• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI

FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU

MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER

Andi Setiono dan Bambang Widiyatmoko

Group THz-Photonics, Bidang Instrumentasi Fisis dan Optoelektronika Pusat Penelitian Fisika – LIPI

Komplek PUSPIPTEK, Setu, Tangerang Selatan INTISARI

Fiber brag grating (FBG) merupakan sensor optik yang bekerja berdasarkan efek resonan dari suatu kisi kisi indek bias,

dimana panjang gelombang resonannya ditentukan oleh jarak kisi-kisinya. Dari prinsip tersebut maka bila jarak kisi-kisi berubah karena adanya perubahan suhu maka puncak panjang gelombang resonannya juga akan berubah. Perubahan puncak resonan diukur untuk mengetahui suhu yang mengenainya. Dalam skala laboratorium, karakterisasi FBG terhadap perubahan suhu dilakukan dengan menggunakan Amplified Spontaneous Emission (ASE) sebagai sumber cahaya dan Optical Spectrum Analyzer (OSA) sebagai alat untuk mendapatkan hasilnya. Namun teknik ini memerlukan peralatan mahal dan besar ukurannya sehingga tidak praktis dalam penggunaannya. Dalam penelitian ini diusulkan teknik sapuan (sweep) panjang gelombang laser untuk meng-karakterissasi FBG terhadap perubahan suhu yang mengenainya. Sumber cahaya dipakai Distributed Feedback (DFB) Laser dimana sapuan panjang gelombang dilakukan dengan merubah suhu operasi laser. Cahaya laser diteruskan ke FBG yang suhunya divariasi dan dikontrol menggunakan temperature control dengan ketelitian 0,1 oC. Selanjutnya daya laser yang diteruskan oleh FBG ditangkap photodetektor untuk menghasilkan tegangan yang sesuai dengan daya laser yang diterima. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan linier yang baik antara suhu dengan panjang gelombang resonan dari FBG. Dengan demikian FBG dapat diaplikasikan secara potensial dalam sensor suhu.

Kata kunci : Fiber Brag Grating, Laser diode, Sensor suhu, Resonant wavelength

 

I. PENDAHULUAN

Bragg grating merupakan suatu jenis kisi (Bragg) yang dapat difungsikan sebagai reflektor optik.

Jika kisi Bragg ini disusupkan pada suatu serat optik (singlemode), maka akan terbentuk Fiber Bragg

Grating (Kasyap, 2010). Fiber Bragg Grating ini merupakan suatu media transmisi yang difungsikan

sebagai filter optik atau pun reflektor optik. Dalam serat optik kisi Bragg tersusun seperti segmen-segmen yang terdistribusi dengan jarak yang sama. Dalam kondisi tertentu FBG akan memantulkan beberapa panjang gelombang optik tertentu dan meneruskan panjang gelombang optik tertentu juga (Ando, M et al., 2004; Keio Fujita et al., 2005).

Mekanisme kerja dari FBG ditunjukkan dalam Gambar 1. Panjang gelombang cahaya pantul atau disebut “brag wavelength” sangat tergantung oleh suhu dari elemen FBG nya. Oleh karena satu element dari FBG hanya memantulkan cahaya dalam spektrum yang sempit, maka elemen FBG dapat dikombinasikan dalam beberapa elemen membentuk beberapa sensor atau disebut multiplexing sensor sistem (Kasyap, 2009).

Gambar 1. Stuktur fiber brag grating beserta spektrum pantulan dan transmisi

FBG memiliki karakteristik spesifik berupa panjang gelombang Bragg (λB). Nilai panjang

gelombang Bragg ini dipengaruhi oleh beberapa keadaan diantaranya variabel suhu. Pada perancangan karakteristik FBG, perlu diketahui performa panjang gelombang Bragg ketika diberi gangguan suhu.

