• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN RESOURCE LEVELING DENGAN MINIMUM MOMENT METHOD DAN ENTROPY MAXIMIZATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN RESOURCE LEVELING DENGAN MINIMUM MOMENT METHOD DAN ENTROPY MAXIMIZATION"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN RESOURCE LEVELING DENGAN MINIMUM MOMENT

METHOD DAN ENTROPY MAXIMIZATION

Miranda Budiman1 dan Henny Wiyanto2

1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjend. S. Parman no.1 Jakarta 11440

Email: mirandabudiman17@gmail.com

2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjend. S. Parman no.1 Jakarta 11440

Email: hennyw@ft.untar.ac.id

ABSTRAK

Salah satu faktor pelaksanaan konstruksi yang baik dapat dilihat dari kematangan dalam perencanaan jadwal kegiatan serta pemerataan kebutuhan tenaga kerja. Produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja seringkali diabaikan karena banyaknya tenaga kerja tidak tetap saat konstruksi berlangsung. Untuk menghindari hal tersebut, alangkah baiknya jika dilakukan pemerataan tenaga kerja sebelum proyek konstruksi berlangsung sehingga dapat ditetapkan jumlah kebutuhan tenaga kerja tanpa mengalami perubahan yang terlalu drastis setiap harinya. Pemerataan tenaga kerja dilakukan dengan minimum moment method dan dilanjutkan dengan entropy maximization. Minimum moment method akan menggeser kegiatan tidak kritis untuk mencapai pemerataan tenaga kerja agar tidak terjadi fluktuasi tenaga kerja yang terlalu tajam. Pemerataan tenaga kerja dilanjutkan dengan entropy maximization yang dapat meregangkan dan memadatkan durasi kegiatan yang disesuaikan dengan jumlah kebutuhan tenaga kerja tanpa merubah durasi akhir proyek. Penelitian dilakukan pada penjadwalan pekerjaan struktur atas Tower 1 Proyek A yang terbagi menjadi pekerjaan pembesian, bekisting, dan pengecoran. Resource leveling dilakukan pada kegiatan tidak kritis yaitu pekerjaan bekisting oleh pekerja kayu. Efisiensi pekerja kayu yang dapat dihasilkan sebanyak 25% dengan nilai momen minimum akhir sebesar 1,134,000 dari yang semula 1,163,700 dan nilai entropi terbesar yang diperoleh adalah 5.7 dari yang semula 5.63.

Kata Kunci: Pemerataan Tenaga Kerja, Minimum Moment Method, Entropy Maximization,

Efisiensi Tenaga Kerja.

1. PENDAHULUAN Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga banyak terlihat pembangunan infrastruktur dalam kehidupan sehari-hari. Pembangunan jalan raya, jembatan, pemukiman, dan lain-lain dikelola oleh berbagai perusahaan kontraktor yang berbeda.

Dalam melaksanakan manajemen konstruksi, ada tiga nilai utama yang selalu dipertimbangkan yaitu biaya, waktu, dan mutu. Tentunya untuk melakukan penjadwalan proyek akan diperhitungkan jumlah biaya yang diperlukan dalam waktu pelaksanaan tertentu dan menghasilkan mutu yang telah ditetapkan. Biaya, waktu, dan mutu merupakan patokan tetap antara pengguna jasa dan penyedia jasa yang ingin dicapai dalam pembangunan konstruksi. Dari sisi kontraktor, akan menjadi manfaat yang baik jika dilakukan pemerataan sumber daya. Pemerataan sumber daya tenaga kerja tidak akan menambah nilai biaya, waktu, dan mutu yang telah disepakati. Yang ingin dicapai dalam pemerataan sumber daya dengan metode minimum momen adalah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan per hari seminimal mungkin dengan jumlah yang merata setiap harinya sehingga histogram sumber daya tenaga kerja akan membentuk

(2)

maka dilanjutkan dengan mencari nilai entropi terbesar. Dalam mencari nilai entropi terbesar, diperbolehkan untuk menambah atau mengurangi durasi jenis pekerjaan harian dan jumlah tenaga kerja harian untuk suatu jenis pekerjaan dengan hasil akhir jumlah tenaga kerja dalam satuan orang hari yang digunakan untuk jenis kegiatan tersebut tetap sama (Christodoulou, 2010).

