• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIUWUNG KOTA TANGERANG TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIUWUNG KOTA TANGERANG TAHUN 2014"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS JATIUWUNG KOTA TANGERANG TAHUN 2014

Suwardiman

Fakultas kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 2015 E-mail : suwaydimen@gmail.com

ABSTRAK

Air Susu Ibu (ASI) sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI berisiko meninggal 21% lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran daripada bayi yang mendapat ASI.Tujuan Penelitian ini adalah diketahuinya determinan pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang Tahun 2014.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari188 sampel adalah; Prevalensi pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang yaitu 28,7%. Predisposing

factors yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Jatiuwung Kota Tangerang adalah pengetahuan dan pendidikan. Enabling factors yang berhubungan adalah IMD, rawat gabung dan keterpaparan sampel susu formula. Reinforcing

factors yang berhubungan adalah dukungan suami. Koordinasi dengan semua Puskesmas

yang ada di Wilayah Kota Tangerang khususnya di Puskesmas Jatiuwung untuk melaksanakan Program 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta meningkatkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang manfaat ASI Eksklusif bagi bayi, ibu dan keluarga dari sejak dini (masa kehamilan, bersalin sampai usia bayi 6 bulan) khususnya kepada ibu yang berpendidikan rendah (< SMA) serta kepada suami agar dapat mendukung ibu dalam melakukan pemberian ASI Eksklusif.

Kata Kunci : ASI Eksklusif, Inisiasi Menyusu dini, Determinan. Daftar Pustaka: 68 (1998-2014)

(2)

DETERMINANT OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING AT JATIUWUNG PUBLIC HEALTH CENTRE TANGERANG CITY IN 2014

ABSTRACT

Breastfeeding has been proven to improve the health status of infants, regarding this, approximately 1.3 million infantss could be saved from mortality. Infants who were never breastfed has the risk of 21% higher in the period after birth than infant who were given the breastfeeding. The aim of this study is to know the determinants of breastfeeding (Exclusive breastfeeding) for mothers in Puskesmas (Public Health Centre) Jatiuwung, Tangerang 2014. This research is a quantitative research using descriptif analytic with cross sectional design and 188 samples, with the results as below; The prevalence of exclusive breastfeeding in Puskesmas (Public Health Centre) Jatiuwung Tangerang is 28.7%. Predisposing factors which is associated with exclusive breastfeeding in Puskesmas (Public Health Centre) Jatiuwung Tangerang for knowledge and education variable. Enabling factors associated with the Early initiation of breastfeeding, joining treatment and the exposure of samples of formula milk. Reinforcing factors’ correlation is husband's support variable. Coordinate with all public health centers (Puskesmas) in Tangerang especially with Puskesmas (Public Health Center) Jatiuwung to implement the program of 10 Steps for Successful Breastfeeding (LMKM) and Early Initiation of Breastfeeding (IMD) and also by increasing the Communication, Information and Education (KIE) on the benefits of giving exclusive breastfeeding for infant, mother and family, starting from pregnancy, giving birth until infant is 6 months old, especially for mothers with lower education (<Senior High School) and to the husbands in order to support mothers in giving exclusive breastfeeding to their infants.

Keywords : Exclusive Breastfeeding, Early Initiation of Breastfeeding, Determinant Refrences: 68 (1998-2014)

PENDAHULUAN

Sekitar 40% kematian balita terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi (Roesli, 2008). Berdasarkan penelitian World Health Organization tahun 2000, di enam negara berkembang, risiko kematian bayi antara 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI berisiko meninggal 21% lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran daripada bayi yang mendapat ASI. Di negara berkembang, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat ditekan salah satunya adalah dengan menyusui, karena Air Susu Ibu (ASI) sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan. Pada tahun 2008 jurnal kesehatan The Lancet menyoroti fakta bahwa anak yang tidak disusui 14 kali lebih mungkin meninggal dalam enam bulan pertama dari anak yang mendapatkan ASI

(3)

eksklusif. ASI saja sudah memenuhi persyaratan lengkap gizi bayi sejak lahir hingga umur 6 bulan, dan menyediakan antibodi penting untuk melindungi anak dari penyakit (UNICEF, 2012).

