• Tidak ada hasil yang ditemukan

Globalisasi dalam Dimensi Budaya Ekonomi (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Globalisasi dalam Dimensi Budaya Ekonomi (2)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

GLOBALISASI: ISU DAN KONTROVERSI

Globalisasi dalam Dimensi Budaya, Ekonomi, dan Politik

Anastasia Puspita Ayu 170210110081

Ika Fitriyana 170210110061

Indah Permanasari 170210110101 M. Singgih Saputra 170210110141

Ravio Patra 170210110019

Selma Elfirda 170210110087

Yanti Silviana 170210110071

Ziya Pranandia 170210110083

PROGRAM SARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

Munculnya budaya populer yang homogen ditanggung oleh budaya industri barat yang berbasis di New York, Hollywood, London, dan Milan. Sebagai bukti interpretasi mereka, seorang warga India mengenakan sepatu pelatihan Nike, penghuni dari Southern Sahara membeli topi baseball Texaco, dan masih banyak lagi. Meskipun telah ada upaya serius oleh beberapa negara untuk melawan kekuatan-kekuatan imperialisme budaya ini penyebaran budaya populer Amerika tampaknya tak terbendung. Sosiolog Amerika George Ritzer menciptakan istilah 'McDonaldisasi' untuk menggambarkan proses sosial budaya luas di mana prinsip-prinsip restoran cepat saji datang untuk mendominasi semakin banyak sektor masyarakat Amerika serta seluruh dunia.

Salah satu dari kelompok pesimis hyperglobalizers, Benjamin Barber, mengingatkan kepada imperialisme budaya yang ia sebut McWorld di mana adanya kapitalisme konsumen yang cepat mengubah beragam populasi, ia menyebutkan bahwa McWorld merupakan produk dangkal budaya popular Amerika dalam kepentingan komersial. Mereka membuat selera umum.

Hyperglobalizers optimis setuju dengan rekan-rekan mereka yang pesimis bahwa globalisasi budaya menghasilkan lebih kesamaan, tetapi mereka mempertimbangkan hasil ini menjadi hal yang baik bagi Amerika. Teori sosial Francis Fukuyama secara eksplisit menyambut global penyebaran nilai-nilai Anglo-Amerika dan gaya hidup, menyamakan Amerikanisasi dunia dengan perluasan demokrasi dan pasar bebas.

Untuk sebagian besar, arus budaya global zaman kita dihasilkan dan disutradarai oleh kerajaan media global yang mengandalkan kuat teknologi komunikasi untuk menyebarkan pesan mereka. Pendapatan tahunan seluruh dunia sebagian besr dihasilkan oleh industri komunikasi. Nilai-nilai disebarkan oleh perusahaan media transnasional tidak hanya hegemoni budaya dari budaya populer, tetapi juga menyebabkan depolitisasi realitas sosial dan melemahnya kewajiban sipil.

(3)

internasional. Sementara yang lain kehilangan keunggulan mereka dan bahkan hilang.

Pusat Riset Globalisasi di Universitas Hawaii mengidentifikasi 5 variabel kunci yang berpengaruh terhadap globalisasi bahasa, yaitu:

1. Jumlah bahasa (number of languages);

2. Pergerakan orang (movements of the people);

3. Bahasa asing dan pariwisata (foreign language learning and tourism); 4. Bahasa di internet (internet languages); dan

5. Publikasi ilmiah internasional (international scientific publications).

Kritik terhadap Globalisasi

Globalisasi merupakan salah satu istilah yang paling sering disalahartikan. Jan Aart Scholte berpendapat bahwa perkembangan dari globalisasi sangat sulit untuk didefinisikan dan dipelajari secara sistematis oleh para ahli karena sifatnya yang terus berubah atau dinamis. Scholte kemudian mencoba untuk mendefinisikan globalisasi tanpa menggunakan istilah yang dianggap terlalu berlebihan seperti internasionalisasi ataupun universalisasi, namun lebih kepada konsep deteritorialisasi atau pertukaran lintas batas tanpa jarak. Hubungan lintas batas tersebut semakin lama semakin melupakan kendala geografis dan semakin banyak masyarakat yang merasa menjadi masyarakat internasional dengan segala kemuadahannya.

