada mereka.

17. Tidak bisa mengekspresikan terima kasih; ini adalah bentuk mendasar dari perilaku buruk. Tidak sulit untuk mengucapkan “terima kasih”. Namun masih banyak yang kesulitan melakukan manuver dasar ini. Apakah itu saat mereka mendapatkan saran yang bermanfaat atau nasihat yang tidak diinginkan, atau pujian.

Itu karena mereka bingung merespon. Terlalu banyak pilihan. Bisa menentang komentar, mempertanyakannya, memperbaikinya, memperjelas, mengkritisi, menguatkan, dan sebagainya. Apapun itu kecuali hal yang benar “terima kasih”.

18. Menghukum pembawa pesan: yaitu kebutuhan yang salah arah untuk menyerang orang yang tidak bersalah yang biasanya hanya ingin membantu. Gambarannya adalah campuran tidak mengakui kerja orang lain, mengakui prestasi orang lain, melempar kesalahan, membuat komentar merusak, dan tidak berterima kasih atau mendengarkan – dan kemudian menambah kemarahan dalam campurannya.

19. Melempar kesalahan: yaitu kebutuhan untuk menyalahkan orang lain kecuali diri sendiri. Yang aneh adalah bahwa kebiasaan ini tidak seperti kesalahan-kesalahan lain di mana umumnya pelaku tidak menyadarinya. Kita tidak membutuhkan orang lain untuk memberi tahu bahwa kita melempar kesalahan. Kita menyadarinya. Kita tahu bahwa kita harus menanggung kesalahan yang mengakibatkan kegagalan, tapi kita tidak sanggup. Kita harus mencari kambing hitam. 20. Keinginan berlebih untuk menjadi “saya”. Yaitu mencari

pembenaran atas kesalahan kita hanya karena “beginilah saya”. Anda akan sering melihat betapa mudahnya kita melanggar batas dan mulai mencari pembenaran dari kesalahan kita hanya karena kesalahan itu menjadi bagian dari apa yang kita pikir sebagai “saya”.

BAGAIMANA KITA BISA MENJADI LEBIH BAIK

Jika Anda melihat lagi kebanyakan dari kesalahan interpersonal itu berputar pada dua faktor yaitu informasi dan emosi.

Anda akan melihat bahwa setidaknya separuh dari perilaku

menyebalkan tersebut berakar dari dorongan informasi. Saat kita meneruskan penilaian, membuat komentar merusak, atau

mengumumkan bahwa “kita sudah tahu”, atau menjelaskan “kenapa itu tidak bisa” kita punya dorongan untuk berbagi informasi. Berbagi atau menyimpan, adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Yang lainnya berpusat pada dorongan emosi. Saat kita marah, atau bermain favorit, atau menghukum pembawa pesan, kita terbawa emosi, dan memamerkannya kepada dunia.

Sebenarnya itu tidak salah. Cukup baik berbagi informasi yang bermanfaat untuk orang lain dan menyimpan informasi yang bisa menyakiti orang lain (itulah kenapa ada beberapa hal yang harus tetap disimpan). Sama halnya dengan emosi, ada saatnya dikeluarkan tapi ada saatnya juga harus disimpan.

Ada tujuh hal yang bisa kita lakukan supaya menjadi manusia yang lebih baik.

1. Umpanbalik. Umpanbalik sangat bermanfaat untuk memberitahu “di mana kita”. Tanpa Umpanbalik kita tidak akan mendapat hasil, kita tidak bisa menilai, kita tidak akan tahu apakah kita tambah baik atau tambah buruk.

Saat Anda berpikir untuk mengubah kebiasaan Anda, Anda juga harus melakukan hal yang sama terhadap rekan kerja Anda. Berikut adalah cara bagaimana Anda melibatkan orang untuk membantu Anda. 1. Lepaskan masa lalu. Betapapun nyata atau imajinatif dosa Anda

terhadap orang lain, itu semua adalah masa lalu. Anda tidak bisa menghapusnya. Sehingga Anda harus meminta semua orang untuk mengikhlaskannya.

2. Maukah mereka mengatakan kebenaran? Jika Anda menuntut kejujuran dari orang, Anda akan yakin Anda telah berada pada jalur yang benar, dan Anda tidak akan mendapat kejutan tidak menyenangkan pada akhirnya.

3. Maukah mereka mendukung, tanpa menjadi sinis, terlalu cepat menilai? Anda harus menyingkirkan semua sikap terburu-buru menilai. Lakukan itu dan orang akan lebih membantu Anda. 4. Bersediakah mereka untuk mengubah sesuatu dalam diri mereka

sendiri. Yang Anda lakukan adalah menciptakan kesetaraan, bahkan ikatan, antara Anda dan orang lain.

2. Meminta Maaf. Jika sudah siap meminta maaf, petunjuknya adalah: 1. Katakan “maaf”

2. Tambahkan “ke depan saya akan lebih baik”, mungkin tidak perlu tapi saya rasa lebih baik untuk memberi indikasi masa depan yang lebih baik.

3. Kemudian, diamlah

Jangan menjelaskan, memperumit, atau mengkualifikasi. Anda hanya berisiko mengatakan sesuatu yang memperlemah niatan Anda.

3. Mengumumkan. Setelah Anda meminta maaf, Anda harus mengumumkan. Katakan sejelas mungkin pada hal apa Anda ingin berubah. Logikanya adalah: Kita memandang orang dengan cara yang sesuai dengan stereotype yang sudah kita punya. Apakah itu positif ataupun negatif. Jika saya berpikir Anda arogan, apapun yang Anda lakukan akan terfilter melalui persepsi tersebut. Jika Anda melakukan hal positif bagi saya itu hanya pengecualian, Anda tetap Arogan. Dalam kerangka tersebut, nyaris mustahil Anda dianggap berubah betapapun keras usaha Anda.