ASI eksklusif masih menjadi masalah di dunia. Di Benua Asia cakupan ASI eksklusif belum mencapai 50% dengan cakupan terbanyak di Asia Selatan sebesar 44% dan disusul dengan Asia Pasifik sebesar 43% (UNICEF, 2009 dalam Zakiyah, 2012). Sementara di negara berkembang hanya 39% ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif (UNICEF, 2011 dalam Siallagan, 2013).

Cakupan ASI eksklusif di Indonesia juga belum mencapai hasil yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2010 menunjukkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Indonesia hanya 15,3% (Siallagan, 2013). Provinsi Banten pada tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, dimana pemberian ASI eksklusif mencakup 55.973 (32.2%) sementara pada tahun 2010 pemberian ASI eksklusif di Provinsi Banten mencakup 69.180 (39,9%) (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2011). Berdasarkan Data Statistik Penelitian dan Pengembangan Kota Tangerang Tahun 2010 menunjukkan seluruh Kelurahan di Kota Tangerang memiliki cakupan ASI dibawah target Departemen Kesehatan yaitu sebesar 80%, salah satunya adalah Kecamatan Jatiuwung. Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang, cakupan pemberian ASI secara eksklusif pada tahun 2013 hanya 12,34 % (Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2013).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data antara variabel dependent dan variabel independent dilakukan secara bersamaan. Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dengan menggunakan instrument berupa kuesioner dengan teknik wawancara kepada ibu yang memiliki bayi usia 6 – 12 bulan yang datang ke posyandu saat dilakukannya pengambilan data.. Penelitian ini dilakukan di 60 posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang selama bulan Oktober 2014, dengan jumlah sampel 188 responden yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan antara Faktor Predisposisi (Predisposing factors) dengan pemberian ASI Eksklusif

Tabel 1

Hubungan antara faktor predisposisi (predisposing factors) dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Studi Determinan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota

Tangerang Tahun 2014 Variabel

Pemberian ASI Eksklusif

Nilai p OR (95% CI) Ya Tidak n % n % Pengetahuan Tinggi Rendah 18 36 16,5 45,6 91 43 83,5 54,4 0,000 0,236 (0,121-0,463) Sikap Positif Negatif 19 35 27,5 29,4 50 84 72,5 70,6 0,915 0,912 (0,472-1,763) Umur < 27th >27th 32 22 33,0 24,2 65 69 67,0 75,8 0,241 (0,342-1,228) 0,648 Pendidikan Tinggi Rendah 43 11 43,0 12,5 57 77 57,0 87,5 0,000 5,281 (2,506-11,130) Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja Suku Jawa Luar jawa 36 18 52 2 28,1 30,0 29,1 22,2 92 42 127 7 71,9 70,0 70,9 77,8 0,927 1,000 0,913 (0,466-1,790) 1,433 (0,288-7,128) Agama Islam Non Islam 52 2 28,9 25,0 128 6 71,1 75,0 1,000 (0,238-6,236) 1,219 Paritas > 1 kali 1 kali 24 30 27,6 29,7 63 71 72,4 70,3 0,874 0,902 (0,478-1,701) Pendapatan Tinggi Rendah 24 30 25,3 32,3 71 63 74,7 67,7 0,369 0,710 (0,376-1,339)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa proporsi ibu berpengetahuan tinggi lebih sedikit (16,5%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang berpengetahuan rendah (45,6%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif, dengan OR 0,236 yang artinya ibu

(5)

berpengetahuan tinggi berpeluang memberikan ASI Eksklusif lebih rendah 4,2 kali dibandingkan ibu berpengetahuan rendah.

Proporsi ibu dengan sikap positif lebih sedikit (27,5%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang bersikap negatif (29,4%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif. Proporsi ibu dengan umur < 27 tahun lebih banyak (33,0%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang berumur > 27 tahun (24,2%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara umur dengan pemberian ASI Eksklusif. Proporsi ibu berpendidikan tinggi lebih banyak (43,0%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah (12,5%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif, dengan OR 5,281 yang artinya ibu berpendidikan tinggi berpeluang memberikan ASI Eksklusif lebih tinggi 5,28 kali dibandingkan ibu berpendidikan rendah.