(4)

Scholte lebih lanjut mengkritisi peran dari globalisasi terhadap demokrasi. Menurutnya, globalisasi dapat merusak demokrasi liberal yang konvensional dengan tanpa membuat kehidupan global yang lebih demokratis. Hal tersebut dikarenakan karena globalisasi saat ini digunakan kaum niolibral untuk kepentingan yang lebih bersifat ekonomis. Scholte mengusulkan demi mengembalikan globalisasi ke tujuan yang sebenarnya, harus dijalankan beberapa reformasi seperti penghapusan biaya lepas pantai dan devolusi ke pemerintah domestik.

Globalisasi sendiri sebelum abad kesembilan belas belum menjadi isu yang dikaji oleh para ahli, meskipun jauh sebelumnya perdagangan lintas bangsa sudah dilakukan namun hanya oleh sebagaian kecil dari masyarakat dunia. Hal yang diakui Scholte akan bergeser seiring dengan perkembangan globalisasi adalah budaya namun ia tidak banyak mengkaji mengenai hal ini. Scholte dalam bukunya juga membahas mengenai perdebatan mengenai globalisasi, bagaimana mendefinisikan globalisasi, sejarah globalisasi, penjelasan globalisasi, globalisasi dan produksi serta perpindahan dari sistem kapitalisme ke hiperkapitalisme, globalisasi dan kepemerintahan serta perpidahan dari negara ke banyak negara, globalisasi dan identits serta perpindahan nasionalisme ke hibiridisasi, globalisasi dan pengetahuan serta perpindahan dari rasionalisme ke refleksiviti, globalisasi dan keamanan, globalisasi dan kesetaraan, globalisasi dan demokrasi, dan rekonstruksi globalisasi

Globalisasi dalam Dimensi Politik

(5)

pemerintah pusat dalam hal kebijakan nasional, karena segala formulasi, implementasi dan penegakan aturan sosial lebih banyak terjadi melalui negara dan pada hubungan antar negara,sehingga akan sulit untuk terlibat langsung di dunia yang lebih luas.

Jika dalam kondisi statisme konstelasi politik hanya terjadi pada level negara, sebaliknya dalam kondisi dunia yang lebih global, pemerintahan akan terbagi dalam beberapa lapisan dan trans-skalar (kuantitas hubungannya lebih besar). Oleh karenanya, pemerintah pun tidak hanyaakan berinteraksi dengan masyarakat domestik ataupun pemerintah di negara lain, akan tetapi juga dengan rezim dari aktor suprastate,baik dalam tingkat regional maupun global, juga pemerintahan daerah atau aktor substate. Perubahan interaksi ini juga didukung oleh perkembangan teknologi yang akan semakin mempermudah akses informasi dan mobilisasi data bagi seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain, globalisasi yang telah meningkatkan yuridiksi dan kapasitas regulasi pemerintah nasional, serta menciptakan kompleksitas hubungan di dalamnya, akan semakin mengaburkan pula konstruksi kedaulatan negara Westphalian.

Namun, globalisasi juga telah mengakibatkan perubahan kapabilitas power negara-negara di dunia. Bagi negara-negara kuat, seperti negara anggota OECD dan G7, globalisasi telah berkontribusi dalam peningkatan power masing-masing negara, sehingga eksistensi mereka lebih diakui dalam tataran global, dan di sisi lain globalisasi juga menghilangkan konsep kedaulatan tradisional negara-negara tersebut. Sedangkan bagi negara-negara terbelakang atau poskolonial, globalisasi mengakibatkan negara-negara tersebut kehilangan relative power sebagai dampak dari adaptasi mereka yang cenderung lamban dalam proses globalisasi.

(6)

ekonomi, negara-negara di dunia mulai turut serta membentuk mekanisme dan berpartisipasi dalam pasar global. Negara-negara besar, yang saat ini disebut sebagai negara Post-Westphalian, pun telah mendirikan berbagai perusahaan multinasional yang juga sedikit banyak berpengaruh pada penentuan kebijakan nasional suatu negara.

