• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT DUNIA MAYA TERHADAP FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA HANUNG BRAMANTYO ARTIKEL. Oleh FEBRIYANTO NGABITO NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT DUNIA MAYA TERHADAP FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA HANUNG BRAMANTYO ARTIKEL. Oleh FEBRIYANTO NGABITO NIM."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 PERSEPSI MASYARAKAT DUNIA MAYA TERHADAP FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA HANUNG BRAMANTYO

ARTIKEL

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyandang gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

FEBRIYANTO NGABITO NIM. 311 408 017

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2014

(2)
(3)

3 PERSEPSI MASYARAKAT DUNIA MAYA TERHADAP FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA HANUNG BRAMANTYO

ARTIKEL Oleh

Febriyanto Ngabito Karmin Baruadi Sance A. Lamusu

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2014

Abstrak

Ngabito, Febriyanto. 2014. Persepsi Masyarakat Dunia Maya Terhadap Film Perempuan Berkalung Sorban. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo 2014. Pembimbing I Dr. H. Moh. Karmin Baruadi, M.Hum. dan Pembimbing II Dr. Sance A. Lamusu, M.Hum. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah; (1) Bagaimana status masyarakat dunia maya yang memberikan persepsi terhadap film Perempuan Berkalung Sorban? (2) Bagaimana persepsi masyarakat dunia maya terhadap film Perempuan Berkalung Sorban?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data persepsi masyarakat dalam penelitian ini bersumber dari dunia maya atau internet. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap persepsi masyarakat dunia maya tersebut, didapatkan beragam kalangan masyarakat dengan statusnya yang berbeda-beda, kemudian dari ragam kalangan masyarakat yang berstatus beda, menghasilkan persamaan dan perbedaan persepsi. Hasil analisis dengan menggunakan teori resepsi sastra menurut Jauss, dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat dunia maya dari tahun ke tahun terhadap film Perempuan Berkalung Sorban, tampak ada persamaan dan perbedaan persepsi, sehingga menunjukan film Perempuan Berkalung Sorban sebagai film yang berkualitas. Kata Kunci: persepsi, masyarakat dunia maya, film’

(4)

4 Karya sastra sebagai objek penilaian merupakan sebuah cermin bagi setiap masyarakat, karena di dalam karya sastra terdapat kemungkinan realita yang ada di masyarakat. Oleh sebab itu masyakarat dapat menentukan makna dan nilai karya sastra.Karya sastra tidak mempunyai arti tanpa ada masyarakat yang menanggapinya.

Setiap masyarakat dengan masyarakat lainnya akan memberikan persepsi yang berbeda-beda, disebabkan oleh perbedaan pengalaman, pengetahuan serta lingkungan sosial, bahkan lingkungan sosial yang samapun akan berbeda tanggapan. Oleh karena itu, pada periode ke periode, sebuah karya sastra tidak selalu mendapat perhatian yang sama dari setiap masyarakat. Masyarakat mempunyai tujuan masing-masing dalam menginterpretasi sebuah karya sastra.Jauss (1983: 14), mengatakan bahwa makna dan estetik karya sastra akan terungkap, berdasarkan tanggapan-tanggapan masyarakat dari generasi pertama dan diperkaya pada generasi-generasi selanjutnya.

Kaitannya dengan masyarakat sebagai penerima informasi dan pemberi makna melalui tanggapan-tanggapanya, maka diperlukan pengkajian terhadap persepsi masyarakat penonton film yang tercantum di dunia maya/internet terhadap film Perempuan Berkalung Sorban (selanjutnya disingkat PBS), berpijak pada konsep teori resepsi Hans Robert Jauss, berdasarkan resepsi historis karya sastra, dengan bertitik tolak pada masyarakat sebagai penghasil makna melalui tanggapan-tangapannya, berdasarkan cakrawala harapan masing-masing masyarakat.

Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode deskriptif, kemudian dilakukan analisis terhadap fokus kajian dalam penelitian ini, yakni tanggapan masyarakat dunia maya terhadap film PBS. Menurut Triswanto (2010:17), bahwa metode deskriptif merupakan medote penelitian untuk menggambarkan atau menguraikan objek sejelas-jelasnya tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.

(5)

5 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Sesuai dengan sumber data, bahwa data dalam penelitian ini bersifat dokumen-dokumen tanggapan masyarakat yang bersumber dari dunia maya. Oleh karena itu, peneliti hanya mengumpulkan tanggapan-tanggapan masyarakat yang tercantum di website dan bloginternet, menyangkut pembahasan mengenai masalah film PBS. Tahapan pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap, yakni tahap pencarian/search dan tahap pencetakan/print out.