(2)

ISSN 0853 - 0823

 

Performa perubahan panjang gelombang Bragg pada tiap-tiap gangguan tersebut dapat diidentifikasi dengan teknik sapuan (sweep) panjang gelombang laser (Widiyatmoko, 2009). Inti dari teknik ini adalah memberikan beberapa sampling panjang gelombang tertentu kepada FBG dimana sumber sampling ini berasal dari pengkondisian suhu laser pada level yang bervariasi. Pada kegiatan tersebut, dicermati bahwa jika λLD ≠ λB maka power laser ditransmisikan maksimum dan jika λLD = λB maka

power laser ditransmisikan minimum (maksimum dipantulkan/dibalikkan). II. METODE PENELITIAN

1. Perancangan Karakteristik FBG Dengan Teknik Sapuan Laser Dioda

Untuk perancangan karakteristik FBG, diperlukan pengujian beberapa percobaan antara lain : a. Performa panjang gelombang laser terhadap perubahan suhu laser

b. Performa panjang gelombang Bragg FBG dengan teknik sweep panjang gelombang laser c. Performa pergeseran panjang gelombang Bragg FBG akibat perubahan suhu FBG 2. Uji Linieritas Suhu Laser terhadap Panjang Gelombang Laser

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui performa linieritas antara suhu laser dengan panjang gelombang laser. Model pengujiannya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Rancangan percobaan uji stabilitas power optik laser dioda

3. Uji Performa Panjang Gelombang Bragg FBG

Pengujian ini dilakukan untuk mengidentifikasi nilai panjang gelombang Bragg dari FBG dengan cara mentransmisikan cahaya laser yang memiliki suhu bervariasi. Variasi suhu ditetapkan 38°C – 20°C

dengan interval 0,1°C. Rancangan percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rancangan percobaan pengidentifikasian panjang gelombang Bragg FBG (λB)

4. Uji Performa Panjang Gelombang Bragg Dengan Suhu FBG Dikondisikan Terhadap Intensitas Transmisi dan refleksi FBG

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui performa pergeseran panjang gelombang Bragg FBG akibat pengaruh perubahan suhu. Suhu FBG dikondisikan pada 25 oC, 28 oC, dan 31 oC.

Gambar 4. Rancangan percobaan pengidentifikasian pergeseran panjang gelombang Bragg akibat perubahan suhu FBG ( TB)

(3)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. Pengujian Linieritas Panjang Gelombang Laser Terhadap Perubahan Suhu Laser Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara suhu laser dengan panjang gelombang laser, dimana dalam hal ini suhu laser diubah dengan menurunkan suhu laser tiap 0,1 oC

dari suhu 38,0 oC sampai 20,0 oC. Interval suhu ditetapkan antara suhu 38,0 oC sampai 20,0 oC

Dari data-data hasil pengujian diperoleh performa linieritas antara suhu laser dan panjang gelombang laser seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Performa linieritas antara suhu laser dengan panjang gelombang laser

Grafik tersebut menunjukkan bahwa suhu laser linier dengan panjang gelombang laser. Hal ini didukung oleh nilai keteraturan sebaran data pada grafik yang mendekati 1, yakni R2 = 0,991. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa perubahan suhu laser identik dengan perubahan panjang gelombang laser, dimana semakin kecil suhu laser maka semakin besar panjang gelombang laser.

III.2. Pengujian Keandalan FBGS

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai panjang gelombang Bragg dari FBG yang digunakan di dalam penelitian ini. Dalam pengujian ini, sumber optik yang digunakan adalah DFB laser dioda dengan arus injeksi diset sebesar 50 mA. Nilai panjang gelombang dan daya optik diukur dengan OSA (IOSA). Untuk data pembanding, intensitas optik juga diukur dengan menggunakan

Powemeter (IPWM).

Data-data panjang gelombang dan intensitas transmisi optik yang diperoleh dari pengujian ini dideskripsikan pada Gambar 6.

(4)

ISSN 0853 - 0823

 

Gambar 6. Grafik performa panjang gelombang Bragg dan intensitas optik transmisi FBG dengan men-sweep sinar laser pada FBG

Grafik tersebut memperlihatkan pergeseran panjang gelombang optik transmisi ketika FBG

di-sweep dengan variasi suhu laser dengan interval suhu 0,1oC. Interval suhu ditetapkan antara suhu 38oC

sampai 20oC. Dari grafik dapat dicermati bahwa intensitas optik keluaran laser mula-mula

ditransmisikan secara maksimal oleh FBG. Penurunan intensitas optik transmisi mulai mencolok ketika suhu laser diset sebesar 30,2oC dengan λ=1551,42 nm, I

OSA= -9,97 dan IPWM= -9,66 dBm. Hal ini

menunjukkan bahwa mulai dari pengaturan suhu laser sebesar 30.2oC, intensitas optik refleksi semakin

besar.