Globalisasi politik merujuk pada intensifikasi dan perluasan politik global. Proses ini menyinggung beberapa isu penting dari politik itu sendiri seperti prinsip kedaulatan negara, dampak pertumbuhan organisasi intergovernmental, dan prospek bagi kepemerintahan regional dan global ke depannya. Proses ini juga merespon pada perubahan tatanan politik di luar kerangka negara bangsa.

Perwujudan globalisasi kontemporer telah mengarah pada penyebaran parsial atas batasan teritori negara, dan dalam prosesnya telah melunakkan konsep perbatasan dan batas pemisah kebudayaan. Para hyperglobalizer menyerukan bahwa semenjak akhir tahun 1960 telah ditandai dengan adanya deteritorialisasi politik secara radikal, aturan, serta pemerintahan. Mereka mempertanyakan relevansi konsep negara-bangsa di era globalisasi dan kemunculan blok kawasan sebagai bukti bentuk baru.

Terdapat tiga pertanyaan mendasar atas globalisasi politik ini: (1). Apakah kekuatan negara bangsa telah dibatasi oleh arus kapital, manusia, dan teknologi antar negara?; (2). Apakah penyebab utama arus ini ditemukan dalam politik atau ekonomi?; dan (3). Apakah kita menjadi saksi lahirnya kepemerintahan global?

(7)

pendirian Perserikatan Bangsa-bangsa dan organisasi intergovernmental lainnya yang juga menjadi katalis atas perluasan aktivitas politik lintas negara. Hal ini menggangsir prinsip kedaulatan nasional.

Fenomena globalisasi ini cenderung meningkat selama tahun 1970an dimana masyarakat internasional makin mengarah pada interdepedensi politik global yang semakin menantang kedaulatan negara-bangsa. Pada tahun 1990an, saat Perang Teluk, Presiden AS, Geroge H. W. Bush mengumukan kelahiran "tatanan dunia baru" dimana pemimpin dunia tidak lagi melihat kejahatan transnasional hanya sebagai isu terkait negara atau pihak yang menderita saja. Laluu, apakah sistem modern negara-bangsa masih dapat berjalan?

Para hyperglobalizer terus meyakinkan publik bahwa globalisasi tidak dapat dihindari akan terus menembus batas kedaulatan. Konsekuesinya, kekuatan politik ditempatkan pada bentukan sosial global dan diekspresikan melalui jaringan global. Bahkan, mereka berpendapat bahwa negara-bangsa telah kehilangan peran dominan dalam ekonomi global. Batasan negara pun tidak lagi relevan, negara pun memiliki kemampuan terbatas dalam menentukan arah dari kehidupan sosial dalam kedaulatan yang diakuinya. Sementara itu, kaum skeptis berpendapat bahwa negara-bangsa ini masing relevan, dan melaksakan fungsinya dalam bentuk negara-bangsa modern atau bagian dari global. Dalam hal ini, interdependensi ekonomi diatur dalam pembuatan keputusan politik, tetapi keputusan ini dibuat dalam konteks ekonomi tertentu. Aspek politik dan ekonomi dalam globalisasi sangat berhubungan. Perkembangan ekonomi terkini seperti perdagangna bebas tentu membatasi opsi politik kepada negara. Rangkaian ancaman keamanan global seperti terorisme pun mempengaruhi dinamika politik dimana isu ini tidak dapat dihadapi oleh satu negara-bangsa saja tetapi telah menjadi isu global yang merujuk pada bentuk baru kerja sama internasional. Globalisasi kontemporre telah melemahkan batasan konvensional antara kebijakan domestik dan luar negeri, dan di saat yang sama mempercepat pertumbuhan ruang sosial supraterritorial dan institusi yang menggonca tatanan politik tradisional.

(8)

terhubung antardaerah, provinsi, negara, blok regional, organisasi internasional, dan asosiasi pihak swasta nasional maupun internasional. Peningkatan struktur kepemerintahan global juga dibentuk oleh global civil society, sukarelawan dan organisasi non-governnemtal.

Globalisasi politik dianggap bisa memfasilitasi lahirnya gerakan sosial transnasional demokrasi yang dipimpin oleh global civil society. Sebuah struktur kepemerintahan global berdasarkan idealisme kosmopolitan barat, pengaturan hukum internasional dan jaringan antar organsiasi pemerintah maupun non-pemerintah.