Tapi jika Anda mengatakan bahwa Anda berusaha untuk berubah, tiba-tiba upaya Anda akan mereka perhatikan. Anda akan mulai mengikis persepsi mereka sebelumnya. Posisi Anda akan lebih baik jika Anda mengatakan pada setiap orang seberapa keras Anda telah berupaya, dan mengulangi pesannya setiap minggu.

4. Mendengarkan. Mendengar bukan aktivitas pasif di mana Anda hanya duduk dan mendengar. Pendengar yang baik menganggap mendengar sebagai proses yang aktif – dengan setiap otot terlibat, terutama otak. Seorang pendengar yang baik harus: Berpikir sebelum bicara. Anda tidak bisa mendengarkan jika Anda berbicara. Jadi, diam adalah pilihan aktif dan kita tahu itu sulit bagi beberapa orang

daripada mengangkat beban berat.

Tanya diri Anda sendiri. “Apakah setimpal?”. Tujuannya untuk membiasakan berpikir di luar diskusi untuk mempertimbangkan (a) Bagaimana orang lain menilai Anda, (b) Apa yang akan dilakukan orang setelah itu, dan (c) Bagaimana orang itu akan bersikap lain kali Anda berbicara.

5. Berterima kasih. Rasa terima kasih adalah emosi yang kompleks – dan karenanya sulit untuk diekspresikan. Seringkali ditafsirkan sebagai perilaku menurut, sedikit merendahkan. Itulah kenapa orangtua seringkali mengingatkan anak-anak mereka untuk berkata “terima kasih”. Ini adalah hal yang paling sulit diajarkan pada anak yang cenderung pemberontak.

Yang terbaik dari mengatakan “terima kasih” adalah bahwa itu menciptakan penutup pada setiap diskusi yang berpotensi

perselisihan. Apa yang mungkin bisa Anda katakan setelah seseorang berkata terima kasih? Anda tidak bisa mendebat, tidak bisa

membuktikan mereka salah, atau perilaku menyerang lainnya. Anda hanya bisa berkata “sama-sama”. Semua orang menyukainya. Biasakan mengucap terima kasih

6. Menindaklanjuti. Anda tidak akan lebih baik tanpa tindak lanjut. Saat Anda menguasai seni meminta maaf, mengumumkan,

mendengarkan, dan berterima kasih, Anda harus menindaklanjuti – tanpa henti. Atau nantinya ini akan Cuma jadi aktivitas sesaat tak bermakna.

- Tindak lanjut adalah bagaimana Anda mengukur kemajuan.

- Tindak lanjut adalah bagaimana Anda mengingatkan orang bahwa Anda berupaya untuk berubah, dan mereka membantu Anda. - Tindak lanjut adalah bagaimana upaya Anda membekas di pikiran

rekan kerja Anda.

- Tindak lanjut adalah bagaimana Anda menghapus skeptisme rekan kerja bahwa Anda bisa berubah.

- Tindak lanjut adalah bagaimana kita mengakui kepada diri sendiri dan orang lain bahwa menjadi lebih baik adalah suatu proses berkelanjutan. Bukan perpindahan sementara.

- Lebih dari segalanya, tindak lanjut membuat kita berbuat sesuatu. 7. Melatih Feedforward. Ada empat langkah untuk Feedforward: 1. Pilih satu perilaku yang ingin Anda ubah, yang akan memberi

perbedaan signifikan, dan positif dalam hidup Anda.

2. Gambarkan tujuan ini dalam dialog empat mata dengan orang yang Anda kenal.

3. Minta orang tersebut dua saran di masa depan yang bisa membantu Anda meraih perubahan positif dalam perilaku yang Anda pilih.

4. Dengarkan saran tersebut, catat bila perlu. Tapi satu-satunya respon yang diperbolehkan hanya “terima kasih”.

Feedfroward sederhananya adalah kebalikan dari feedback. Jika feedback melihat ke masa lalu untuk mencari sesuatu yang bisa Anda

ubah atau perbaiki di masa lalu. Maka feedforward adalah untuk mencari sesuatu yang bisa Anda lakukan di masa depan.

SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING!

Agar bisa sukses di dunia digital kita perlu memastikan bahwa kita tidak ketinggalan zaman. Pastikan bahwa kita beradaptasi pada akhir kelangkaan yang digantikan oleh kelimpahan dengan mencari kelangkaan yang baru.

Alasan lain kenapa kebanyakan dari kita menahan informasi bukannya kita ingin membuat orang lain bingung. Tapi semata-mata karena kita terlalu sibuk. Kita punya niat dan tujuan yang baik. Tapi kita tidak bisa menjalankannya dengan baik sehingga kita menjadi kurang pintar membagi informasi.

(3)

DUA PULUH KEBIASAAN YANG MENGHALANGI ANDA MENUJU PUNCAK

Seperti yang dikatakan Peter Drucker: “Kita banyak menghabiskan waktu mengajari pemimpin apa yang harus dilakukan. Tapi tidak punya cukup waktu untuk mengajari para pemimpin apa yang harus dihentikan. Separuh dari para pemimpin yang saya temui tidak perlu belajar apa yang harus dilakukan, mereka perlu belajar apa yang harus dihentikan”. Berikut ini adalah dua puluh kebiasaan yang mungkin perlu Anda hentikan:

1. Selalu ingin menang: selalu ingin menang apapun risiko dan situasinya – apakah itu penting atau tidak penting, atau ketika tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Jika keinginan untuk menang itu adalah gen dominan dalam DNA keberhasilan kita – jika keinginan itu terlalu besar justru akan membatasi keberhasilan kita.

2. Terlalu banyak memberi masukan: keinginan yang terlalu besar untuk memberi masukan pada setiap diskusi. Kebiasaan lama susah hilang. Sulit sekali bagi orang sukses untuk mendengarkan orang lain memberi tahu apa yang sudah mereka ketahui tanpa

mengkomunikasikan (a) saya sudah tahu, dan (b) saya tahu yang lebih baik.

