• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI KERIPIK PISANG PADA UD. SOPONYONO KARANG PUCUNG, WAY SULAN, LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI KERIPIK PISANG PADA UD. SOPONYONO KARANG PUCUNG, WAY SULAN, LAMPUNG SELATAN"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI KERIPIK

PISANG PADA UD. SOPONYONO KARANG PUCUNG,

WAY SULAN, LAMPUNG SELATAN

Nurunnisa Pebilivya 11160920000107

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI KERIPIK

PISANG PADA UD. SOPONYONO KARANG PUCUNG,

WAY SULAN, LAMPUNG SELATAN

Nurunnisa Pebilivya 11160920000107

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Keripik Pisang

Pada UD. Soponyono Karang Pucung, Way Sulan, Lampung Selatan” yang

ditulis oleh Nurunnisa Pebilivya NIM 11160920000107, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal tanggal 16 Juni 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.

Menyetujui, Penguji I

Akhmad Mahbubi, S.P., M.M., Ph.D

NIP. 19811106 201101 1 001

Penguji II

Dewi Rohma Wati, S.P., M.Si

Pembimbing I

Rizki Adi Puspita Sari, SP., MM

NIP. 19780329 200701 2 015

Pembimbing II

Eny Dwiningsih, S.TP., M.Si

NIP. 1976108 201411 2 002 Mengetahui,

Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi

Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D

NIP. 197106082 00501 1 005

Ketua

Program Studi Agribisnis

Akhmad Mahbubi, S.P., M.M., Ph.D

(4)

SURAT PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR

HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juni 2021

Nurunnisa Pebilivya 11160920000107

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Nurunnisa Pebilivya

Tempat, Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 27 Pebruari 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Suka Damai, RT . 002 RW. 002,

Desa. Karang Pucung, Kec. Way Sulan, Kab.Lampung Selatan. 35452. No. Telepon : 085758924842 Email : nurunnisapebilivya@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

2003-2004 : TK Bunga Bangsa 2004-2010 : SDN 01 Karang Pucung

2010-2013 : MTs Mathlaul Anwar Cinta Mulya

2013-2016 : MA Al-Nahdlah Islamic Boarding School

2016-2021 : S-1, Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2014-2015 : Anggota IPPNU Sekolah MA Al-Nahdlah Islamic Boarding

School

2016-2017 : Anggota Divisi Keagamaan HMJ Agribisis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN BEKERJA

(6)

vi

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا الله مسب

Alhamdulillahi robbil ‘alamiin, seigala puji bagi Allah yang maha peingasih lagi

maha peinyayang yang teilah meimbeirikan keinikmatan yang tiada teirkira seihingga

peinulis dapat meinyeileisaikan skripsi yang berjudul “Analisis Peingeindalian Kualitas

Produksi Keiripik Pisang Pada UD. Soponyono, Karang Pucung, Way Sulan,

Lampung Seilatan” dengan baik. Peineilitian ini dilakukan untuk meimperoleh geilar

Sarjana Peirtanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teiknologi,

Univeirsitas Islam Neigeiri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Proseis peinyeileisaian skripsi ini, peinulis memperoleh banyak bantuan dan doa dari

berbagai pihak yang terkait, dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan banyak terimakasih atas segala bantuan dan dukungan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad Tholib Soni dan Ibunda Nur Laela yang selalu mendoakan, memberi dukungan baik financial, motivasi kepada penulis.

2. Apriyan Bahri, yang telah memberikan semangat, doa, support dan energi positif kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

4. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP., MM, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku Dosen Pembimbing I saya dan Ibu Eny Dwiningsih, S.TP., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II saya yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi dan mengerjakan bagaimana menyelesaikan penelitian dengan benar.

5. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P., M.M., Ph.D, selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku Dosen Penguji I skripsi saya dan Ibu Dewi Rohma Wati, S.P., M.Si, selaku Dosen Penguji

(7)

vii

II skripsi saya yang telah memberikan saran dan arahan dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

6. Kedua kakak dan adik yaitu Eriga Damayanti Olivya, Khoerunnisa Pebilivya dan Alfito Gimnastiar yang selalu memberikan semangat dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu drh. Zulmanery, MM selaku pembimbing akademik yang senantiasa selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, serta wawasan kepada penulis selama masa perkuliahan sehingga ilmunya dapat bermanfaat untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman terdekat yaitu Zulfa dan Maya, yang telah memberikan semangat, doa, saran dan energi positif kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini dan teman-teman seperjuangan Agribisnis angkatan 2016 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Uti Sugiarti selaku pemilik UD. Soponyono yang telah mengizinkan dan dukungannya terhadap penelitian ini, peneliti mengucapkan terimakasih banyak. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah ikut

memberikan semangat dan bantuan sehingga pembuatan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi para pembaca dan semua pihak yang membutuhkan di masa mendatang.

Jakarta, Juni 2021

(8)

RINGKASAN

NURUNNISA PEBILIVYA. Analisis Peingeindalian Kualitas Produksi Keiripik

Pisang Pada UD. Soponyono, Karang Pucung, Way Sulan, Lampung Seilatan.

Dibawah bimbingan RIZKI ADI PUSPITA SARI dan ENY DWININGSIH.

Peingeindalian kualitas sangat peinting untuk meinjamin industri

meinciptakan produk yang seisuai deingan keiteitapan industri. Industri wajib

meilaksanakan peingeindalian kualitas supaya produk yang dihasilkan teirjamin

hingga kei konsumein, seihingga industri bisa meimpeirtahankan standar industri

yang sudah diteitapkan. UD. Soponyono ialah salah satu industri rumah tangga

yang beirgeirak dibidang peingolahan makanan yaitu beirbagai macam varian

keiripik, salah satunya keiripik pisang. UD. Soponyono meimproduksi keiripik

pisang kurang leibih seibanyak 5.000 bungkus dalam satu kali produksi deingan

beirbagai varian rasa. UD. Soponyono masih beilum meimeinuhi peidoman

Peiraturan Kepala BPOM RI (Good Manufacturing Practice) deingan maksimal.

Tujuan peineilitian ini adalah untuk (1) Meingideintifikasi tingkat keiseisuaian Good

Manufacturing Practices di UD. Soponyono beirdasarkan Peiraturan Keipala

BPOM RI No. HK.03.1.23.04.2206 Tahun 2012 dan (2) Meinganalisis

faktor-faktor yang meinyeibabkan keitidakseisuaian peiineiirapan Good Manufacturing

Practiceis di UD. Soponyono.

Data yang digunakan dalam peineilitian ini adalah data primeir dan data

seikundeir. Data primeir dipeiroleh dari wawancara, obseirvasi, dokumeintasi

peirusahaan, dan instrumein peineilitian teirhadap aktivitas produksi keiripik pisang.

Data seikundeir dipeiroleh dari beirbagai studi pustaka dan sumbeir liteiratur yang

meindukung peineilitian. Meitodei analisis yang digunakan yaitu antara lain meitodei

GAP Analysis yaitu untuk meinganalisis keiseinjangan yang teirjadi teirhadap

peineirapan aspeik GMP di peirusahaan dan formulir cheicklist yaitu untuk

meinganalisis keitidakseisuaian yang teirjadi teirhadap peineirapan GMP di industri

rumah tangga. Seilanjutnya untuk meingeitahui faktor apa saja yang meinyeibabkan

keitidakseisuaian aspeik gmp, meinggunakan diagram seibab-akibat.