Semakin sedikit jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi maka akan semakin baik untuk kontraktor dan kesejahteraan tenaga kerja. Dengan pemerataan sumber daya, kontraktor tidak akan membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga tenaga kerja yang bekerja untuk pembangunan adalah tenaga kerja tetap yang berpengalaman. Kontraktor dapat memberi pelatihan yang tepat untuk tenaga kerja tetap. Sistem profesionalisme dapat dikembangkan dengan bantuan badan asosiasi. Untuk bidang konstruksi terdapat berbagai asosiasi untuk mengasah keahlian dan keterampilan yang bersifat individual tanpa motif komersil.

Selain itu, kontraktor akan memberikan tunjangan kesehatan, tunjangan hari tua, dan sebagainya jika tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja tetap. Dengan melakukan pemerataan sumber daya tenaga kerja maka jumlah waktu kerja setiap tenaga kerja dapat bertambah dan memberikan keuntungan bagi tenaga kerja berupa gaji yang lebih besar. Produktivitas tenaga kerja tetap tentunya lebih tinggi dalam memenuhi target kontraktor sehingga kontraktor tidak lagi membutuhkan tambahan tenaga kerja tidak tetap dan jadwal pelaksanaan konstruksi dapat berjalan sesuai rencana.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah resource leveling dengan minimum moment method dengan

entropy maximization dapat menurunkan kebutuhan tenaga kerja pada proyek high rise building di Jakarta.

2. Untuk mengetahui perbedaan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebelum dan setelah setelah melakukan resource leveling dengan minimum moment method dan entropy

maximization.

3. Untuk mengetahui persentase tingkat efisiensi jumlah tenaga kerja sebelum dan setelah melakukan resource leveling dengan minimum moment method dan entropy maximization.

2. DASAR TEORI Resource Leveling

Resource leveling adalah proses penempatan sumber daya ke dalam aktivitas proyek untuk

meningkatkan produktivitas dan efisiensi (Stevens, 1990). Tujuan dari resource leveling adalah menyamakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan setiap harinya selama proyek berlangsung (Callahan, 1992).

Minimum Moment Method

Minimum moment algorithm menunjukkan proses sistematik dalam melakukan resource leveling

agar perencana jadwal dapat mengukur efisiensi dengan sumber daya yang sudah merata. Tujuan dari minimum moment algorithm adalah mencapai keseragaman distribusi sumber daya per hari selama proyek berlangsung. Total resource moment (Mx) yang ingin dicapai dalam minimum

moment method adalah minimal dengan hasil histogram sumber daya berbentuk persegi panjang.

(3)

Mx = ∑𝑛𝑡 [0.5𝑟𝑖2] 𝑖=1

(1) dengan i = indeks interval durasi, nt = nomor interval waktu pada histogram persegi panjang, ti

= jumlah durasi pada interval ke i pada histogram (hari), ri = jumlah pekerja pada interval ke I

pada histogram (orang).

Asumsi yang digunakan dalam minimum moment method menurut Christodoulou (2010) adalah: 1. Waktu pada aktivitas bersifat berkelanjutan. Jika aktivitas sudah mulai tidak dapat diganggu. 2. Jumlah pekerja dengan satuan orang hari setiap aktivitas dianggap tetap.

3. Durasi setiap aktivitas sudah direncanakan tetap. 4. Hubungan keterkaitan antar aktivitas bersifat tetap. 5. Total durasi proyek tidak berubah.

Dalam melaksanakan minimum moment method, diberlakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur seperti pada CPM. Dalam perhitungan maju, improvement factor (IF) pekerja dihitung untuk semua aktivitas sampai proyek selesai dan aktivitas yang menghasilkan nilai IF tertinggi akan digeser jadwal pelaksanaannya (Christodoulou, 2010).