Setelah dilakukan pengumpulan data yang telah didapatkan, selanjutnya peneliti melakukan analisis data yang terkumpul dengan berbagai cara sebagai berikut; (1) Mengorganisir dan mengelompokan semua informasi tentang tanggapan dari setiap masyarakat, sesuai waktu tanggapan itu di muat oleh masyarakat di dunia maya, (2) Membaca seluruh tanggapan-tanggapan masyarakat yang muat di dunia maya dan kemudian memberikan kode pada intisari dalam tanggapan tersebut. Kode tersebut digunakan untuk mengkategorikan tanggapan masyarakat sesuai dengan kategori pembaca riil yang dimaksudkan dalam penelitian ini, (3) Tanggapan-tanggapan masyarakat tersebut, dikategorikan mana yang termasuk dalam kritik mimetik, kritik pragmatik, kritik ekspresif, dan kritik objektif, (4) Menguraikan secara menyeluruh setiap tanggapan-tanggapan masyarakat dengan cara interpretasi peneliti, sesuai teori dan metode yang menjadi landasan pengkajian ini, (5) Melakukan penyajian uraian penjelasan secara naratif deskriptif, (6) Menyimpulkan hasil penetilian. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Status Masyarakat yang Memberikan Persepsi Terhadap Film PBS

Film PBS mendatangkan reaksi dalam bentuk tanggapan dari berbagai kalangan masyarakat dunia maya yang berbeda-beda. Adapun yang dapat diidentifikasi sesuai status masyarakat dunia maya, yakni, ada yang berstatus ulama, sastrawan, seniman, dan masyarakat awam. Secara keseluruhan, status masyarakat dunia maya dari tahun 2009, 2010, dan 2011, didapatkan yang

(6)

6 berstatus ulama berjumlah 6 orang, berstatus sebagai sastrawan berjumlah 2 orang, dan berstatus sebagai seniman berjumlah 5 orang. Selain itu, yang tidak dapat diidentifikasi statusnya, sehingga dimasukkan dalam kategori kalangan masyarakat awam, yakni berjumlah 19 orang.

Status Masyarakat Dunia Maya Tahun 2009

Masyarakat dunia maya yang memberikan tanggapan terhadap film PBS pada tahun 2009, teridentifikasi adanya keragaman status masyarakat. Adapun keragaman status itu, teridentifikasi, dan kemudian dikategorikan menjadi 4 kategori, yakni, kategori ulama; kategori sastrawan; kategori seniman; dan kategori masyarakat awam. Para penanggap yang berstatus sebagai ulama berjumlah 6 orang, berstatus sebagai sastrawan 1 orang, berstatus sebagai seniman berjumlah 3 orang, dan dari kalangan masyarakat awam berjumlah 15 orang.

Klasifikasi Data Berdasarkan Status masyarakat Dunia Maya Tahun 2009 PEMBERI TANGGAPAN

No Nama Status Kategori Jumlah

Penanggap

1

Fitriani Aminuddin

Staf Pengajar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Ulama 6 orang KH. Ali Mustafa Yakub Anggota Komisi Fatwa MUI Siti Musdah Mulia Staf Ahli

Departemen Agama Endang Turmudi Sekjen PBNU Didin Hafidhuddin Ketua Majelis

(7)

7 Kholil Ridwan Ketua MUI Jakarta

Pusat 2 Hindun Anisah Penyunting Novel

PBS Sastrawan 1 orang

3

Hanung Bramantyo Sutradara

Seniman 3 orang Misbach Yusa Biran Sutradara

Dedy Mizwar Sutradara dan Aktor

5 Donny Danartono - Awam 15 orang Didim - Muhammad Zulifan - Rafli - Sy Sk Gorengan - A. Feminist - Theprincez - AM. Waskito - Raden Habib - Tsabitaatzimatillah - Bundaeisha - Peaceman - Afitzoo - Insanroses - sai -

Jumlah Keseluruhan 25 orang Berdasarkan tabel di atas, bahwa masyarakat dunia maya yang telah teridentifikasi statusnya dan tidak teridentifikasi sesuai data tanggapan dari dunia maya, secara keseluruhan berasal dari kalangan masyarakat Indonesia.