Proporsi ibu tidak bekerja lebih sedikit (28,1%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang bekerja (30%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif. Proporsi ibu dengan suku jawa lebih banyak (29,1%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu dengan suku luar jawa (22,2%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara suku dengan pemberian ASI Eksklusif. Proporsi ibu yang beragama Islam lebih banyak (28,9%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang beragama non Islam (25,0%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara agama dengan pemberian ASI Eksklusif.

Proposrsi Ibu dengan paritas > 1 kali lebih sedikit (27,6%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu dengan paritas 1 kali (29,7%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif. Proporsi ibu dengan pendapatan tinggi lebih sedikit (25,3%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu dengan pendapatan rendah (32,3%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

(6)

tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara pendapatan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Hubungan Faktor Pemungkin (enabling factors) dengan pemberian ASI Eksklusif Tabel 2

Hubungan antara faktor pemungkin (enabling factors) dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Studi Determinan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota

Tangerang Tahun 2014

Variabel Pemberian ASI Eksklusif Ya Tidak Nilai p OR (95% CI)

n % N % Antenatal Care Teratur Tidak teratur 6 48 19,4 30,6 25 109 80,6 69,4 0,296 0,545 (0,210-1,414) IMD Ya Tidak 22 32 51,2 22,1 21 113 48,8 77,9 0,000 3,699 (1,809-7,564) Rawat Gabung Ya Tidak 51 3 33,6 8,3 101 33 66,4 91,7 0,005 5,554 (1,625-18,983) Akses Nakes Ada Tidak ada 33 21 34,0 23,1 64 70 66,0 76,9 0,135 1,719 (0,903-3,271) Cara Melahirkan Normal Tidak normal Tempat melahirkan Faskes Non Faskes 45 9 52 2 29,4 25,7 30,8 10,5 108 26 117 17 70,6 74,3 69,2 89,5 0,819 0,114 1,204 (0,523-2,771) 3.778 (0,842-16,950) Penolong persalinan Medis Non Medis 47 7 27,0 50,0 127 7 73,0 50,0 0,120 0,370 (0,123-1,112) Keterpaparan sampel susu formula Tidak pernah Pernah 33 21 24,1 41,2 104 30 75,9 58,8 0,034 0,453 (0,229-0,869)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa proporsi ibu dengan antenatal care teratur lebih sedikit (19,4%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu dengan antenatal care tidak teratur (30,6%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara antenatal care dengan pemberian ASI Eksklusif.

(7)

Proporsi ibu yang melakukan IMD lebih banyak (51,2%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang tidak melakukan IMD (22,1%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara IMD dengan pemberian ASI Eksklusif, dengan OR 3,699 yang artinya ibu yang melakukan IMD berpeluang memberikan ASI Eksklusif lebih tinggi 3,6 kali dibandingkan ibu yang tidak melakukan IMD.

Proporsi ibu yang melakukan rawat gabung lebih banyak (33,6%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang tidak melakukan rawat gabung (8,3%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara rawat gabung dengan pemberian ASI Eksklusif, dengan OR 5,554 yang artinya ibu yang melakukan rawat gabung berpeluang memberikan ASI Eksklusif lebih tinggi 5,5 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan rawat gabung.

Proporsi ibu yang memiliki akses terhadap tenaga kesehatan lebih banyak (34,0%) yang memberikan ASI Eksklusf dibandingkan ibu yang tidak memiliki akses terhadap tenaga kesehatan (23,1%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara akses tenaga kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Proporsi ibu yang melahirkan normal lebih banyak (29,4%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang melahirkan tidak normal (25,7%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara cara melahirkan dengan pemberian ASI Eksklusif.  

Proporsi ibu dengan tempat melahirkan di fasilitas kesehatan lebih banyak (30,8%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu dengan tempat melahirkan di non fasilitas kesehatan (10,5%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara tempat melahirkan dengan pemberian ASI Eksklusif.  

Proporsi ibu dengan penolong persalinan tenaga medis lebih sedikit (27,0%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu dengan penolong persalinan non medis (50%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara penolong persalinan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Proporsi ibu yang tidak pernah terpapar sampel susu formula lebih sedikit (24,1%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang pernah terpapar sampel susu formula (41,2%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05)

(8)

antara keterpaparan sampel susu formula dengan pemberian ASI Eksklusif, dengan OR 0,453 yang artinya ibu yang tidak pernah terpapar susu formula berpeluang lebih rendah 2,2 kali untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan ibu yang pernah terpapar sampel susu formula.