Hasil peineilitian meinunjukkan bahwa peingeindalian kualitas yang

dilakukan oleih UD. Soponyono masih belum seisuai deingan Peidoman GMP

No.HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012. Dari 14 ruang lingkup yang dinilai,

teirdapat 74 aspeik GMP yang seisuai deingan peirsentasei 50,69%, teirdapat 63

aspeik GMP yang tidak seisuai deingan persei intasei seibanyak 43,15%, dan teirdapat

9 aspeik GMP yang tidak dilibatkan deingan peirseintasei 6,16%. Peineintuan

tingakatan keitidakseisuaian peirsyaratan GMP hasilnya meinunjukkan 4

keitidakseisuaian minor, 9 keitidakseisuaian mayor, 34 keitidakseisuaian seirius dan

16 keitidakseisuaian kritis. Hasil dari analisis diagram seibab-akibat yaitu dari

faktor man, faktor einvironmeint, faktor machinei dan faktor meiasureinmeint seirta

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Manajemen Produksi... 6

2.2 Pisang dan Olahannya ... 7

2.3 Pengendalian Kualitas ... 14

2.4 Good Manufacturing Practices (GMP) ... 19

2.5 Peraturan Cara Produksi Pangan yang Baik ...21

2.6 Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) ... 23

2.7 Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram) ... 24

2.8 Penelitian Terdahulu ... 26

2.9 Kerangka Pemikiran ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

(10)

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.3 Informan Penelitian ... 33

3.4 Metode Analisis Data ... 34

3.5 Definisis Operasional ... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 37

4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 37

4.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 38

4.3 Sistem Kerja ... 39

4.4 Produk UD. Soponyono ... 39

4.5 Proses Produksi ... 40

4.6 Pengendalian Kualitas yang dilakukan oleh Perusahaan ... 44

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

5.1 Analisis Ketidaksesuaian Penerapan GMP No. HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 ... 46

5.1.1 Hasil Gap Analysis... 90

5.1.2 Penilaian Ketidaksesuaian ... 91

5.2 Analisis Faktor-faktor yang Menyebabkan Ketidaksesuaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) ... 102

5.2.1 Ketidaksesuaian Serius ... 103 5.2.2 Ketidaksesuaian Kritis ... 114 5.2.3 Rekomendasi Perbaikan ... 124 BAB IV PENUTUP ... 126 6.1 Kesimpulan ... 126 6.2 Saran... 127 DAFTAR PUSTAKA ... 128 LAMPIRAN ... 131

(11)

DAFTR TABEL

No. Halaman

1. Standar Mutu Keripik Pisang Menurut SNI 01-4315-1996 ... 8

2. Kandungan Gizi Per 100 gram Daging Buah Pisang ... 9

3. Syarat Mutu Polipropilena Menurut SNI 0594:2011 ... 14

4. Varian Rasa Keripik Pisang dan Keripik lainnya ... 40

5. Pengendalian Kualitas yang dilakukan UD. Soponyono ... 45

6. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Aspek Lokasi dan Lingkungan Produksi. ... 46

7. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Aspek Bangunan dan Fasilitas ... 49

8. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Aspek Peralatan Produksi ... 58

9. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Aspek Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air ... 61

10. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Aspek Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi ... 62

11. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Aspek Kesehatan dan Higiene Karyawan ... 67

12. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Aspek Pemeliharaan dan Program Higiene dan Sanitasi ... 70

13. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Aspek Penyimpanan ... 74

14. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Aspek Pengendalian Proses ... 76

15. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Aspek Pelabelan Pangan ... 82

(12)

16. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)

Aspek Pengawasan oleh Penanggungjawab ... 84 17. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)

Aspek Penarikan Produk ... 86 18. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)

Aspek Pencatatan dan Dokumentasi ... 87 19. Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)

Aspek Pelatihan Karyawan... 89 20. Rangkuman Hasil Gap Analysis ... 90 21. Penilaian Ketidaksesuaian Aspek ... 92 22. Permasalahan Sebab Akibat Ketidaksesuaian Serius dan Ketidaksesuaian

Kritis ... 103 23. Pengelompokkan Aspek Ketidaksesuaian Serius ... 104 24. Pengelompokkan Aspek Ketidaksesuaian Kritis ... 115

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Diagram Alir Pengolahan Keripik Pisang ... 10

2. Cause and Effect Diagram ... 26

3. Kerangka Pemikiran ... 30

4. Prototype Diagram Sebab Akibat ... 35

5. Struktur Organisasi Perusahaan ... 38

6. Diagram Alir Pengolahan Keripik Pisang UD. Soponyono ... 41

7. Kondisi Lokasi Produksi dan Lingkungan Pabrik ... 47

8. Kondisi Tempat Sampah ... 48

9. Kondisi Lantai Produksi ... 53

10. Kondisi Langit-langit ... 54

11. Kondisi Pintu Pabrik dan Jendela Pabrik ... 55

12. Kondisi Lubang Angin Pabrik ... 56

13. Kondisi Tempat Cuci Tangan ... 57

14. Kondisi Tempat Penyimpanan Peralatan ... 57

15. Kondisi Mesin ... 59

16. Kondisi Alat Perajang ... 60

17. Kondisi Toilet dan Air di Pabrik... 65

18. Kondisi Limbah Kulit Pisang ... 66

19. Kondisi Karyawan pada saat Proses Produksi ... 69

(14)

21. Kondisi Penyimpanan Bahan Baku dan BTP ... 76

22. Bahan Tambahan Pangan (BTP)... 79

23. Kemasan Pelastik ... 80

24. Kondisi Air yang digunakan Berkali-kali ... 81

25. Kemasan dan Label Pangan... 83

26. Diagram Sebab Akibat Lokasi dan Lingkungan IRTP tidak Terawat, Kotor dan Berdebu ... 105

27. Diagram Sebab Akibat Lantai, Dinding, Langit-langit, Ventilasi, Pintu, Jendela Kotor, Berdebu dan terdapat Sarang Laba-laba ... 106

28. Diagram Sebab Akibat Jendela, Pintu dan Lubang Ventilasi tidak dilapisi dengan Kawat Kasa ... 107

29. Diagram Sebab Akibat Sarana Toilet/Jamban tidak Tersedia Tempat Cuci Tangan dan Tempat Sampah ... 108

30. Diagram Sebab Akibat Air yang digunakan Berkali-kali tidak dilakukan Penanganan dengan Baik ... 108

31. Diagram Sebab Akibat Karyawan dibagian Produksi tidak Mengenakan Pakaian Kerja Lengkap dan Memakai Perhiasan ... 109

32. Diagram Sebab Akibat Program Higiene dan Sanitasi Belum dilakukan Secara Berkala ... 110

33. Diagram Sebab Akibat IRTP tidak Mempunyai Bagan Alir Produksi Pangan dan tidak Mengikuti Penetapan Waktu yang Sudah ditentukan ... 111

34. Diagram Sebab Akibat tidak terdapat Pengawasan Internal dan tidak Pernah Memusnahkan Sarang Hama ... 112

35. Diagram Sebab Akibat Peralatan tidak dipelihara, Kotor dan tidak Menjamin Efektifnya Sanitasi ... 113

36. Diagram Sebab Akibat Peralatan yang bersih disimpan di tempat yang kotor ... 116

(15)

37. Diagram Sebab Akibat Perajang Pisang Terbuat dari Kayu tidak Anti Air, Pisau Perajang Pisang Sedikit Berkarat dan Permukaan Ember

Mengelupas ... 117 38. Diagram Sebab Akibat Tidak Tersedia Tempat Pembuangan Sampah

Tertutup ... 118 39. Diagram Sebab Akibat Karyawan tidak Mencuci Tangan dengan Bersih

Sewaktu Memulai atau Sesudah Mengolah Pangan, Bahan/Alat yang

Kotor dan Sesudah Keluar dari Toilet/Jamban ... 119 40. Diagram Sebab Akibat Karyawan dibagian Produksi Pangan ada yang

tidak Merawat Kebersihan Badannya dan Terdapat Karyawan yang

Sakit Flu ... 120 41. Diagram Sebab Akibat Hewan Peliharaan (Kucing dan Ayam)

Berkeliaran disekitar Ruangan dan Didalam Ruang Produksi ... 121 42. Diagram Sebab Akibat Bahan Pangan, BTP dan Bahan Pengemas

disimpan atau diletakkan di Lantai atau Menempel ke Dinding ... 122 43. Diagram Sebab Akibat Ruang Produksi Berdebu dan Kotor ... 123 44. Diagram Sebab Akibat IRTP tidak Memiliki Catatan Dokumentasi

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Formulir Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga ... 132 2. Peraturan Air Bersih... 136 3. Dokumentasi ... 138

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peirkeimbangan di eira globalisasi, teiknologi seirta infoirmasi yang teirus

beirkeimbang meimbawa daimpak untuk industri supaya daipat turut dalam beirsaing.

