• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT. Ir. CUCU MULYANA, DESS DIREKTUR ANGKUTAN DAN MULTIMODA MERLYNN PARK HOTEL JAKARTA, 13 APRIL 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT. Ir. CUCU MULYANA, DESS DIREKTUR ANGKUTAN DAN MULTIMODA MERLYNN PARK HOTEL JAKARTA, 13 APRIL 2017"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

RAPAT KOORDINASI TEKNIS

BIDANG PERHUBUNGAN DARAT

Ir. CUCU MULYANA, DESS

DIREKTUR ANGKUTAN DAN MULTIMODA

MERLYNN PARK HOTEL

(2)

1

O U T L I N E

1. REVISI KM. 35 TAHUN 2003 TENTANG ANGKUTAN

DALAM TRAYEK

2. SOSIALISASI

PM.

26

TAHUN

2017

TENTANG

PENYELENGGARAAN

ANGKUTAN

TIDAK

DALAM

TRAYEK

3. OPERASIONAL TERMINAL TIPE A

4. LDF (LONG DISTANCE FERRY)

5. RENCANA

REVISI

UNDANG-UNDANG

NOMOR

22

TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN

JALAN

(3)

1

(4)

3

VOCAL POINT DI DALAM RPM DALAM TRAYEK

13 BAB 137 PASAL 10 RUANG LINGKUP

1. Point to point pelayanan angkutan AKAP;

2. Fasilitas penyimpanan kendaraan bermotor (Pool) dilarang digunakan sebagai tempat untuk menaikkan dan/atau menurunkan penumpang; 3. Penggunaan Warna Kendaraan sesuai dengan jenis pelayanan

angkutan umum;

4. Kewajiban penggunaan alat pemantau unjuk kerja pengemudi dan sistem pemantau pergerakan kendaraan secara elektronik;

5. Jam perjalanan tidak lagi melekat pada masing-masing kendaraan namun diberikan keleluasaan kepada perusahaan dalam pengaturan jam perjalanan kendaraan yang dimiliki sesuai dengan izin yang diberikan;

6. Perusahaan Angkutan Umum Wajib Menyediakan Kelas Pelayanan Ekonomi Paling Sedikit 20 (Dua Puluh) Persen Dari Total Kendaraan Yang Dimiliki;

7. Perlakuan Khusus Kepada Penyandang Disabilitas, Manusia Usia Lanjut, Anak – anak, Wanita Hamil, dan Orang Sakit;

(5)

2

SOSIALISASI PM. 26/2017

(6)

5 5

10 BAB

6 RUANG

LINGKUP

72

PASAL

RUANG LINGKUP PM.26 TAHUN 2017

1.

Jenis pelayanan angkutan orang dengan

kendaraan bermotor umum tidak dalam

trayek;

2.

Pengusahaan angkutan;

3.

Penyelenggaraan

angkutan

umum

dengan

aplikasi

berbasis

teknologi

informasi;

4.

Pengawasan angkutan orang dengan

kendaraan bermotor umum tidak dalam

trayek;

5.

Peran serta masyarakat; dan

6.

Sanksi administratif.

MUATAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 26 TAHUN 2017

Berlaku 1 April 2017

(7)

6

MATERI KHUSUS DALAM PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

NOMOR 26 TAHUN 2017

NO PENGATURAN PM. 26/2017

1 JENIS ANGKUTAN SEWA ANGK. SEWA KHUSUS

2 KAPASITAS SILINDER MESIN KENDARAAN MIN 1.000 cc

3 BATAS TARIF ANGKUTAN SEWA KHUSUS BATAS BAWAH/ATAS DIUSULKAN OLEH PROVINSI KE MENHUB UNTUK DITETAPKAN

4 BATAS KENDARAAN ANGKUTAN SEWA KHUSUS (KUOTA)

DIATUR OLEH GUBERNUR/ KEPALA BPTJ 5 KEWAJIBAN STNK BERBADAN HUKUM DIATUR (TETAP)

