• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun

1. Tinjauan Tanaman Sukun

Sukun termasuk dalam genus Artocarpus famili (moraceae) yang terdiri atas 50 spesies tanaman berkayu, yang hanya tumbuh di daerah panas dan lembab di kawasan Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik. Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m. Kayunya lunak dan kulit kayu berserat kasar. Semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya lebar, bercanggap menjari, dan berbulu kasar. Buahnya berbentuk bulat berkulit tebal dan kasar, dengan warna hijau muda dan kuning dengan berat sekitar 1,5 – 3 kg (Mustafa, 1998).

Sukun memiliki nama yang berlainan di daerah–daerah di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sukun merupakan buah yang tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari penduduk Nusantara. Misalnya di Aceh orang menyebut sukun dengan nama sakon, di Batak menyebutnya dengan hatopul, di Madura sokon, dan di Makasar makara (Angkasa dan Nazaruddin, 1994).

2. Kandungan Gizi dan Kimia Sukun

Kandungan gizi buah sukun cukup banyak, di antaranya terdapat kandungan karbohidrat, protein, dan lemak, vitamin B1 dan B2, vitamin C, kalsium, fosfor, dan zat besi (Angkasa dan Nazaruddin, 1994). Kandungan seratnya juga cukup tinggi sehingga baik untuk sistem pencernaan (Muchtadi, 2009).

Daun tanaman sukun mengandung beberapa zat berkhasiat seperti saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilcolin, tanin, ribofalvin, henol. Daun tanaman ini juga mengandung quercetin, champorol dan artoindonesianin. Dimana artoindonesianin dan quercetin adalah kelompok senyawa dari flavonoid.

(2)

3. Khasiat

Daun sukun efektif mengobati penyakit seperti liver, hepatitis, pembesaran limpa, jantung, ginjal, tekanan darah tinggi, kencing manis dan juga bisa untuk penyembuhan kulit yang bengkak atau gatal-gatal. Sedangkan buah sukun memiliki manfaat yang besar untuk menjaga dan memelihara kesehatan tubuh, diantaranya adalah peranan buah sukun dalam membantu sistem pencernaan, serta menguatkan pertumbuhan tulang dan gigi (Ahmad, 2012).

4. Penelitian yang sudah ada

Penelitian terhadap tanaman sukun dan familinya telah banyak dilakukan dan menunjukkan potensi besar terhadap kesehatan, diantaranya batang dari sukun berkhasiat sebagai anti inflamasi dan detoksifikasi (Wei et al., 2005). Studi in vitro dan in vivo yang telah dilakukan menunjukkan bahwa senyawa-senyawa flavonoid dari ekstrak daun sukun berpotensi sebagai obat kardiovaskular. Pengujian in vitro dengan menggunakan 3 sel model, yaitu sel U937-derived foam cells dan sel endotel yang terlibat dalam patogenesis atherosclerosis serta sel cardiomyocytes, menunjukkan bahwa total flavonoid dari fraksi etil asetat daun sukun mempunyai aktivitas sitoprotektif terhadap sel-sel tersebut (Umar et al., 2007). Karakteristik dan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah sukun (Artocarpus communis). Hasil karakteristik menunjukan ekstrak etanol buah sukun mengandung komponen utama senyawa dietil ftalat dngan kemiripan 93% waktu retensi 14,592, rumus molekul C12H14O4 dan berat molekul 222. Ekstrak etanol buah sukun memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 sebesar 121,96ppm (Sukandar et al, 2013). Pemberian ekstrak daun sukun dapat mempengaruhi terjadinya degenerasi sel-sel, baik padabagian tubuh dan glomerulus ginjal setelah pemberian aloksan (Mu’nisa, 2011).

(3)

C. Diuresis

1. Pengertian diuretik

Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah. Sehingga darah mengalami filtrasi, dimana semua komponennya melintasi saringan ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah. Setiap ginjal mengandung lebih kurang satu juta filter kecil ini (glomeruli), dan setiap 50 menit (Ca 5 liter telah dimurnikan dengan melewati saringan tersebut). Fungsi penting yang lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh (Tjay dan Rahardja, 2002).

Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretik bukan ”obat ginjal”, artinya senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal, demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan dialisis, tidak akan dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa diuretik pada awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urin dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus sehingga akan memperburuk insufisiensi ginjal (Mutschler, 1991).

