• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI BAGI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI BAGI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PELAYANAN KELUARGA BERENCANA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 1, No. 3Bulan November 2020, ISSN: 2722-2438

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PEMENUHAN

KEBUTUHAN ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI BAGI

PASANGAN USIA SUBUR DALAM PELAYANAN

KELUARGA BERENCANA

Risi Riska Dewi 1

Program Pascasarjana STIA YPPT Priatim Tasikmalaya e-mail: risiriska82@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan menganalisis dampak kebijakan mengenai Pemenuhan Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi Bagi Pasangan Usia Subur dalam Pelayanan Keluarga Berencana oleh Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pemenuhan Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi Bagi Pasangan Usia Subur Dalam Pelayanan Keluarga Berencana. Metode penelitian digunakan kualitatif, dengan pengumpulan data melalui observasi, analisis tekstual atau visual (buku atau video) dan wawancara (individu atau kelompok). Teknik analisis data dilakukan melalui reduksi data, display data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa selain adanya dukungan dalam mencapai keberhasilan tujuan kebijakan, terdapat pula beberapa hambatan diantaranya kebijakan dibuat belum memberikan dampak luas terhadap pasangan usia subur di Kabupaten Tasikmalaya dikarenakan kurangnya partisipasi, disamping masih kurangnya sumberdaya, baik tenaga penyuluh maupun sarana dan prasarana dalam mengimplementasikan isi kebiijakannya. Hambatan lainnya ada pada karakteristik dari para pelaksana program yang belum efektif melaksanakan tugasnya, ditambah dengan kurangnya tingkat kepatuhan dari pasangan usia subur serta daya tanggapnya terhadap program-program yang digulirkan terkait dengan alat dan obat kontrasepsi bagi pasangan usia subur.

Kata kunci:

Implementasi kebijakan dan alat dan obat kontrasepsi

ABSTRACT Key word:

Implementation of contraceptive policies and tools and drugs.

The research aims to analyze the impact of policies regarding the fulfillment of contraceptive equipment and drug needs for fertile aged couples in family planning services by the Tasikmalaya District Health and Population Control Office, as stated in the National Population and Family Planning Agency Regulation of the Republic of Indonesia Number 9 of 2019 concerning Fulfilling the Needs for Equipment and Contraceptive Medicines for Fertile Couples in Family Planning Services. The research method used is qualitative, by collecting data through observation, textual or visual

(2)

229

Data analysis techniques are carried out through data reduction, data display, drawing conclusions and verification. Based on the results of the study, it shows that in addition to support in achieving the success of policy objectives, there are also several obstacles including the policy made not having a wide impact on fertile-aged couples in Tasikmalaya Regency due to lack of participation, in addition to lack of resources, both extension workers and facilities and infrastructure in implementing it. fill the policy. Another obstacle lies in the characteristics of program implementers who have not been effective in carrying out their duties, coupled with the lack of compliance of reproductive age couples and their responsiveness to programs rolled out related to contraceptive devices and drugs for couples of reproductive age.

PENDAHULUAN

Penduduk merupakan sumber daya yang paling penting dan berharga bagi semua negara, karena dengan kemampuannya mereka dapat mengelola sumber daya alam dan lingkungan, mengatur hubungan sosial antar mereka agar dapat mencari nafkah, dan menunjang kebutuhan diri dan keluarganya, oleh semua. sarana agar bisa menjalankan kehidupan normal. Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, yang secara kuantitatif penduduknya merupakan tenaga kerja potensial yang berguna untuk menghasilkan barang, melaksanakan berbagai kegiatan sesuai dengan kemampuannya dalam memenuhi pembangunan bangsa.