Hubungan Faktor Penguat (Reinforcing factors) dengan Pemberian ASI Eksklusif Tabel 3

Hubungan antara Faktor Penguat (Reinforcing factors) dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Studi Determinan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota

Tangerang Tahun 2014

Variabel Pemberian ASI Eksklusif Nilai

p OR (95% CI) Ya Tidak n % n % Dukungan suami Baik Kurang 8 46 16,0 33,3 42 92 84,0 66,7 0,032 0,381 (0,165-0,878) Dukungan Keluarga Baik Kurang 12 42 26,7 29,4 33 101 73,3 70,6 0,872 0,874 (0,412-1,856) Dukungan petugas kesehatan Baik Kurang 38 16 31,1 24,2 84 50 68,9 75,8 0.407 1,414 (0,715-2,793) Dukungan Teman Baik Kuraang 46 8 29,7 24,2 109 25 70,3 75,8 0,678 1,319 (0,554-3,140) Keterpaparan informasi ASI Eksklusif Baik Kurang 44 10 31,2 21,3 97 37 68,8 78,7 0,264 (0,766-3,676) 1,678

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa ibu dengan dukungan suami baik lebih sedikit (16,0%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu dengan dukungan suami kurang (33,3%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif, dengan OR 0,381 yang artinya ibu yang mempunyai dukungan suami baik berpeluang memberikan ASI Eksklusif lebih rendah 2,6 kali dibandingkan ibu yang mempunyai dukungan suami kurang.

Proporsi ibu dengan dukungan keluarga baik lebih sedikit (26,7%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu dengan dukungan keluarga kurang (29,4%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara dukungan

(9)

keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif. Proporsi ibu dengan dukungan petugas kesehatan baik lebih banyak (31,1%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu dengan dukungan petugas kesehatan kurang (24,2%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Proporsi ibu dengan dukungan teman baik lebih banyak (29,7%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu dengan dukungan teman kurang (24,4%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara dukungan teman dengan pemberian ASI Eksklusif.

Proporsi ibu yang terpapar informasi ASI Eksklusif baik lebih banyak (31,2%) yang memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang terpapar informasi ASI Eksklusif kurang (21,3%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p > 0,05) antara keterpaparan informasi ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif.

Hubungan Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) dengan Pemberian ASI Eksklusif Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif Hasil uji hubungan antara pengetahuan tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif didapatkan bahwa secara statistik terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p = 0,000 dan OR = 0,236. Dengan demikian pada ibu yang berpengetahuan tinggi berpeluang 4,2 kali lebih rendah untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan rendah. Pengetahuan meski penting namun tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku (green, 1980 dalam abdullah 2012). Pada ibu yang berpengetahuan tinggi kemungkinan hanya mengetahui secara teoritis saja namun tidak memiliki pengalaman dalam mengaplikasikan pemberian ASI Eksklusif, hal ini didukung oleh pernyataan Keraf dan Dua 2001 dalam Afifah 2012 yang mengatakan bahwa pengetahuan dibagi dalam 3 macam yaitu “tahu bahwa, tahu bagaimana dan tahu akan”. Tahu bahwa disebut juga pengetahuan teoritis sedangkan tahu bagaimana adalah menyangkut bagaimana seseorang melakukan sesuatu. Tahu akan adalah jenis pengetahuan yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu melalui pengalaman atau pengenalan pribadi. Bukan hanya sekedar pengetahuan saja yang harus dimiliki tetapi harus didukung juga dengan kemauan dan kemampuan dalam memberikan ASI Eksklusif.

(10)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Utami (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan praktik pemberian ASI Eksklusif, tetapi berbeda dengan penelitian Ida (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif 6 bulan.

Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif didapatkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p = 0,000 dan OR = 5,281. Dengan demikian pada ibu yang berpendidikan tinggi memiliki peluang 5,2 kali untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu, semakin besar peluang bayi untuk dibeikan ASI Eksklusif (Venancio, 2005 dalam Ida 2012)

Sejalan dengan penelitian Astuti (2013) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Menurut penelitian Adhikari etal, 2014 Pendidikan ibu yang tinggi memiliki peluang 2,56 kali untuk memberikan ASI Ekslusif ketimbang ibu yang memiliki pendidikan rendah. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Anggrita (2010) di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif

Hubungan antara Faktor Pemungkin (Enabling Factors) dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan IMD dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji hubungan antara IMD dengan pemberian ASI Eksklusif didapatkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara IMD dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR = 3,699. Dengan demikian pada ibu yang melakukan IMD memiliki peluang 3,6 kali untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan IMD.

Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir (Roesli,2008). Hasil penelitian ini lebih tinggi dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) yang menunjukkan persentase nasional proses

(11)

mulai menyusu kurang dari satu jam (IMD) setelah bayi lahir adalah 34,5 persen. Studi kualitatif pada ibu-ibu di Wilayah Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan melaporkanbahwa IMD berpengaruh nyata terhadap pelaksanaan ASI Eksklusif (Fikawati dan Syafiq, 2010). Penelitian Ida (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara IMD dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif 6 bulan. Ibu yang melakukan IMD berpeluang 2,368 kali lebih besar berperilaku memberikan ASI Eksklusif 6 bulan dibanding dengan ibu yang tidak melakukan IMD. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2003), menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI Eksklusif. Penelitian Sose dkk CIBA Foundation, 1978 dalam Roesli (2008) menunjukkan hubungan antara saat kontak ibu-bayi pertama kali terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya 59% dan 38% yang masih disusui.

Hubungan Rawat Gabung dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji hubungan antara rawat gabung dengan pemberian ASI Eksklusif didapatkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara rawat gabung dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p = 0,005 dan OR = 5,554. Dengan demikian pada ibu yang melakukan rawat gabung memiliki peluang 5,5 kali untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan rawat gabung. Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh (PERINASIA, 2004). Rawat gabung merupakan pilihan terbaik untuk merawat bayi dan ibu yang sehat karena dapat meningkatkan pemberian ASI (Susanti, 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ida (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok menunjukkan bahwa rawat gabung berhubungan dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif 6 bulan dengan nilai p = 0,009 dan OR = 3,180. Ibu yang dirawat gabung berpeluang 3,1 kali untuk berperilaku memberikan ASI Eksklusif 6 bulan dibanding dengan ibu yang tidak rawat gabung.

Hubungan Keterpaparan Sampel Susu Formula

Hasil uji hubungan antara keterpaparan sampel susu formula dengan pemberian ASI eksklusif didapatkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara keterpaparan sampel susu

(12)

formula dengan pemberian ASI eksklusif. Perilaku pemberian ASI eksklusif antara responden yang tidak pernah terpapar sampel susu formula dengan responden yang pernah terpapar sampel susu formula dengan nilai p = 0,034 dan OR = 0,453 dengan demikian ibu yang tidak pernah terpapar sampel susu formula memiliki peluang lebih tinggi 2,2 kali untuk tidak memberikan ASI ekslusif dibandingkan dengan ibu yang pernah terpapar sampel susu formula. Hal ini bisa disebabkan ibu juga tidak pernah terpapar informasi ASI Eksklusif sehingga pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Eksklusif rendah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Widodo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang ASI mempunyai peran dalam perilaku pemberian ASI secara eksklusif.

Berbeda dengan penelitian Ida (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara keterpaparan susu formula dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan.

Hubungan antara Faktor Penguat (Reinforcing Factors) dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif didapatkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p = 0,032 dan nilai OR = 0,381 dengan demikian pada ibu yang mempunyai dukungan suami baik memiliki peluang memberikan ASI Eksklusif lebih rendah 2,6 kali dibandingkan dengan ibu yang mempunyai dukungan suami kurang. Hal ini bisa disebabkan karena ibu merasa tidak bisa menyusui meskipun mendapatkan dukungan yang baik dari suami. Hasil penelitian di Tanzania, dari ibu yang tidak menyusui bayinya sebagian besar (50%) menyatakan karena ASI tidak cukup dan 24,6% dengan alasan bayi gagal menyusu (Pentit, 2008 dalam Ida 2012)

Penelitian Wahyuningsih dan Machmudah (2012) di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa responden yang memberikan ASI Eksklusif tertinggi adalah ibu yang tidak mendapat dukungan penilaian suami, tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan emosional suami dengan pemberian ASI Eksklusif.