(8)

8 Masyarakat dunia maya yang memberikan tanggapan terhadap film PBS, teridentifikasi adanya keragaman status masyarakat. Keragaman status masyarakat dunia maya yang memberikan tanggapan terhadap film PBS pada tahun 2010, didapatkan dan kemudian dikategorikan dalam 3 kategori, yakni, kategori sastrawan, kategori seniman, dan kategori kalangan masyarakat awam. Kategori sastrawan 1 orang, yang berstatus sebagai penulis puisi; kategori seniman berjumlah 2 orang yang kedua-duanya berstatus sebagai sutradara; dan dikategorikan sebagai kalangan masyarakat awam berjumlah 3 orang, karena tidak teridentifikasi statusnya.

Klasifikasi Data Berdasarkan Status Masyarakat Dunia Maya Tahun 2010 PEMBERI TANGGAPAN

No Nama Status Kategori Jumlah

Penanggap 1 Taufik Ismail Penulis Puisi Sastrawan 1 orang

2 Hanung Bramantyo Sutradara Seniman 2 orang

Chaerul Umam Sutradara

3

Suzanne Aslam -

Awam 3 orang

Rambo -

Edvaldo Depaiva -

Jumlah Keseluruhan 6 orang Berdasarkan tabel di atas, bahwa masyarakat dunia maya yang memberikan tanggapan terhadap film PBS, sebagian dapat diidentifikasi statusnya dan sebagian lagi tidak dapat diidentifikasi. Selain itu, teridentifikasi adanya para penanggap yang berasal dari kalangan masyarakat Negara lain, yakni, Suzanne Aslam dari Pakistan dan Edvaldo Depaiva dari Brazil, sedangkan para penanggap yang lain berasal dari kalangan masyarakat Indonesia.

(9)

9 Masyarakat dunia maya yang memberikan tanggapan terhadap film PBS pada tahun 2011, didapatkan hanya 1 orang. Penanggap tersebut tidak dapat diiedentifikasi statusnya, sehingga dikategorikan dalam kategori kalangan masyarakat awam.

Klasifikasi Data Berdasarkan Status Masyarakat Dunia Maya Tahun 2011 PEMBERI TANGGAPAN

No Nama Status Kategori Jumlah

Penanggap

1 Teguh Hindarto - Awam 1 penanggap

Jumlah Keseluruhan 1 penanggap Berdasarkan tabel di atas, masyarakat yang memberikan tanggapan terhadap film PBS tahun 2011, berasal dari kalangan masyarakat Indonesia. Akan tetapi, tidak dapat diidentifikasi statusnya, shingga dikategorikan dalam kalangan masyarakat awam.

Persepsi Masyarakat Dunia Maya Tahun 2009, 2010, dan 2011

Sesuai data tanggapan yang ditemukan, bahwa masyarakat dunia maya yang menanggapi film PBS pada tahun 2009 sebanyak 25 orang, tahun 2010 sebanyak 6 orang, dan pada tahun 2011 hanya 1 orang, maka keseluruhan masyarakat dunia maya yang menanggapi film PBS yakni berjumlah 32 orang.

Pada umumnya, kebanyakan masyarakat dunia maya menanggapi film itu dengan memandang secara negatif. Hal tersebut, disebabkan bahwa apa yang dipancarkan dari film itu tidak sesuai dengan horizon penerimaan masyarakat, yang secara realita film itu menganggat masalah-masalah yang tidak sesuai dengan realita kehidupan manusia. Masyarakat dunia maya yang tidak menerima dengan baik film PBS itu adalah Fitriani Aminudin dengan tanggapannya yang berorientasi pragmatik (2009), KH. Ali Mustafa Yakub (2009 - pragmatik), Rafli (2009 - pragmatik), Sy Sk Gorengan (2009 - pragmatik), Misbach Yusa Biran (2009 - pragmatik), Endang Turmudi (2009 - pragmatik), Raden Habib (2009 -

(10)

10 pragmatik), Hindun Anisah (2009 - pragmatik), Dedy Mizwar (2009 - pragmatik), Didin Hafidhuddin (2009 - pragmatik), Kholil Ridwan (2009 - pragmatik), AM. Waskito (2009 - pragmatik), Tsabitaadzimatillah (2009 - pragmatik), Peaceman (2009 - pragmatik), Afitzoo (2009 - pragmatik), Rambo (2010 - pragmatik), Chaerul Umam (2010 - pragmatik dan mimetik), dan Taufiq Ismail (2010 - pragmatik dan mimetik).