Perkembangan penduduk yang tidak terkendali di suatu negara akan menjadi masalah besar, meskipun tentunya dengan jumlah sumber daya manusia yang banyak akan banyak pilihan mengenai kemampuannya. Salah satu aspek penting dalam mengontrol jumlah penduduk, karena sumber daya alam yang terbatas, dan kemampuan suatu negara untuk menjamin kehidupan yang lebih layak akan lebih sulit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang sedikit akan menjadi masalah jika jumlahnya banyak. pembangunan sektor-sektor yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah yang melibatkan banyak sumber daya manusia dalam pelaksanaannya.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar dan terus meningkat setiap tahun. Pada 2019, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai sekitar 267 juta. Populasi yang besar dapat menimbulkan berbagai masalah, termasuk pertumbuhan ekonomi yang stagnan, meningkatnya pengangguran, dan meningkatnya kejahatan. Pemerintah terus berupaya mengatasi atau mengendalikan laju penduduk. Salah satu upaya pemerintah untuk menekan pertumbuhan penduduk Indonesia adalah Program Keluarga Berencana (KB). Berbagai regulasi telah dikeluarkan Pemerintah dalam upaya pengendalian penduduk di Indonesia.

Pemerintah melalui BKKBN telah melakukan berbagai upaya dalam bentuk program pengendalian penduduk di Indonesia, salah satunya melalui pemenuhan alat kontrasepsi dan obat-obatan yang diperuntukkan bagi pasangan usia subur sebagai bagian dari Program Keluarga Berencana. Kegiatan sosialisasi dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Keluarga Berencana digunakan untuk keperluan keluarga kecil dan bahagia, sehingga setiap keluarga dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan hidup normal seperti yang diharapkan oleh setiap keluarga.

(3)

Jawa Barat memiliki jumlah penduduk yang cukup besar, pada tahun 2020 terdapat kurang lebih 49,94 juta jiwa, dimana diproyeksikan 25,1 juta jiwa berjenis kelamin laki-laki, dan 24,5 juta jiwa berjenis kelamin perempuan dengan asumsi Angka Kesuburan 2.07 jiwa. Dari jumlah tersebut diproyeksikan penduduk yang produktif akan mencapai 69,2%, sehingga Angka Beban Tanggungan Jawa Barat diproyeksikan sebesar 44,6 artinya Jawa Barat dalam kondisi bonus demografi, dengan angka 44,6 berarti bahwa setiap 100 orang produktif harus menanggung 45 orang penduduk tidak produktif.

Berbagai upaya telah dilakukan melalui BKKBN sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengendalian kependudukan, salah satunya telah menerbitkan peraturan terkait Pemenuhan Kebutuhan Alat Kontrasepsi dan Obat-obatan bagi pasangan usia subur sebagai upaya pengabdian kepada masyarakat sebagai bagian. Program Keluarga Berencana (KB). Implementasi kebijakan ini belum efektif, khususnya di Kabupaten Tasikmalaya. Sebagai catatan capaian hasil kinerja Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, dengan indikator pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 5,43%, pertumbuhan per kapita 5,26%, persentase penduduk miskin 9,12%, dan pembangunan manusia. indeks 65,54%.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa angka kelahiran di Kabupaten Tasikmalaya masih tinggi yaitu mencapai 30.000 per tahun, sehingga menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh pengambil kebijakan dalam program pengendalian penduduk di Kabupaten Tasikmalaya. Beberapa faktor penyebab tingginya angka kelahiran adalah terkait kurangnya pasangan Usia Subur untuk mengikuti program KB, dengan jumlah penduduk yang belum tercatat mencapai 40.000 pasangan usia subur. Implementasi kebijakan terkait pemenuhan alat kontrasepsi dan obat-obatan yang dikeluarkan BKKBN menunjukkan belum berjalan sesuai harapan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kebijakan publik secara umum dapat didefinisikan sebagai sistem hukum, tindakan regulasi, rencana aksi dan prioritas pendanaan yang berkaitan dengan subjek tertentu yang diumumkan oleh badan pemerintah atau perwakilannya. Individu dan kelompok sering mencoba untuk membentuk kebijakan publik melalui pendidikan, advokasi atau mobilisasi kelompok kepentingan. Kebijakan publik yang umumnya dibuat oleh Pemerintah untuk menyelesaikan berbagai persoalan atau masalah-masalah yang dihadapi dan harus diselesaikan dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Kebijakan publik yang dibuat oleh Pemerintah memiliki sifat mengikat dan memaksa, sehingga semua komponen yang ada harus atuh dan taat sesuai dengan isi kebijakan. Berkaitan dengan komponen dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, banyak tugas yang diidentifikasi dalam prosedural yang ditugaskan ke berbagai bidang dalam organisasi yang kompleks dalam badan Pemerintah sebagai pelaksana kebijakan. Beberapa diantaranya mulai dari perencanaan, menganalisis kebutuhan anggaran, kebutuhan staf pelaksana, pengawas dan mengevaluasi terhadap pencapaian tujuan kebijakan.