(13)

KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Masih rendahnya persentase pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang yaitu hanya 28,7%.

b. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang berhubungan bermakna dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang adalah pengetahuan dan pendidikan.

c. Faktor pemungkin (enabling factors) yang berhubungan bermakna dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang adalah IMD, rawat gabung dan keterpaparan sampel susu formula.

d. Faktor penguat (reinforcing factors) yang berhubungan bermakna dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang adalah dukungan suami

Saran

Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

a. Diharapkan dapat berkoordinasi dengan semua Puskesmas yang ada di Wilayah Kota Tangerang khususnya di Puskesmas Jatiuwung untuk melaksanakan Program 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

b. Diharapkan dapat melakukan pelatihan petugas Puskesmas dan kader kesehatan untuk penatalaksanaan keberhasilan menyusui

Bagi Puskesmas Jatiuwung

a. Meningkatkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang manfaat ASI Eksklusif bagi bayi, ibu dan keluarga dari sejak dini (masa kehamilan, bersalin sampai usia bayi 6 bulan) khususnya kepada ibu yang berpendidikan rendah (< SMA) serta kepada suami agar dapat mendukung ibu dalam melakukan pemberian ASI Eksklusif.

b. Meningkatkan pelaksanaan Inisisasi Menyusui Dini dan Rawat Gabung untuk setiap persalinan yang normal (tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin).

Bagi peneliti lain

a. Apabila akan menanyakan tentang dukungan keluarga sebaiknya dipisahkan antara dukungan dari keluarga ibu dan dukungan dari keluarga suami.

(14)

b. Sebaiknya dapat meneliti lebih lanjut tentang faktor sosial budaya tidak hanya agama dan suku.

DAFTAR REFERENSI

Abdullah, IG. 2012. Determinan Pemberian ASI Ekslusif pada Ibu Bekerja di Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012. Tesis. Fakultas kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Adhikari, etal. 2014. Factors associated with early initiation of breastfeeding among Nepalese mothers: Furter analytsis of Nepal demoghrapic and health survey 2011. International

Journal. Diakses dari : www//internationalbreastfeedingjournal.com

Adiningsih. N.U. 2004. Menyusui, Cermin Kesetaraan Gender. Jakarta : Penggagas Forum Studi Pemberdayaan Keluarga.

Afifah, DN. 2007. Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktek Pemberian ASI Eksklusif.

Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Anggrita, K. 2010. Hubungan Karekteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Tahun 2009.

Agam, I. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi Eksklusif Di Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Tesis. Program Studi Ilmu Gizi

Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS. Available

from:http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/7827/JURNAL.pdf?sequence =1 Diakses tanggal 12 Oktober, 2014.

Aprilia, Y. 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini Dan ASI Eksklusif Kepada Bidan Di Kabupaten Klaten. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Ariawan, I. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Jurusan Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Arifah, NI. 2009. Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini antara Persalinan Normal Dengan Caesar Di Ruang An-Nisa RSI Sultan Agung Semarang. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Available from : http://eprints.undip.ac.id/10501/1/artikel.pdf Diakses tanggal 13 Desember, 2014. Astuti, I. 2013. Determinan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui. Jurnal Health

Quality Vol. 4 No. 1, Nopember 2013, Hal. 1 – 76.

Azrul, A. Manajemen Laktasi. Jakarta : Depkes, RI.

Bararah. FV. 2010. Pemberian ASI Menurun, Tokoh Agama Diminta Bertindak. Available from :

http://health.detik.com/read/2010/12/21/143752/1529826/764/pemberian-asi-menurun-tokoh-agama-diminta-bertindak Diakses tanggal 11 Desember 2014.

(15)

BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN.

Devina, E. 2012. Hubungan pengetahuan, sosial budaya dan iklan susu formula dengan pemberian asi eksklusif pada bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Seulimeum Kabupaten Aceh Besar. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’budiyah, Diploma Iii Kebidanan, Banda Aceh.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang. 2013. Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Dinas kesehatan Propinsi Banten. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Banten.