Dengan demikian obat yang dapat digunakan secara terapetik hanyalah yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi gerakan air dan elektrolit dalam organisme. Pengaruh terhadap proses transport hanya seakan-akan saja khas terhadap ginjal. Karena konsentrasi diuretik pada saat melewati nefron meningkat dengan hebat, maka efeknya pada ginjal (efek diuretika) dibandingkan efek pada organ lain lebih dominan. Jika pada peningkatan ekskresi air terjadi juga peningkatan garam-garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretik dalam arti sempit) (Mutschler,1991).

(4)

2. Mekanisme Kerja Diuretik

Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reaksorbsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak. Obat-obat diuretika biasanya bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga di tempat lain, yakni:

a) Tubuli proksimal

Garam reabsorbsi secara aktif (70%), antara lain Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Reabsorbsi berlangsung secara proporsional sehingga susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretik osmosis (manitol, sorbitol) bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi air dan natrium (Tjay dan Rahardja, 2002).

b) Lengkungan Henle

Di bagian menaik lengkungan Henle ini 2,5% dari semua Cl -yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretik lengkungan (furosemid, bumetamida, etakrinat) bekerja dengan merintangi transport Cl- dan demikian reabsorpsi Na+, pengeluaran K+ dan air diperbanyak (Tjay dan Rahardja, 2002).

c) Tubuli Distal

Di bagian pertama tubuli ini, Na+ direabsorpsi secara aktif tanpa air hingga difiltrat menjadi lebih cair dan hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini. Dibagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorid dan triamteren) bekerja disini (Tjay dan Rahardja, 2002).

(5)

d) Saluran pengumpul

Hormon antidiuretik ADH (vasopressin) hipofise bertitik kerja di sini dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagian air dari sel-sel saluran ini (Tjay dan Rahardja, 2002). Diuretik selain memperbanyak pengeluaran air juga dapat menambah pengeluaran elektrolit. Maka diuretik dapat menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit dan air. Secara umum diuretik dapat di bagi menjadi dua golongan besar yaitu diuretik osmotik dan penghambat transport elektrolit di tubuli ginjal. (Ganong, 1989).

3. Golongan Diuretik

Berdasarkan mekanisme kerjanya, diuretik diklasifikasikan menjadi lima golongan yaitu :

a) Diuretik osmotik

Diuretik osmotik adalah senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa. Diuretik merupakan natriuretik, dapat meningkatkan ekskresi natrium dan air.

Diuretik osmotik merupakan zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat di ekskresi oleh ginjal. Suatu zat bertindak sebagai diuretik osmotik apa bila memenuhi 4 syarat : (1) difiltrasi secara bebas oleh glomerolus; (2) tidak atau hanya seikit direabsorbsi oleh tubuli ginjal; (3) secara farmakologis merupakan zat yang inert; (4) resisten terhadap perubahan metabolik. Dengan sifat maka diuretik osmotik dapat diberikan dalam jumlah besar sehingga turut menentukan derajat osmolaritas plasma, filtrat glomerolus, dan cairan tubuli (Ganiswara, 2003)

Efek samping diuretik osmotik antara lain : gangguan keseimbangan elektrolit, dehidrasi, mata kabur, nyeri kepala dan takikardia. Contoh : manitol, digunakan jika turunan thiazid sudah tidak efektif lagi (Siswandono dan Soejardjoo, 2000).

(6)

b) Diuretik penghambat karbonik anhidrase

Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis CO2+H2O ↔ H2CO3. Enzim ini terdapat dalam sel korteks renali, pankreas, mukosa lambung, eritrosit, SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Mekanisme karbonik anhidrase yaitu dengan menghambat reaksi pembentukan H+ dan HCO3¯ dalam sel tubuli sehingga sekresi H+ berkurang sehingga pertukaran Na+ oleh H+ terhambat. Hal ini menyebablan meningkatnya ekskresi bikarbonat, Na+ K+ melalui urine sehingga urine menjadi alkalis. Bertambahnya ekskresi kalium disebabkan oleh pertukaran Na+ dengan K+ menjadi lebih aktif, menggantikan pertukaran dengan H+. Meningkatnya ekskresi elektrolit menyebabkan bertambahnya ekskresi air (Ganiswara, 2003).

Contoh obatnya : asetazolamid, diklorfenamid. c) Diuretik kuat

Diuretik kuat bekerja dengan menghambat reabsorbsi elektrolit. Secara umum diuretik kuat mempunyai mula kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari thiazid. Hal ini ditentukan oleh faktor farmakokinetik dan adanya mekanisme kompensasi.