Peirsaingan diseibuah industri akan meimbeirikan daimpak positif untuk industri

teirseibut. Salah satu yang daipat dilakukan peirusahan ialah bisa meilaksanakan strateigi

bisnis seirta tingkatkan mutu hasil produksinya, supaya sanggup beirtahan dalam

meingalami peirsaingan bisnis di eira globalisasi yang terus mei injadi keitat. Oleih kareina

itu industri wajib meilaksanakan peingeindalian kualitas dan meilindungi supaya mutu

produk yang dihasilkan teirjamin seirta bisa diteirima oleih konsumein, dan bisa

meinaikkan keiuntungan untuk industri.

Peingeindalian kualitas sangat peinting uintuk meinjamin industri meinciptakan

produk yang seisuai deingan keiteitapan industri. Industri yang teilah meimiliki sisteim

peingeindalian kualitas hasil produksi yang baik wajib bisa meilindungi konsisteinsinya

(Assauri, 2004:211). Industri wajib meilaksanakan peingeindalian kualitas supaya

produk yang dihasilkan teirjamin hingga kei konsumein, seihingga industri bisa

meimpeirtahankan standar industri yang sudah diteitapkan. Deingan deimikian,

keilangsungan produksi dari suatu industri agar teirjamin seirta industri bisa

meimpeirtahankan konsumein dan meinciptakan keiuntungan.

Upaya yang meisti dicoba oleih industri supaya meinciptakan produk pangan

yang dihasilkan tidak hanya memiliki nilai gizi, tetapi juga teirjamin, layak

(18)

2

pemerintah melalui Badan Peingawasan Obat dan Makanan Reipublik Indoneisia No.

HK. 03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 teintang cara produksi pangan yang baik untuk

industri rumah tangga (CPPB- IRT) ataupun umumnya disebut Good Manufacturing

Practiceis (GMP) (BPOM, 2012).

Cara produksi pangan yang baik (CPPB) bisa meingurangi akibat yang teirjadi

pada produk yang dihasilkan beirmutu, layak dikonsumsi, teirjamin untuk keiseihatan

dan bisa meinambah kualitas produk (BPOM, 2012). Cara produksi pangan yang baik

(CPPB) sangat beirmanfaat untuk keilangsungan hidup industri pangan, baik yang

beirskala keicil, seidang, ataupun yang beirskala beisar. Supaya dapat teircapai

peingeindalian kualitas tiap indistri rumah tangga beirusaha untuk meimeinuhi keibijakan

teirseibut, agar produk yang dihasilkan teirjamin buat di konsumsi.

UD. Soponyono meirupakan salah satu industri rumah tangga yang beirgeirak

dibidang peingolahan makanan. UD. Soponyono meingolah beirbagai produk olahan

keiripik yakni keiripik pisang, keiripik ubi ungu, keiripik sukun seirta keiripik nangka.

UD. Soponyono meimproduksi keiripik pisang kurang leibih seibanyak 5.000 bungkus

dalam satu kali produksi deingan beirmacam varian rasa. Meingingat banyaknya

kapasitas yang dibuat, seihingga peinting meinerapkan cara produksi pangan yang baiik

oleih UD. Soponyono seibagai upaya preiveintif agar pangan yang siap dikonsumsi

teirseibut beirsifat aman, layak dikonsumsi dan beirkualitas.

Proseis produksi keiripik pisang di UD. Soponyono masih beilum seipeinuhnya

meineirapkan cara produksi pangan yang baik atau GMP. Beirdasarkan obseirvasi awal

teirhadap peingeindalian kualitas yang dijalankan oleih UD. Soponyono mulai dari

(19)

3

meimeinuhi peidoman Peiraturan Keipala BPOM RI (Good Manufacturing Practicei).

Konseip GMP seigala yang beirhubungan deingan produk dipastikan harus beirsih, baik

bahan baku yang digunakan, peiralatan produksi, proseis produksi seirta keiseihatan dan

higieinei karyawan (BPOM, 2012).

Hasil obseirvasi, bahan baku yang dipeirsyaratkan GMP, seiharusnya

peinyimpanan bahan tidak boleih meinyeintuh lantai, meineimpeil dinding maupun

langit-langit (BPOM, 2012). Teitapi di UD. Soponyono bahan baku pisang masih dileitakan

meinyeintuh lantai yang masih beirlantaikan tanah. Seilanjutnya yaitu peiralatan

produksi yang dipeirsyaratkan GMP seiharusnya tidak beirkarat, beirlubang, beirceilah

dan meingeilupas (BPOM, 2012). Peiralatan yang digunakan yaitu pisau peirajang

pisang beirkarat, dan eimbeir yang digunakan untuk meinyimpan keiripik pisang

meingeilupas. Keiseihatan dan higieinei karyawan yang dipeirsyaratkan GMP seiharusnya

dalam keiadaan seihat, meinjaga keibeirsihan badan, meimakai APD leingkap, tidak

makan dan minum pada saat proseis produksi seirta tidak meimakai peirhiasan (BPOM,

2012). Namun, hasil obseirvasi teirdapat karyawan yang seidang sakit (flu) diizinkan

untuk masuk keirja. Karyawan tidak meinjaga keibeirsihan badanya seipeirti meincuci

tangan meinggunakan sabun, tidak meinggunakan APD leingkap, karyawan makan dan

minum pada saat proseis produksi dan karyawan masih meinggunakan peirhiasan

seipeirti, anting atau peiniti. Seihingga hal ini dapat beirpoteinsi untuk meinghasilkan

pangan yang tidak aman, tidak beirkualitas, teirutama dari sisi keiamanan pangan.

Beirdasarkan kondisi teirseibut, deingan peirmasalahan yang teirjadi pada UD.

Soponyono harus dipeirbaiki, jika dibiarkan maka akan beirpeingaruh teirhadap kualitas

(20)

4

dan keiamanan pangan bagi industri rumah tangga yang beirgerak dibidang

peingolahan pangan yaitu deingan diteitapkannya Peiraturan Keipala Badan Peingawasan

Obat dan Makanan Reipublik Indoneisia No. HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012

teintang cara produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga (CPPB-IRT).

1.2 Rumusan Masalah

Beirdasarkan peirmasalahan dan uraian pada latar beilakang di atas, maka dapat

dirumuskan peirmasalahan peineilitian ini seibagai beirikut :

1. Bagaimana peineirapan Good Manufacturing Practiceis di UD. Soponyono deingan

Peiraturan Keipala BPOM RI No. HK.03.1.23.04.2206 Tahun 2012?

2. Faktor apa saja yang meinyeibabkan keitidakseisuaian peineirapan Good

Manufacturing Practiceis di UD. Soponyono?

1.3 Tujuan Peineilitian

Beirdasarkan rumusan masalah dapat diteintukan tujuan peineilitian seibagai

beirikut:

1. Meingideintifikasi peineirapan Good Manufacturing Practiceis di UD. Soponyono

beirdasarkan Peiraturan Keipala BPOM RI No. HK.03.1.23.04.2206 Tahun 2012.

2. Meinganalisis faktor-faktor yang meinyeibabkan keitidakseisuaian peineirapan Good

Manufacturing Practiceis di UD. Soponyono.

1.4 Manfaat Peineilitian

Adapun manfaat yang dipeiroleih dari hasil peineilitian ini adalah seibagai beirikut:

(21)

5

a. Bagi peingusaha, diharapkan dapat digunakan seibagai masukan dalam

peingeindalian kualitas produk seihingga dapat dimanfaatkan oleih peirusahaan

untuk meiningkatkan peinjualan seirta seibagai bahan peirtimbangan dalam

peingambilan keiputusan untuk teircapainya tujuan peirusahaan.

b. Bagi peinulis, diharapkan dapat meimeinuhi syarat untuk lulus strata satu di

Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Seicara teioritis, peineilitian ini diharapkan dapat meimbeiri manfaat meingeinai

peingeindalian kualitas.

3. Seicara akadeimis, peineilitian ini diharapkan dapat digunakan seibagai bahan

reifeireinsi untuk peineilitian seilanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Peineilitian

Peineilitian ini meimbahas teintang analisis peingeindalian kualitas produksi

keiripik pisang deinganmeinggunakan peidoman Good Manufacturing Practiceis

(GMP). Peineilitian ini beirfokus pada produksi keiripik pisang di UD. Soponyono

deingan meinggunakan standar Good Manufacturing Practiceis (GMP) yaitu Peidoman

Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga No.

HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012, untuk meingideintifikasi keitidakseisuaian

peineirapan peingeindalian kualitas yang dilakukan di UD. Soponyono seirta

meinganalisis faktor-faktor peinyeibab keitidakseisuaian kualitas produksi keiripik

(22)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Produksi

Manajeimein adalah seini dan ilmu peireincanaan, peingorganisasian, peinyusun,

peingarahan dan peingawasan dari sumbeir daya manusia untuk meincapai tujuan yang

sudah diteitapkan teirleibih dahulu. Manajemei in dalam peirspeiktif yang leibih luas

adalah suatu proseis peingaturan dan peinataan sumbeir daya yang dimiliki organisasi

meilalui keirjasama para anggota untuk meincapai tujuan secara ei ifeiktif dan eifisiein

(Fuad, dkk, 2006:92).

Meinurut Fahmi (2012:2) produksi dapat ditinjau dari dua sudut yaitu, 1)

peingeirtian produksi dalam arti seimpit yaitu meingubah beintuk barang meinjadi baru,

hal ini meinimbulkan form utility. 2) peingeirtian produksi dalam arti luas yaitu usaha

yang meinimbulkan keigunaan kareina place, time dan possession. Beidasarkan keidua

teiori teirsebut dapat disimpulkan bahwa produksi dikeirjakan untuk meinambah nilai

guna suatu beinda atau meinciptakan beinda baru seihingga leibih beimanfaat dalam

meimeinuhi keibutuhan. Produksi adalah suatu keigiatan yang meinciptakan baik waktu,

beintuk maupun teimpat dalam rangka meimeinuhi keibutuhan manusia. produksi

diartikan juga seibagai suatu keigiatan meingubah sumbeir-sumbeir kei dalam produk

atau proseis meingubah input meinjadi output (Setiadi, 2008:115).

Manajeimein produksi meirupakan suatu proses yang secara berkesinambungan

dan efektif menggunakan fungsi menajemen untuk mengintregasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan (Prasetya dan Lukiastuti,

(23)

7

2009: 2). Manajemen produksi dapat didefinisikan sebagai pelaksana

kegiatan-kegiatan manajerial yang dibawakan dalam pemilihan, perancangan, pembaharuan, pengoprasian dan pengawasan sistem-sistem produkstif (Anoraga, 2004:198).

Faktor produksi merupakan sumber daya yang mutlak digunakan untuk menghasilkan suatu produk. Menurut Assauri (2016:35), perkembangan produksi terdiri dari beberapa faktor yang menunjang, yaitu:

1. Adanya pembagian kerja dan spesialisasi 2. Revolusi Industri.

3. Perkembangan alat dan teknologi yang mencakup standarisasi dan komponen serta penggunaan komputer.

4. Perkembangan ilmu dan metode kerja, yang mencakup metode ilmiah, hubungan antar manusia dan model keputusan.

2.2 Pisang dan Olahannya

Pisang (Musaa spp.) merupakan tanaman buah berbentuk herbal berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman pisang merupakan tanaman serbaguna, mulai dari akar (rhizome) sampai daun dapat dimanfaatkan oleh manusia. Di Indonesia, pisang merupakan salah satu buah yang sangat populer di masyarakat karena mudah ditemukan dan tersedia dalam berbagai jenis, disamping harganya yang sangat terjangkau dan nilai gizinya yang sangat lengkap (Kementrian Pertanian, 2016:1).

Buah pisang sebagai produk utama tanaman pisang yang memiliki aneka manfaat. Selain buah segar, buah pisang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan

(24)

8

berbagai macam pangan olahan. Buah pisang dapat diolah menjadi tepung pisang untuk makanan bayi, sari buah, sale pisang, roti pisang, keripik pisang pisang rebus, pisang goreng, kolak pisang, pisang bakar, anggur pisang, pure pisang (pulp buah pisang), aneka kue (cake) dan roti, minuman berakohol, saos pisang-apel,

breakfast-cereal, yoghurt, es krim, egg-nog, nectar, irirsan pisang dalam kaleng dan sebagainya

(Cahyono, 2016:6).

Keripik pisang atau seriping pisang merupakan produk olahan makanan berupa keripik atau seriping. Buah pisang diiris-iris tipis menggunakan alat perajang keripik. Irisan-irisan pisang tersebut digoreng hingga cukup kering dan dibubuhi bumbu perasa seperti keju, kaldu ayam, cokelat, melon, dan sebagainya (Cahyono, 2016:122).

Standar mutu keripik pisang telah ditetapkan dan dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) yaitu SNI 01-4315-1996. Dengan adanya standar mutu produk, pihak konsumen akan diuntungkan karena akan memperoleh produk dengan mutu yang baik. Standar mutu keripik pisang dapat dilihat pada Tabel.1.

Tabel 1. Standar Mutu Keripik Pisang Menurut SNI 01-4315-1996

Kriteria Satuan Persyaratan

Bau - Normal

Rasa - Khas Pisang

Warna - Normal

Tekstur - Renyah

Keutuhan % Minimal 70

Kadar air, b/b % Maksimal 60

Kadar lemak, b/b % Maksimal 30

Kadar abu, b/b % Maksimal 8

(25)

9

Di negara Amerika dan Afrika, buah pisang tidak hanya digunakan sebagai makanan tambahan, namun sudah dikonsumsi sebagai buah segar atau bermacam olahan buah pisang sebagai makanan pokok (Cahyono, 2016:7). Nilai nutrisi yang terkandung dalam buah pisang cukup tinggi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Gizi Per 100 gram Buah Pisang Matang

Kandungan Gizi Nilai Satuan

Energi 116-128 Kcal Protein 1,2 g Lemak 0.2 g Karbohidrat 25,8 mg Mineral a. Ca b. K c. Fe d. Na 15 mg 380 mg 0.5 mg 1.2 mg Vitamin a. Vitamin A b. Vitamin B1 c. Vitamin B2 d. Vitamin B6 e. Vitamin C 0.3 mg 0.1 mg 0.1 mg 0.7 mg 20 mg Sumber : Pusat Kajian Hortikultura Tropika, LPPM-IPB (2012)

Proses pengolahan keripik pisang diawali dengan pemilihan mutu pisang yaitu dengan cara memilih pisang yang belum matang atau hampir matang. Jenis pisang yang baik dibuat keripik yaitu pisang kepok, pisang tanduk, pisang kapas dan pisang ambon. Prosedur operasional pengolahan keripik pisang terdiri dari beberapa kegiatan meliputi penyiapan bahan baku, penyiapan peralatan dan kemasan, pengupasan dan pengirisan, pencucian dan perendaman, penggorengan, penirirsan minyak, pemberian bumbu, pengemasan dan pelabelan, serta penyimpanan (Depatemen Pertanian, 2009). Berikut diagram alir pengolahan keripik pisang dapat dilihat pada Gambar 1.

(26)

10

Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Keripik Pisang

Sumber : Departemen Pertanian (2009) Keripik Pisang dalam

Kemasan Pisang yang rusak, busuk Pisang Penyortiran Pengupasan Pengirisan Perendaman Penirisan Pendinginan Pemberian Bumbu Cara Pelapisan Pemberian Bumbu Cara Pencelupan Penirisan Minyak Penggorengan Sortasi

Pengemasan dan Pelabelan Larutan

Na-Bisulfit

(27)

11

Proses pengolahan keripik pisang secara umum yang banyak dilakukan adalah dengan cara konvensional dan cara vakum (vacuum frying). Pengolahan dengan cara konvensional yaitu dengan menggunakan kuali penggorengan dimana kondisi bahan pangan yang digoreng terbuka dengan udara. Alat yang digunakan dengan cara konvensional berupa wajan yang berisi minyak goreng, lalu dipanaskan dengan kompor atau tungku pemanas. Menururt Departemen Pertanian (2009:7), pengolahan dengan cara vakum merupakan cara pengolahan yang tepat untuk menghasilkan keripik buah pisng dengan mutu tinggi. Cara menggoreng dengan menggunakan vakum dilakukan di dalam kondisi ruang tertutup dengan tekanan rendah.

