• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik

Kabupaten Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan. Ibukotanya adalah Makale, sebuah kota berhawa sejuk yang berada pada daerah ketinggian sekitar 125-3.075 mdpl.

Kabupaten Tana Toraja secara geografis terletak antara 1190

22”14,322’-12002”37,566’ Bujur Timur dan 2044”21,296’-3023”23,505’ Lintang Selatan, yang

merupakan pusat kegiatan pariwisata budaya di Provinsi Sulawesi Selatan dan sebagai pintu gerbang antara Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Secara administrasitif wilayah, Kabupaten Tana Toraja berbatasan dengan:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu.

Kondisi topografi Kabupaten Tana Toraja relatif bergelombang dan berbukit, sedangkan topografi datar relatif sedikit. Kawasan yang mempunyai kemiringan lahan datar (0-8%) pada umumnya berada di daerah di sebelah timur dan lahan-lahan sepanjang jalan poros. Selanjutnya kawasan yang mempunyai kemiringan lahan 8-15% tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja, sedangkan kemiringan lahan di atas 40% pada umumnya berada di sebelah barat kecamatan Simbuang, Kecamatan Bonggakaradeng, Kecamatan Masanda dan beberapa kecamatan lainnya merupakan kawasan lindung.

Keadaan hidrologi di Kabupaten Tana Toraja dapat diamati dengan adanya air tanah yang bersumber dari air hujan yang sebagian mengalir di permukaan (run

(2)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

off) dan sebagian lagi meresap ke bumi. Pada umumnya air permukaan yang terdapat

di Kabupaten Tana Toraja berasal dari sungai saddang yang merupakan salah satu sungai terpanjang yang berada di Sulawesi Selatan serta beberapa sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut diantaranya sungai Mai’ting, sungai Saluputti, sungai Maulu, sungai Surame, sungai Sarambu yang pada umumnya bersumber dari mata air pegunungan. Untuk jenis air ini sebagian besar dipergunakan untuk keperluan pertanian, pariwisata (arung jeram) dan rumah tangga, sedangkan untuk air tanah dangkal dapat diperoleh dari sumur gali dengan kedalaman sekitar 10-15 meter dengan kualitas air yang cukup memenuhi syarat-syarat kesehatan. Untuk jenis air ini dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan rumah tangga.

Kabupaten Tana Toraja termasuk daerah yang beriklim tropis basah, temperatur rata-rata berkisar antara 15°c-28°c dengan kelembaban udara antara 82-86%, curah hujan rata-rata 1.500 mm/thn sampai lebih dari 3.500 mm/tahun.

Dalam RTRWN dijelaskan pada wilayah Kabupaten Tana Toraja terdapat Wilayah Sungai yakni Sungai Saddang dengan panjang 182 km yang merupakan sungai lintas provinsi (Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat). Selanjutnya dalam RTRW Provinsi Sulawesi Selatan dipertegas lagi bahwa Sungai Saddang merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Saddang dengan luas DAS 6.696,10 km2 yang melintasi 2 provinsi dan 5 kabupaten, yakni masing-masing

Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara, Mamasa, Enrekang, dan Pinrang. (Lihat Tabel 2.1. Daerah Aliran Sungai di Wilayah kabupaten Tana Toraja dan Peta 2.1. Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Tana Toraja)

Tabel 2.1.

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Tana Toraja

No Nama DAS Luas (Ha)

1 DAS Saddang 170.113

2 DAS Noling 4.780

(3)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

(4)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja tercatat 205.430 Ha dengan luas area terbangun 2.956 Ha, meliputi 19 kecamatan yang terdiri dari 112 Lembang dan 47 Kelurahan, dimana Kecamatan Malimbong Balepe dan Kecamatan Bonggakaradeng merupakan 2 kecamatan terluas dengan luas masing-masing adalah 21.147 Hadan 20.676 Ha. Sedangkan wilayah kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Makale Utara dan Kecamatan Sangala Utara dengan luas masing-masing adalah 2.608 Hadan 2.796 Ha. (Lihat Tabel 2.2. Nama, luas wilayah per Kecamatan dan Jumlah Kelurahan dan Peta 2.2. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Tana Toraja)

Tabel 2.2.

Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan jumlah Kelurahan

Kecamatan Kelurahan/ Jumlah Lembang

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha) (%) Terhadap Total (Ha) (%) Terhadap Total

Bonggakaradeng 6 20.676 10,06 82 2,79 Simbuang 6 19.482 9,48 85 2,88 Rano 5 8.943 4,35 77 2,62 Mappak 6 16.602 8,08 76 2,59 Mengkendek 17 19.674 9,58 381 12,93 Gandang Batu Sillanan 12 10.863 5,29 287 9,73 Sangalla 5 3.624 1,76 90 3,05 Sangalla Selatan 5 4.780 2,33 104 3,51 Sangalla Utara 6 2.796 1,36 107 3,63 Makale 15 3.975 1,93 384 13,03 Makale Selatan 8 6.170 3,00 168 5,70 Makale Utara 5 2.608 1,27 163 5,52 Saluputti 9 8.754 4,26 99 3,37 Bittuang 15 16.327 7,95 188 6,40 Rembon 13 13.447 6,55 242 8,23 Masanda 8 13.477 6,56 86 2,91 Malimbong Balepe 6 21.147 10,29 125 4,24 Rantetayo 6 6.035 2,94 137 4,65 Kurra 6 6.050 2,95 66 2,24 JUMLAH 159 205.430 100 2.946 100

(5)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

(6)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

2.2. Kondisi Demografis

Kabupaten Tana Toraja dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Makale merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi, yakni mencapai 89,38 jiwa/Ha. Jumlah rumah tangga yang tercatat sebanyak 8.504 KK, dengan jumlah penduduk 34.305 jiwa. Luas wilayah Kecamatan Makale tercatat 3.975 Ha (1,93 persen dari luas wilayah Kabupaten Tana Toraja) dengan luas area terbangun 384 Ha yang meliputi 1 lembang dan 14 kelurahan. (Lihat Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatannya 5 Tahun Terakhir)

Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Tana Toraja khususnya lima tahun terakhir (tahun 2008-2012) menunjukkan angka 0,85% pertahun. Proyeksi penduduk untuk 5 Tahun kedepan tahun 2018 diprediksikan penduduk Kabupaten Tana Toraja mencapai 236.555 jiwa dengan kepadatan penduduk 80,02 jiwa/Ha. (Lihat Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun)

Adapun metode proyeksi yang digunakan adalah metode matematik dengan rumus geometri. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan:

Po = jumlah penduduk tahun dasar

Pt = jumlah penduduk akhir (tahun proyeksi) r = laju pertumbuhan penduduk (%) t = waktu (tahun)

Pt = Po (1 + r)t

Pt/Po = (1 + r)t

log Pt/Po = log (1+r)t

log Pt/Po = t log (1+r) 1/t log Pt/Po = log (1+r) antilog 1/t log Pt/Po = (1+r) antilog 1/t log Pt/Po -1 = r

(7)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 2.3.