6 PENGUJIAN BERKALA (KIR) EMBOSS DI PLAT

7 TEMPAT PENYIMPANAN KENDARAAN (POOL) MEMILIKI/ MENGUASAI TMPT PENYIMPANAN

8 BENGKEL DIATUR (TETAP)

9 PAJAK DIKENAKAN PAJAK UTK PERUSAHAAN APLIKASI

10 AKSES DIGITAL DASHBOARD DIATUR DIGITAL

(8)

7 1. JENIS ANGKUTAN SEWA

• Kendaraan Bermotor Umum yang memiliki Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) warna hitam hanya kendaraan angkutan sewa;

• Nomenklatur angkutan sewa khusus untuk mengakomodir pelayanan angkutan taksi online. 2. UKURAN CC KENDARAAN

• Angkutan Sewa Umum minimal 1.300 cc; • Angkutan Sewa Khusus minimal 1.000 cc. 3. BATAS TARIF ANGKUTAN SEWA KHUSUS

• Belum diatur di PM. 32/2016;

• Tarif angkutan tertera pada aplikasi berbasis teknologi informasi; • Penentuan tarif berdasarkan tarif batas atas/bawah;

• Penetapan tarif diserahkan sepenuhnya kepada Gubernur sesuai domisili perusahaan dan Kepala BPTJ untuk wilayah JABODETABEK.

MUATAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

NOMOR 26 TAHUN 2017

(9)

8

MUATAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

NOMOR 26 TAHUN 2017

4. KEBUTUHAN KENDARAAN ANGKUTAN SEWA KHUSUS

• Belum diatur di PM. 32/2016;

• Penetapan kebutuhan jumlah kendaraan dilakukan oleh : a. Gubernur sesuai domisili perusahaan; dan

b. Kepala BPTJ untuk wilayah JABODETABEK. 5. KEWAJIBAN STNK BERBADAN HUKUM

• Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan hukum sesuai UU No. 22/2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan PP No. 74/2014 Tentang Angkutan Jalan;

• Pertimbangan STNK atas nama badan hukum, antara lain :

1) Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 139 ayat (4) menyatakan bahwa “penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lainnya sesuai ketentuan perUU”;

(10)

9

MUATAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

NOMOR 26 TAHUN 2017

2) Surat Kementerian Koperasi dan UKM No. 15/Dep.1/I/2017 tanggal 16 Januari 2017 yang menyebutkan bahwa untuk kepentingan umum, maka dalam operasional dan hal-hal teknis terkait dengan peraturan lalu lintas dan angkutan jalan, dan keselamatan penumpang tetap harus menyesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang LLAJ;

3) Migrasi dari perusahaan angkutan umum perorangan menjadi badan hukum telah

mencapai 83% termasuk didalamnya angkutan perkotaan;

4) Adanya pemberian diskon 70% terhadap BBNKB untuk angkutan umum orang sesuai Permendagri No. 12/2016 pasal 8 ayat (2);

5) Mengefisienkan dan mengefektifkan pelaksanaan pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan terhadap penyelenggaraan angkutan umum.

(11)

10

MUATAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

NOMOR 26 TAHUN 2017

6. UJI KIR

• Tanda uji berkala kendaraan bermotor (KIR) pertama semula dilakukan dengan cara pengetokan, disesuaikan menjadi dengan pemberian plat yang di embose;

• Kendaraan bermotor yang paling lama 6 Bulan sejak dikeluarkannya STNK tidak perlu di uji KIR, dapat dengan melampirkan Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT).

7. FASILITAS PENYIMPANAN KENDARAAN (POOL)

• Persyaratan ijin penyelenggaraan angkutan umum semula harus memiliki pool disesuaikan menjadi memiliki/menguasai tempat penyimpanan kendaraan;

• Harus mampu menampung jumlah kendaraan yang dimiliki. 8. BENGKEL

• Dapat menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan (bengkel); atau • Kerjasama dengan pihak lain.

(12)

11

MUATAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

NOMOR 26 TAHUN 2017

9. PAJAK

• Belum diatur di PM. 32/2016;

• Substansi untuk kepentingan perpajakan pada penyelenggaraan angkutan umum taksi online dikenakan terhadap perusahaan aplikasi sesuai usul dari Ditjen Pajak.