Improvement factor (IF) digunakan sebagai nilai acuan kesuksesan penjadwalan dengan resource leveling. Rumus IF menurut Hiyassat (2001) sebagai berikut:

𝐼𝐹 𝐴, 𝐵 = ( ∑ 𝑥𝑖 𝑚

1 − ∑ 𝑤𝑖𝑚1 − 𝑚𝑟)

(2) dengan IF A, B : improvement factor untuk pemindahan aktivitas A dalam waktu B hari, r = jumlah sumber daya harian untuk aktivitas tersebut (orang), m = jumlah durasi pemindahan aktivitas (hari), xi = jumlah sumber daya harian sebelum penggeseran pada durasi yang akan mengalami pengurangan jumlah sumber daya (orang), wi = jumlah sumber daya harian sebelum penggeseran pada durasi yang akan mengalami penambahan jumlah sumber daya (orang).

Aktivitas dapat dipindah sesuai dengan jumlah durasi free float aktivitas tersebut. Nilai IF harus lebih dari 0 untuk melakukan penggeseran jadwal dengan minimum moment method. Histogram sumber daya semakin baik dengan bertambahnya nilai improvement factor. Proses dilakukan berulang hingga mencapai nilai IF maksimal.

Selama melakukan perubahan jadwal, total sumber daya harian yang dibutuhkan selalu dihitung. Proses terus diulang hingga mencapai nilai IF yang negatif artinya aktivitas tersebut sudah tidak dapat digeser lagi. Siklus berikutnya menggunakan float yang dihasilkan dari perbedaan waktu selesai tercepat dan waktu selesai yang telah dihasilkan. Siklus terus diulang hingga semua kegiatan sudah tidak dapat digeser lagi. Hasil yang dicapai berupa nilai minimum momen terhadap sumber daya.

Entropy

Dalam konsep entropi, terdapat dua hal yang penting yaitu subadditivity dan maximality.

Subadditivity adalah fungsi dalam matematika yang menyatakan bahwa hasil nilai fungsi dari

penjumlahan dua elemen selalu sama atau lebih kecil dari penjumlahan nilai fungsi tiap elemen [∀𝑥, 𝑦 ∈ 𝐴, 𝑓(𝑥 + 𝑦) ≤ 𝑓(𝑥) + 𝑓 (𝑦)] . Sedangkan, maximality menyatakan bahwa fungsi entropi memiliki nilai tertinggi ketika semua pertimbangan memiliki probabilitas yang sama. Ketidakpastian maksimal dicapai untuk mencapai distribusi equiprobability untuk hasil yang paling logis Christodoulou (2010).

(4)

Nilai entropi akan semakin besar jika semakin banyak pecahan aktivitas dibuat sesuai dengan teori subadditivity dan ketika distribusi pekerja seragam sesuai dengan teori maximality. Berikut rumus yang digunakan oleh Christodoulou (2010) untuk menghitung nilai entropi:

HT = − ∑ . [[ 𝑟𝑖 𝑟𝑡] 𝑙𝑛 ( 𝑟𝑖 𝑟𝑡)] 𝑛𝑡 𝑖=1 (3)

dengan HT = total nilai entropy proyek , ri = jumlah tenaga kerja hari tersebut (orang), nt = total

durasi proyek (hari), rt = jumlah total tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek (orang).

3. METODOLOGI PENELITIAN

Sampel yang akan digunakan adalah data penjadwalan proyek high rise building di Jakarta yang dapat menunjukan keterkaitan aktivitas beserta keterangan kebutuhan tenaga kerja per hari. Teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan tujuan tertentu dan diambil dari proyek yang memenuhi kriteria sampel.

Jenis data yang digunakan sesuai cara memperolehnya adalah data primer yaitu data yang diambil langsung dari kontraktor proyek high rise building. Jenis data yang digunakan sesuai sumber data merupakan data internal yaitu data yang menggambarkan kondisi organisasi secara internal bukan situasi di luar organisasi. Sifat data kuantitatif karena hasil penelitian tergantung pada perhitungan matematis yang menggambarkan suatu hasil dari kasus penelitian.