Intensitas optik transmisi minimum (intensitas optik refleksi maksimum) terjadi pada saat suhu laser diatur sebesar 28,4 oC dengan intensitas I

OSA= -20,87, IPWM= -20,21 dBm dan panjang gelombang

λ=1551,55 nm. Panjang gelombang yang terjadi pada saat intensitas optik minimum ini disebut panjang gelombang Bragg.

Sweeping sinar laser terhadap FBG dilanjutkan dengan menurunkan suhu laser. Hasilnya menunjukkan bahwa performa intensitas optik transmisi semakin besar. Intensitas optik kembali ditransmisikan secara maksimum oleh FBG pada suhu 26,3 oC dengan λ=1551,71 nm, I

OSA= -8,05 dan

IPWM= -7,92 dBm.

III.3. Uji Performa Panjang Gelombang Bragg Dengan Suhu FBG Dikondisikan Terhadap Penjalaran Intensitas Optik

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui performa pergeseran panjang gelombang Bragg ketika terjadi perubahan suhu pada FBG. Pada pengujian ini, suhu FBG diatur pada level suhu 25oC, 28oC

dan 31o0C dengan menggunakan TCM1000T. Untuk tiap-tiap suhu FBG tersebut, FBG di-sweep

menggunakan DFB laser dioda dengan interval suhu laser 0,1oC. Pada pengujian ini juga diteliti

seberapa besar nilai intensitas optik yang direfleksikan oleh FBG dengan memasang circulator optik diantara laser dan FBG.

Data-data nilai panjang gelombang dan intensitas optik transmisi dan refleksi yang diperoleh dari pengujian ini dapat dilihat pada Gambar 7.

(5)

Gambar 7. Grafik performa pergeseran panjang gelombang Bragg dan intensitas optik transmisi FBG dengan men-sweep sinar laser pada FBG serta suhu FBG dikondisikan pada T= 25oC,

T=28oC dan T=31oC.

Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa terjadi pergeseran panjang gelombang Bragg untuk tiap kondisi suhu yang diberikan pada FBG setelah FBG di-sweep dengan laser. Panjang gelombang Bragg bergerak dari kiri ke kanan yang berarti nilai panjang gelombang bragg FBG semakin besar dengan naiknya suhu FBG. Grafik di atas juga menjelaskan bahwa ketika panjang gelombang Bragg terjadi, nilai intensitas optik transmisi berharga minimum sedangkan nilai intensitas optik refleksi berharga maksimum. Nilai-nilai panjang gelombang Bragg untuk tiap kondisi suhu FBG dalam pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai panjang gelombang Bragg untuk kondisi suhu FBG 25oC, 28oC, 31oC.

TFBG (oC) λB (nm) IT (dBm) IR (dBm) 25 1551,48 -17,18 -12,87 28 1551,50 -18,73 -13,54 31 1551,53 -18,47 -13,93

Dengan mencermati data pada Tabel 1, maka dari pengujian ini diperoleh nilai perbandingan antara perubahan frekuensi gelombang optik FBG dengan perubahan suhu FBG adalah sebesar 666,67 MHz/oC.

Hal ini berarti bahwa perubahan suhu yang dialami oleh FBG tiap 1oC akan mengubah frekuensi

gelombang optik FBG sebesar 666,67 MHz yang merupakan representasi dari perubahan nilai panjang gelombang Bragg tiap satuan derajad celcius. Nilai perubahan frekuensi optik FBG tiap 10C dalam

satuan MHz menunjukkan bahwa FBG sangat sensitive terhadap perubahan suhu.

Dengan mengetahui performa sensor FBG terhadap suhu ini, dapat dibuat sensor strain tanah berbasis FBG yang memiliki keandalan untuk mengatasi perubahan-perubahan suhu bumi

T= 25

o

C

T=

28

o

C

T= 31

o

C

(6)

ISSN 0853 - 0823

 

(geothermal), sehingga sensor akan memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dalam mendeteksi strain tanah sekecil mungkin. Pada muaranya nanti dapat dirancang sistem pendeteksian dini terhadap tanah lonsor.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam penelitian ini telah ditunjukkan bagaimana teknik sapuan cahaya laser dilakukan, yaitu dengan cara mengubah suhu cahaya laser. Perubahan suhu laser ini menunjukkan hubungan linier yang baik dengan perubahan panjang gelombang laser.