Menurut Davide Held, demokrasi kosmopolitan di masa depan akan mengandung fitur politik sebagai berikut:

1. Sebuah parlemen pemerintahan global yang terhubung ke kawasan, negara, dan pemerintahan daerah;

2. Piagam baru hak dan kewajiban yang didasarkan pada ranah kekuatan politik, sosial, dan ekonomi yang berbeda;

3. Pemisahan formal kepentingan politik dan ekonomi; dan

4. Keterhubungan sistem hukum global dengan mekanisme penegakan hukum dari lokal ke global.

Banyak pihak pesimis akan gagasan perubahan dari Globalisasi politik menuju ke demokrasi kosmopolitan. Banyak pihak mengkritik bahwa bahwa pandangan tersebut terlalu idealis sehingga gagal menjawab tantangan politik saat ini. Intensifikasi global akan interaksi politik, ekonomi, dan budaya memungkinkan adanya resistensi dan oposisi tersendiri.

Globalisasi dalam Dimensi Ekonomi

(9)

Pertama, perbedaan pertumbuhan berbasis inovasi (yang mencakup transfer teknologi sebagai kekuatan konvergensi utama) dan mekanisme pertumbuhan lainnya. Kedua, konsep sistem kelembagaan negara sebagai variabel kompleks yang berbeda dalam jenis posisi pengambilan keputusan dan mekanisme akses ke posisi tersebut.

Variabel pertama dimensi ekonomi ini menghasilkan disposisi individual, yang merupakan dampak situasional sistem kelembagaan di negara-negara dan variabel kedua menghasilkan dampak seleksional. Fokusnya yaitu menekankan bahwa pengaruh pertama dari dimensi ekonomi ini sebagai sesuatu yang penting secara fundamental sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Pertumbuhan berbasis inovasi memungkinkan untuk diblokir baik oleh informasi ataupun penghalang insentif. Proposal inovatif seringkali absen dari pengambil keputusan yang tepat dalam suatu masyarakat tertentu.

Dalam dunia modern, keabsenan tersebut karena isolasi kelembagaan. Namun, faktor-faktor yang menghasilkan isolasi tersebut cenderung untuk menghasilkan penghalang insentif terhadap inovasi. Isolasi juga melemahkan insentivitas untuk berinovasi karena berkurangnya ruang lingkup pasar dan persaingan pasar. Hambatan insentif sehubungan dengan inovasi ada setiap kali utilitas yang diharapkan terdefinisikan (didefinisikan dalam hal fungsi umum utilitas individu) atau dari investasi yang dibutuhkan relatif rendah dibandingkan dengan alternatif tindakan.

Dalam dimensi globalisasi di bidang ekonomi, terdapat dua jenis sistem kelembagaan yang menghambat pertumbuhan berbasis inovasi dengan membuat penghalang insentif. Kelompok pertama membatasi investasi, termasuk investasi yang akan membutuhkan teknologi baru. Investasi yang rendah mungkin disebabkan oleh pengembalian individu yang rendah atau sangat tidak pasti dari investment swasta atau dari rasio tabungan rendah ketika akses ke tabungan asing terbatas.

(10)

predator swasta. Pengembalian dari investasi swasta mungkin tinggi, tetapi tingkat investasi rendah karena rasio tabungan rendah. Alasan yang paling mungkin untuk situasi seperti ini adalah kesejahteraan negara yang terlalu berat.

Dengan kedua jenis sistem kelembagaan, pertumbuhan berbasis inovasi diblokir oleh penghalang insentif yang secara langsung mempengaruhi inovasi tanpa harus menghambat laju investasi. Berbagai sistem dapat menghasilkan situasi seperti ini. Tidak hanya mencakup kerangka kerja yang mengkombinasikan pembatasan kerja dan hak monopoli perusahaan, tetapi juga jenis lain dari sistem kelembagaan yang menghalangi kompetisi. Dengan dimulainya pertumbuhan ekonomi modern di Inggris, dimulai juga era baru konvergensi, divergensi dan akselerasi pertumbuhan dan turunnya lambat. Episode pertumbuhan yang lambat juga dapat dijelaskan oleh sistem kelembagaan yang diblokir pertumbuhan berbasis inovasi atau transisi ke sistem tersebut.