Kebijakan publik sendiri berawal dari kata kebijakan dan publik, dimana istilah kebijakan merupakan langkah yang memiliki pola-pola tertentu yang mengarah kepada suatu tujuan yang telah ditentukan, sebagaimana dikemukakan (Wahab, 2008, hal. 3) menyatakan : “Policy itu yakni suatu langkah dengan pola yang menuju pada maksud tertentu, bukan sekedar untuk membuat sesuatu”.

(4)

231

Kebijakan publik merupakan otoritas yang dimiliki oleh Pemerintah yang dibuat bersama legislatif yang umumnya dibuat dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Kebijakan yang dibuat dalam peraturan perundang-undangan atau dalam bentuk program tersebut, menjelaskan secara umum maksud dan tujuan dibuatnya suatu kebijakan, sasaran kebijakan serta para pelaksana atau implementor dari kebijakan tersebut untuk memperjelas dalam pencapaian tujuannya.

Keberhasilan suatu kebijakan publik diperlukan adanya dukungan masyarakat, karena suatu kebijakan publik yang dibuat oleh Pemerintah tidak akan berhasil dan mencapai tujuannya tanpa adanya dukungan dari publik atau masyarakat sendiri. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi melalui para implementor agar pesan dari isi kebijakan dapat sampai kepada sasaran atau targetnya. Keberhasilan pelaksanaan kebijakan akan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ketersediaan pelaksana kebijakan, dukungan sumberdaya yang dimilikinya.

Definisi selanjutnya terkait dengan istilah kebijakan publik dikemukakan Dye (Anggara, 2014, hal. 35) mengemukakan: “Public Policy is whatever the government choose to do or not to

do” (kebijakan publik adalah apa pun pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau

tidak melakukan sesuatu). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dijelaskan kebijakan publik yang berkaitan dengan pemerintahan, apapun yang dilakukan atau tidak dilakukan dapat diaanggap sebagai sebuah kebijakan”.

Setiap kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah harus dapat diimplementasikan untuk mencapai tujuannya. Dapat dikatakan bahwa implementasi suatu kebijakan sebagai pelaksanaan dengan pola-pola yang dibuat sedemikian rupa dalam upaya mencapai tujuan. Implementasi kebijakan merupakan proses yang sangat penting dari serangkaian kebijakan. Kebijakan yang tidak diterapkan atau diimplementasikan tidak diperlukan karena menghabiskan banyak energi untuk mengambil keputusan dan hasil keputusan tidak diterapkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Implementasi kebijakan menurut Metter dan Horn (Agustino, 2008, hal. 195) dengan mengemukakan: “Implementasi kebijakan adalah tindakan yang dilakukan oleh individu/penjabat, pemerintah atau swasta untuk mencapai tujuan yang dituangkan dalam keputusan kebijakan”. Selanjutnya terdapat model implementasi kebijakan sebagaimana dikemukakan Grindle (Kusnandar, 2012, hal. 111) bahwa dalam implementasi kebijakan dipengaruhi oleh dua variabel besar yaitu isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (conteks of policy).

Implementasi kebijakan membutuhkan sarana dan prasarana, biaya, dukungan dari pengambil keputusan dan partisipasi masyarakat dalam kebijakan oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah dirancang untuk bertindak sebagai solusi atas berbagai masalah publik, mencari solusi, serta mengeksplorasi ruang dan peluang untuk solusi yang efektif. Implementasi kebijakan memegang peranan penting dalam pelaksanaan program organisasi. Dalam program ini, para aktor politik mendistribusikan semua konten politik secara cermat dan efisien, dan pelaksana mendistribusikan konten politik sesuai dengan

(5)

kemampuan dan keinginannya untuk menjalin kerja sama dan hubungan yang saling menguntungkan.