3. Meneruskan penilaian: kebutuhan untuk menilai orang lain dan menetapkan standar kita kepada mereka. Meneruskan penilaian adalah satu dari cara terselubung untuk membuat orang menjauh dan menahan kita dari kesuksesan yang lebih besar. Hasil yang pasti dari meneruskan penilaian kepada yang berniat membantu kita adalah mereka tidak akan membantu kita lagi.

4. Membuat komentar yang merusak: sarkasme yang tidak perlu dan memotong pembicaraan yang dimaksudkan untuk membuat kita terlihat tajam dan pintar. Komentar merusak adalah kebiasaan yang

seringkali membenarkan kebiasaan ini dengan alasan itu adalah kenyataan.

5. Memulai dengan “tidak”, atau “Namun”: terlalu banyak

menggunakan penanda negatif ini secara tidak langsung mengatakan pada setiap orang “saya benar”, Anda salah”. Saat Anda memulai kalimat dengan “tidak”, Tapi”, “namun”, atau variasinya, tidak peduli seberapa ramah nada, atau kata-kata baik lain yang menyertainya untuk menghargai orang lain, pesannya kepada orang lain adalah KAMU SALAH.

6. Menunjukkan betapa pintarnya Anda: kebutuhan untuk menunjukkan kepada orang bahwa Anda lebih pintar dari yang mereka pikirkan. Kebanyakan dari kita melakukan ini secara diam-diam dan tidak pintar, seharian penuh.

Kita melakukan ini kapanpun kita bersepakat dengan orang yang menawarkan kita ide-ide nyata, yaitu saat kita mengangguk secara tidak sabar saat orang bicara, saat bahasa tubuh kita mengesankan bahwa kita tidak mendengarkan sesuatu yang sudah pernah kita dengar, atau mengetuk-ngetuk jari saat mendengarkan orang bicara. 7. Berbicara ketika marah: menggunakan perubahan emosi yang drastis sebagai alat manajemen. Ketika Anda marah Anda biasanya lepas kendali. Sulit memimpin orang ketika Anda sendiri lepas kendali. Anda mungkin mengira bisa mengendalikan dengan amarah, bahwa Anda bisa menggunakan kemurkaan spontan untuk memanipulasi dan memotivasi orang. Tapi sulit untuk memperkirakan bagaimana orang akan bereaksi terhadap kemarahan. Mereka akan menjauh.

8. Sikap negatif, atau “Biar saya jelaskan kenapa itu tidak bisa”: keinginan untuk berbagi pikiran negatif meski tidak diminta. Kita menggunakannya (atau variasinya seperti “Masalahnya adalah... “) untuk menonjolkan keahlian atau kekuasaan kita yang lebih dari orang lain. Hal itu akan membuat kita dianggap sebagai semena-mena atau tukang kritik.

9. Menahan informasi: keengganan untuk berbagi informasi untuk membuat kita tetap pada posisi yang menguntungkan. Jika Anda tidak mengerti kenapa itu membuat orang terganggu, bagaimana perasaan Anda pada situasi berikut:

- Sebuah pertemuan yang Anda tidak tahu.

- Sebuah memo atau e-mail yang Anda tidak mendapat salinannya. - Saat di mana Anda adalah orang terakhir yang tahu.

Anda mengira dengan menahan informasi Anda mempertahankan kekuasaan, tapi sebenarnya Anda menyuburkan ketidakpercayaan.

melakukan hal tersebut terhadap orang yang berkonsentrasi terhadap keberhasilan tim, Anda tidak hanya memperlihatkan ketidakadilan dan memperlakukan secara tidak adil. Tapi Anda merampas imbalan emosional yang datang bersama dengan keberhasilan.

11. Mengakui prestasi orang lain sebagai prestasi kita: adalah cara paling menyebalkan untuk melebih-lebihkan kontribusi kita pada pencapaian. Ini menambah rasa sakit hati akibat tidak dihargai. Kita tidak hanya merampas penghargaan yang pantas diterima orang lain, tapi juga menjadikannya sebagai penghargaan kita. Dua kejahatan sekali jalan.

12. Membuat alasan: kebutuhan untuk menempatkan perilaku menyebalkan kita sebagai sebuah bawaan sehingga orang

memakluminya. Dari pengalaman saya ada dua macam alasan yang sering dipakai:

- Pertama adalah alasan konyol yang diistilahkan dengan alasan “anjing memakan PR saya”. Misalnya: “Maaf saya melewatkan kencan makan siang kita. Asisten saya salah menandai tanggal di kalender saya”

- Kedua, yang lebih halus adalah ketika kita

menghubung-hubungkan kegagalan kita dengan DNA yang sudah menjadi diri kita. Kita berbicara seakan-akan kita memiliki cacat genetik yang tidak bisa diubah.

13. Terjebak masa lalu: kebutuhan untuk menyalahkan peristiwa atau orang dari masa lalu: sebuah turunan dari menyalahkan orang lain. Banyak orang yang menikmati hidup di masa lalu, terutama jika hal itu bisa membuat mereka bisa menyalahkan seseorang jika ada sesuatu yang salah dalam hidup mereka. Itulah kenapa terjebak masa lalu menjadi sebuah permasalahan interpersonal. Kita menggunakan masa lalu sebagai senjata untuk orang lain.

14. Bermain si favorit: tidak bisa melihat bahwa kita memperlakukan seseorang tidak adil. Kita tidak bisa melihat diri kita sendiri sejelas kita melihat orang lain. Mengagumkan bagaimana para pemimpin mengirimkan sinyal halus yang mendorong bawahan untuk menahan kritikan dan memuji berlebihan kepadanya.

Pengakuan mereka terhadap orang lain berhubungan dengan bagaimana orang terlihat menyukai mereka. Bukannya atas prestasi orang-orang tersebut. Itulah definisi bermain favorit.