10. AKSES DIGITAL DASHBOARD

• Wajib memberikan akses aplikasi dashboard kepada Dirjen Hubdat dan Pemberi ijin penyelenggaraan angkutan umum;

• Untuk kepentingan pengawasan operasional taksi online. 11. SANKSI

• Belum diatur di PM. 32/2016;

• Pemberian sanksi dikenakan baik ke perusahaan angkutan umum maupun perusahaan aplikasi; • Sanksi atas pelanggaraan perusahaan aplikasi diatur tersendiri sesuai dengan peraturan

(13)
(14)
(15)

14

Angkutan Orang dengan Kendaraan

Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek

Angkutan Orang dengan Menggunakan Taksi Angkutan orang Dengan Tujuan Tertentu Angkutan orang untuk keperluan Pariwisata Angkutan orang Di Kawasan tertentu 14

(16)

15

Taksi

Reguler

1.000 s/d

1.500 cc

Fasilitas

Standar

Eksekutif

>1.500 cc

Fasilitas

tambahan

15

ANGKUTAN TAKSI

(17)

16

EKSEKUTIF

WILAYAH OPERASI DALAM KAWASAN PERKOTAAN; TIDAK BERJADWAL;

PELAYANAN DARI PINTU KE PINTU, TUJUAN PERJALANAN DITENTUKAN OLEH PENGGUNA JASA;

TARIF BERDASARKAN ARGOMETER ATAU ALAT PERHITUNGAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI; TARIF BATAS ATAS DAN BATAS BAWAH;

ARGOMETER YANG DILENGKAPI DENGAN ALAT BUKTI PEMBAYARAN YANG TERCETAK

PEMESANAN DAPAT DILAKUKAN MELALUI APLIKASI BERBASIS TEKNOLOGI

REGULER

WILAYAH OPERASI DALAM KAWASAN PERKOTAAN; TIDAK BERJADWAL;

PELAYANAN DARI PINTU KE PINTU, TUJUAN PERJALANAN DITENTUKAN OLEH PENGGUNA JASA;

TARIF BERDASARKAN ARGOMETER ATAU ALAT PERHITUNGAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI; TARIF BATAS ATAS DAN BATAS BAWAH;

ARGOMETER YANG DILENGKAPI DENGAN ALAT BUKTI PEMBAYARAN YANG TERCETAK

PEMESANAN DAPAT DILAKUKAN MELALUI APLIKASI BERBASIS TEKNOLOGITEKNOLOGI

16

(18)

17

Angkutan Antar Jemput

Angkutan Permukiman

Angkutan Karyawan

Angkutan Carter

Angkutan Sewa

17

Angkutan antar kota dengan asal tujuan perjalanan tetap dengan lintasan tidak tetap dan sifat perjalanannya dari pintu ke pintu Angkutan yang melayani dari kawasan permukiman ke beberapa titik tujuan pusat kegiatan

Angkutan yang disediakan untuk mengangkut karyawam/pekerja dari dan ke lokasi kerja dapat menggunakan kendaraan milik sendiri atau disewa dari perusahaan angkutan

Angkutan yang digunakan untuk keperluan tertentu dengan cara borongan berdasarkan jangka waktu

Angkutan dari pintu ke pintu yang disediakan dengan cara menyewa kendaraan terdiri dari Sewa Umum dan Sewa Khusus

(19)

18

ANTAR JEMPUT

MEMILIKI WAKTU PELAYANAN YANG

DITETAPKAN OLEH PERUSAHAAN

ANGKUTAN;

PELAYANAN DARI PINTU KE PINTU DENGAN JARAK PALING JAUH 500 (LIMA RATUS) KILOMETER;

TIDAK SINGGAH DI TERMINAL;

TIDAK MENAIKKAN PENUMPANG DI PERJALANAN;

TIDAK MEMBERLAKUKAN TARIF

YANG LEBIH RENDAH DARI TARIF

PELAYANAN ANGKUTAN DALAM

TRAYEK PADA LINTASAN YANG

SAMA;

TARIF DIKENAKAN PER PENUMPANG PER PERJALANAN.