Pengolahan data akan dilaksanakan dalam software komputer berupa Microsoft Excel, Microsoft

Project, dan Oracle Crystal Ball. 4. ANALISIS DATA

Sebelum melakukan resource leveling, jumlah tenaga kerja terbesar dalam satuan hari yang dibutuhkan dalam Proyek A adalah sebagai berikut:

1. Tukang besi sebanyak 184 pekerja dengan nilai entropi 5,69. 2. Tukang kayu sebanyak 120 pekerja dengan nilai entropi 5,63. 3. Tukang batu sebanyak 20 pekerja dengan nilai entropi 5,04.

Dengan menerapkan reource leveling dengan moment minimum method, penggeseran jadwal yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Penggeseran kegiatan pekerjaan bekisting balok dan plat pada zona 3 sebanyak 3 hari pada semua lantai. Nilai total resource moment yang diperoleh untuk pekerjaan pembesian adalah 3.055.504, pekerjaan bekisting adalah 1.163.700, dan pekerjaan pengecoran adalah 15.580. 2. Penggeseran kegiatan pekerjaan bekisting balok dan plat pada zona 4 sebanyak 4 hari pada

lantai atap LMR.

3. Penggeseran kegiatan pekerjaan bekisting balok dan plat pada zona 2 sebanyak 3 hari pada lantai atap LMR.

4. Penggeseran kegiatan pekerjaan bekisting balok dan plat pada zona 4 sebanyak 1 hari pada lantai atap hingga lantai B1. Nilai total resource moment yang diperoleh untuk pekerjaan bekisting berkurang hingga 1.134.000.

Hasil yang diperoleh dalam minimum moment method adalah kebutuhan tenaga kerja kayu maksimal berkurang menjadi 90 pekerja per hari. Sedangkan kebutuhan maksimal tenaga kerja

(5)

besi dan tenaga kerja batu tetap yaitu 184 pekerja per hari dan 20 pekerja per hari, karena tidak dapat dilakukan penggeseran pada kegiatan pembesian dan pengecoran.

Setelah dilakukan simulasi dalam pencarian nilai entropi terbesar menggunakan software Oracle

Crystal Ball, diperoleh hasil penjadwalan yang sama dengan jadwal setelah dilakukan

pemerataan tenaga kerja dengan minimum moment method. Jumlah kebutuhan tenaga kerja setelah dilakukan resource leveling adalah sebagai berikut:

1. Tukang besi sebanyak 184 pekerja dengan nilai entropi 5,69.

2. Tukang kayu menurun sebanyak 30 pekerja menjadi 90 pekerja dengan nilai entropi meningkat menjadi 5,70.

3. Tukang batu sebanyak 20 pekerja dengan nilai entropi 5,04.

Peningkatan nilai entropi menunjukkan terjadinya pemerataan tenaga kerja dan penurunan kebutuhan tenaga kerja maksimal dalam satuan waktu tertentu. Dalam kasus ini, nilai entropi yang meningkat pada pekerjaan bekisting sebesar 0,09, sedangkan untuk pekerjaan pembesian dan pengecoran menghasilkan nilai entropi yang tetap. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi

resource leveling pada pekerjaan bekisting yang mengakibatkan penurunan kebutuhan pekerja

kayu setiap harinya. Sedangkan, nilai entropi yang tetap pada pekerjaan pembesian dan pengecoran menunjukkan tidak terjadinya resource leveling pada kegiatan tersebut sehingga kebutuhan pekerja besi dan pekerja batu tetap.

Efisiensi tenaga kerja setelah dilakukan resource leveling dengan minimum moment method dan

entropy maximization terjadi pada tukang batu dengan tingkat efisiensi sebesar 25 %. 5. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Penerapan Resource Leveling dengan Minimum

Moment Method dan Entropy Maximization adalah sebagai berikut:

1. Penerapan resource leveling dengan minimum moment method dan entropy maximization dapat menurunkan kebutuhan tenaga kerja tanpa menambah durasi akhir proyek. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya selisih kebutuhan tenaga kerja sebanyak 30 pekerja pada pekerjaan bekisting.