15. Enggan mengakui kesalahan: ketidakmampuan untuk bertanggung jawab atas tindakan kita, mengakui kesalahan, atau mengenali bahwa tindakan kita mempengaruhi orang lain. Apapun alasannya, menolak

16. Tidak mendengarkan: adalah bentuk rasa tidak hormat yang paling pasif-agresif untuk rekan kerja. Satu-satunya waktu orang

benar-benar melihat Anda tidak mendengarkan mereka adalah ketika Anda terlihat sangat tidak sabar. Anda ingin mereka bergegas masuk pada inti. Orang memperhatikan hal tersebut. Dan jarang yang menganggapnya sebagai hal baik. Mungkin lebih baik Anda berteriak “Lanjut” kepada mereka.

17. Tidak bisa mengekspresikan terima kasih; ini adalah bentuk mendasar dari perilaku buruk. Tidak sulit untuk mengucapkan “terima kasih”. Namun masih banyak yang kesulitan melakukan manuver dasar ini. Apakah itu saat mereka mendapatkan saran yang bermanfaat atau nasihat yang tidak diinginkan, atau pujian.

Itu karena mereka bingung merespon. Terlalu banyak pilihan. Bisa menentang komentar, mempertanyakannya, memperbaikinya, memperjelas, mengkritisi, menguatkan, dan sebagainya. Apapun itu kecuali hal yang benar “terima kasih”.

18. Menghukum pembawa pesan: yaitu kebutuhan yang salah arah untuk menyerang orang yang tidak bersalah yang biasanya hanya ingin membantu. Gambarannya adalah campuran tidak mengakui kerja orang lain, mengakui prestasi orang lain, melempar kesalahan, membuat komentar merusak, dan tidak berterima kasih atau mendengarkan – dan kemudian menambah kemarahan dalam campurannya.

19. Melempar kesalahan: yaitu kebutuhan untuk menyalahkan orang lain kecuali diri sendiri. Yang aneh adalah bahwa kebiasaan ini tidak seperti kesalahan-kesalahan lain di mana umumnya pelaku tidak menyadarinya. Kita tidak membutuhkan orang lain untuk memberi tahu bahwa kita melempar kesalahan. Kita menyadarinya. Kita tahu bahwa kita harus menanggung kesalahan yang mengakibatkan kegagalan, tapi kita tidak sanggup. Kita harus mencari kambing hitam. 20. Keinginan berlebih untuk menjadi “saya”. Yaitu mencari

pembenaran atas kesalahan kita hanya karena “beginilah saya”. Anda akan sering melihat betapa mudahnya kita melanggar batas dan mulai mencari pembenaran dari kesalahan kita hanya karena kesalahan itu menjadi bagian dari apa yang kita pikir sebagai “saya”.

BAGAIMANA KITA BISA MENJADI LEBIH BAIK

Jika Anda melihat lagi kebanyakan dari kesalahan interpersonal itu berputar pada dua faktor yaitu informasi dan emosi.

mengumumkan bahwa “kita sudah tahu”, atau menjelaskan “kenapa itu tidak bisa” kita punya dorongan untuk berbagi informasi. Berbagi atau menyimpan, adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Yang lainnya berpusat pada dorongan emosi. Saat kita marah, atau bermain favorit, atau menghukum pembawa pesan, kita terbawa emosi, dan memamerkannya kepada dunia.

Sebenarnya itu tidak salah. Cukup baik berbagi informasi yang bermanfaat untuk orang lain dan menyimpan informasi yang bisa menyakiti orang lain (itulah kenapa ada beberapa hal yang harus tetap disimpan). Sama halnya dengan emosi, ada saatnya dikeluarkan tapi ada saatnya juga harus disimpan.

Ada tujuh hal yang bisa kita lakukan supaya menjadi manusia yang lebih baik.

1. Umpanbalik. Umpanbalik sangat bermanfaat untuk memberitahu “di mana kita”. Tanpa Umpanbalik kita tidak akan mendapat hasil, kita tidak bisa menilai, kita tidak akan tahu apakah kita tambah baik atau tambah buruk.

Saat Anda berpikir untuk mengubah kebiasaan Anda, Anda juga harus melakukan hal yang sama terhadap rekan kerja Anda. Berikut adalah cara bagaimana Anda melibatkan orang untuk membantu Anda. 1. Lepaskan masa lalu. Betapapun nyata atau imajinatif dosa Anda

terhadap orang lain, itu semua adalah masa lalu. Anda tidak bisa menghapusnya. Sehingga Anda harus meminta semua orang untuk mengikhlaskannya.

2. Maukah mereka mengatakan kebenaran? Jika Anda menuntut kejujuran dari orang, Anda akan yakin Anda telah berada pada jalur yang benar, dan Anda tidak akan mendapat kejutan tidak menyenangkan pada akhirnya.

3. Maukah mereka mendukung, tanpa menjadi sinis, terlalu cepat menilai? Anda harus menyingkirkan semua sikap terburu-buru menilai. Lakukan itu dan orang akan lebih membantu Anda. 4. Bersediakah mereka untuk mengubah sesuatu dalam diri mereka

sendiri. Yang Anda lakukan adalah menciptakan kesetaraan, bahkan ikatan, antara Anda dan orang lain.

2. Meminta Maaf. Jika sudah siap meminta maaf, petunjuknya adalah:

lebih baik.

3. Kemudian, diamlah

Jangan menjelaskan, memperumit, atau mengkualifikasi. Anda hanya berisiko mengatakan sesuatu yang memperlemah niatan Anda.

3. Mengumumkan. Setelah Anda meminta maaf, Anda harus mengumumkan. Katakan sejelas mungkin pada hal apa Anda ingin berubah. Logikanya adalah: Kita memandang orang dengan cara yang sesuai dengan stereotype yang sudah kita punya. Apakah itu positif ataupun negatif. Jika saya berpikir Anda arogan, apapun yang Anda lakukan akan terfilter melalui persepsi tersebut. Jika Anda melakukan hal positif bagi saya itu hanya pengecualian, Anda tetap Arogan. Dalam kerangka tersebut, nyaris mustahil Anda dianggap berubah betapapun keras usaha Anda.