Jumlah Penduduk dan Kepadatannya 5 Tahun Terakhir

No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 1 Bonggakaradeng 6.517 6.676 6.883 6.952 7.001 1.253 1.352 1.326 1.368 1.458 2,44 3,10 1,00 0,70 79,40 81,34 83,86 84,70 85,29 2 Simbuang 6.479 6.637 6.082 6.144 6.186 1.629 1.757 1.366 1.378 1.469 2,44 -8,36 1,02 0,68 76,42 78,28 71,74 72,47 72,97 3 Rano 6.364 6.520 6.039 6.100 6.142 1.358 1.465 1.274 1.285 1.370 2,45 -7,38 1,01 0,69 82,54 84,57 78,33 79,12 79,66 4 Mappak 6.119 6.268 5.586 5.642 5.681 1.542 1.663 1.232 1.243 1.325 2,44 -10,88 1,00 0,69 80,30 82,26 73,31 74,04 74,55 5 Mengkendek 30.691 31.439 27.206 27.480 27.670 7.086 7.643 7.643 6.346 6.765 2,44 -13,46 1,01 0,69 80,60 82,57 71,45 72,17 72,67

6 Gandang Batu Sillanan 19.923 20.408 19.234 19.428 19.563 4.755 5.129 4.738 4.779 5.094 2,43 -5,75 1,01 0,69 69,50 71,19 67,09 67,77 68,24

7 Sangalla 7.246 7.422 6.600 6.666 6.712 1.619 1.747 1.502 1.497 1.596 2,43 -11,08 1,00 0,69 80,67 82,63 73,48 74,22 74,73 8 Sangalla Selatan 8.667 8.879 7.360 7.435 7.487 1.792 1.933 1.702 1.717 1.830 2,45 -17,11 1,02 0,70 83,74 85,79 71,11 71,84 72,34 9 Sangalla Utara 8.512 8.719 7.323 7.396 7.447 1.936 2.088 1.766 1.781 1.899 2,43 -16,01 1,00 0,69 79,66 81,59 68,53 69,21 69,69 10 Makale 31.636 32.402 33.731 34.070 34.305 6.778 7.311 6.778 7.978 8.504 2,42 4,10 1,01 0,69 82,42 84,42 87,88 88,77 89,38 11 Makale Selatan 12.624 12.934 12.393 12.518 12.605 2.769 2.987 2.773 2.797 2.982 2,46 -4,18 1,01 0,69 75,25 77,10 73,87 74,62 75,14 12 Makale Utara 12.470 12.774 11.762 11.881 11.963 2.684 2.895 2.687 2.710 2.889 2,44 -7,92 1,01 0,69 76,69 78,56 72,34 73,07 73,57 13 Saluputti 11.322 11.598 7.439 7.514 7.566 4.287 4.624 1.641 1.655 1.764 2,44 -35,86 1,01 0,69 114,02 116,80 74,91 75,67 76,19 14 Bittuang 13.771 14.106 14.486 14.632 14.733 2.927 3.157 3.113 3.140 3.347 2,43 2,69 1,01 0,69 73,09 74,87 76,89 77,66 78,20 15 Rembon 19.550 20.028 18.088 18.270 18.396 4.079 4.400 4.004 4.038 4.304 2,45 -9,69 1,01 0,69 80,69 82,66 74,66 75,41 75,93 16 Masanda 5.828 5.969 6.176 6.238 6.281 1.301 1.403 1.415 1.427 1.521 2,42 3,47 1,00 0,69 68,07 69,72 72,13 72,86 73,36 17 Malimbong Balepe 9.775 10.013 8.925 9.015 9.078 1.621 1.748 2.068 2.086 2.224 2,43 -10,87 1,01 0,70 78,21 80,12 71,41 72,13 72,64 18 Rantetayo 11.125 11.398 10.626 10.733 10.807 2.384 2.571 2.436 2.457 2.619 2,45 -6,77 1,01 0,69 81,24 83,23 77,60 78,38 78,92

(8)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

19 Kurra 5.915 6.059 5.141 5.192 5.229 1.137 1.226 1.093 1.102 1.175 2,43 -15,15 0,99 0,71 89,46 91,64 77,75 78,52 79,08

Total 234.534 240.249 221.080 223.306 224.852 52.937 57.099 50.557 50.784 54.135 2,44 -7,98 1,01 0,69 79,62 81,56 75,05 75,81 76,33

(9)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 2.4.

Jumlah Penduduk Saat Ini dan Proyeksi untuk 5 Tahun

N

o Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 1 Bonggakaradeng 7.121 7.182 7.243 7.305 7.367 1.483 1.496 1.509 1.522 1.535 0,85 0,85 0,85 0,85 86,76 87,50 88,24 89,00 89,75 2 Simbuang 6.292 6.346 6.400 6.454 6.509 1.482 1.495 1.508 1.521 1.534 0,85 0,85 0,85 0,85 74,22 74,85 75,49 76,13 76,78 3 Rano 6.247 6.300 6.353 6.407 6.461 1.382 1.394 1.406 1.418 1.430 0,85 0,85 0,85 0,85 81,02 81,71 82,40 83,10 83,80 4 Mappak 5.778 5.827 5.876 5.926 5.976 1.336 1.347 1.358 1.369 1.381 0,85 0,85 0,85 0,85 75,83 76,47 77,11 77,77 78,43 5 Mengkendek 28.142 28.381 28.622 28.865 29.110 6.822 6.880 6.938 6.997 7.056 0,85 0,85 0,85 0,85 73,91 74,54 75,17 75,81 76,45

6 Gandang Batu Sillanan 19.898 20.067 20.238 20.410 20.584 5.137 5.181 5.225 5.269 5.314 0,85 0,85 0,85 0,85 69,41 70,00 70,59 71,19 71,80

7 Sangalla 6.826 6.884 6.942 7.001 7.060 1.609 1.623 1.637 1.651 1.665 0,84 0,84 0,84 0,84 76,00 76,64 77,29 77,94 78,60 8 Sangalla Selatan 7.616 7.681 7.747 7.814 7.881 1.846 1.862 1.878 1.894 1.910 0,86 0,86 0,86 0,86 73,58 74,21 74,85 75,50 76,14 9 Sangalla Utara 7.573 7.637 7.701 7.766 7.831 1.915 1.931 1.947 1.963 1.980 0,84 0,84 0,84 0,84 70,87 71,47 72,07 72,67 73,28 10 Makale 34.889 35.185 35.483 35.784 36.087 8.576 8.649 8.722 8.796 8.871 0,85 0,85 0,85 0,85 90,90 91,67 92,45 93,23 94,02 11 Makale Selatan 12.820 12.929 13.039 13.150 13.262 3.007 3.033 3.059 3.085 3.111 0,85 0,85 0,85 0,85 76,42 77,07 77,72 78,39 79,05 12 Makale Utara 12.168 12.272 12.376 12.481 12.587 2.914 2.939 2.964 2.989 3.014 0,85 0,85 0,85 0,85 74,83 75,47 76,11 76,76 77,41 13 Saluputti 7.695 7.760 7.826 7.893 7.960 1.779 1.794 1.809 1.824 1.840 0,85 0,85 0,85 0,85 77,49 78,15 78,81 79,49 80,16 14 Bittuang 14.984 15.111 15.239 15.368 15.498 3.375 3.404 3.433 3.462 3.491 0,85 0,85 0,85 0,85 79,53 80,21 80,89 81,57 82,26 15 Rembon 18.709 18.868 19.028 19.189 19.352 4.340 4.377 4.414 4.451 4.489 0,85 0,85 0,85 0,85 77,22 77,88 78,54 79,20 79,87 16 Masanda 6.388 6.442 6.497 6.552 6.607 1.534 1.547 1.560 1.573 1.586 0,85 0,85 0,85 0,85 74,61 75,24 75,88 76,52 77,17 17 Malimbong Balepe 9.233 9.312 9.391 9.471 9.552 2.243 2.262 2.281 2.300 2.320 0,85 0,85 0,85 0,85 73,88 74,51 75,14 75,78 76,43 18 Rantetayo 10.991 11.084 11.178 11.273 11.369 2.641 2.663 2.686 2.709 2.732 0,85 0,85 0,85 0,85 80,26 80,94 81,63 82,32 83,02