PERMUKIMAN

KHUSUS MENGANGKUT PENUMPANG DARI KAWASAN PERMUKIMAN KE PUSAT KEGIATAN;

MEMILIKI WAKTU PELAYANAN TETAP DAN TERATUR YANG DITENTUKAN OLEH PERUSAHAAN ANGKUTAN;

TIDAK SINGGAH DI TERMINAL; TIDAK MENAIKKAN PENUMPANG DALAM PERJALANAN;

TARIF DIKENAKAN PER PENUMPANG PER PERJALANAN.

KARYAWAN

PELAYANAN ANGKUTAN BERDASARKAN KESEPAKATAN ANTARA PENGGUNA JASA ANGKUTAN DENGAN PERUSAHAAN ANGKUTAN UMUM SESUAI DENGAN PERJANJIAN ATAU KONTRAK DALAM JANGKA WAKTU TERTENTU;

KENDARAAN HANYA DIPERGUNAKAN UNTUK MENGANGKUT KARYAWAN ATAU PEKERJA DARI PERUSAHAAN TERTENTU SESUAI DENGAN PERJANJIAN;

TARIF DIBAYAR OLEH PERUSAHAAN KARYAWAN YANG DIANGKUT SESUAI PERJANJIAN DENGAN PERUSAHAAN ANGKUTAN;

TIDAK SINGGAH DI TERMINAL;

TIDAK BOLEH MENGANGKUT PENUMPANG SELAIN KARYAWAN/PEKERJA DARI

PERUSAHAAN YANG MENYEWA

KENDARAAN ANGKUTAN KARYAWAN.

18

(20)

19

CARTER

WILAYAH OPERASI TIDAK DIBATASI OLEH WILAYAH ADMINISTRASI;

TIDAK TERJADWAL;

PEMBAYARAN TARIF BERDASARKAN WAKTU PENGGUNAAN KENDARAAN SESUAI DENGAN PERJANJIAN ANTARA PENGGUNA JASA DAN PERUSAHAAN ANGKUTAN;

CARTER DILAKUKAN BERDASARKAN JANGKA WAKTU TERTENTU;

TUJUAN PERJALANAN DITENTUKAN OLEH PENGGUNA JASA;

TIDAK SINGGAH DI TERMINAL.

KARYAWAN

PELAYANAN ANGKUTAN BERDASARKAN KESEPAKATAN ANTARA PENGGUNA JASA ANGKUTAN DENGAN PERUSAHAAN ANGKUTAN UMUM SESUAI DENGAN PERJANJIAN ATAU KONTRAK DALAM JANGKA WAKTU TERTENTU;

KENDARAAN HANYA DIPERGUNAKAN UNTUK MENGANGKUT KARYAWAN ATAU PEKERJA DARI PERUSAHAAN TERTENTU SESUAI DENGAN PERJANJIAN;

TARIF DIBAYAR OLEH PERUSAHAAN KARYAWAN YANG DIANGKUT SESUAI PERJANJIAN DENGAN PERUSAHAAN ANGKUTAN;

TIDAK SINGGAH DI TERMINAL;

TIDAK BOLEH MENGANGKUT PENUMPANG SELAIN KARYAWAN/PEKERJA DARI PERUSAHAAN YANG MENYEWA KENDARAAN ANGKUTAN KARYAWAN.

19

(21)

20

SEWA UMUM

WILAYAH OPERASI PELAYANAN TIDAK DIBATASI OLEH WILAYAH ADMINISTRATIF;

TIDAK TERJADWAL;

PEMBAYARAN TARIF SESUAI DENGAN PERJANJIAN ANTARA PENGGUNA JASA DAN PERUSAHAAN ANGKUTAN;

PENGGUNAAN KENDARAAN HARUS MELALUI PEMESANAN ATAU PERJANJIAN, TIDAK MENAIKKAN PENUMPANG SECARA LANGSUNG DI JALAN;

TUJUAN PERJALANAN DITENTUKAN OLEH PENYEWA KENDARAAN;

SEWA DILAKUKAN BERDASARKAN JANGKA WAKTU TERTENTU;

WAJIB MEMENUHI STANDAR PELAYANAN MINIMAL YANG DITETAPKAN.