Tapi jika Anda mengatakan bahwa Anda berusaha untuk berubah, tiba-tiba upaya Anda akan mereka perhatikan. Anda akan mulai mengikis persepsi mereka sebelumnya. Posisi Anda akan lebih baik jika Anda mengatakan pada setiap orang seberapa keras Anda telah berupaya, dan mengulangi pesannya setiap minggu.

4. Mendengarkan. Mendengar bukan aktivitas pasif di mana Anda hanya duduk dan mendengar. Pendengar yang baik menganggap mendengar sebagai proses yang aktif – dengan setiap otot terlibat, terutama otak. Seorang pendengar yang baik harus: Berpikir sebelum bicara. Anda tidak bisa mendengarkan jika Anda berbicara. Jadi, diam adalah pilihan aktif dan kita tahu itu sulit bagi beberapa orang

daripada mengangkat beban berat.

Tanya diri Anda sendiri. “Apakah setimpal?”. Tujuannya untuk membiasakan berpikir di luar diskusi untuk mempertimbangkan (a) Bagaimana orang lain menilai Anda, (b) Apa yang akan dilakukan orang setelah itu, dan (c) Bagaimana orang itu akan bersikap lain kali Anda berbicara.

5. Berterima kasih. Rasa terima kasih adalah emosi yang kompleks – dan karenanya sulit untuk diekspresikan. Seringkali ditafsirkan sebagai perilaku menurut, sedikit merendahkan. Itulah kenapa orangtua seringkali mengingatkan anak-anak mereka untuk berkata “terima kasih”. Ini adalah hal yang paling sulit diajarkan pada anak yang cenderung pemberontak.

Yang terbaik dari mengatakan “terima kasih” adalah bahwa itu menciptakan penutup pada setiap diskusi yang berpotensi

perselisihan. Apa yang mungkin bisa Anda katakan setelah seseorang

Biasakan mengucap terima kasih

6. Menindaklanjuti. Anda tidak akan lebih baik tanpa tindak lanjut. Saat Anda menguasai seni meminta maaf, mengumumkan,

mendengarkan, dan berterima kasih, Anda harus menindaklanjuti – tanpa henti. Atau nantinya ini akan Cuma jadi aktivitas sesaat tak bermakna.

- Tindak lanjut adalah bagaimana Anda mengukur kemajuan.

- Tindak lanjut adalah bagaimana Anda mengingatkan orang bahwa Anda berupaya untuk berubah, dan mereka membantu Anda. - Tindak lanjut adalah bagaimana upaya Anda membekas di pikiran

rekan kerja Anda.

- Tindak lanjut adalah bagaimana Anda menghapus skeptisme rekan kerja bahwa Anda bisa berubah.

- Tindak lanjut adalah bagaimana kita mengakui kepada diri sendiri dan orang lain bahwa menjadi lebih baik adalah suatu proses berkelanjutan. Bukan perpindahan sementara.

- Lebih dari segalanya, tindak lanjut membuat kita berbuat sesuatu. 7. Melatih Feedforward. Ada empat langkah untuk Feedforward: 1. Pilih satu perilaku yang ingin Anda ubah, yang akan memberi

perbedaan signifikan, dan positif dalam hidup Anda.

2. Gambarkan tujuan ini dalam dialog empat mata dengan orang yang Anda kenal.

3. Minta orang tersebut dua saran di masa depan yang bisa membantu Anda meraih perubahan positif dalam perilaku yang Anda pilih.

4. Dengarkan saran tersebut, catat bila perlu. Tapi satu-satunya respon yang diperbolehkan hanya “terima kasih”.

Feedfroward sederhananya adalah kebalikan dari feedback. Jika feedback melihat ke masa lalu untuk mencari sesuatu yang bisa Anda

ubah atau perbaiki di masa lalu. Maka feedforward adalah untuk mencari sesuatu yang bisa Anda lakukan di masa depan.

SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING!

mengubah fokus dari diri mereka sendiri ke orang lain

Mereka yang tidak bisa meminta maaf dalam pekerjaan sebaiknya memakai t-shirt dengan tulisan

(4)

DUA PULUH KEBIASAAN YANG MENGHALANGI ANDA MENUJU PUNCAK

Seperti yang dikatakan Peter Drucker: “Kita banyak menghabiskan waktu mengajari pemimpin apa yang harus dilakukan. Tapi tidak punya cukup waktu untuk mengajari para pemimpin apa yang harus dihentikan. Separuh dari para pemimpin yang saya temui tidak perlu belajar apa yang harus dilakukan, mereka perlu belajar apa yang harus dihentikan”. Berikut ini adalah dua puluh kebiasaan yang mungkin perlu Anda hentikan:

1. Selalu ingin menang: selalu ingin menang apapun risiko dan situasinya – apakah itu penting atau tidak penting, atau ketika tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Jika keinginan untuk menang itu adalah gen dominan dalam DNA keberhasilan kita – jika keinginan itu terlalu besar justru akan membatasi keberhasilan kita.

2. Terlalu banyak memberi masukan: keinginan yang terlalu besar untuk memberi masukan pada setiap diskusi. Kebiasaan lama susah hilang. Sulit sekali bagi orang sukses untuk mendengarkan orang lain memberi tahu apa yang sudah mereka ketahui tanpa

mengkomunikasikan (a) saya sudah tahu, dan (b) saya tahu yang lebih baik.

3. Meneruskan penilaian: kebutuhan untuk menilai orang lain dan menetapkan standar kita kepada mereka. Meneruskan penilaian adalah satu dari cara terselubung untuk membuat orang menjauh dan menahan kita dari kesuksesan yang lebih besar. Hasil yang pasti dari meneruskan penilaian kepada yang berniat membantu kita adalah mereka tidak akan membantu kita lagi.

4. Membuat komentar yang merusak: sarkasme yang tidak perlu dan memotong pembicaraan yang dimaksudkan untuk membuat kita terlihat tajam dan pintar. Komentar merusak adalah kebiasaan yang sulit dihindari terutama bagi orang yang mengandalkan

keterus-terangan sebagai alat manajemen yang efektif. Masalahnya, keterus-terangan bisa dengan mudah menjadi senjata. Orang seringkali membenarkan kebiasaan ini dengan alasan itu adalah kenyataan.