(10)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

19 Kurra 5.319 5.364 5.410 5.456 5.502 1.185 1.195 1.205 1.215 1.225 0,85 0,85 0,85 0,85 80,44 81,13 81,82 82,52 83,21

Total 228.689 230.632 232.589 234.565 236.555 54.606 55.072 55.539 56.008 56.484 0,85 0,85 0,85 0,85 77,64 78,30 78,96 79,63 80,31

(11)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

2.3. Keuangan Dan Perekonomian Daerah 2.3.1. Kondisi Keuangan Daerah

Kebijakan umum Pendapatan Asli Daerah pada Tahun Anggaran 2013 diarahkan pada Optimalisasi Pengelolaan Pendapatan Daerah melalui peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan sumber-sumber pendapatan daerah sesuai dengan kewenangan dan potensi yang dimiliki dari masing-masing sumber pendapatan.

Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tana Toraja ditargetkan sebesar Rp.27.689.342.371,00 dan telah dapat terealisasi sekitar Rp.32.494.898.511,00.

Tahun 2013 realisasi untuk belanja sebesar Rp.655.494.863.929,00 dan untuk belanja langsung sebesar Rp.269.405.896.984,00. (Lihat tabel 2.5. Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010-2013).

Realisasi belanja langsung tersebut yang teralokasikan untuk belanja sektor sanitasi pada tahun 2013 sebesar Rp.3.883.334.660,00 yang meliputi pendanaan investasi sanitasi sebesar Rp.3.843.640.580,00 dan biaya pemeliharaan/operasional sebesar Rp.39.694.080,00. Sedangkan belanja sanitasi perkapita di tahun 2013 Rp.17.125,08 meningkat dari tahun sebelumnya. (Lihat tabel 2.6. Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010-2013 dan Tabel 2.8. Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010-2013).

Belanja APBD murni untuk sanitasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 37,69%. Akan tetapi, porsi belanja sektor sanitasi relatif masih kecil jika dibandingkan dengan anggaran belanja sektor lainnya, presentase belanja APBD murni untuk sanitasi di tahun 2013 sebesar 0,75% dari total belanja langsung sebesar Rp.269.405.896.984,00. (Lihat tabel 2.7. Perhitungan Pendanaan Sanitasi Oleh APBD Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010-2013)

Retribusi daerah untuk pengelolaan sanitasi masih terbatas pada retribusi persampahan dan air limbah untuk penyedotan tinja. Untuk sub sektor drainase belum ada, hal ini dikarenakan penyediaan sarana prasarana

(12)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

komponen sanitasi lainnya belum memadai. Di tahun 2013 pendapatan dari retribusi persampahan sebesar Rp. 88.572.000,00 dan air limbah dari jasa penyedotan tinja sebesar Rp. 20.500.000,00. (Tabel 2.9. Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Perkapita Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010-2013)

2.3.2. Kondisi Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tana Toraja dapat diukur dari besarnya nilai PDRB atas dasar harga konstan yang berhasil diciptakan pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 nilai PDRB Kabupaten Tana Toraja sebesar Rp.1.259.215,83 dan dari tahun ke tahun terus meningkat hingga pada tahun 2012 nilai PDRB Tana Toraja sebesar Rp.1.891.673,32.

Nilai PDRB Kabupaten Tana Toraja tersebut memberikan konstribusi terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan sekitar 1,11% dari angka ini memperlihatkan bahwa sumbangan Kabupaten Tana Toraja terhadap perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan masih relatif kecil. Namun demikian konstribusi PDRB Kabupaten Tana Toraja setiap tahunnya terus meningkat. (Lihat Tabel 2.10. Peta Perekonomian Kabupaten Tana Toraja Tahun 2009-2012)

(13)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 2.5.

Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010 – 2013

No Realisasi Anggaran Tahun Pertumbuhan Rata-rata

(%)

2010 2011 2012 2013

A Pendapatan (a.1+a.2+a.3) 386.788.037.779,00 578.666.081.206,00 569.726.426.807,00 637.641.396.095,00 18,13

a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 26.243.939.544,00 34.238.632.834,00 6.701.121.140,00 32.494.898.511,00 7,38

a.1.1 Pajak Daerah 2.091.100.000,00 27.346.615.417,00 2.348.050.000,00 2.398.050.000,00 4,67

a.1.2 Retribusi Daerah 20.272.312.544,00 2.141.100.000,00 - 24.046.292.371,00 5,86

a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 1.005.000.000,00 1.996.835.417,00 - 1.245.000.000,00 7,40

a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 2.875.527.000,00 2.754.082.000,00 4.353.071.140,00 4.805.556.140,00 18,67

a.2 Dana Perimbangan ( Transfer ) 346.701.398.000,00 380.787.999.000,00 470.801.342.784,00 521.956.295.000,00 14,61

a.2.1 Dana bagi hasil - - 16.864.880.784,00 21.259.516.000,00 26,06

a.2.2 Dana alokasi umum 297.364.598.000,00 322.759.399.000,00 389.286.812.000,00 444.741.329.000,00 14,36

a.2.3 Dana alokasi khusus 49.336.800.000,00 58.028.600.000,00 64.649.650.000,00 55.955.450.000,00 4,29

a.3 Lain-lain pendapatan yang sah 13.842.700.235,00 163.639.449.372,00 92.223.962.883,00 83.190.202.584,00 81,81

a.3.1 Hibah 1.000.000.000,00 22.987.239.000,00 52.884.354.000,00 2.100.000.000,00 28,06

a.3.2 Dana darurat - - - - 0,00

a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada Kabupaten 937.379.347,00 14.928.096.612,00 30.806.626.443,00 1.692.250.048,00 21,76

a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus - 96.246.635.640,00 - 68.068.587.696,00 -15,90

a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya 11.905.320.888,00 29.477.478.120,00 8.532.982.440,00 11.329.364.840,00 -1,64

B Belanja (b.1+b.2) 480.284.514.467,36 629.488.149.995,00 619.859.639.120,00 655.494.863.929,00 10,92

b.1 Belanja Tidak Langsung 272.646.321.537,36 311.263.504.467,00 346.276.214.666,00 386.088.966.945,00 12,30

b.1.1 Belanja pegawai 242.524.192.190,36 275.184.451.381,00 320.994.505.067,00 371.009.136.433,00 15,22