Hal ini, bahwa masyarakat dunia maya menganggap film ini adalah film fitnah, antara lain; mengandung ajaran yang sesat, melecehkan dan menodai Al-Qur’an dan Hadits, melecehkan Pesantren, sebagai film propaganda buruk tentang pesantren, film yang membuat frustasi, tidak memberikan penerangan, berkesan kelam, film yang tidak memberikan hiburan, menggambarkan pendidikan dan pemikiran yang sangat terbelakang, film yang mendeskreditkan pesantren, pesantren digambarkan sangat tradisional, film yang dapat memberikan citra buruk kepada masyarakat, pesantren digambarkan semacam penjara, mengangkat pemahaman ajaran Kristen tentang hukum rajam yang dilakukan secara tidak sesuai realita, film yang bertujuan untuk menghancurkan Islam, dan sebagainya.

Meskipun banyak masyarakat dunia maya menaggapinya secara negatif, tapi realitanya ada juga masyarakat yang menanggapinya secara positif dan menerima dengan baik. Menurut masyarakat dunia maya, film ini meluruskan pemahaman masyarakat nyata yang masih memegang sistem patriarki, misalnya; larangan perempuan keluar rumah tanpa muhrim, perempuan tidak boleh jadi pemimpin, tidak boleh naik kuda, dan perempuan tidak boleh berpendapat. Selanjutnya, sebagian cerita yang disampaikan dalam film itu, masih relevan dengan realitas masyarakat Indonesia saat ini, misalnya; mengungkapkan realitas penindasan terhadap perempuan, kawin paksa, KDRT, dan mengangkat nilai-nilai kartini.

Adapun yang memberikan tanggapan positif dan menerima secara utuh film PBS itu, yakni, Hanung Bramantyo (2009dan 2010 - mimetik, pragmatik, ekspresif), Sai (2009 - mimetik dan pragmatik), A. Feminist (2009 - mimetik dan

(11)

11 pragmatik), Siti Musdah Mulia (2009 - mimetik dan pragmatik), Theprincez (2009 - pragmatik), Muhammad Zulifan (2009 - pragmatik), Bunda Eisha (2009 - mimetik), Insanroses (2009 - ekspresif), Bimbi (mimetik dan pragmatik),Suzanne Aslam (2010 - mimetik), Edvaldo Depaiva (2010 - mimetik), dan Teguh Hindarto (2011 - mimetik dan pragmatik).

Selanjutnya, yang mengambil jalan tengah antara baik dan buruk film itu adalah, Donny Danartono (2009 - pragmatik dan obejktif) dan Didim (2009 - mimetik dan pragmatik). Donny Danartono menilai baik, yakni ide dalam film itu bagus karena mengangkat tafsir-tafsir patriarki dalam Islam, kemudian direfresentasikan di dunia pesantren, dan juga buruk film itu dilihat dari permainan simbol sang sutradara. Permainan simbol sang sutradara terlihat bagus pada adegan terakhir, yaitu ketika sorban (penutup kepala pria) yang berkalung di leher Anisa saat ia sedang berkuda dengan anaknya, kemudian sorban itu jatuh dan ia tidak memungutnya. Maka secara sinematografi film itu buruk.Selain itu, Didim juga menilai baik dari hasil film itu kepada masyarakat penonton, misalnya; berhasil menanamkan kesadaran komunitas pesantren agar terbuka pada perubahan dan kemajuan; berhasil membuka semangat belajar komunitas pesantren; berhasil menumbuhkan kemandirian perempaun; dan berhasil menumbuhkan budaya menulis di kalangan pelajar dan mahasiswa. Sekaligus ia juga menilai buruk ketika dalam film menggambarkan sosok Kiai yang tidak secara realita ada di masyarakat; menggambarkan sistem pembelajaran yang tidak pernah ada dalam pesantren (salaf); pesantren digambarkan sebagai institusi pendidikan yang dipenuhi dengan nuansa kekerasan, pengekangan intelektual, dan pengerdilan potensi peserta didik.

Secara keseluruhan,masyarakatyang menanggapi film PBS dari tahun 2009 sampai tahun 2011 adalah 32 orang, kemudian dikurangi 1 orang karena pada tahun 2009 dan 2010 terdapat orang yang sama, sehingga jumlah masyarakat yang menanggapi film PBS yakni 31 orang.

(12)

12 Tiap masyarakat penonton film berbeda-beda dalam menanggapi film tersebut. Perbedaan tanggapan masyarakat penonton film PBS, mungkin disebabkan oleh perbedaan pengetahuan tentang ajaran Islam dan pengetahuan tentang kehidupan, pemahaman, pemikiran, dan sosial-budanya. Oleh karena itu,tampaklah bobot atau kualitas karya sastra, makna dan konkretisasi karya sastra terungkap oleh tanggapan dari waktu ke waktu dan dari periode ke periode selanjutnya.