Teknik sapuan gelombang laser dapat digunakan untuk menentukan panjang gelombang brag dari suatu Fiber Bragg Grating (FBG) dan mengkarakterisasinya terhadap suhu. Dengan adanya perubahan suhu yang terjadi pada FBG maka panjang gelombang bragg akan berubah pula. Dari hasil penelitian diperoleh perbandingan antara perubahan frekuensi gelombang optik FBG dengan perubahan suhu FBG sebesar 666,67 MHz/0C. Nilai perubahan frekuensi optik FBG tiap 10C dalam satuan MHz

menunjukkan bahwa FBG sangat sensitif terhadap perubahan suhu.

Untuk penelitian yang berkaitan dengan karakteristik FBG dengan cahaya laser sangat disarankan untuk menjaga kestabilan arus laser dan bentuk FBG selalu dijaga dalam keadaan lurus.

V. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ucapkan terima kasih kepada Group Terahertz Photonic yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini. Penelitian ini didanai oleh DIPA Pusat Penelitian Fisika LIPI.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Kasyap, Raman. 2010. Fiber Bragg Grating. Elsevier Inc. Burlington. pp 53 – 54.

Ando, M. et.al. 2004. Dependence of Fiber Bragg Grating on its Length. Japanese Journal of Applied

Physics Vol. 42, No 7A, pp 4234 – 4235.

Keio Fujita, et.al. 2005. Dynamics Evolution of spectrum of Long-periode Fiber Bragg Grating.

Applied Optics Vol 44, No 33, pp. 7032-7038.

Widiyatmoko, dkk. 2009. Pengembangan Sensor Strain Tanah Berbasis Fiber Bragg Grating untuk Deteksi Longsor. Prosiding Seminar Nasional Astechnova Vol 1 pp III41-48.

TANYA JAWAB Gatot Wurdiyanto(PTKMR-BATAN)

? Untuk panjang gelombang yang sama antar Bragg dipantulkan, yang tidak sama ditransmisikan.

Bagaimana dengan panjang gelombang dari Bragg?

? Panjang gelombang dimaksud apakah 1 panjang gelombang atau rentang tertentu ? Andi Setiono

@ Selama panjang gelombang masih berstatus tidak sama dengan panjang gelombang Bragg maka

akan ditransmisikan

Gambar

Gambar 1. Stuktur fiber brag grating beserta spektrum pantulan dan transmisi
Gambar  4. Rancangan percobaan pengidentifikasian pergeseran panjang  gelombang Bragg akibat perubahan suhu FBG ( T B )
Gambar 5. Grafik Performa linieritas antara suhu laser dengan panjang   gelombang laser
Gambar  6. Grafik performa panjang gelombang Bragg dan intensitas optik transmisi FBG dengan  men-sweep sinar laser pada FBG
+2

Referensi

Dokumen terkait

Warta perkaretan memuat artikel ilmiah tentang industri karet dan aspek yang terkait dengan materi terutama berasal dari hasil studi dan tinjauan ilmiah para peneliti Puslit

Dengan berasumsi pada logika dan fenomena di atas, maka pemodelan tanaman dalam jalur tanam pada sistem TPTJ lebih sesuai menggunakan model kelompok tanaman berdasarkan

Putnam (....) mendefinisikan modal sosial sebagai ”gambaran organisasi sosial, seperti jaringan, norma, dan kepercayaan sosial, yang memfasilitasi.. koordinasi dan kerjasama

Jika variabel tersebut diganti konstanta dengan semesta yang sesuai kalimat itu akan menjadi kalimat yang bernilai benar saja atau salah saja yang disebut Kalimat

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 pasal 2 mengenai Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang

1) Kegiatan yang dilakukanselama PKL adalah pemeliharaan TM: pengendalian gulma secara kimia, perawatan gawangan, perawatan jalan, penunasan, pemupukan, analisa daun, dan panen serta

Selain itu, kandungan antinyamuk lain dalam bunga kamboja yaitu minyak atsiri, minyak atsiri merupakan bahan aktif yang mempunyai kemampuan daya tolak terhadap gigitan

Dalam perkembangan hadis Nabi SAW, telah muncul berbagai hadis palsu yang tidak saja dilakukan oleh musuh-musuh Islam, tetapi juga oleh umat Islam sendiri, dengan motif