METODE

Metode dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif mengandalkan data yang diperoleh peneliti dari observasi langsung, yaitu dengan melakukan pengamatan dengan merekam apa yang dilihat, didengar, atau ditemui dalam catatan lapangan secara terperinci, kedua melakukan wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan secara pribadi kepada orang-orang atau narasumber terpilih, serta dengan melakukan diskusi kelompok, dengan mengajukan pertanyaan dan menghasilkan suatu gambaran tentang tema yang menjadi kajian penelitian.

Teknik analisis data dilakukan melalui reduksi data, yaitu proses yang mengurangi volume data asli dan merepresentasikannya dalam volume yang jauh lebih kecil. Teknik reduksi data memastikan integritas data sekaligus mengurangi data. Tahap kedua yaitu display data, yaitu suatu cara penyajian data yang dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, piktogram sehingga mudah untuk dipahami dan dihubungkan. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yaitu menarik kesimpulan dan memverifikasi data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil peneliian ini menunjukan dalam prakteknya pelaksanaan kebijakan belum sepenuhnya mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana diharapkan oleh perumus kebijakan dan pembuat kebijakan. Dalam proses pelaksanaan kebijakan akan menghadapi berbagai hambatan, tantangan sekaligus dukungan dalam mencapai keberhasilannya. Dari data yang diperoleh menujukan pelakanaan kebijakan belum mencapai yang diharapkan dilihat dari tingkat kelahiran yang masih tinggi di Kabupaten Tasikmalaya, sehingga diperlukan upaya-upaya yang lebih baik sebagai upaya pencapaian tujuan kebijakan.

Berdasarkan data di lapangan menunjukan bahwa dari periode Januari sampai dengan Oktober 2020, terdapat data-data pasangan usia subur dan peseta KB Aktif di Kabupaten Tasikmalaya, yang disajikan dalam tabel berikut:

(6)

233

Berdasarkan data di atas menunjukan kelompok usia subur yang masuk dalam kategori Unmet Need masih cukup besar, hal tersebut menunjukan peran program KB belum berjalan denagn baik dalam mencapai tujuannya salah satunya dalam memberikan edukasi pentingnya masuk dalam program KB. Dipertegas kembali dari data yang diperoleh peserta KB aktif di Kabupaten Tasikmalaya periode bulan Januari sampai dengan bulan Oktober 2020 dapat dilihat berdasarkan tabel di bawah ini :

Tabel 2. Peserta KB Aktif Periode Bulan Januari – Oktober 2020

Berkaitan dengan implementasi kebijakan, masih ditemui beberapa hambatan dalam mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan kebijakan. Dilihat dari aspek isi kebijakan, target sasaran telah secara jelas tertuang dalam peraturan tersebut, yaitu pada Pasangan Usia Subur atau PUS, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun dan masih mengalami haid, atau juga pasangan suami istri, yang usia istrinya kurang dari 15 tahun tetapi sudah haid. Adanya kebijakan terkait kajian ini sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan akan obat dan alat kontrasepsi khususnya bagi PUS. Setiap pasangan dapat menentukan obat maupun alat kontrasepsinya sebagai upaya mengendalikan tingkat kelahiran atau membatasi untuk memiliki anak dalam keluarganya. Namun demikian belum sepenuhnya PUS di Kabupaten Tasikmalaya memiliki pengetahuan secara lengkap tentang pentingnya penggunaan obat dan alat kontrasepsi, sehingga tingkat kelahiran masih cukup tinggi di Kabupaten Tasikmalaya. Dari sisi perubahan yang diharapkan dari adanya kebijakan, menunjukan belum secara utuh dan sempurna, hal tersebut dikarenakan tingkat respon atau daya tanggap yang dimiliki PUS terhadap penggunaan obat dan alat kontrasepsi masih kurang. Sementara dilihat dari sisi ketepatan program, dengan adanya pelayanan program kependudukan, penggunaan obat dan alat kontrasepsi untuk PUS sudah sangat tepat, agar program kependudukan dapat lebih terkendali, serta sebagai upaya menjamin rumah tangga kecil yang bahagia bagi setiap PUS yang ada di Kabupaten Tasikmalaya.