Djami, EM. 2013. Hubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan dan konseling laktasi dengan pemberian Kolostrum dan ASI eksklusif. Tesis. Program Pascasarjana Universitas padjadjaran, Bandung.

Depkes, RI. 2004. ASI Ekslusif untuk Ibu Bekerja. Jakarta : Dirjen Binkesmas, Direktorat Gizi Masyarakat.

Depkes, RI. 2009. Materi Penyuluhan Inisiasi Menyusu Dini, Pedoman Strategi KIE

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,

Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Depkes RI. 2010. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI dan MP-ASI. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Ernawati dkk. 2011. Hubungan Antenatal Care Dengan Berat Badan Lahir Bayi Di

Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2010). Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan

Epidemiologi Klinik.

Februhartanty, J. 2008. Peran Ayah dalam Optimalisasi Praktek Pemberian ASI : Sebuah

Studi Di Daerah Urban Jakarta. Disertasi. Universitas Indonesia.

Fikawati, S. 2003. Hubungan antara menyusui segera (Immediate Breastfeeding) dan

pemberian ASI Ekslusif sampai dengan Empat Bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti Vol.22

No.2.

Fikawati, S dan Syafiq, A. 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. Jurnal. Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Idonesia, Depok. Makara, Kesehatan, VOL. 14, NO. 1, Juni 2010 : 17-24. Available from : http://journal.ui.ac.id/health/article/viewFile/642/627. Diakses tanggal 11 Oktober, 2014.

Firanika, R. 2010. Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Bubulak Kabupaten Bogor Tahun 2010. Tesis. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Available from :http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1024/1/RAYUNI%20FIRANIKA-FKIK.pdf Diakses tanggal 13 Desember 2014.

(16)

Greiner, 2014. Exlusive Breastfeeding: Measurment and Indicators. International Journal. Diakses dari www//http://internastionalbreastfeedingjournal.com

Hastono, PS. 2007, Analisa Data Kesehatan. Jakarta : UI Press.

Ida. 2012. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2011. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Peminatan Promosi Kesehatan, Universitas Indonesia, Depok.

Irwansyah, D. 2011. Praktik Donor ASI di Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi. Konsentrasi Perbandingan Fiqh, Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, Jakarta. From :

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6117/1/DEDI%20IRWANSYAH-FSH.pdf Diakses tanggal 13 Desember, 2014.

Joshi etal, 2014. Prevalences of Exlusive breastfeeding and associated factors among mothers in rural Bangladesh : acrossesctional study. Internasional Journal. Diakses dari http://internastionalbreastfeedingjournal.com

Kemenkes RI, 2010. Strategi Peningkatan Makanan Bayi dan Anak (PMBA). Jakarta : Kemenkes, RI.

Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid Satu. Edisi Kesebelas. Jakarta : Gramedia. Lestari et al. 2012. Motivasi Ibu Bekerja dalam memberikan ASI Ekslusif di PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran.

http://www.jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/681/727 Diakses tanggal 12

Oktober, 2014.

Marmi dan Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Infomedika.

Onah etal, 2014. Infant feeding practices and maternal socio-demoghrapic factors than influences practice of exlusive breastfeeding among mothers in Nnewi south-east Nigeria: acrossectional and analytical study. International journal. Diakses dari: http://internastionalbreastfeedingjournal.com

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau Memerah Air Susu Ibu. Available from : http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2013/08/Permenkes-No.-15-th-2013-ttg-Fasilitas-Khusus-Menyusui-dan-Memerah-ASI.pdf Diakses tanggal 12 Oktober, 2014.

Pertiwi, Putri. 2012. Gambaran Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan, Program

(17)

Sarjana Reguler, Universitas Indonesia, Depok. Available from :

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312381-S%2043138-Gambaran%20faktor-full%20text.pdf Diakses tanggal 12 Oktober, 2014.

PERINASIA. 2004. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi Menuju Persalinan Aman dan Bayi

Baru Lahir Sehat. Ed.2. Jakarta : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi

Indonesia.

Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar ASI Ekslusif, Pengenalan Praktek dan Kemanfaatannya. Yogyakarta : Diva Press.

Proverawati dan Rahmawati. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika.