5. Memulai dengan “tidak”, atau “Namun”: terlalu banyak

menggunakan penanda negatif ini secara tidak langsung mengatakan pada setiap orang “saya benar”, Anda salah”. Saat Anda memulai kalimat dengan “tidak”, Tapi”, “namun”, atau variasinya, tidak peduli seberapa ramah nada, atau kata-kata baik lain yang menyertainya untuk menghargai orang lain, pesannya kepada orang lain adalah KAMU SALAH.

6. Menunjukkan betapa pintarnya Anda: kebutuhan untuk menunjukkan kepada orang bahwa Anda lebih pintar dari yang mereka pikirkan. Kebanyakan dari kita melakukan ini secara diam-diam dan tidak pintar, seharian penuh.

Kita melakukan ini kapanpun kita bersepakat dengan orang yang menawarkan kita ide-ide nyata, yaitu saat kita mengangguk secara tidak sabar saat orang bicara, saat bahasa tubuh kita mengesankan bahwa kita tidak mendengarkan sesuatu yang sudah pernah kita dengar, atau mengetuk-ngetuk jari saat mendengarkan orang bicara. 7. Berbicara ketika marah: menggunakan perubahan emosi yang drastis sebagai alat manajemen. Ketika Anda marah Anda biasanya lepas kendali. Sulit memimpin orang ketika Anda sendiri lepas kendali. Anda mungkin mengira bisa mengendalikan dengan amarah, bahwa Anda bisa menggunakan kemurkaan spontan untuk memanipulasi dan memotivasi orang. Tapi sulit untuk memperkirakan bagaimana orang akan bereaksi terhadap kemarahan. Mereka akan menjauh.

8. Sikap negatif, atau “Biar saya jelaskan kenapa itu tidak bisa”: keinginan untuk berbagi pikiran negatif meski tidak diminta. Kita menggunakannya (atau variasinya seperti “Masalahnya adalah... “) untuk menonjolkan keahlian atau kekuasaan kita yang lebih dari orang lain. Hal itu akan membuat kita dianggap sebagai semena-mena atau tukang kritik.

9. Menahan informasi: keengganan untuk berbagi informasi untuk membuat kita tetap pada posisi yang menguntungkan. Jika Anda tidak mengerti kenapa itu membuat orang terganggu, bagaimana perasaan Anda pada situasi berikut:

- Sebuah pertemuan yang Anda tidak tahu.

- Sebuah memo atau e-mail yang Anda tidak mendapat salinannya. - Saat di mana Anda adalah orang terakhir yang tahu.

Anda mengira dengan menahan informasi Anda mempertahankan kekuasaan, tapi sebenarnya Anda menyuburkan ketidakpercayaan.

10. Tidak bisa menunjukkan penghargaan terhadap orang lain. Ketidakmampuan untuk memuji dan memberi imbalan. Jika Anda melakukan hal tersebut terhadap orang yang berkonsentrasi terhadap keberhasilan tim, Anda tidak hanya memperlihatkan ketidakadilan dan memperlakukan secara tidak adil. Tapi Anda merampas imbalan emosional yang datang bersama dengan keberhasilan.

11. Mengakui prestasi orang lain sebagai prestasi kita: adalah cara paling menyebalkan untuk melebih-lebihkan kontribusi kita pada pencapaian. Ini menambah rasa sakit hati akibat tidak dihargai. Kita tidak hanya merampas penghargaan yang pantas diterima orang lain, tapi juga menjadikannya sebagai penghargaan kita. Dua kejahatan sekali jalan.

12. Membuat alasan: kebutuhan untuk menempatkan perilaku menyebalkan kita sebagai sebuah bawaan sehingga orang

memakluminya. Dari pengalaman saya ada dua macam alasan yang sering dipakai:

- Pertama adalah alasan konyol yang diistilahkan dengan alasan “anjing memakan PR saya”. Misalnya: “Maaf saya melewatkan kencan makan siang kita. Asisten saya salah menandai tanggal di kalender saya”

- Kedua, yang lebih halus adalah ketika kita

menghubung-hubungkan kegagalan kita dengan DNA yang sudah menjadi diri kita. Kita berbicara seakan-akan kita memiliki cacat genetik yang tidak bisa diubah.

13. Terjebak masa lalu: kebutuhan untuk menyalahkan peristiwa atau orang dari masa lalu: sebuah turunan dari menyalahkan orang lain. Banyak orang yang menikmati hidup di masa lalu, terutama jika hal itu bisa membuat mereka bisa menyalahkan seseorang jika ada sesuatu yang salah dalam hidup mereka. Itulah kenapa terjebak masa lalu menjadi sebuah permasalahan interpersonal. Kita menggunakan masa lalu sebagai senjata untuk orang lain.

14. Bermain si favorit: tidak bisa melihat bahwa kita memperlakukan seseorang tidak adil. Kita tidak bisa melihat diri kita sendiri sejelas kita melihat orang lain. Mengagumkan bagaimana para pemimpin mengirimkan sinyal halus yang mendorong bawahan untuk menahan kritikan dan memuji berlebihan kepadanya.

Pengakuan mereka terhadap orang lain berhubungan dengan bagaimana orang terlihat menyukai mereka. Bukannya atas prestasi orang-orang tersebut. Itulah definisi bermain favorit.

15. Enggan mengakui kesalahan: ketidakmampuan untuk bertanggung jawab atas tindakan kita, mengakui kesalahan, atau mengenali bahwa tindakan kita mempengaruhi orang lain. Apapun alasannya, menolak untuk meminta maaf menyebabkan situasi tidak enak di tempat kerja

(dan di rumah).

16. Tidak mendengarkan: adalah bentuk rasa tidak hormat yang paling pasif-agresif untuk rekan kerja. Satu-satunya waktu orang

benar-benar melihat Anda tidak mendengarkan mereka adalah ketika Anda terlihat sangat tidak sabar. Anda ingin mereka bergegas masuk pada inti. Orang memperhatikan hal tersebut. Dan jarang yang menganggapnya sebagai hal baik. Mungkin lebih baik Anda berteriak “Lanjut” kepada mereka.