SEWA KHUSUS

WILAYAH OPERASI BERADA DALAM KAWASAN PERKOTAAN;

TIDAK BERJADWAL;

PELAYANAN DARI PINTU KE PINTU, TUJUAN PERJALANAN DITENTUKAN OLEH PENGGUNA JASA; TARIF ANGKUTAN BERDASARKAN ALAT PERHITUNGAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI; BESARAN TARIF BERDASARKAN TARIF BATAS ATAS DAN BATAS BAWAH;

PEMESANAN LAYANAN HANYA MELALUI APLIKASI BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

WAJIB MEMENUHI STANDAR PELAYANAN MINIMAL YANG DITETAPKAN

(22)

21

 Pelayanan Angkutan Orang Untuk Keperluan Pariwisata merupakan

pelayanan angkutan yang disediakan untuk keperluan kegiatan wisata.

21

CIRI CIRI PELAYANAN ANGKUTAN PARIWISATA

 MENGANGKUT WISATAWAN;

 PELAYANAN ANGKUTAN DARI DAN KE DAERAH TUJUAN WISATA;

 TIDAK MASUK TERMINAL;

 BESARAN TARIF DITENTUKAN BERDASARKAN JARAK KE TUJUAN WISATA;

 TIDAK BOLEH DIGUNAKAN SELAIN KEPERLUAN WISATA;

 TIDAK TERJADWAL;

 MENGGUNAKAN KENDARAAN BERUPA MOBIL BUS UMUM ATAU MOBIL

PENUMPANG UMUM YANG DILENGKAPI DENGAN FASILITAS KEPERLUAN WISATA.

(23)

2222

CIRI KENDARAAN ANGKUTAN PARIWISATA

 MENGGUNAKAN KENDARAAN BERUPA MOBIL BUS UMUM ATAU MOBIL PENUMPANG UMUM

YANG DILENGKAPI DENGAN FASILITAS KEPERLUAN WISATA;

 KENDARAAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PELAYANAN ANGKUTAN PARIWISATA

MENGGUNAKAN WARNA DASAR UNGU;

 MENCANTUMKAN NAMA PERUSAHAAN DAN/ATAU NAMA MEREK DAGANG SERTA NOMOR

URUT KENDARAAN YANG DICANTUMKAN PADA SISI KIRI, KANAN, DAN BELAKANG KENDARAAN SERTA NOMOR KENDARAAN DAN NOMOR UJI KENDARAAN YANG DICANTUMKAN PADA BAGIAN BELAKANG KENDARAAN;

 DILENGKAPI DOKUMEN PERJALANAN YANG SAH, BERUPA SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN

ATAS NAMA BADAN HUKUM, KARTU UJI, DAN KARTU PENGAWASAN;

 DILENGKAPI TANDA YANG BERTULISKAN "PARIWISATA" YANG DITEMPATKAN PADA KACA

DEPAN DAN KACA BELAKANG MOBIL BUS.

(24)

23

DEFINISI

 Angkutan Orang Di Kawasan Tertentu merupakan pelayanan

Angkutan yang disediakan untuk melayani kawasan tertentu

yang berada di jaringan jalan lokal dan jalan lingkungan.

 Angkutan orang di kawasan tertentu dilaksanakan dengan

menggunakan mobil penumpang umum dengan wilayah

operasi terbatas pada kawasan permukiman atau kawasan

tertentu lainnya seperti kawasan pendidikan, kawasan

industri, kawasan perdagangan, dan kawasan wisata.

23

(25)

24

CIRI-CIRI PELAYANAN

• PELAYANAN ANGKUTAN TERBATAS DALAM KAWASAN PERMUKIMAN ATAU

KAWASAN TERTENTU;

• TIDAK TERJADWAL.