Purnamawati, S. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI pada

Bayi Usia Empat Bulan (Analisis Data Susenas 2001). Badan Litbang Kesehatan.

Roesli, Utami. 2000. Mengenai ASI Ekslusif. Jakarta : Tribus Agriwidya.

Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Ekslusif. Jakarta : Pustaka Bunda. Roesli, Utami. 2009. Mengenai ASI Ekslusif. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Riskesdas.2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Sartono, A dan Utaminingrum, H. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendidikan Ibu dan Dukungan Suami dengan Praktek Pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Telogosari Kota Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang. November 2012, Volume 1, Nomor 1. Available from : http://jurnal.unimus.ac.id Diakses tanggal 11 Oktober, 2014.

Seid etal, 2013. Prevalences of exlusive breastfeeding practices and associated factors among mothers in Bahir Dar city, Northwest Ethiopia: acommunity based crossectional study.

International Journal. Diakses dari: http://internastionalbreastfeedingjournal.com

Setiawati, E. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Anak Umur 6 – 24 Bulan di Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang Tahun 2007. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Siallagan, Y. 2013. Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi (0-6 bulan) di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Susanti, SF. Buku Indonesia Menyusui. Available from : http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/rawat-gabung.html Diakses tanggal 13 Desember 2014.

Trisnawati, I. 2010. Hubungan Status Gizi Ibu Selama Hamil Dengan Persepsi Kemampuan Laktasi (PKL) Di Wilayah Puskesmas Poned Karawang Tahun 2010. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia, Depok.

(18)

UNICEF, 2011. Breastfeeding. http://www.unicef.org/nutrition/index24824.html Diakses tanggal 12 Desember 2012.

UNICEF. 2012. Mari jadikan ASI eksklusif prioritas nasional, kata UNICEF. Available from : http://www.unicef.org/indonesia/id/media_19265.html Diakses tanggal 11 Oktober, 2014. Utami, SH. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam praktek pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas, Universitas Indonesia, Depok. Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Wahyuningsih dan Machmudah. 2012. Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Ekslusif di

Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Program Studi S1

Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Widodo, Y. 2003. Kebiasaan Memberikan Makanan Kepada Bayi Baru Lahir di Provinsi

Jawa Barat. Media Litbang Kesehatan VXI.

WHO. 2005. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding: The Optimal Duration of

Exlusive Breastfeeding.  54th WHA.

Yuwono, RS. 2013. Upaya Percepatan MDGs 1,4 dan 5. Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI. Disampaikan pada sidang Komisi A Rapat Kerja Kesehatan Nasional Jakarta, 18 Maret 2013.

Yuliandarin, E. 2009. Faktor – faktor yang mempengaruhi ASI Ekslusif di Wilayah

Puskesmas Kota Baru Kecamatan Bekasi Barat. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia, Depok.

Yuliarti, ID. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI

Eksklusif. Tesis. Program Studi Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret. Available from : http://eprints.uns.ac.id/9582/1/72380707200904201.pdf Diakses tanggal 19 Oktober, 2014.

Zakiyah.2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Departeman Gizi Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Referensi

Dokumen terkait

Program Pembelajaran Kecakapan Hidup Bagi Anak Usia 5- 6 Tahun Berbasis Daerah Maritim.. PAUD Inklusif (AUD

bahwa demi terarahnya program perencanaan kegiatan Pemerintah Kota Padang Tahun 2014-2019 pengaturan tentang indikator kinerja utama di lingkungan Pemerintah Kota

[r]

Kesediaan Pam Swakarsa “SETIA JATI” untuk ikut serta menjaga situasi kamtibmas dan. berpatisipasi didalam mencegah dan mungrangi aksi pencuriaan

Pembangunan Daerah Tertinggal membutuhkan pendekatan perwilayahan (regional development approach) yang bersinergi antar lintas pelaku (sektor), karena itu diperlukan program

Selalu asumsikan gaya yang tidak diketahui nilainya yang bekerja pada bagian yang dipotong dalam keadaan tarik.. Jika ini dilakukan, maka solusi numerik dari persamaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh celebrity endorser dan typical-person endorser pada iklan sampho Clear dan mengetahui pengaruh celebrity endorser

Sumber: Data sekunder yang diolah... Aneka