17. Tidak bisa mengekspresikan terima kasih; ini adalah bentuk mendasar dari perilaku buruk. Tidak sulit untuk mengucapkan “terima kasih”. Namun masih banyak yang kesulitan melakukan manuver dasar ini. Apakah itu saat mereka mendapatkan saran yang bermanfaat atau nasihat yang tidak diinginkan, atau pujian.

Itu karena mereka bingung merespon. Terlalu banyak pilihan. Bisa menentang komentar, mempertanyakannya, memperbaikinya, memperjelas, mengkritisi, menguatkan, dan sebagainya. Apapun itu kecuali hal yang benar “terima kasih”.

18. Menghukum pembawa pesan: yaitu kebutuhan yang salah arah untuk menyerang orang yang tidak bersalah yang biasanya hanya ingin membantu. Gambarannya adalah campuran tidak mengakui kerja orang lain, mengakui prestasi orang lain, melempar kesalahan, membuat komentar merusak, dan tidak berterima kasih atau mendengarkan – dan kemudian menambah kemarahan dalam campurannya.

19. Melempar kesalahan: yaitu kebutuhan untuk menyalahkan orang lain kecuali diri sendiri. Yang aneh adalah bahwa kebiasaan ini tidak seperti kesalahan-kesalahan lain di mana umumnya pelaku tidak menyadarinya. Kita tidak membutuhkan orang lain untuk memberi tahu bahwa kita melempar kesalahan. Kita menyadarinya. Kita tahu bahwa kita harus menanggung kesalahan yang mengakibatkan kegagalan, tapi kita tidak sanggup. Kita harus mencari kambing hitam. 20. Keinginan berlebih untuk menjadi “saya”. Yaitu mencari

pembenaran atas kesalahan kita hanya karena “beginilah saya”. Anda akan sering melihat betapa mudahnya kita melanggar batas dan mulai mencari pembenaran dari kesalahan kita hanya karena kesalahan itu menjadi bagian dari apa yang kita pikir sebagai “saya”.

BAGAIMANA KITA BISA MENJADI LEBIH BAIK

Jika Anda melihat lagi kebanyakan dari kesalahan interpersonal itu berputar pada dua faktor yaitu informasi dan emosi.

Anda akan melihat bahwa setidaknya separuh dari perilaku

menyebalkan tersebut berakar dari dorongan informasi. Saat kita meneruskan penilaian, membuat komentar merusak, atau

mengumumkan bahwa “kita sudah tahu”, atau menjelaskan “kenapa itu tidak bisa” kita punya dorongan untuk berbagi informasi. Berbagi atau menyimpan, adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Yang lainnya berpusat pada dorongan emosi. Saat kita marah, atau bermain favorit, atau menghukum pembawa pesan, kita terbawa emosi, dan memamerkannya kepada dunia.

Sebenarnya itu tidak salah. Cukup baik berbagi informasi yang bermanfaat untuk orang lain dan menyimpan informasi yang bisa menyakiti orang lain (itulah kenapa ada beberapa hal yang harus tetap disimpan). Sama halnya dengan emosi, ada saatnya dikeluarkan tapi ada saatnya juga harus disimpan.

Ada tujuh hal yang bisa kita lakukan supaya menjadi manusia yang lebih baik.

1. Umpanbalik. Umpanbalik sangat bermanfaat untuk memberitahu “di mana kita”. Tanpa Umpanbalik kita tidak akan mendapat hasil, kita tidak bisa menilai, kita tidak akan tahu apakah kita tambah baik atau tambah buruk.

Saat Anda berpikir untuk mengubah kebiasaan Anda, Anda juga harus melakukan hal yang sama terhadap rekan kerja Anda. Berikut adalah cara bagaimana Anda melibatkan orang untuk membantu Anda. 1. Lepaskan masa lalu. Betapapun nyata atau imajinatif dosa Anda

terhadap orang lain, itu semua adalah masa lalu. Anda tidak bisa menghapusnya. Sehingga Anda harus meminta semua orang untuk mengikhlaskannya.

2. Maukah mereka mengatakan kebenaran? Jika Anda menuntut kejujuran dari orang, Anda akan yakin Anda telah berada pada jalur yang benar, dan Anda tidak akan mendapat kejutan tidak menyenangkan pada akhirnya.

3. Maukah mereka mendukung, tanpa menjadi sinis, terlalu cepat menilai? Anda harus menyingkirkan semua sikap terburu-buru menilai. Lakukan itu dan orang akan lebih membantu Anda. 4. Bersediakah mereka untuk mengubah sesuatu dalam diri mereka

sendiri. Yang Anda lakukan adalah menciptakan kesetaraan, bahkan ikatan, antara Anda dan orang lain.

2. Meminta Maaf. Jika sudah siap meminta maaf, petunjuknya adalah: 1. Katakan “maaf”

2. Tambahkan “ke depan saya akan lebih baik”, mungkin tidak perlu tapi saya rasa lebih baik untuk memberi indikasi masa depan yang lebih baik.

3. Kemudian, diamlah

Jangan menjelaskan, memperumit, atau mengkualifikasi. Anda hanya berisiko mengatakan sesuatu yang memperlemah niatan Anda.

3. Mengumumkan. Setelah Anda meminta maaf, Anda harus mengumumkan. Katakan sejelas mungkin pada hal apa Anda ingin berubah. Logikanya adalah: Kita memandang orang dengan cara yang sesuai dengan stereotype yang sudah kita punya. Apakah itu positif ataupun negatif. Jika saya berpikir Anda arogan, apapun yang Anda lakukan akan terfilter melalui persepsi tersebut. Jika Anda melakukan hal positif bagi saya itu hanya pengecualian, Anda tetap Arogan. Dalam kerangka tersebut, nyaris mustahil Anda dianggap berubah betapapun keras usaha Anda.