(14)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

b.1.3 Subsidi - - - - 0,00

b.1.4 Hibah 15.884.300.000,00 18.010.023.000,00 7.052.000.000,00 7.690.000.000,00 -21,48

b.1.5 Bantuan social 4.903.450.000,00 4.387.200.000,00 1.698.839.750,00 1.552.600.000,00 -31,84

b.1.6 Belanja bagi hasil 937.379.347,00 1.692.238.016,00 1.804.746.464,00 1.692.250.048,00 21,76

b.1.7 Bantuan Keuangan 7.350.000.000,00 11.643.633.070,00 14.031.123.385,00 449.980.464,00 -60,59

b.1.8 Belanja tidak terduga 875.000.000,00 150.959.000,00 500.000.000,00 3.500.000.000,00 58,74

b.2 Belanja Langsung 207.638.192.930,00 318.224.645.528,00 273.583.424.454,00 269.405.896.984,00 9,07

b.2.1 Belanja pegawai 33.559.818.540,00 25.677.249.750,00 30.132.234.000,00 31.714.395.250,00 -1,87

b.2.2 Belanja barang dan jasa 52.096.854.630,00 76.345.881.042,00 76.660.644.250,00 105.631.725.026,00 26,57

b.2.3 Belanja modal 121.981.519.760,00 216.201.514.736,00 166.790.546.204,00 132.059.776.708,00 2,68

C Pembiayaan 21.472.483.082,44 18.951.832.185,00 27.146.919.313,00 680.712.098,00 -68,35

Surplus / Defisit Anggaran 16.514.770.882,44 13.903.418.515,00 27.146.919.313,00 680.712.098,00 -65,46

Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun 2010-2013, DPPKAD

(15)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 2.6.

Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010 – 2013

No SKPD Tahun Pertumbuhan Rata-rata

(%)

2010 2011 2012 2013

1 Pekerjaan Umum

1.a Investasi - - - - 0,00

1.b Operasional / Pemeliharaan (OM) - - - - 0,00

2 Dinas Permukiman dan Tata Ruang

2.a Investasi 596.750.000,00 733.297.775,00 1.161.988.450,00 1.539.974.000,00 37,16

2.b Operasional / Pemeliharaan (OM) - - - - 0,00

3 BLHD

3.a Investasi 780.218.000,00 1.057.646.480,00 1.190.401.000,00 1.375.494.500,00 20,80

3.b Operasional / Pemeliharaan (OM) 13.472.000,00 14.975.000,00 75.175.000,00 39.694.080,00 43,36

4 Dinas Kesehatan

4.a Investasi 43.965.000,00 - 10.750.000,00 91.966.400,00 27,89

4.b Operasional / Pemeliharaan (OM) - - - - 0,00

5 Bappeda

5.a Investasi - - - 13.367.000,00 100,00

5.b Operasional / Pemeliharaan (OM) - - - - 0,00

6 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Lembang

6.a Investasi 260.000.000,00 215.000.000,00 312.991.500,00 339.591.000,00 9,31

6.b Operasional / Pemeliharaan (OM) - - - - 0,00

7 Kantor Kebersihan, Pertamanan, Pemadam Kebakaran, Pemakaman dan Penerangan Jalan Umum (KP4)

7.a Investasi 310.843.000,00 301.489.850,00 546.626.325,00 483.247.680,00 15,84

(16)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

8 Belanja Sanitasi 2.005.248.000,00 2.322.409.105,00 3.297.932.275,00 3.883.334.660,00 24,65

9 Pendanaan Investasi Sanitasi 1.991.776.000,00 2.307.434.105,00 3.222.757.275,00 3.843.640.580,00 24,50

10 Pendanaan Operasional/Pemeliharaan (OM) 13.472.000,00 14.975.000,00 75.175.000,00 39.694.080,00 43,36

11 Belanja Langsung 207.638.192.930,00 318.224.645.528,00 273.583.424.454,00 269.405.896.984,00 9,07

12 Proporsi Belanja Sanitasi - Belanja Langsung (8/11) 0,010 0,007 0,012 0,014

13 Proporsi Investasi Sanitasi - Total Belanja Sanitasi (9/8) 0,993 0,994 0,977 0,990

14 Proporsi OM Sanitasi - Total Belanja Sanitasi (10/8) 0,007 0,006 0,023 0,010

(17)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 2.7.

Perhitungan Pendanaan Sanitasi Oleh APBD Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010 – 2013

No Uraian Tahun Pertumbuhan Rata-rata

(%)

2010 2011 2012 2013

1 Belanja Sanitasi (1.1+1.2+1.3+1.4) 2.005.248.000,00 2.322.409.105,00 3.297.932.275,00 3.883.334.660,00 24,65

1.1 Air Limbah Domestik 743.770.000,00 1.036.374.480,00 900.719.000,00 1.048.232.500,00 12,12

1.2 Sampah Rumah Tangga 957.513.000,00 715.061.250,00 1.734.965.325,00 1.661.676.760,00 20,17

1.3 Drainase Perkotaan 260.000.000,00 570.973.375,00 651.497.950,00 1.081.459.000,00 60,82

1.4 PHBS 43.965.000,00 - 10.750.000,00 91.966.400,00 27,89

2 Dana Alokasi Khusus (2.1+2.2+2.3) 1.232.000.000,00 838.322.775,00 1.936.646.000,00 1.864.806.000,00 14,82

2.1 DAK Sanitasi 542.500.000,00 733.297.775,00 823.482.000,00 798.106.000,00 13,73

2.2 DAK Lingkungan Hidup 689.500.000,00 105.025.000,00 1.113.164.000,00 1.066.700.000,00 15,66

2.3 DAK Perumahan dan Permukiman - - - - 0,00

3 Pinjaman/Hibah Untuk Sanitasi - - - - 0,00

4 Bantuan Keuangan Provinsi Untuk Sanitasi - - - - 0,00

Belanja APBD Murni Untuk Sanitasi (1-2-3) 773.248.000,00 1.484.086.330,00 1.361.286.275,00 2.018.528.660,00 37,69

Total Belanja Langsung 207.638.192.930,00 318.224.645.528,00 273.583.424.454,00 269.405.896.984,00 9,07

% APBD Murni Terhadap Belanja Langsung 0,37 0,47 0,50 0,75

(18)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 2.8.

Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010 – 2013

No Deskripsi Tahun Rata-rata

2010 2011 2012 2013

1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten (Rp.) 2.005.248.000,00 2.322.409.105,00 3.297.932.275,00 3.883.334.660,00 2.877.231.010,00

2 Jumlah Penduduk (Jiwa) 221.080 223.306 224.852 226.763 224.000

Belanja Sanitasi Perkapita (1/2) 9.070,24 10.400,12 14.667,12 17.125,08 12.844,77

(19)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 2.9.

Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Perkapita Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010 – 2013

No SKPD Tahun Pertumbuhan Rata-rata

(%)

2010 2011 2012 2013

1 Retribusi Air Limbah

1.a Realisasi Retribusi - - 13.000.000,00 20.500.000,00 57,69

1.b Potensi Retribusi - - 35.000.000,00 35.000.000,00 0,00

2 Retribusi Sampah

2.a Realisasi Retribusi 40.609.000,00 33.405.000,00 49.447.000,00 88.572.000,00 29,69

2.b Potensi Retribusi 60.000.000,00 60.000.000,00 65.000.000,00 94.140.000,00 16,20

3 Retribusi Drainase

3.a Realisasi Retribusi - - - - 0,00

3.b Potensi Retribusi - - - - 0,00

4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1.a+2.a+3.a) 40.609.000,00 33.405.000,00 62.447.000,00 109.072.000,00 39,00 5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1.b+2.b+3.b) 60.000.000,00 60.000.000,00 100.000.000,00 129.140.000,00 29,11 Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi

Sanitasi (4/5) 0,68 0,56 0,62 0,84

(20)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 2.10.