CIRI KENDARAAN ANGKUTAN PARIWISATA

• KENDARAAN YANG DIPERGUNAKAN UNTUK PELAYANAN ANGKUTAN DI KAWASAN TERTENTU MELIPUTI: • MOBIL PENUMPANG UMUM BERODA EMPAT; DAN/ATAU

• MOBIL PENUMPANG UMUM BERODA TIGA, DENGAN KAPASITAS TEMPAT DUDUK TIDAK LEBIH DARI 4

(EMPAT) ORANG;

• DILENGKAPI DOKUMEN PERJALANAN YANG SAH, BERUPA SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN ATAS NAMA

BADAN HUKUM, KARTU UJI, DAN KARTU PENGAWASAN;

• SETIAP MOBIL BERPENUMPANG RODA 3 (TIGA) ATAU 4 (EMPAT) WAJIB MENCANTUMKAN NAMA KAWASAN

YANG DILEKATKAN DI SEBELAH KIRI DAN KANAN BADAN KENDARAAN.

(26)

3

OPERASIONAL TERMINAL

TIPE A

(27)

26

3 S

SAFETY

SECURE

SERVICE

1. Kendaraan (Laik Jalan) 2. Pengemudi (Istirahat Cukup)

1. Tidak ada percaloan 2. Tidak ada pedagang

liar/ pengamen 3. Tidak ada preman

1. Ruang tunggu yang nyaman dan sejuk 2. Petugas yang

ramah dan informatif

(28)

27 •Pengoperasian dilaksanakan oleh Menteri •Diselenggarakan oleh Pemerintah

Tipe

A

•Pengoperasian dilaksanakan oleh Gubernur •Diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi

Tipe

B

Pengoperasian dilaksanakan oleh Bupati/Walikota

Tipe

C

Untuk terminal tipe B dan C di DKI Jakarta,

pengoperasian oleh

Gubernur DKI Jakarta

Untuk pengoperasian terminal tipe A di DKI Jakarta,

diselenggarakan berdasarkan

asas dekonsentrasi kepada

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Dekonsetrasi hanya mencakup mengenai personel petugas terminal

(29)

28

PERENCANAAN

• Penataan fasilitas utama dan penunjang;

• Pengaturan lalu lintas di lingkungan kerja dan daerah pengawasan terminal

• Pengaturan kedatangan dan keberangkatan kendaraan bermotor • pengaturan petugas di terminal • Pengaturan parkir kendaraan • Penyajian daftar rute perjalanan dan

tarif angkutan

• Penataan pelataran terminal menurut rute dan jurusan

• Penyusunan jadwal perjalanan berdasarkan kartu pengawasan

PELAKSANAAN

• Melaksanakan kegiatan perencanaan • Pendataan kinerja

terminalPemungutan jasa pelayanan terminal penumpang

• Pemberitahuan waktu keberangkatan kendaraan umum kepada penumpang dan informasi lainnya

• Pengaturan arus lalu lintas di daerah lingkungan kerja terminal dan daerah pengawasan terminal

PENGAWASAN OPERASIONAL TERMINAL

• Pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi kendaraan, kesesuaian jam perjalanan dan asal tujuan perjalanan

• Pemeriksaan fisik kendaraan bermotor umum

• Pemeriksaan awak kendaraan bermotor umum

• Pengawasan ketertiban terminal

Setiap mobil bus WAJIBmelakukan pemberangkatan penumpang dari terminal sesuai dengan Kartu Pengawasan

(30)

29

•Penyediaan dan pengelolaan fasilitas utama dan penunjang dapat

dikerjasamakan dengan pihak ketiga

•Tata cara pemungutan, besarnya pungutan, serta penggunaan hasil pungutan

terminal diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

•Kerjasama dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

PENYEDIAAN

• Pemanfaatan fasilitas terminal penumpang dapat dipungut jasa

pelayanan

PEMANFAATAN

• Pemerintah. Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota wajib melakukan pemeliharaan terhadap terminal penumpang sesuai kewenangan

• Pemeliharaan meliputi kegiatan pemeliharaan terhadap fasilitas utama,

penunjang serat daerah pengawasan terminal

PEMELIHARAAN

Penyediaan, Pemanfaatan dan Pemeliharaan

Fasilitas Terminal

(31)