2. Total resource moment pada pekerja kayu menurun setelah melakukan resource leveling menjadi 1.134.000. Sedangkan total resource moment sesudah resource leveling pada pekerja pembesian dan pengecoran tetap yaitu 3.055.504 dan 15.850. Hal ini menunjukkan terjadinya pengurangan tenaga kerja pada kegiatan bekisting dan tidak terjadi pengurangan tenaga kerja pada kegiatan pembesian dan pengecoran.

3. Dalam kasus penerapan resource leveling pada proyek A Tower 1, metode entropy

maximization setelah resource leveling dengan minimum moment method tidak mengurangi

kebutuhan tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena padatnya jadwal yang sudah direncanakan oleh kontraktor sehingga peregangan dan pemadatan durasi kegiatan pada jadwal tidak dapat menghasilkan jadwal baru yang mengurangi kebutuhan tenaga kerja. 4. Nilai entropi terbesar yang diperoleh setelah resource leveling untuk pekerja pembesian,

kayu dan pengecoran masing-masing 5,69, 5,70, dan 5,04. Nilai entropi pekerjaan kayu meningkat sebesar 0,09 dari sebelum resource leveling yaitu sebesar 5.63. Peningkatan nilai entropi menunjukkan terjadinya resource leveling pada kegiatan tersebut sehingga kebutuhan pekerja kayu maksimal per hari berkurang. Sedangkan, nilai entropi untuk pekerja besi dan pengecoran tetap menunjukkan jumlah kebutuhan tukang besi dan tukang batu setelah resource leveling tetap.

(6)

5. Resource leveling yang dilakukan pada Proyek A Tower 1 menghasilkan efisiensi tenaga kerja kayu sebanyak 25%.

6. DAFTAR PUSTAKA

Callahan, Michael T., Daniel G. Quackenbush, dan James E. Rowings. 1992. Construction

Project Scheduling. Singapore : McGraw-Hill Book

Christodoulou, Symeon E., Georgios Ellinas, dan Anastasia Michaelidou-Kamenou. May 2010. “Minimum Moment Method for Resource Leveling Using Entropy Maximization”. American Society of Civil Engineering Journal of Construction Engineering and Management Volume 136 Number 2

Hiyassat, Mohammed A. Salem. June 2001. “Applying Modified Minimum Moment Method to Multiple Resource Leveling”. American Society of Civil Engineering Journal of Construction Engineering and Management Volume 137 Number 3

Stevens, James D. 1990. Techniques for Construction Network Scheduling. Amerika Serikat : McGraw-Hill Companies

Referensi

Dokumen terkait

Pencucian Fe 3 O 4 @sitrat dengan pelarut aseton dan air menghasilkan magnetit dengan sedikit lapisan sitrat yang lepas, sehingga magnetit memiliki dispersi partikel yang lebih baik

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah khazanah kepustakaan yang bernilai bagi kalangan masyarakat indonesia khususnya bagi pemerhati hukum yang menyangkut

Pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan.. 2) Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran tutor sebaya

serta pemecahan masalah susut pasca panen. Tujuan umum penelitian ini adalah 1 ) memilih cara panen dan perontokan yang menguntungkan baik secara teknis maupun

Setelah diketahui bahwa terdapat hubungan antara wawasan siswa tentang penggunaan perpustakaan berdasarkan layanan informasi dengan minat baca siswa adalah positif

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh ukuran Dewan Komisaris, ukuran Komite Audit, dan ukuran KAP terhadap fee audit eksternal pada perusahaan jasa sektor

Pada regio palmaris dekstra didapatkan plak verukosa menipis (tebal: 0,1 mm) berukuran 4 × 4 cm, dasar eritematous keunguan dan regio aksila dekstra: nodul eritematous

sistem informasi tersendiri dalam pelayanan yang berkaitan dengan sistem informasi di Telkom University. 4) Aplikasi sistem informasi yang dimiliki Direktorat SISFO dapat