Standar mutu produk keripik pisang merupakan hal yang berbeda antara satu konsumen dengan konsumen lainnya. Mutu merupakan gabungan atribut yang dinilai secara organoleptik (warna, tekstur, rasa dan bau). Dengan adanya standar mutu produk, maka pihak konsumen akan diuntungkan karena akan memperoleh produk dengan mutu yang baik. Berikut uraian standar proses produksi keripik pisang yang dilakukan adalah dengan metode penggorengan biasa menururt Departemen Pertanian (2009:2).

1. Memilih bahan baku

Bahan baku dalam pembuatan keripik pisang adalah pisang mentah. Pisang yang dipilih adalah pisang yang sudah tua dan masih mentah sehingga mudah diiris-iris atau dirajang tipis-tipis dan bentuk sesuai selera konsumen. Bahan baku penolong yang digunakan yaitu seperti air bersih, minyak goreng dan larutan natrium bisulfit (Na2SO3). Bahan tambahan pangan bertujuan untuk memperbaiki tekstur, rasa dan

(28)

12

penampakan. Penggunaan bahan-bahan tersebut baik jenis maupun jumlahnya harus memenuhi persyaratan yang diirekomendasikan.

2. Pengupasan dan pengirisan

Pisang yang telah dicuci dan disortasi pada tahap penyiapan bahan baku dikupas, kemudian diiris tipis-tipis (tebal 2-3 mm) secara memanjang atau melintang. 3. Penggorengan

Irisan buah pisang dari tahap sebelumnya digoreng menggunakan minyak yang sesuai SNI 01-4481-2002. Minyak goreng yang dibutuhkan jumlahnya harus banyak, agar semua bahan pisang dapat terendam saat digoreng. Perbandingan antara minyak goreng dengan pisang adalah 1 Kg irisan pisang membutuhkan 3 liter minyak goreng. Tenggang waktu antara proses pengirisan dengan penggorengan maksimal 10 menit, untuk menghindari perubahan warna pisang atau browning enzimatis. Selama penggorengan, dilakukan pengadukan secara pelan-pelan.

4. Penirisan Minyak

Hasil penggorengan pertama ditiriskan menggunakan tirisan, tirisan yang digunakan terbuat dari bahan alumunium bukan dari bambu, sebab bambu mampu menyerap minyak sehingga keripik pada bagian bawah akan terkena minyak yang menempel pada tirisan berbahan bambu. Keripik hasil penggorengan didiamkan di atas tirisan sampai minyak yang tertinggal menetes tuntas. Selain itu penirisan tidak boleh ditumpuk terlalu banyak, sebab akan menghambat menetesnya minyak secara tuntas.

(29)

13

5. Pendinginan

Keripik yang telah selesai diolah didinginkan di dalam ember besar yang memiliki penutup, dan setelah dingin ditutup rapat. Ember ini selain sebagai tempat pendinginan sekaligus sebagai wadah penyimpanannya.

6. Pemberian Bumbu

Pemberian bumbu dilakukan untuk menambahkan cita rasa yang bermacam-macam pada keripik pisang, sehingga mampu melayani konsumen yang memiliki selera berbeda-beda. Pemberian bumbu ini dilakukan dengan dua cara yaitu pemberian bumbu cara pencelupan dan pemberian bumbu cara pelapisan (Coating). Pemberian bumbu cara pencelupan yaitu untuk keripik pisang rasa manis dengan melarutkan gula pasir putih ke dalam air dengan perbandingan 1 kg gula : 250 ml air. Keripik pisang rasa asin dicelupkan kedalam larutan garam dengan perbandingan 1:100. Keripik pisang rasa pedas dicelupkan ke larutan bumbu yang terdiri dari cabe, bawang putih dan garam. Pemberian bumbu cara pelapisan (Coating) yaitu setelah keripik pisang dingin dengan cara menaburkan bumbu berbentuk serbuk ke dalam kantong plastik yang berisi keripik pisang, kemudian diguncang-guncang (shaking) agar bumbu menyebar secara merata. Bumbu yang diberikan menyesuaikan permintaan konsumen atau bumbu yang diberikan mengikuti tren pasar yang sedang laku.

7. Pengemasan dan Pelabelan

Proses pengemasan dilakukan secara curah sebelum pemasaran atau saat keripik pisang dibeli oleh konsumen sesuai dengan banyaknya permintaan. Kemasan yang disediakan terbuat dari plastik (PP/polipropilen) yang memiliki ketebalan 0,6-0,8

(30)

14

mm dengan kapasitas antara 250 g dan 500 g yang telah dicetak merek keripik pisang. Syarat mutu polipropilena dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Syarat Mutu Polipropilena Menurut SNI 0594:2011

Parameter Uji Satuan

Syarat Mutu Homopolimer Random Kopolimer Impak Kopolimer Titik Leleh oC 157-170 130-157 160-170 Densitas g/cm3 0,89-0,91 0,89-0,91 0,89-0,91

Kadar etilena % berat ≤ 1,5 > 1,5-6 3-15

Sumber : BSN (2011)

Pelabelan sesuai dengan PP No. 69 tahun 1999 label pada kemasan sekurang-kurangnya harus mencantumkan nama produk, berat bersih, masa kadaluwarsa, komposisi bahan baku dan informasi/alamat tempat pembuatan produk.

8. Penyimpanan

Penyimpanan produk akhir sebaiknya silakukan di ruang yang terpisah dengan ruang penyimpanan bahan baku. Dalam proses pengangkutan dihindarkan dari kerusakan fisik dan pengaruh cahaya sinar matahari langsung untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Keripik pisang yang dikemas menggunakan plastik propilen dapat bertahan ± 1 (satu) tahun.

2.3 Pengendalian Kualitas

Menurut American Society for Quality Control dari buku (Render, 2015:244), kualitas adalah keseluruhan fitur dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam kemampuannya untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang telah dijanjikan dan tersirat. Menurut Prawirosentono (2007), pengertian kualitas suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu

(31)

15

produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan. Sebenarnya kualitas ini dapat didefinisikan sebagai jumlah dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana didiskripsikan di dalam produk dan jasa yang bersangkutan.

Kualitas merupakan suatu istilah relatif yang sangat bergantung pada situasi (Yamit, 2011:347). Kualitas memiliki sudut pandang tersendiri bagi konsumen. Ditinjau dari pandangan konsumen, kualitas adalah sesuatu yang cocok dengan selera. Produk dikatakan berkualitas apabila produk tersebut sesuai dengan keinginan, memiliki manfaat yang sesuai dengan kebutuhan dan setara dengan pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen. Dalam istilah menurut International

Organization for Standardization (ISO), kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik

produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan.

Menurut Nasution (2005:3) terdapat beberapa elemen-elemen kualitas, yaitu sebagai berikut :

1. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan.

3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).

Menurut Yamit (2011:349), terdapat tiga ukuran kualitas yang dapat digunakan untuk barang sebagai berikut :

(32)

16

1. Design Quality (Kualitas Desain)

Kualitas desain barang sangat berhubungan dengan sifat-sifat keunggulan pada saat barang pertama kali diimpikan. Kualitas desain dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : kualitas input, teknologi yang digunakan, kualitas tenaga kerja dan manajer.

2. Performance Quality (Kualitas Penampilan)

Performa produk ini mencakup dimasa yang akan datang, dan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : 1) keadaan produk yang berhubungan dengan waktu penggunaan sebelum terjadi kerusakan. 2) perawatan produk yang berhubungan dengan kemampuan mereparasi dan mengganti dengan cepat pada produk yang rusak.

3. Conformance Quality (Kualitas yang memenuhi)

Berhubungan dengan apakah produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan atau yang diharapkan, dengan kata lain sejauh mana kualitas suatu produk dapat dicapai. Dalam hal ini terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

conformance quality, yaitu usia teknik produk, pengaruh produk dan ketepatan

produk.

Menurut Besterfield (2013:3) “Quality Control is the use of technique and

activities to achieve, sustain, and improve the quality of a product or services”.

Sedangkan menurut Gasperz (2005:480) “Quality Control is the operational

techniques and activities used to fulfil requirements for quality”. Berdasarkan

(33)

17

adalah suatu teknik dan aktivitas atau tindakan kegiatan yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas, mencapai kualitas, mempertahankan dan meningkatkan kualitas suatu produk atau jasa agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan dan dapat memenuhi kepuasan bagi konsumen.