Peta Perekonomian Kabupaten Tana Toraja Tahun 2009 – 2012

No Deskripsi Tahun

2009 2010 2011 2012

1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 1.259.215,83 1.471.969,78 1.798.453,28 1.891.673,32

2 Pendapatan perkapita kabupaten (Rp.) 5.728.578,00 6.658.056,00 8.053.762,00 8.243.782,00

3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,10 6,31 7,88 7,90

(21)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

2.4. Tata Ruang Wilayah

Strategi Kebijakan dan pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Tana Toraja dilakukan dengan lebih awal memperhatikan kebijakan dan strategi dalam rencana tata ruang wilayah provinsi dan nasional yang berkaitan dengan wilayah atau bagian dari wilayah Kabupaten Tana Toraja untuk selanjutnya dijabarkan dan dipadukan kedalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten Tana Toraja. Dengan demikian aspek sinkronisasi dan keterpaduan tatanan pengelolaan tata ruang wilayah Kabupaten Tana Toraja lebih terbuka dan akomodatif terhadap kegiatan berbagai pemangku kepentingan baik secara nasional, regional dan lokal dengan tetap memperhatikan keseimbangan aspek ekologis (fungsi lindung) maupun aspek ekonomi (fungsi budidaya) kawasan.

Berdasarkan visi dan misi serta tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Tana Toraja, maka kebijakan penataan ruang wilayah di Kabupaten Tana Toraja adalah sebagai berikut:

a. pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan; b. pengembangan prasarana wilayah;

c. peningkatan fungsi kawasan lindung; d. peningkatan sumber daya hutan produksi;

e. peningkatan sumber daya lahan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan;

f. pengembangan potensi pariwisata; g. pengembangan potensi pertambangan; h. pengembangan potensi industri; i. pengembangan potensi perdagangan; j. pengembangan potensi pendidikan; k. pengembangan potensi permukiman;

l. peningkatan kualitas sumber daya manusia; dan

m. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan Keamanan Negara.

Dalam PP/26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) ditetapkan Kawasan Toraja dan sekitarnya sebagai salah satu kawasan strategis

(22)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

dengan aspek kepentingan sosial budaya di kawasan Toraja, maka akan terdapat dua wilayah administratif kabupaten yang berkepentingan dan tercakup didalamnya, yakni Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara.

2.4.1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2009 tentang RTRW Sulawesi Selatan, kawasan perkotaan Makale Ibukota Kabupaten Tana Toraja merupakan Pusat Pelayanan Lokal (PKL).

PKL Kawasan Perkotaan Makale mempunyai skala pelayanan wilayah Kabupaten Tana Toraja dalam klaster ruang di sekitarnya dan diarahkan pada:

 Penataan ruang kota melalui perencanaan detail tata ruang kota (RDTRK dan Zoning Regulation) pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang kota.

 Penyediaan sarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota, serta peningkataan ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan.

 Peningkatan prasarana komunikasi antar wilayah pengembangan yang ada di Kabupaten Tana Toraja.

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan sistem transportasi yang memadai.

 Peningkatan fungsi kota sebagai penyangga fungsi ibukota kabupaten. Berdasarkan kondisi dan potensi yang ada, beberapa kawasan perkotaan yang menjadi Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) oleh Pemerintah Kabupaten Tana Toraja yaitu Kota Bituang yang potensil dikembangkan sebagai gerbang wisata penghubung kawasan wisata budaya di Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat dengan kawasan wisata Tana Toraja dan kawasan perkotaan sekitar bandara baru Buntu Kuni’ Kecamatan Mengkendek, yang potensil dikembangkan menjadi kota simpul transportasi udara.

(23)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan Kabupaten Tana Toraja yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.

PPK sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Tana Toraja terdiri atas ibukota-ibukota kecamatan yang tidak termasuk PKL atau PKLp, meliputi:

a. Kawasan Perkotaan Rante Kurra di Kecamatan Kurra b. Kawasan Perkotaan Padang Iring di Kecamatan Rantetayo c. Kawasan Perkotaan Pattan Ulu Salu di Kecamatan Saluputti d. Kawasan Perkotaan Leatung di Kecamatan Sangalla’ Utara e. Kawasan Perkotaan Bullian Massa’bu di Kecamatan Sangalla’ f. Kawasan Perkotaan Malolin di Kecamatan Rano

g. Kawasan Perkotaan Ratte Buttu di Kecamatan Bonggakaradeng h. Kawasan Perkotaan Kondo Dewata di Kecamatan Mappak

i. Kawasan Perkotaan Buntu Benteng Ambeso di Kecamatan Gandang Batu Sillanan

j. Kawasan Perkotaan Batualu di Kecamatan Sangalla’ Selatan k. Kawasan Perkotaan Tiromanda di Kecamatan Makale Selatan l. Kawasan Perkotaan Lion Tondok Iring di Kecamatan Makale Utara m. Kawasan Perkotaan Talion di Kecamatan Rembon

n. Kawasan Perkotaan Malimbong di Kecamatan Malimbong Balepe; o. Kawasan Perkotaan Pondingao’ di Kecamatan Masanda; dan p. Kawasan Perkotaan Lekke’ di Kecamatan Simbuang.

PPK-PPK di Kabupaten Tana Toraja diarahkan pada:

 Peningkatan aksesibilitas ke PKL dan Ibukota Kabupaten.

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan jaringan jalan.

 Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan.

(24)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Pusat Pelayanan Lokal yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. PPL sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Tana Toraja terdiri atas: a. Bau dan Buntu Limbong di Kecamatan Bittuang;

b. Poton, Bau Bonggakaradeng di Kecamatan Bonggakaradeng;

c. Salubarani, Gandangbatu, Mebali, Tangatondok, Perindingan di Kecamatan Gandangbatu Sillanan;

d. Tabang di Kecamatan Kurra;

e. Pantan, Kamali Pentalluan di Kecamatan Makale; f. Pa’tekke, di Kecamatan Makale Selatan ;

g. Rantelemo dan Mandetek di Kecamatan Makale Utara; h. Balepe’ di Kecamatan Malimbong Balepe’;

i. Tondok Banga di Kecamatan Mappak, j. Sangratte dan belau di Kec. Masanda;

k. Uluway, Marinding, Tampo di Kecamatan Mengkendek; l. Pangalloan di Kecamatan Rano

m. Madandan di Kecamatan Rantetayo; n. Batusura', Palesan di Kecamatan Rembon; o. Tolange di Kecamatan Saluputti;

p. Kaero di Kecamatan Sangalla’;

q. Kandeapi di Kecamatan Sangalla’ Selatan; r. Saluallo di Kecamatan Sangalla’ Utara; s. Makkodo di Kecamatan Simbuang.

(25)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

(26)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

2.4.2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah

Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Tana Toraja meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya yang mempunyai nilai strategis kabupaten dan atau lintas kecamatan dan atau kota. Kebijakan pengembangan pola ruang ditujukan untuk mewujudkan pola penggunaan ruang yang seimbang antara daya lindung kawasan lindung dengan kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya secara asri dan lestari. Kawasan lindung yang baik yang bersifat:

(i) Preservasi berupa hutan lindung baik di daerah ketinggian pedalaman yang merupakan daerah hulu (upstream) Daerah Aliran Sungai (DAS), (ii) Konservasi berupa taman margasatwa.