Era positif di mana adanya percepatan pertumbuhan atau konvergensi terbagi ke dalam dua kategori utama yaitu pertama, saat pertumbuhan negara-negara yang telah mempertahankan sistem liberal relatif tidak berubah, seperti adanya ruang lingkup yang besar pada kebebasan ekonomi dengan perlindungan yang cukup tinggi pada kebebasan tersebut. Kemudian yang kedua, kelompok yang lebih besar yang terdiri dari negara-negara mengubah sistem pertumbuhan dan perlambatannya melalui reformasi dan berpotensi menghasilkan percepatan pertumbuhan yang abadi. Ruang lingkup reformasi tersebut tergantung pada kondisi-kondisi awal, termasuk sistem kelembagaan yang diwariskan.

(11)

Kekuatan terdahulu berkaitan dengan apa yang disebut pergerakan lembaga (struktur dan proteksi hak milik serta variabel yang terkait) dan stabilisasi lembaga tersebut dari yang sangat lemah hingga sangat kuat. Pada tingkat proksimat, kekuatan terdahulu tersebut mencakup tingkat sistem pertukaran, konstitusi fiskal dan pengawasan keuangan moneter. Kekuatan dan bentuk lembaga-lembaga yang proksimat yang dapat menstabilkan lembaga-lembaga tersebut tergantung pada sifat dari rezim politik suatu negara, yang juga mempengaruhi kerentanan terhadap guncangan ekonomi melalui jalur yang lebih politis.

Pada akhirnya, kekuatan lembaga-lembaga tersebut merupakan mekanisme mobilitas sosial ke atas dan bagaimana mereka berinteraksi dengan jenis posisi pengambilan keputusan yang mempengaruhi pertumbuhan berbasis inovasi. Masih banyak informasi yang diperlukan pada hambatan-hambatan utama dalam pertumbuhan lembaga dan seberapa produktifkah pertumbuhan dari berbagai perubahan dalam variabel masing-masing untuk jangka panjang, mengingat situasi awal yang berbeda. Ini juga akan perlu ditelusuri tentang mekanisme pertumbuhan transisi apa yang hadir dalam berbagai kondisi awal.■

Referensi

Åslund, A. & Dabrowski, M. (2008) Challenges of Globalization: Imbalances and Growth. Washington DC: Peter G. Peterson Institute for International Economics.

Balcerowicz, L. (2008) Institutional Systems and Economic Growth. Dalam: Åslund, A. & Dabrowski, M., Challenges of Globalization: Imbalances and Growth. Washington DC: Peter G. Peterson Institute for International Economics, h. 153199.

Scholte, Jan Aart (2005) Globalization: A Critical Introduction. Dalam: Globalization and Identity: From Statism to Polycentrism. New York: Macmillan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil optimum tablet ibuprofen yang diperoleh dengan program optimasi Design Expert yaitu formula dengan konsentrasi amilum kulit pisang pada konsentrasi 3,08%,

tersebut. Guru mendemonstrasikan kepada peserta didik untuk melakukan diskusi dengan mengulas kembali apa isi materi tadi scara kritis dengan masing- masing kelompoknya, tujuan

Pada sistem kemudi mobil Basudewo yang sudah ada, masih memiliki permasalahan seperti, roda depan tidak stabil pada kecepatan di bawah 25 km/jam, pengendalian kemudi masih terlalu

Demikian permohonan ini saya buat, atas perhatian dan terkabulnya kami ucapkan terima kasih. Yogyakarta,

Kekuasaan monopoli yang dimiliki pekerja menyebabkan setiap pekerja memperoleh upah yang lebih tinggi dari upah yang didalam pasar persaingan sempurna, akan tetapi tenaga kerja

[r]

Untuk menguji pengaruh factor social, kesesuaian tugas tekhnologi yang dirasakan, kompleksitas, konsekuensi jangka panjang pemanfaatan PC oleh mahasiswa STIE AMA Salatiga

KETUJUH : Bantuan Penyiapan Akreditasi Program Studi pada PTAIS ini dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Pendidikan