Pelaksanaan kebijakan merupakan tugas dan tanggungjawab BKKBN serta dikoordinasikan dengan instansi terkait di daerah, dalam hal ini yaitu Dinas Kesehatan

(7)

dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya, dimana didalamnya terdapat unit kerja khusus bertugas dalam program-program yang sinergi dengan BKKBN, namun demikian dari ketersediaan sumberdaya manusia atau pelaksana kebijakan masih kurang dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Tasikmalaya, di samping masih terbatasnya sarana dan prasarana pendukung dalam melaksanakan kebijakan.

Pengukuran keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan selanjutnya dilihat dari lingkungan implementasi kebijakan. Lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi terhadap keberhasilan program, yaitu dimulai dari lingkungan terkecil keluarga. Keluarga dapat memberikan dorongan dan pengetahuan tentang pentingnya penggunaan obat ataupun alat kontrasepsi bagi PUS yang ada dalam lingkungan keluarga, hal tersebut juga perlu didorong oleh edukasi dari pihak terkait, yaitu BKKBN dan Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya.

BKKBN dan Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya sebagai pelaksana program, telah bersama-sama bersinergi untuk mencapai tujuan dan sasaran program, namun demikian tingkat kepatuhan dari PUS dan kurangnya respon terhadap program-program yang digulirkan menjadi hambatan dalam mencapai maksud dan tujuan kebijakan. Masih diperlukan sosilasasi dan beberapa pendekatan terhadap PUS agar respon terhadap program Pemerintah yang memiliki tujuan baik dalam membangun sebuah keluarga kecil, sehat dan bahagia. Sebagai upaya atau strategi dalam mencapai keberhasilannya, diperlukan komunikasi dan koordinasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan, dikarenakan akan lebih memudahkan penyampaian program kepada target sasaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan tentang Pemenuhan Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi Bagi Pasangan Usia Subur dalam Pelayanan Keluarga Berencana oleh Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya belum sepenuhnya berjalan secara efektif, hal tersebut dikarenakan adanya beberapa hambatan selain adanya dukungan dalam mencapai keberhasilan kebijakan. Adapun hambatan-hambatan tersebut diantaranya belum tercapainya target dikarenakan kurangnya komunikasi dan koordinasi diantara pelaksana kebijakan, serta kurangnya tingkat kepatuhan dari target sasaran kebijakan ditambah dengan tingkat responsibiliats yang masih kurang terhadap program kebijakan

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, L. (2008). Dasar- dasar Kebijakan Publik. Alfabeta. Anggara, S. (2014). Kebjakan Publik. Pustaka Setia.

Kusnandar, I. (2012). Analisis Kebijakan Publik. Multazam.

Wahab, A. S. (2008). Analisis Kebijaksanaan, Dari Formulasi Ke. Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 1. Pasangan Usia Subur (PUS) dan Unmet Need Bulan Januari – Oktober 2020
Tabel 2. Peserta KB Aktif Periode Bulan Januari – Oktober 2020

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Citra Perusahaan Terhadap Kepuasan Pelanggan ”, maka terdapat beberapa variabel

A. Ijazah untuk MI, MTs, dan MA hanya diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi. Ijazah dan hasil ujian/daftar nilai ujian dicetak bolak-balik, Ijazah di halaman depan

Tulis Identitas Peserta (Nama, Sekolah, Kab/Kota, Propinsi) pada setiap halaman lembar jawaban Pilihan Ganda dan Isian/Essay. Tulis mata pelajaran yang diujikan dan Tingkat

B. Kebutuhan Pengadaan Barang / Jasa Satker Rumkit Bhayangkara Denpasar DIPA Tahun Anggaran 2014 sesuai dengan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2014. Kebutuhan Pengadaan

Menurut Pretty dan Guijt dalam Mikkelson (2001) menjelaskan implikasi praktis dari pendekatan ini: “Pendekatan pembangunan partisipasi harus dimulai dengan orang-orang yang

Kerjasama ini berupa pelatihan keterampilan pengelolaan sampah, pembuatan pupuk organik dan pemasarannya dapat meningkatkan keterampilan kelompok pemuda pengangguran

From table 1, it can be observed if the P2KM Program in Bandar Lampung City becomes a program that already has good implementation capacity, while the Home Care

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Numbered Heads Together efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD 3 Panjunan