Selain daripada itu, untuk kepentingan pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat ditetapkan suatu kawasan konservasi seperti cagar budaya bangunan buatan manusia yang ditetapkan sebagai benda purbakala. Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa mungkin menumbuhkembangkan dan melestarikan kawasan lindung setempat baik ruang darat, maupun udara untuk menjaga keasrian dan kelestarian ragam hayati, yang juga merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau, baik berupa hutan kota, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan danau, dan sempadan jalan. Dalam skala lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan diarahkan tumbuh berkembangnya tatanan desa mandiri pangan dan energi yang didukung alam yang asri dan lestari. Pola pemanfaatan daerah perkotaan diarahkan juga dapat terwujud tatanan lingkungan yang swatata dalam memproduksi dan mengolah daya penentralisiran limbah.

Kebijakan pengembangan pola ruang wilayah Kabupaten Tana Toraja meliputi :

 Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis

(27)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

 Meningkatkan fungsi ekologis kawasan lindung utamanya hutan lindung melalui penanganan lahan kritis.

 Mencegah terjadinya pengalihfungsian kawasan lindung dalam skala kecil sekalipun.

 Mendorong partisipasi masyarakat sekitar kawasan lindung untuk mempertahankan keberadaannya, terutama hutan lindung.

b) Strategi pengembangan kawasan lindung meliputi :

 Meningkatkan pola penanganan lahan kritis baik yang berada dalam kawasan hutan lindung maupun yang berada dalam hutan produksi melalui kegiatan penghijauan/reboisasi.

 Meningkatkan pengendalian kegiatan dan fungsi pengawasan terhadap areal kawasan lindung.

 Meningkatkan sosialisasi ke masyarakat sekitar akan fungsi penting keberadaan kawasan lindung, serta melakukan diversifikasi lahan usaha baru di daerah pedesaan sehingga bermanfaat pada peningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan.

B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya a) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi :

 Meningkatkan keterpaduan dan keterkaitan mutualistis antar kegiatan budidaya.

 Mengendalikan kegiatan budidaya agar tidak melampauai daya dukung dan daya tampung lingkungannya.

 Mengoptimalkan nilai ekonomis kegiatan budidaya dengan minimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan.

b) Strategi pengembangan kawasan budidaya meliputi :

 Menetapkan kawasan budidaya sesuai dengan karakteristik lingkungannya, dan kondisi kekinian yang telah ada.

 Meningkatkan keterkaitan mutualistis antar kegiatan melalui inovasi kegiatan-kegiatan baru dan peningkatan sinergisitas.

(28)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

 Mengintensifkan kegiatan budidaya yang ada saat ini dengan stimulus agar manfaat ekonomisnya optimal, dengan lingkungan yang tetap stabil.

C. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis a) Kebijakan pengembangan kawasan strategis meliputi :

 Melestarikan dan meningkatkan fungsi warisan budaya lokal dan rona alam sebagai obyek wisata dunia.

 Melestarikan dan meningkatkan fungsi dan daya dukung lingkungan untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem lingkungan, dan mempertahankan fungsi perlindungan kawasan.

 Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian wilayah.

b) Strategi pengembangan kawasan strategis meliputi :

 Meningkatkan peran warisan budaya lokal dan rona alam dalam peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah melalui kegiatan pariwisata.

 Mengidentifikasi dan mengembangkan obyek-obyek budaya lokal dan rona alam yang menarik yang belum dikelola dengan baik dan belum terpublikasi untuk menambah khasanah daya tarik wisata, melengkapi obyek-obyek yang telah berkembang saat ini.

 Meningkatan pengendalian aktivitas kegiatan budidaya yang berpotensi merusak keseimbangan ekosistem lingkungan.  Melakukan intervensi iptek dalam pengelolaan kawasan

budidaya sehingga mampu berkontribusi lebih besar dalam pertumbuhan perekonomian wilayah. (Lihat Peta 2.4. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tana Toraja)

(29)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

(30)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

2.5. Sosial Dan Budaya

Pelaksanaan program pembangunan di berbagai sektor yang makin meningkat di Kabupaten Tana Toraja telah memberikan dampak positif terhadap kemajuan pendidikan, yang ditunjukkan makin kondusifnya suasana belajar di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Pelayanan pendidikan sudah relatif merata dan bahkan sudah menjangkau daerah terpencil dan perbatasan.

Dari tahun ke tahun partisipasi seluruh masyarakat dalam dunia pendidikan di Tana Toraja semakin meningkat, hal ini berkaitan dengan berbagai program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk lebih meningkatkan kesempatan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Jumlah siswa dan guru menunjukkan perkembangan yang makin bertambah, sedangkan rasio siswa terhadap sekolah dan rasio guru terhadap siswa makin membaik pada semua jenjang pendidikan namun pemerataan penempatan guru masih perlu ditingkatkan utamanya pada lokasi-lokasi yang jauh dan terpencil.

Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Dimana, harus didukung dengan fasilitas pendidikan yang memadai. Di Kabupaten Tana Toraja jumlah sarana pendidikan tahun 2012 terdiri dari Sekolah Dasar (SD) sebanyak 225 buah , SLTP sebanyak 68 buah, SLTA sebanyak 20 buah, dan SMK 19 buah. (Lihat Tabel 2.11. Jumlah Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia di Kabupaten Tana Toraja)

Berdasarkan data BPS, angka kemiskinan pada tahun 2012 sebesar 28.600 jiwa atau 12,72 persen, dari data tersebut cenderung mengalami penurunan dari tahun 2011 yang tercatat 29.599 jiwa atau sebesar 13,22 persen. Sedangkan data dari Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penangggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada Tahun 2012 untuk Perlindungan Sosial angka penduduk dengan tingkat kesejahteraan 10 - 30% sebesar 52.776 jiwa atau 13.194 Kepala Keluarga.Di tahun 2012 jumlah rumah di Kabupaten Tana Toraja mencapai 54.135 rumah. (Lihat Tabel 2.12. Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan dan Tabel 2.13. Jumlah Rumah Per kecamatan)

(31)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 2.11.

Jumlah Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia di Kabupaten Tana Toraja

No Kecamatan

Jumlah Sarana Pendidikan

Umum Agama SD SLTP SLTA SMK MI MTs MA 1 Bonggakaradeng 10 4 1 0 0 0 0 2 Simbuang 11 2 0 0 0 0 0 3 Rano 9 3 0 0 0 1 0 4 Mappak 11 3 2 0 0 0 0 5 Mengkendek 26 9 1 1 1 0 0

6 Gandang Batu Sillanan 17 8 2 3 2 1 0

7 Sangalla 6 2 1 2 0 0 0 8 Sangalla Selatan 9 3 0 0 1 0 0 9 Sangalla Utara 9 1 0 0 0 0 0 10 Makale 17 6 9 3 2 1 1 11 Makale Selatan 11 3 0 1 0 0 0 12 Makale Utara 8 2 0 5 0 0 0 13 Saluputti 9 2 1 2 0 0 0 14 Bittuang 20 4 1 1 0 0 0 15 Rembon 17 6 0 0 1 0 0 16 Masanda 7 1 1 0 0 0 0 17 Malimbong Balepe 8 3 0 0 0 0 0 18 Rantetayo 11 3 1 1 0 0 0 19 Kurra 9 3 0 0 0 0 0 JUMLAH 225 68 20 19 7 3 1

Sumber : Tana Toraja Dalam Angka Tahun 2013

Tabel 2.12.

Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan No Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK)

1 Bonggakaradeng 227

2 Simbuang 335

3 Rano 287

4 Mappak 309

5 Mengkendek 966

6 Gandang Batu Sillanan 572

7 Sangalla 217

(32)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

9 Sangalla Utara 217 10 Makale 858 11 Makale Selatan 325 12 Makale Utara 153 13 Saluputti 161 14 Bittuang 570 15 Rembon 476 16 Masanda 254 17 Malimbong Balepe 236 18 Rantetayo 433 19 Kurra 234 Total 7.044

Sumber : Tana Toraja Dalam Angka Tahun 2013

Tabel 2.13.

Jumlah Rumah Per Kecamatan

No Kecamatan Jumlah Rumah

1 Bonggakaradeng 1.458

2 Simbuang 1.469

3 Rano 1.370

4 Mappak 1.325

5 Mengkendek 6.765

6 Gandang Batu Sillanan 5.094

7 Sangalla 1.596 8 Sangalla Selatan 1.830 9 Sangalla Utara 1.899 10 Makale 8.504 11 Makale Selatan 2.982 12 Makale Utara 2.889 13 Saluputti 1.764 14 Bittuang 3.347 15 Rembon 4.304 16 Masanda 1.521 17 Malimbong Balepe 2.224 18 Rantetayo 2.619 19 Kurra 1.175 Total 54.135

(33)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah

Struktur Organisasi Pemerintah Daerah di Kabupaten Tana Toraja berdasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Tana Toraja Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tana Toraja.

Dari aspek kelembagaan daerah telah dibentuk beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terdiri dari 15 Dinas, 8 Badan, 6 kantor, Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan 19 kecamatan(Lihat Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Toraja)

Dari lembaga Perangkat Daerah tersebut di dalamnya terdapat lembaga-lembaga yang terkait dengan program sanitasi antara lain:

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Badan ini merupakan leading sektor dalam setiap pelaksanaan perencanaan pembangunan di daerah dimana dalam pelaskanaan program yang berkaitan dengan sanitasi Bappeda merumuskan dan menyusun strategi serta menyatukan semua stakeholder terkait sanitasi untuk menyelesaikan masalah sanitasi secara bersama-sama.

2. Dinas Permukiman dan Tata Ruang

Lembaga ini dibentuk dalam rangka membangun sarana prasarana umum. Pembangunan sarana ini juga termasuk sarana sanitasi seperti bak sampah, pengadaan kontainer sampah, TPA, IPLT, drainase dan lain-lain.

3. Dinas Kesehatan

Dinas ini dalam program sanitasi berfungsi mewadahi urusan-urusan di bidang kesehatan masyarakat, sehingga dalam upaya peningkatan kesehatan lingkungan dan masyarakat dapat menjadi sarana pendukung bagi terciptanya program-program kesehatan.

4. Kantor Kebersihan, Pertamanan, Pemadam Kebakaran, Pemakaman, dan Penerangan Jalan Umum (KP4).

Kantor ini dalam program pengembangan sanitasi terkait dalam pengelolaan alur distribusi sampah dan limbah. Kebijakan mengenai penyaluran

(34)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

persampahan dari rumah-rumah ke TPA, penyedotan lumpur tinja dan kebersihan lingkungan menjadi wewenang SKPD ini.

5. Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)

Dalam penyusunan strategi penanganan permasalahan sanitasi, kondisi lingkungan daerah sangat memegang peran penting. Dampak lingkungan sangat terkait dengan permasalahan sanitasi. Oleh karena itu, keberadaan SKPD yang mengurusi lingkungan berperan penting pula terhadap kebijakan pembangunan sanitasi.

Selain dari SKPD diatas, ada beberapa juga SKPD yang tekait dengan permasalahan sanitasi secara tidak langsung diantaranya:

1. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Lembang (BPMPL) Tidak bisa dipungkiri, permasalahan sanitasi juga berkaitan dengan tingkat kesadaran masyarakat dalam penanganannya. Selama ini penanganan masalah sanitasi mengalami permasalahan terutama dalam pengoperasionalannya dan pemeliharannya sehingga sarana yang terbangun tidak memiliki aspek keberlanjutan dalam fungsi dan kegunaannya. Perlu keterlibatan masyarakat dalam penuntasan masalah sanitasi dan untuk itu SKPD ini memiliki fungsi yang penting sebagai ujung tombak penguatan pemberdayaan dan kelembagaan masyarakat agar mendukung penyelesaian permasalahan sanitasi di masyarakat.

2. Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan memiliki kaitan dengan pembangunan sarana sanitasi di sekolah-sekolah dan bagaimana menanamkan kepada anak sekolah tentang pentingnya masalah sanitasi.

3. Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokoler Sekretariar Daerah

Aspek komunikasi dan informasi menjadi penting saat permsalahan sanitasi menjadi hal yang tidak populer dimasyarakat. Dimana masalah sanitasi menjadi isu yang tidak penting dan tampak pada hasil usulan musrenbang dari masyarakat yang menempatkan usulan pembangunan sarana sanitasi sebagai hal yang jarang diusulkan. Untuk itu SKPD ini sangat penting untuk

(35)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

memberikan dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat akan pentingnya arti sanitasi yang baik dan akibat buruk akibat sanitasi buruk. (Lihat Gambar 2.2. Struktur SKPD Yang Terkait Dalam Pembangunan Sanitasi Kabupaten Tana Toraja)

(36)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Gambar 2.1.

Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Toraja

BUPATI WAKIL BUPATI

STAF AHLI BUPATI

 Staf Ahli Bidang

Hukum, Pemerintahan dan Politik

 Staf Ahli Bidang

Sosial dan SDM

 Staf Ahli Bidang

Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESRA  Bag. Pemerintahan Umum  Bag. Kesejahteraan Rakyat

 Bag. Humas dan

Protokoler

 Bag. Pemuda dan

Olahraga ASISTEN PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN  Bag. Perekonomian  Bag. Pembangunan

 Bag. Sumber Daya

Alam

ASISTEN ADMINISTRASI UMUM

 Bag. Umum

 Bag. Hukum dan

Perundang-undangan

 Bag. Organisasi dan

Tata Laksana

 Bag. Keuangan

SEKRETARIS DAERAH

Kecamatan

Kelurahan / Lembang LEMBAGA TEKNIS DAERAH

 Inspektorat Daerah

 Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah

 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

 BPMPL

 BKBPP

 Badan Kepegawaian Pendidikan dan

Pelatihan

 Badan Ketahanan Pangan

 Badan Penanggulangan Bencana

Daerah

 Badan Lingkungan Hidup Daerah

 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

 Kantor Perpustakaan, Arsip dan

Dokumentasi

DINAS DAERAH

 Dinas Pendidikan

 Dinas Kesehatan

 Dinas Pekerjaan Umum

 Dinas Permukiman dan Tata Ruang

 Dinas Kependudukan dan Cat. Sipil

 Dinas Pertanian

 Dinas Peternakan dan Perikanan

 Dinas Perhubungan dan Kominfo

 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

 Dinas Kehutanan dan Perkebunan

 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

 Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil

Dan Menengah

 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi

SEKRETARIAT DPRD DPRD

(37)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Gambar 2.2.