30

• PEMASANGAN 4 TITIK CCTV DI TIAP

TERMINAL

*)Rencana pilot project 2017 di 20

Terminal

CCTV

• PEMASANGAN FASILITAS READER

SMARTCARD ANGKUTAN AKAP DI

SELURUH TERMINAL

SMARTCARD

(32)

31

(33)
(34)
(35)

34

SEMANGAT PERUBAHAN

PEMERIKSAAN KELENGKAPAN DOKUMEN PERJALANAN

(36)

35

• Sesudah

SEMANGAT PERUBAHAN

APEL KEGIATAN

(37)

36

• Sesudah

SEMANGAT PERUBAHAN TERMINAL TIPE A

PEMERIKSAAN KENDARAAN

(38)

37

• Sesudah

SEMANGAT PERUBAHAN

PEMBERSIHAN LINGKUNGAN TERMINAL

KERJA BAKTI

PEMBERSIHAN RUTIN

(39)

3838

TAGLINE PERUBAHAN TERMINAL TIPE A

(40)
(41)

4

(42)

41

Maksud dan Tujuan:

1. Mengurangi beban jalan (kemacetan, kendaraan dengan kelebihan muatan serta); 2. Mempersingkat waktu tempuh angkutan logistik;

3. Mengurangi angka kecelakaan akibat muatan yang overload dan kelelahan; 4. Meminimalisasi biaya perawatan jalan;

5. Biaya pengiriman lebih murah (tergantung kapasitas kapal yang digunakan); 6. Mensterilisasi jalur pariwisata dari kendaraan logistic.

(43)

42

Tarif

Surabaya - Lombok

Waktu tempuh

± 21 Jam

Kendaraan Truk yang menggunakan jalur darat menempuh jarak sekitar 526 KM (sudah

termasuk melalui penyeberangan Ketapang-Gilimanuk dan Padangbai-Lembar),

berdasarkan survey lama perjalanan truk dari Surabaya ke Lembar (Mataram) sekitar 48 jam;

311 mil / 575 km 284 mil /526 km Ekonomi Dewasa = Rp. 70.000 Ekonomi Anak = Rp. 45.000 Golongan I = Rp. 115.000 Golongan II = Rp. 195.000 Golongan III = Rp. 390.000 Golongan IV A = Rp. 1.375.000 Golongan IV B = Rp. 1.250.000 Golongan V A = Rp. 2.625.000 Golongan V B = Rp. 2.190.000 Golongan VI A = Rp. 4.450.000 Golongan VI B = Rp. 3.625.000 Golongan VII = Rp. 4.570.000 Golongan VIII = Rp. 6.825.000 Golongan IX = Rp. 10.230.000

LDF (LONG DISTANCE FERRY)

Frekuensi Trip :

134 trip/tahun

(44)

43

Frekuensi Trip :

192 trip/tahun

4 trip /minggu

234 mil /433 km 248 mil /460 km Kendaraan Golongan I = Rp. 70.000 Golongan II = Rp. 115.000 Golongan III = Rp. 235.000 Golongan IV A = Rp. 815.000 Golongan IV B = Rp. 740.000 Golongan V A = Rp. 1.565.000 Golongan V B = Rp. 1.295.000 Golongan VI A = Rp. 2.655.000 Golongan VI B = Rp. 2.140.000 Golongan VII = Rp. 2.695.000 Golongan VIII = Rp. 4.025.000 Golongan IX = Rp. 6.025.000

Tarif

Penumpang Ekonomi Dewasa = Rp. 40.000 Ekonomi Anak = Rp. 25.000

Jakarta - Semarang

Waktu tempuh

± 16 Jam

(45)

44

Frekuensi Trip :