Penutup

Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan tanggapan dari tahun 2009, 2010, dan 2011 yaitu, dari tahun 2009 sampai 2011 terdapat keragaman status masyarakat dunia maya yang memberikan tanggapan terhadap film PBS. Tanggapan-tanggapan dari setiap masyarakat dunia maya terhadap film PBS, cukup beragam, ada persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan tanggapan dari masyarakat yang berstatus berbeda terhadap film PBS, dari tahun 2009, 2010, 2011, menunjukan film PBS sebagai film yang berkualitas, karena banyak masyarakat dunia maya yang memberikan tanggapan terhadap film PBS.

Bagi penikmat karya satra yang berbentuk film, hendaknya memberikan apresiasi, interpretasi, dan evaluasi, sehingga film yang ditonton akan diketahui kandungan makna di dalamnya, nantinya akan diungkapkan oleh para peneliti. Selain itu, sumber pembuatan film PBS ini diadopsi dari novel PBS karya Abidah El Khalieqy, maka untuk penelitian selanjutnya, kedua karya ini dapat dianalisis dengan menggunakan teori ekranisasi.

Secara jelas dalam penelitian ini hanya difokuskan untuk meneliti tanggapan dari masyarakat. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri, bahwa film yang menjadi media datangnya tanggapan dari masyarakat dalam penelitian ini, dapat pula dianalisis dengan pendekatan lain, seperti sosiologi sastra.

(13)

13 Daftar Pustaka

Eneste Pamusuk. 1991. Novel dan Film. Cetakan 1. Yogyakarta: Nusa Indah. Fokkema, D.W. dan Kunne-Ibsch, Elrud. 1998. Teori Sastra Abad Kedua Puluh

(penerjemah: J. Praptadiharja dan Kepler Silaban). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Bramantyo, Hanung. 2009. Film Perempuan Berkalung Sorban. Jakarta: Chand Parwez Servia.

Iser, Wolfgang. 1987. The Act of Reading: A Theory Of Aesthetic Response. Baltimore and London: The Johns Hopkins University Press.

Jabrohim. 2012. Teori Penelitian Sastra. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jauss, Hans Robert. 1983. Toward an Aesthetic of Reception. Translation from German by Timothy Bahti. Minneapolis: University of Minnesota Press. Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia. Luxemburg, Jan Van, dkk.1992. Penerjemah; Dick Hartoko. Pengantar Ilmu

Sastra. Cetakan Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Cetakan VI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Segers, Rien T. 2000. Evaluasi Teks Sastra, Sebuah Penelitian Eksperimental Berdasarkan Teori Semiotik dan Estetika Resepsi (penerjemah: Suminto A. Sayuti). Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Suroso, dkk. 2009. Kritik Sastra, Teori Metodologi, dan Aplikasi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

(14)

14 Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra: Dasar-dasar Memahami Fenomena Kesusastraan; Psikologi Sastra, Strukturalisme, Formalisme Rusia, Marxime, Interpretasi dan pembaca, dan Pascastrukturalisme. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Kav. Madukismo.

Teeuw, A. 2003.Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Triswanto, Sugeng D. 2010. Trik Menulis Skripsi dan Menghadapapi Presentasi Bebas Stres. Cetakan ke-1.Yogyakarta: Tugu Publisher.

Referensi

Dokumen terkait

Calon peserta masih diperkenankan mengajukan pertanyaan dengan mengirimkan pertanyaan melalui email sayembara@polimarin.ac.id sampai dengan 6 Nopember

[r]

Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Layanan Informasi adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional yang berada di bawah dan bertanggung

Masalah Segiempat dan Segitiga Ditinjau dari Kemampuan Matematika pada Materi Persamaan Garis Lurus Kelas VII SMP YPM 4 Bahar Sidoarjo”, Surabaya, UNESA, 2014, 21..

Perbincangan pada kali ini lebih banyak membincangkan soal perkahwinan dalam kalangan masyarakat seharian dan kesannya pada masa akan datang serta tujuannya mengikut pandangan

Seperti mahasiswa luar Jawa, dengan berada dilingkungan yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya akan mengalami perubahan serta perkembangan pada konsep dirinya,

pekerjaanmenggarap lahan menjadi tanggungjawab pihak pemilik lahan. Begitu juga, akad akad al-mukha>barah tidak sah jika ada ketentuan bahwa semua hasil panennya adalah

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kedudukan morfologi, klasifikasi morfem, proses morfologis, kategorisasi kata, proses