Pengendalian kualitas adalah suatu proses untuk mengukur output secara relatif terhadap suatu standar, melakukan tindakan koreksi, apabila terdapat output yang tidak dapat memenuhi standar. Tujuan dari pengendalian kualitas adalah untuk menjamin, bahwa proses berjalan di dalam suatu cara yang dapat diterima (Assauri, 2016:323). Pengendalian kualitas sangat dipengaruhi oleh faktor yang akan menentukan bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas adalah (Assauri, 2008:41) :

1. Fungsi Suatu Barang

Tingkat suatu kualitas tergantung pada tingkat pemenuhan fungsi kepuasan penggunaan barang tersebut yang dapat dicapai.

2. Wujud Luar

Salah satu faktor yang penting atau sering dipergunakan oleh konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan suatu kualitas barang tersebut adalah wujud atau bentuk luar barang tersebut.

3. Biaya Barang Tersebut

Umumnya biaya suatu barang akan dapat menemukan kualitas barang tersebut. Barang-barang yang memiliki biaya yang mahal, dapat menunjukan bawa kualitas tersebut relatif lebih baik, demkian pula sebaliknya. Biaya barang yang

(34)

18

tinggi ini sering terjadi karena ingin mendapatkan kualitas yang baik. Perlu kiranya disadari bahwa tidak semuanya biaya yang tinggi sebenarnya sering tidak efisien.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas yang dilakukan oleh perusahaan menurut Montgomery (2001:8) adalah :

1. Kemampuan proses

Batas-batas dalam mengendalikan suatu proses dan yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan proses yang ada, jangan melebihi kemampuan atau kesanggupan yang ada.

2. Spesifikasi yang berlaku

Hasil produksi yang ingin dicapai dapat ditinjau dari kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen sesuai dengan spesifikasi yang berlaku. Hasil produksi dapat dipastikan apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku sebelum pengendalian kualitas dimulai.

3. Tingkat ketidak sesuaian yang dapat diterima

Tujuan dilakukan pengendalian kualitas adalah dapat mengurangi produk yang cacat atau dibawah standar seminimal mungkin. Tingkat pengendalian kualitas yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang dibawah standar. 4. Biaya kualitas

Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian dalam menghasilkan suatu produk, dimana biaya mempunyai hubungan positif dengan terciptanya produk yang berkualitas.

(35)

19

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas tidak hanya dilihat dari satu aspek, tetapi dapat dilihat dari kemampuan proses dan hasil produksi dalam mengendalikan suatu proses yang ingin dicapai sesuai dengan kebutuhan konsumen, tingkat pengendalian kualitas yang diberlakukan dan biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian dalam menghasilkan suatu produk.

2.4 Good Manufacturing Practices (GMP)

Good Manufacturing Practices (GMP) yaitu pedoman cara memproduksi

makanan dengan tujuan agar produsen memenuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku untuk menghasilkan produk yang sesuai harapan pelanggan (Thaheer, 2005:51). Penerapan GMP harus dipatuhi oleh semua pihak yang terkait dengan proses pengolahan makanan yang baik oleh pihak manajamen, karyawan dan pemasok bahan baku.

Prinsip penerapan GMP yaitu teknik atau cara dalam menjalankan, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan proses produksi dimulai dari penerimaan bahan baku sampai dengan konsumen akhir dengan tujuan untuk memberikan jaminan bahwa produk yng dihasilkan aman dan layak dikonsumsi. Aman berarti produk yang dikonsumsi tidak mengandung bahan berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit, keracunan atau kecelakaan yang merugikan konsumen. Layak untuk dikonsumsi manusia berarti produk tidak mengalami kerusakan, berbau busuk, menjijikan, kotor, tercemar atau terurai (Thaheer, 2005:53).

(36)

20

Penerapan GMP secara keseluruhan di Indonesia disahkan menurut keputusan menteri kesehatan RI Keputusan Menteri Kesehatan No. 23/MENKES/SK/1978, yang kemudian diperbarui pada Peraturan Menteri Perindustrian No.75/M-IND/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik Good

Manufacturing Practices. Aspek GMP mencakup lokasi pabrik, bangunan, fasilitas

sanitasi, mesin dan peralatan, bahan, pengawasan proses, produk akhir, laboratorium, karyawan, pengemas, label dan keterangan produk, penyimpanan, pemeliharaan dan program sanitasi, pengangkutan, dokumentasi dan pencatatan, pelatihan, penarikan produk dan pelaksanaan pedoman (Kementerian Perindustrian, 2010).

Ketidaksesuaian adalah penyimpangan terhadap seperangkat persyaratan Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) (BPOM, 2012). Penilaian ketidaksesuaian penerapan GMP dilakukan terhadap 14 ruang lingkup. Penilaian dilakukan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, yakni sebagai berikut :

1. Ketidaksesuain Minor adalah penyimpangan terhadap persyaratan “dapat” di dalam CPPB-IRT yang mempunyai potensi mempengaruhi mutu (wholesomeness) produk pangan IRTP.

2. Ketidaksesuaian Major adalah penyimpangan terhadap persyaratan “sebaiknya” di dalam CPPB-IRT yang mempunyai potensi mempengaruhi efesiensi pengendalian keamanan produk pangan IRTP.

(37)

21

3. Ketidaksesuaian Serius adalah penyimpangan terhadap persyaratan “seharusnya” di dalam CPPB-IRT yang mempunyai potensi mempengaruhi keamanan produk pangan IRTP.

4. Ketidaksesuaian Kritis adalah penyimpangan terhadap persyaratan “harus” di dalam CPPB-IRT yang akan mempengaruhi keamanan produk pangan IRTP secara langsung dan/atau merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi.

2.5 Peraturan Cara Produksi Pangan yang Baik

Peraturan untuk industri rumah tangga dalam melaksanakan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik juga membutuhkan suatu jaminan tertulis bahwa usaha tersebut sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Peraturan tersebut terdapat dalam perundang-undangan di bagian Pangan. Hal ini merupakan komponen yang penting dalam perkembangan kebijakan terkait peningkatan kemanan pangan pada produk industri rumah tangga. Menurut UU No.18 Tahun 2012 tentang Pangan diamanatkan dalam Pasal 86 Ayat (1) sampai ayat (6) bahwa :

1. Ayat (1), pemerintah menetapkan standar kemanan pangan dan mutu pangan. 2. Ayat (2), setiap orang yang memproduksi dan memperdagangkan pangan wajib

memnuhi standar kemanan pangan dan mutu pangan.

3. Ayat (3), pemenuhan standar kemanan pangan dan mutu pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui penerpan sistem jaminan kemanan pangan dan mutu pangan.

4. Pemerintah dan/atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi oleh Pemerintah dapat memberikan sertifikat jaminan keamanan pangan dan mutu pangan.

(38)

22

5. Pemberian sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan secara bertahap sesuai dengan jenis pangan dan/atau skala usaha.

6. Ketentuan mengenai stndar kemanan pangan dan mutu pangan diatur dalam peraturan pemerintah.

Pada ayat 6 menjelaskan ketentuan mengenai standar kemanan pangan dan mutu pangan di atur dalam peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah tersebut menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 86 ayat 6 UU No.18 Tahun 2012 perlu menetapkan peraturan pemerintah tentang kemanan pangan. Hal ini diamanatkan dalam Peraturan Pemeritah No. 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan dalam Pasal 35 Ayat (1) sampai Ayat (4) bahwa :

1. Ayat (1), pangan olahan tertentu yang diproduksi oleh industri rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) wajib memiliki izin produksi Pangan Olahan industri rumah tangga.

2. Ayat (2), izin produksi Pangan Olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk sertifikat produksi Pangan Olahan industri rumah tangga yang diterbitkan oleh Bupati/Wali Kota.