134 trip/tahun

3 trip /minggu

434 mil / 804 km 413 mil /766 km

Tarif

Jakarta - Surabaya

Waktu tempuh

± 29 Jam

Golongan I = Rp. 123.000 Golongan II = Rp. 213.000 Golongan III = Rp. 428.000 Golongan IV A = Rp. 1.495.000 Golongan IV B = Rp. 1.361.000 Golongan V A = Rp. 2.861.000 Golongan V B = Rp. 2.387.000 Golongan VI A = Rp. 4.845.000 Golongan VI B = Rp. 3.953.000 Golongan VII = Rp. 4.984.000 Golongan VIII = Rp. 7.446.000 Golongan IX = Rp. 11.156.000 Ekonomi Dewasa = Rp. 75.500 Ekonomi Anak = Rp. 50.500

(46)

4

RENCANA REVISI UNDANG-UNDANG NOMOR

22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN

ANGKUTAN JALAN

(47)

46

kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang

di Jalan

kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan

fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi

Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, pendidikan berlalu

lintas, Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta

penegakan hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

RUANG LINGKUP KEBERLAKUAN UNDANG-UNDANG

(Pasal 4 UU Nomor 22 Tahun 2009)

(48)

47

PERKEMBANGAN

• Pemerintah mendorong penggunaan teknologi, Informasi & komunikasi dalam rangka mendukung pelayanan angkutan umum.

• Penggunaan teknologi, Informasi dan Komunikasi dalam rangka mendukung pelayanan angkutan umum harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. • Sebagai usaha yang bergerak di bidang

aplikasi harus tunduk kepada Undang-undang di bidang Informasi & Transaksi Elektronik serta peraturan pelaksanaannya.

• Sebagai usaha pengangkutan harus tunduk kepada UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan, serta peraturan pelaksanaannya

LATAR BELAKANG

• Bukan kategori angkutan orang dengan kendaraan umum sebagaimana diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2009; • Tidak memiliki izin penyelenggaraan angkutan umum

ANGKUTAN

SEPEDA

MOTOR

(49)

48

LATAR BELAKANG

ANGKUTAN

SEPEDA MOTOR

• Kebutuhan masyarakat • Belum ada pengaturan secara khusus di Undang-Undang sehingga menimbulkan konflik horizontal • Angkutan umum belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat

• Perlu adanya revisi terbatas pada UU

No. 22/2009 terkait pengaturan

angkutan sepeda motor dengan

pembatasan:

a. Wilayah operasi

b. Waktu operasi

c. Lamanya masa transisi dari

penggunaan ojek menjadi angkutan

umum

(50)

49

REGULASI VS FENOMENA

UNDANG-UNDANG NOMOR 22/2009

• Taksi

• Angkutan

Orang

dengan

Tujuan Tertentu

• Pariwisata

• Angkutan Orang di Kawasan

Tertentu

FENOMENA

• UBER

• GO-JEK

• GO-BOX

• GRAB BIKE

• GRAB TAXI

• BLU-JEK

(51)

Website

:

www.hubdat.go.id

e-mail

:

hubdat@hubdat.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Visualisasi dalam bentuk animasi ini diharapkan dapat membantu pengguna dalam pembelajaran dan membuat pengguna lebih tertarik pada materi yang disampaikan, yaitu algoritma Merge

sosiologi, siswa, dan guru teman sejawat variasi gaya mengajar guru dalam meningkatkan minat belajar siswa sudah cukup baik, hal ini terbukti dari hasil tiga kali

M engumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang / Jasa untuk pelaksanaan kegiatan tahun 2013 seperti tersebut di baw ah ini. Bulik Konst ruksi/ Pembelian* ) Bangunan

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesulitan belajar dan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas IX SMP Negeri 1 Sungai Kakap pada materi

FAKULTAS MIPA – JURUSAN

System operasi open source berdeda dengan system operasi close source, system operasi open source hidupnya bergantung pada pengembang karena system operasi ini

Upaya untuk mengatasi permasalahan ketika kepala sekolah harus menghadiri rapat kedinasan sehingga waktu pelaksanaan supervisi harus ditunda maka diadakan kerjasama dengan guru

Sebanyak 1.318 pemilih di kelurahan Purbayan tidak menggunakan hak pilih mereka dalam pemungutan suara pemilihan presiden putaran kedua yang diadakan kemarin.. Banyak