Mekanisme kerja obat diuretik kuat yaitu meningkatnya ekskresi K⁺ dan kadar asam urat plasma. Ekskresi Ca⁺ dan Mg⁺ ⁺ juga ditingkatkan sebanding dengan meningginya ekskresi Na⁺ . Diuretik kuat meningkatkan asam yang dapat dititrasi dengan ammonia yang berefek pada nefron dan merupakan penyebab terjadinya alkalosis metabolik (Ganiswara, 2003)

Contoh obat diuretik kuat : Furosemid, Bumetamid, Asam etakrinat. Ketiga obat tersebut mempunyai daya hambat enzim

(7)

karbonik anhidrase karena merupakan derivate sulfanamid (Ganiswara, 2003)

d) Diuretik hemat kalium

Yang tergolong kelompok ini adalah antagonis aldosteron, triamteren, dan amilorid. Aldosteron merupakan mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida ditubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Mekanisme kerja antagonis aldosteron adalah penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Dengan pemberian antagonis aldosteron, reabsorbsi Na⁺ di tubuli distal dan duktus kologentes dikurangi, dengan demikian ekskresi K⁺ berkurang. Treamteren dan amilorid memperbesar eksresi natrium dan klorida, sedangkan ekresi kalium berkurang (Ganiswara, 2003)

e) Benzotiazid

Efek farmakodinamik tiazid ialah mempertinggi ekskresi Na⁺ , Cl⁻ , dan air. Efek ini disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorbsi elektrolit pada tubuli ginjal. Tiazid dapat menurunkan tekanan darah penderita hipertensi bukan saja karena efek diuretik tetapi juga efek langsung terhadap artiola sehingga terjadi vasodilatasi. (Ganiswara, 2003)

f) Diuretik Pembentukan Asam

Diuretik pembentuk asam adalah senyawa anorganik yang dapat menyebabkan urin bersifat asam dan mempunyai efek diuretik. Efek diuretik yang ditimbulkan dari senyawa ini lemah dan menimbulkan asidosis sistemik

Efek samping senyawa ini antara lain : iritasi lambung, penurunan nafsu makan, mual, asidosis dan ketidaknormalan fungsi ginjal. Contoh : ammonium klorida, ammonium nitrat dan kalsium klorida (Soekarjo dan Siswandono, 2000)

(8)

g) Diuretik merkuri organik

Diuretik merkuri organik adalah saluretik karena dapat menghambat absorbsi kembali ion Na⁺ , Cl⁻ , dan air. Penggunaan diuretik ini tidak menimbulkan hipokalemi, tidak mengubah keseimbangan elektrolit dan tidak mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan asam urat.

Efek samping senyawa ini antara lain: iritasi lokal, menimbulkan nekrosis jaringan dan menimbulkan reaksi sistematik yang berat sehingga sekarang jarang digunakan sebagai diuretik (Soekarjo dan Siswandono, 2000)

4. Pengobatan dengan diuretik a) Keadaan dengan edema

Alasan yang paling lazim dari penggunaan diuretik adalah menurunkan edema atau paru yang terjadi sebagai hasil dari penyakit pada jantung, ginjal atau abnormalitas cairan. Semua diuretik dapat digunakan untuk keadaan udema. Keadaan dengan udema yang dapat diatasi dengan diuretik antara lain:

1. Gagal ginjal

Cara kerja diuretik pada gagal jantung adalah dengan menurunkan retensi garam dan air yang karenanya menurunkan preload vemtrikuler. Edema yang berkaitan dengan gagal jantung biasanya menggunakan diuretik loop. Pada beberapa keadaan, retensi air dan garam dapat menjadi sangat berat sehingga diperlukan kombinasi tiazid dan diuretik loop.

2. Penyakit ginjal

Penderita penyakit ginjal yang mengarah ke sindrom nefrotik sering menimbulkan masalah yang komplek dalam pengaturan volume. Pada pasien tersebut, penggunaan diuretik dapat semakin menurunkan volume plasma sehingga mengganggu laju filtrasi glomerilus dan menyebabkan hipotensi

(9)

ortostatik. Diuretik loop sering merupakan obat pilihan terbaik dalam pengobatan edema yang terkaut dengan gagal ginjal. Namun pada penggunaan diuretik berlebihan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.

3. Sirosis hati

Penyakit hati sering diikuti dengan edema dan asites yang erat hubungannya dengan peningkatan tekanan hidrostatik portal dan penurunan tekanan onkotik plasma. Penggunaan kombinasi diuretik loop dan antagonis reseptor aldosteron dapat bermanfaat pada beberapa penderita.