3. Ayat (3), penerbit sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi persyaratan yang meliputi :

a. Jenis pangan;

b. Tata cara penilaian; dan

(39)

23

4. Ayat (4), penerbitan sertifikat produksi Pangan Olahan industri rumah tangga dilaksanakan dengan mengacu pada pedoman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Realisasi terhadap amanat tersebut ialah diterbitkannya Peraturan Kepala BPOM tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) No. HK.03.1.23.04.12.2206 tahun 2012. Pedoman ini menjelaskan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi tentang penanganan pangan di seluruh mata rantai produksi mulai dari bahan baku sampai produk akhir. Peraturan Kepala BPOM RI memiliki 14 ruang lingkup GMP yaitu lokasi dan lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, suplai air atau sarana penyediaan air, fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi, kesehatan dan higiene karyawan, pemeliharaan dan program higiene sanitasi karyawan, penyimpanan, pengendalian proses, pelabelan pangan, pengawasan oleh penanggung jawab, penarikan produk, pencatatan dan dokumentasi dan pelatihan karyawan (BPOM RI, 2012).

2.6 Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)

Gap analisis digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi bisnis dengan

membandingkan kinerja pperusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah ditargetkan sebelumnya serta menentukan langkah-langkah apa yang perlu dikakukan untuk mengurangi kesenjangan tersebut dan dapat mencapai kondisi yang diinginkan (Stolzer et al, 2011). Gap analysis umumnya bermanfaat untuk menilai seberapa

(40)

24

besar kesenjangan antara kinerja aktual dengan suatu standar kinerja yang diharapkan, mengetahui peningkatan kinerja untuk menutup kesenjangan tersebut dan menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan (Bappenas, 2009:26).

Pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian untuk mengetahui seberapa gap yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan gap

analysis. Langkah awal dari tool ini adalah menyusun gap analysis checklis yang

berfungsi untuk mengidentifikasi gap antara prosedur tertulis dengan proses yang sedang dikerjakan. Langkah terakhir yaitu mengidentifikasi bagaimana cara untuk dapat menjembatani antara kesenjangan yang terjadi saat ini dengan target atau tujuan di masa mendatang (Admaja, 2013). Berikut rumus pergitungan presentase penilaian gap dan indikatornya (Rini, dkk. 2015).

Presentase total yang sesuai = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑝 x 100%

Presentase total yang tidak sesuai = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑝 x 100%

2.7 Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)

Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan antara penyebab dan akibat suatu masalah, dan selanjutnya untuk diambil tindakan perbaikan atas masalah tersebut (Besterfield, 2009:81). Menurut Heizer dan Rander (2014:255), diagram sebab-akibat juga dikenal dengan diagram Ishikawa dan Fishbone diagram karena bentuknya menyerupai tulang ikan. Dimana setiap tulang mewakili kemungkinan sumber kesalahan. Diagram ini berguna untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang

(41)

25

berpengaruh pada kualitas. Faktor-faktor penyebab utama ini dapat dikelompokkan antara lain bahan baku (Material), mesin (Machine), tenaga kerja (Man), metode (Method), pengukuran (Measurenment) dan lingkungan (Environment).

Diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Diagram sebab-akibat ini sering juga disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram), karena bentuknya seperti kerangka ikan atau diagram Ishikawa (Ishikawa’s diagram). Pada dasarnya, ada beberapa kegunaan dari diagram sebab-akibat, antara lain (Besterfield, 2009) :

1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah. 2. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.

Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab-akibat (Montgomery, 2013:211) :

1. Definisikan masalah yang terjadi pada perusahaan.

2. Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada ujung sebelah kanan dan kotak di depannya. Akibat atau masalah yang ingin dianalisis ditempatkan dalam kotak.

3. Tulislah penyebab utama (manusia, bahan baku, mesin, lingkungan kerja dan metode) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama. Hubungkan kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke arah garis panah utama.

4. Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama.

(42)

26

Hubungan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab utama yang bersangkutan dan kemudian urutkan peringkat penyebab untuk mengidentifikasi yang paling mungkin berdampak masalah.

Gambar 2. Cause and Effect Diagram

Sumber : Besterfield (2009)

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bertujuan untuk melihat apakah penelitian yang sudah dilakukan sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Beberapa hasil penelitian terdahulu telah mengemukakan hasil penelitiannya yang terkait dengan pengendalian kualitas yang mengacu pada standar Good Manufacturing

Practices (GMP). Terdapat beberapa yang membedakan dalam penelitian-penelitian

tersebut, antara lain jenis komoditas, kendala dan tempat penelitian. Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian terdahulu tentang pengendalian kualitas.

Latief dan Trimo (2019), meneliti tentang faktor penghambat penerapan Good

Manufacturing Practices pada proses pengendalian kualitas bandrek di CV. X.

Metode yang digunakan untuk mengolah data yaitu menggunakan pedoman GMP dan menggunakan diagram fishbone. Berdasarkan hasil penelitian yaitu perbandingan antara pedoman GMP dengan keadaan pada proses pengendalian kualitas bandrek

Sebab Akibat Sebab Sebab Sebab Sebab Sebab Sebab Sebab

(43)

27

original di CV. X, terdapat 55 aspek sudah terpenuhi (72%) dan 21 aspek belum terpenuhi (28%). Artinya, CV. X dalam proses pengendalian kualitas produknya sudah menerapkan sebagian besar aspek GMP. Hasil dari diagram fishbone, faktor yang menghambat dalam menerapkan GMP pada produksi bandrek original adalah karyawan, mesin/peralatan, waktu dan suhu dan bahan yang digunakan.

Pinandoyo dan Masnar (2019) meneliti tentang penerapan GMP pada UKM Keripik SEMAT (Sehat dan Nikmat). Metode yang digunakan yaitu menggunakan pedoman GMP yang dipakai oleh Food Safety Center of Manitoba. Hasil penelitian memberitahukan bahwa penerapan GMP di UKM Keripik Tenjo telah memenuhi syarat-syarat CPPB-IRT pada level 4 (PIRT). Namun perlu diperlukan kontrol yang lebih baik pada peralatan, peningkatan nilai praktek personal, penerapan prosedur penjagaan kebersihan bahan, kontrol lingkungan, pengontrolan penggorengan, pengemasan dan storage.

Rizki. (2019), meneliti tentang penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) produk roti (di M. Bakery and Cake). Metode yang digunakan untuk mengolah data yaitu menggunakan pedoman GMP berdasarkan peraturan Menteri Perindustrian No.75 Tahun 2010, menggunakan Root Cause Analysis dan 8 aspek kunci SSOP. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan, tingkat penerapan GMP yang sesuai sebesar 56,6% dan yang tidak sesuai sebesar 43,4%. Sedangkan untuk penerapan SSOP belum berjalan dengan baik seperti pada kemanan air, pencegahan kontaminasi silang, pelabelan, penghilangan hama.

(44)

28

Putri. (2019), meneliti tentang evaluasi Good Manufacturing Practices (di pabrik tahu). Metode yang digunakan untuk mengolah data yaitu menggunakan pedoman GMP berdasarkan CPPB-IRT dan HAS 23000 dan menggunakan root cause

analysis. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan, dari gap analysis didapatkan

ketidaksesuaian 74 persyaratan dari total 173 total persyaratan. Sedangkan untuk hasil dari root cause analysis, permasalahan utama ketidaksesuaian persyaratan terkait permasalahan lingkungan yang tidak bersih dan sarana fasilitas pabrik tidak terawat, peralatan yang kurang bersih, higienitas karyawan yang buruk, hewan seperti kucing yang tidur diatas bahan baku yang menyebabkan kotorannya bisa menempel, jarak sumur bor dan wc berdekatan sehingga munculnya kontaminasi najis.

Listianingsih (2018), meneliti tentang kualitas Tahu Takwa dengan pendekatan

Good Manufaturing Practices (GMP) di Industri Rumah Tangga. Metode yang

digunakan untuk mengolah data yaitu menggunakan pedoman GMP-IRT. Berdasarkan hasil penelitian yaitu penerapan GMP pada IRT tahu takwa ini sebesar 59,67%, termasuk dalam kategori kurang baik. Sehingga perlu adanya perbaikan proses produksi tahu takwa. Aspek-aspek yang kurang baik yaitu fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi, pemeliharaan dan program higiene dan sanitasi, penyimpanan, pengawas oleh penanggung jawab dan pencatatan dan dokumentasi.