Tapi jika Anda mengatakan bahwa Anda berusaha untuk berubah, tiba-tiba upaya Anda akan mereka perhatikan. Anda akan mulai mengikis persepsi mereka sebelumnya. Posisi Anda akan lebih baik jika Anda mengatakan pada setiap orang seberapa keras Anda telah berupaya, dan mengulangi pesannya setiap minggu.

4. Mendengarkan. Mendengar bukan aktivitas pasif di mana Anda hanya duduk dan mendengar. Pendengar yang baik menganggap mendengar sebagai proses yang aktif – dengan setiap otot terlibat, terutama otak. Seorang pendengar yang baik harus: Berpikir sebelum bicara. Anda tidak bisa mendengarkan jika Anda berbicara. Jadi, diam adalah pilihan aktif dan kita tahu itu sulit bagi beberapa orang

daripada mengangkat beban berat.

Tanya diri Anda sendiri. “Apakah setimpal?”. Tujuannya untuk membiasakan berpikir di luar diskusi untuk mempertimbangkan (a) Bagaimana orang lain menilai Anda, (b) Apa yang akan dilakukan orang setelah itu, dan (c) Bagaimana orang itu akan bersikap lain kali Anda berbicara.

5. Berterima kasih. Rasa terima kasih adalah emosi yang kompleks – dan karenanya sulit untuk diekspresikan. Seringkali ditafsirkan sebagai perilaku menurut, sedikit merendahkan. Itulah kenapa orangtua seringkali mengingatkan anak-anak mereka untuk berkata “terima kasih”. Ini adalah hal yang paling sulit diajarkan pada anak yang cenderung pemberontak.

Yang terbaik dari mengatakan “terima kasih” adalah bahwa itu menciptakan penutup pada setiap diskusi yang berpotensi

perselisihan. Apa yang mungkin bisa Anda katakan setelah seseorang berkata terima kasih? Anda tidak bisa mendebat, tidak bisa

membuktikan mereka salah, atau perilaku menyerang lainnya. Anda hanya bisa berkata “sama-sama”. Semua orang menyukainya. Biasakan mengucap terima kasih

6. Menindaklanjuti. Anda tidak akan lebih baik tanpa tindak lanjut. Saat Anda menguasai seni meminta maaf, mengumumkan,

mendengarkan, dan berterima kasih, Anda harus menindaklanjuti – tanpa henti. Atau nantinya ini akan Cuma jadi aktivitas sesaat tak bermakna.

- Tindak lanjut adalah bagaimana Anda mengukur kemajuan.

- Tindak lanjut adalah bagaimana Anda mengingatkan orang bahwa Anda berupaya untuk berubah, dan mereka membantu Anda. - Tindak lanjut adalah bagaimana upaya Anda membekas di pikiran

rekan kerja Anda.

- Tindak lanjut adalah bagaimana Anda menghapus skeptisme rekan kerja bahwa Anda bisa berubah.

- Tindak lanjut adalah bagaimana kita mengakui kepada diri sendiri dan orang lain bahwa menjadi lebih baik adalah suatu proses berkelanjutan. Bukan perpindahan sementara.

- Lebih dari segalanya, tindak lanjut membuat kita berbuat sesuatu. 7. Melatih Feedforward. Ada empat langkah untuk Feedforward: 1. Pilih satu perilaku yang ingin Anda ubah, yang akan memberi

perbedaan signifikan, dan positif dalam hidup Anda.

2. Gambarkan tujuan ini dalam dialog empat mata dengan orang yang Anda kenal.

3. Minta orang tersebut dua saran di masa depan yang bisa membantu Anda meraih perubahan positif dalam perilaku yang Anda pilih.

4. Dengarkan saran tersebut, catat bila perlu. Tapi satu-satunya respon yang diperbolehkan hanya “terima kasih”.

Feedfroward sederhananya adalah kebalikan dari feedback. Jika feedback melihat ke masa lalu untuk mencari sesuatu yang bisa Anda

ubah atau perbaiki di masa lalu. Maka feedforward adalah untuk mencari sesuatu yang bisa Anda lakukan di masa depan.

SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING!

Kesetiaan salah arah terhadap sifat alami kita adalah halangan paling berat untuk kita bisa membuat perubahan positif dalam perilaku. Orang bisa mentoleransi bermacam-macam perlakuan tidak menyenangkan, tapi ketidakmampuan untuk mendengarlah yang paling membekas – mungkin karena itu seharusnya sesuatu yang bisa kita lakukan dengan mudah.

Referensi

Dokumen terkait

Unit Sekretariat dan Dewan Negeri Pejabat Setiausaha Kerajaan Pahang Wisma Sri Pahang. 25503

Menurut bapak apakah hutan lindung berpengaruh terhadap daerah aliran sungaia. Sangat

Ruang lingkup kegiatan dalam pekerjaan ini adalah mengembangkan Sistem Informasi Aset Migas dengan spesifikasi teknis perusahaan yang telah ditentukan, antara

Campuran alginat dengan guar gum 90:10 dan 80:20 sel am a penyimpanan memiliki viskositas yang mendekati namun tidak lebih rendah dari produk komersial manutex,

Ini yang baru mudah-mudahan ingat yang lama jangan ingat yang baru. Terima kasih Pimpinan. Saya hormati dengan apa yang Pak Ketua sampaikan mengenai prosedur rapat hari ini

Elannor, Christiana Monica Vianny Abong. Kajian Etnomatematika pada Pasar Barter Wulandoni, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Program Studi

Eko Soponyono, SH.MH Praktek Pemidanaan Terhadap Tindak 2 Budhi Wisaksono, SH.MH Pidana Yang Dilakukan Oleh Pelajar Di Wilayah Kota Semarang (Studi Kasus Pengadilan

member mengisi data yang diperlukan untuk melakukan pendaftaran asuransi kebakaran yaitu : jangka waktu pertanggungan asuransi, harta benda yang dipertanggungkan,