4. Edema idiopatik

Walaupun telah diteliti secara intensif, patofisiologi gangguan ini (edema dan retensi garam yang berfluktuasi) masih belum jelas. Beberapa penelitian, tapi tidak semua, menyatakan bahwa penggunaan diuretic intermiten dapat ikut berperan dalam sindrom ini. Edema idiopatik sebaiknya hanya ditangani melalui pembatasan garam ringan saja (Bertram at el, 2010)

b) Keadaan tanpa edema

1. Hipertensi

Teorinya, kerja tiazid sebagai diuretik dan vasodilator ringan bermanfaat mengobati semua penderita hipertensi esensial, dan juga bermanfaat bagi sebagian besar penderita lainnya. Diuretik juga berperan penting bagi pasien yang memerlukan berbagai macam obat untuk mengontrol tekanan darah. Diuretik meningkatkan efektivitas berbagai obat, terutama penghambat ACE. Pasien yang diobati menggunakan vasodilator kuat, seperti hidralazin atau minoksidil, biasanya memerlukan penggunaan bersama diuretik karena vasodilator ini menyebabkan retensi garamdan air yang bermakna.

(10)

2. Nefrolitiasis

Banyak pasien yang menderita batu ginjal menunjukan defek dalam reabsorpsi Ca2+ di tubulus proksimal yang menyebabkan hiperkalsiuria. Gangguan ini dapat diobati menggunakan diuretic tiazid.

3. Hiperkalsemia

Hiperkalsemia dapat merupakan suatu kedaruratan medis. Karena menurunkan reabsorpsi Ca2+, diuretik cukup efektif menimbulkan dieresis Ca2+. pengobatan yang biasa dilakukan adalah dengan memberikan infuse normal saline dan furosemid (80-120 mg) intravena.

4. Diabetes insidious

Diabetes insidious dapat terjadi akibat defisiensi produksi ADH ( diabetes insipidus neurogenik atau sentral) atau akibat respon terhadap ADH yang tidak adekuat. Diuretik tiazid dapat menurunkan poliuria dan polidipsia pada kedua tipe diabetes insipidus.

5. Efek samping penggunaan diuretik

1. Otoksisitas

Tiazid dan diuretik loop dapat menyebabkan reaksi kulit dan nefritis interstitial. Diuretik loop dapat menyebabkan otoksisitas, biasanya pada pasien yang menerima dosis yang sangat tinngi.

2. Hiponatremia

Hiponatermia mudah terjadi pada penggunaan diuretik loop yang bekerja ditubuli distal, keadaan ini akan lebih berat bila penderita dianjurkan pantang garam tetapi bebas minum air.

3. Hiperkalsemia

Diuretik tiazid dapat meningkatkan kadar kalsium urin sehingga dapat menyebabkan hiperkalsemia.

(11)

4. Hiperkalemia

Diuretik hemat kalium jika dikombinasi dengan obat golongan inhibitor angiotensin converting enzim dapat menyebabkan hiperkalemia. Oleh karena itu golongan obat ini tidak boleh diberikan pada penderita gagal ginjal.

5. Hiperurisemia

Diuretic loop dapat menyebabkan hiperurisemia dan peningkatan kadar asam urat. Hal ini disebabkan oleh hipovolemia yang terkait dengan peningkatan reabsorpsi asam urat di tubulus proksimal. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan dosis yang lebih rendah.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, segala puji syukur tertuju semata hanya kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya serta Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi junjungan

Ihsan, ST., MT., M.Sc sebagai Dosen Penguji II dan Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Bakrie yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang teknik sipil

Responden menyatakan bahwa program magang STKIP Widya Yuwana adalah program magang yang membantu mahasiswa berpraktek nyata dalam kehidupan gereja dan sekolah seperti

Alhasil, tunjangan bagi harga beras di pasar menjadi kontributor paling penting dalam peningkatan tunjangan yang signifikan di Indonesia, sebagaimana diukur dengan

yang pasti mereka hanya bergaul dengan orang-orang yang seperti mereka juga. Namun perlu diketahui juga bahwa pergaulan mereka tentu tidak baik atau melanggar etika

Di samping itu berbagai faktor yang terkait dengan kondisi faktual yang ada di Kota Padang dibandingkan dengan ancaman bencana gempa dan tsunami di Kota Padang,

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan

Seven traits (leaf color, leaf sheats color, ligule color, diameter of basal internode, culm color, ligule length, and flag leaf angle) could be the potential traits as descriptors