2.9 Kerangka Pemikiran

Industri rumah tangga yang bergerak dibidang pengolahan makanan dalam

meinghadapi peirsaingan bisnis yang seimakin meiningkat, dituntut untuk dapat

(45)

29

bagi suatu industri rumah tangga. Masalah keiamanan pangan dan kualitas produk

meinjadi suatu hal yang harus dipeirhatikan, kareina dapat beirpeingaruh besar teirhadap

keisehatan manusia.

UD. Soponyono merupakan industri rumah tangga yang memproduksi bermacam keripik. Salah satu produknya yaitu keripik pisang. UD. Soponyono masih belum sepenuhnya menerapkan pengendalian kualitas atau cara produksi pangan yang baik. Mengingat hal tersebut, UD. Soponyono harus melakukan pengendalian kualitas agar produk yang dihasilkan terjamin sampai ke tangan konsumen. Upaya

yang harus dilakukan oleh UD. Soponyono, yang sudah beroperasi teilah leibih dari 30

tahun, agar produk yang dihasilkan aman, layak dikonsumsi dan berkualitas yaitu dengan menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP). Cara produksi pangan yang baik penting dilakukan agar konsumen merasa terjamin dengan produk yang di produksi dari UD. Soponyono. Identifikasi kondisi penerapan GMP dengan cara analisis deskriptif kemudian membandingkan kesesuaian penerapan kondisi nyata di

lapangan dengan menggunakan Peraturan Kepala BPOM RI No.

HK.03.1.23.04.12.2206 tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga.

Perbandingan penerapan GMP dengan kondisi di lapangan tersebut untuk melihat apakah terdapat kesenjangan yang terjadi melalui Gap Analysis Checklist. Berdasarkan Gap Analysis Checklist kemudian dikelompokkan menjadi 4 kategori sesuai dengan pedoman yang sudah terlampir dalam Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.03.1.23.04.12.2207 tahun 2012 yaitu kategori minor, kategori mayor, kategori serius dan kategori kritis.

(46)

30

Hasil dari penilaian aspek yang tidak sesuai, selanjutnya dilakukan metode untuk mencari faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ketidaksesuaian serius dan ketidaksesuaian kritis terhadap penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dengan menggunakan diagram sebab akibat. Hasil analisis yang telah dilakukan, kemudian merumuskan tindakan lanjutan atau rekomendasi perbaikan kepada UD. Soponyono. Kerangka pemikiran penelitian untuk mencapai hasil sesuai dengan rumusan masalah dapat dilihat pada Gambar 3

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Proses Produksi di UD. Soponyono

Diagram Sebab-Akibat

Cara produksi pangan yang baik (GMP)

Faktor-faktor Penyebab Ketidaksesuaian GMP Pengendalian Kualitas

UD. Soponyono

Rekomendasi Pengendalian Kualitas

Gap Analisis Tidak Sesuai Sesuai Analisis Ketidaksesuaian Observasi, Wawancara Observasi, Wawancara

(47)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Peineintuan lokasi peineilitian dipilih seicara seingaja (purposivei) seisuai deingan

peirtimbangan bahwa UD. Soponyono meirupakan industri rumah tangga yang

meimproduksi keiripik pisang deingan kapasitas produksi yaitu 5 kuintal pisang keipok

atau 5.000 bungkus keiripik pisang peirproduksi. Seilain kapasitas produksi, meimilih

UD. Soponyono seibagai teimpat peineilitian yaitu usia peirusahaan yang teilah leibih dari

30 tahun deingan kondisi tanpa manajeimein struktural yang teirtulis dan beilum

makisimal meinjalankan peingeindalian kualitas. Obseirvasi dilakukan kurang leibih 5

bulan yakni tanggal 07 Seipteimbeir 2020 – 27 April 2021, seitiap hari keirja dari Seinin

sampai Sabtu.

3.2 Meitodei Peingumpulan Data

Meitodei peingumpulan data yang digunakan dalam peineilitian ini adalah deingan

meilakukan peingamatan langsung dalam proseis produksi keiripik pisang di UD.

Soponyono. Meitodei peingumpulan data yang digunakan dalam peineilitian ini adalah :

1. Obseirvasi meirupakan meitodei yang meinuntut peineiliti meilakukan peingamatan

langsung di teimpat peineilitian. Seidangkan jeinis obseirvasi yang digunakan dalam

peineilitian ini adalah obseirvasi partisipatif. Obseirvasi partisipatif yaitu peineiliti

teirlibat deingan keigiatan seihari-hari orang yang seidang diamati atau yang

(48)

32

dilakukan yaitu meingamati langsung keigiatan proseis produksi keiripik pisang di

UD. Soponyono dimulai dari peirsiapan bahan baku sampai pada proseis

peinyimpanan produk. Proseis peingamatan dilakukan deingan meimbandingkan

deingan peidoman cara produksi pangan olahan yang baik meinurut Peiraturan

Keipala BPOM RI No.HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012.

2. Wawancara teirstruktur adalah wawancara yang dilakukan bila peineiliti atau

peingumpul data teilah meingeitahui deingan pasti teintang informasi apa yang akan

dipeiroleih (Sugiyono, 2017:233). Wawancara dilakukan seicara langsung deingan

peimilik UD. Soponyono seirta karyawan yang teirlibat dalam proseis produksi

keiripik pisang. Wawancara dilakukan beirdasarkan dari hasil obseirvasi yang

dilakukan, namun dimungkinkan adanya variasi peirtanyaan lainnya yang seisuai

deingan situasi saat wawancara dilaksanakan.

3. Dokumeintasi meirupakan catatan peiristiwa yang sudah beirlalu. Dokumein bisa

beirbeintuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumeintal dari seisorang (Sugiyono,

2017:240). Hasil peineilitian dari wawancara dan obseirvasi yang teilah dilakukan

oleih peineiliti, didukung juga dengan dokumei in-dokumein beirbeintuk tulisan, gambar

atau dokumein, seiperti i data seijarah peirusahaan, struktur organisasi,

keiteinagakeirjaan, diagram alir proseis dan laporan jumlah produksi.

4. Studi pustaka meirupakan meitodei peingumpulan data dilakukan deingan cara

meimbaca dan meimpeilajari dari sumbeir-sumbeir buku, liteiratur dan jurnal-jurnal

dan peineilitian teirdahulu (Sugiyono, 2017:291). Meimpeilajari isi dokumein untuk

meinilai keitidakseisuaian peingeindalian kualitas yang meingacu standar GMP

(49)

33

teintang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga dan

Peiraturan Keipala BPOM RI No. HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 teintang Tata

Cara Peimeiriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.

3.3 Informan Peineilitian

Informan peineilitian adalah orang yang di manfaatkan untuk meibeiri iinformasi

teintang situasi dan kondisi latar beilakang peineilitian dan meirupakan orang yang

beinar-beinar meingeitahui peirmasalahan yang akan di teiliti (Moleiong, 2015:163). Pada

peineilitian ini peineintuan informan di pilih seicara purposivei yaitu teiknik peingambilan

peineintuan sampeil deingan pertimbangan tei irteintu. Peirtimbangan teirteintu yang

dimaksud adalah meimilih sumbeir data atau orang yang di anggap paling tahu teintang

apa yang di harapkan. Informan peineilitian yang dipilih dalam peineilitian ini adalah

bagian peingadaan bahan baku, keipala produksi dan keipala peingeimasan yang beikeirja

diteimpat produksi.

3.4 Meitodei Analisis Data

Meitodei analisis data yang digunakan dalam peineilitian ini yaitu meitodei analisis

deiskriptif, dimana analisis ini digunakan untuk meinganalisis data deingan cara

meindeiskripsikan dan meinggambarkan data yang teirkumpul. Analisis yang dilakukan

teirdapat dua langkah, yaitu :

1. Meingideintifikasi peineirapan Good Manufacturing Practiceis (GMP)

Meingideintifikasi peineirapan aspeik GMP yang dilakukan yaitu meingeitahui tingkat

Gambar

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Proses Produksi di
Gambar 6. Diagram Alir Pengolahan Keripik Pisang UD. Soponyono
Tabe i l 6. Pe i nilaian Pe i ne i rapan Good Manufacturing Practice i s (GMP) Aspe i k Lokasi  dan Lingkungan Produksi
Gambar 7. Kondisi Lokasi Produksi dan Lingkungan Pabrik
+7

Referensi

Dokumen terkait