Struktur SKPD Yang Terkait Dalam Pembangunan Sanitasi Kabupaten Tana Toraja

Mandat Tupoksi Langsung (Stakeholder Utama) Mandat Tupoksi Tidak Langsung

(Stakeholder Mitra)

B U P A T I

BAPPEDA Bidang Fisik dan Prasarana

BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN LEMBANG Bidang Teknologi Tepat Guna

dan Sumber Daya Alam

SEKRETARIAT DAERAH - Perekonomian dan

Pembangunan - Bagian Humas dan

Protokoler

BLHD Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan DINAS PERMUKIMAN DAN

TATA RUANG - Bidang Prasarana,

Perkotaan, dan Perdesaan - Bidang Tata Ruang

KP4 Seksi Persampahan DINAS KESEHATAN

Bidang Pengawasan Kualitas Air dan Penyehatan

Lingkungan

DINAS PENDIDIKAN Seksi Sarana dan Prasarana

(38)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

2.7. Komunikasi Dan Media

Media dan komunikasi berfungsi untuk mengidentifikasi tentang pengalaman dan kapasitas Kabupaten Tana Toraja dalam menjalankan kampanye/pemasaran sanitasi serta sejauh mana pemahaman mereka mengetahui peran media massa dalam mendukung pembangunan sanitasi. Aspek komunikasi dan informasi menjadi hal penting, saat permasalahan sanitasi menjadi hal yang tidak populer dan menjadi isu yang tidak penting dikalangan masyarakat.

Peran komunikasi dan media di Kabupaten Tana Toraja di sektor sanitasi sampai saat ini, hanya sebatas kerjasama dengan program yang berbasis masyarakat seperti PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan dan Pamsimas. Disamping itu, dinas kesehatan juga melakukan kegiatan komunikasi terkait sanitasi seperti Penyuluhan CTPS dan Stop BABs di sekolah dan masyarakat dan pemicuan STBM. (Lihat Tabel 2.14. Kegiatan Komunikasi Terkait Sanitasi dan Tabel 2.15. Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi)

(39)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 2.14.

Kegiatan Komunikasi Terkait Sanitasi

No Kegiatan Tahun Pelaksana Dinas Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran

1. Penyuluhan di masyarakat tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan Stop BABs

2008 s.d. 2013

Dinas

Kesehatan - Siswa Siswi Sekolah Dasar dapat melakukan CTPS dengan baik dan teratur

- Masyarakat memahami pentingnya melakukan CTPS dan Stop BABs

Sekolah Dasar dan Masyarakat

Lembang/Kelurahan

Dengan CTPS dan stop BABs, kita terhindar dari penyakit dan hidup lebih sehat

Menurunkan angka anak yang terserang diare

2. Pelatihan pengelolaan limbah ternak dan sampah rumah tangga

2012 BPMPL Meningkatkan kesadaran dan

pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan limbah ternak dan sampah rumah tangga

Kec. Gandasil, Kec. Bonggakaradeng, dan Kec. Sanggala

Pengelolaan limbah ternak dan sampah rumah tangga

Pengelolaan limbah ternak dan sampah rumah tangga tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan tapi dapat menambah penghasilan 3. Pemicuan STBM 2010 s.d. 2013 Dinas

Kesehatan Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan layanan sanitasi dan membiasakan berperilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari

18 Kecamatan di Kabupaten Tana Toraja

Sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat meningkatkan resiko penyakit

Pemicuan STBM perlu dilakukan secara rutin dalam menunjang Kabupaten Tana Toraja sebagai Kabupaten Sehat 4 Penyuluhan Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi 2010 s.d. 2013 Dinas Permukiman dan Tata Ruang

Meningkat kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi air minum yang

memenuhi standar kesehatan dan pengelolaan sanitasi yang ramah lingkungan

Masyarakat umum

lokasi Pamsimas Pemenuhan air minum standar kesehatan dan pengelolaan sanitasi yang ramah lingkungan

Program berbasis

masyarakat lebih langsung dirasakan dampaknya oleh masyarakat

(40)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 2.15.

Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi

No Jenis Media (a) Khalayak (b) Pendanaan (c) Isu yang Diangkat (d) Pesan Kunci (e) Efektivitas (f)

1. Channel 1 TV Kabel Penyiaran Liputan Kegiatan Tabloid Kareba Pemuatan Artikel dan Pemberitaan Masyarakat Umum Kab. Tana Toraja terutama di 23 Lembang/Kelurahan

Dinas Kesehatan menyelenggarakan deklarasi ODF Stop BABs

Stop BABs Deklarasi ODF Stop

BABs untuk perilaku hidup bersih dan sehat

Tayangan Channel 1 TV Kabel dapat menyebarluaskan informasi untuk tidak Buang Air Besar Sembarangan (BABs) 2. Channel 1 TV Kabel Penyiaran Liputan Kegiatan Masyarakat Umum

Kab. Tana Toraja Program PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan

Kesadaran Masyarakat dalam Pengelolaan Limbah Ternak dan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Limbah Ternak dapat dikelola dengan Ramah Lingkungan dan Penerapan Konsep 3R dalam Pengelolaan Sampah

Tayangan Channel 1 TV Kabel dapat membantu meyakinkan target untuk dapat mengelola limbah ternak dan sampah secara ramah lingkungan 3. Website Kab. Tana Toraja Pemuatan artikel dan pemberitaan Masyarakat Umum

Kab. Tana Toraja Program Kabupaten Sehat Kab. Tana Toraja Kabupaten Tana Toraja berpredikat kabupaten sehat di tahun 2015

Kabupaten Tana Toraja

sebagai Objek Wisata Dengan pemberitaaan Kabupaten Tana Toraja sebagai daerah wisata, sektor sanitasi merupakan hal terpenting dalam mendukung Kabupaten Tana Toraja sebagai salah satu Kabupaten Sehat di Sulawesi Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis delapan (H8) yang menyatakan bahwa “Identitas diri Pro- lingkungan menengahi pengaruh (a) materialisme, (b) motivasi konsumsi sosial dan (c) kepedulian lingkungan

dari injection pump ke dalam silinder pada setiap akhir langkah kompresi. dimana torak ( piston ) mendekati posisi

Tidak adanya hubungan antara keberadaan hewan peliharaan dengan kejadian leptospirosis dalam penelitian ini bisa dikarenakan sebagian besar responden baik pada

Pada tataran aplikatif, maka arah pengembangan model pelayanan Samsat ke depan harus mencakup : Pertama, model Pelayanan Samsat Konservatif, (a) merubah sistem pengarsipan manual

Sebagian besar elit politik di indonesia bersifat hierarkis, startifikasi sosial bukan didasarkan atas atribut sosial yang bersifat matrealistik, tetapi lebih pada

Bermaksud untuk menguji stabilitas jawaban responden dari suatu waktu ke waku berikutnya dengan cara menghitung koefisien korelasi dan skor jawaban responden yang diukur

Dalam dimensi globalisasi di bidang ekonomi, terdapat dua jenis sistem kelembagaan yang menghambat pertumbuhan berbasis inovasi dengan membuat penghalang insentif..

Hal ini juga telah dibuktikan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dan menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada BOPO antara Bank Umum