• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 12 No.2 Oktober 2015 ISSN : Pembina Prof. Dr. H. Djaali Rektor Universitas Negeri Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 12 No.2 Oktober 2015 ISSN : Pembina Prof. Dr. H. Djaali Rektor Universitas Negeri Jakarta"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Volume 12 No.2 Oktober 2015

ISSN : 0216 - 7484

Pembina

Prof. Dr. H. Djaali

Rektor Universitas Negeri Jakarta

Penanggung Jawab

Dr. Etin Solihatin, M.Pd

Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat

Pemimpin Redaksi

Dra. Desfrina

Sekretaris Redaksi

Drs. Sri Kuswantono, M.Si

Dewan Redaksi

Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd, Dr. Corry Yohana, MM

Dr. Agus Dudung, M.Pd, Sujarwo, M.Pd, Dr. Eko Siswono, M.Si

Sekretariat

Sugimin, S.Pd, Marni Lestari, S.Pd, Marhasan, S.Pd, Rita Aryani, S.Pd,

Wiwik Endang S, S.Pd, Adi Wijanarko, S.Kom, Nurlaila, Ayi Sutisna

Terbit

(Mei dan Oktober)

Alamat Redaksi

Gedung LPM UNJ

Komplek Kampus A UNJ Rawamangun Jakarta Timur

Telp. 489 7658, Fax. 471 2063

(3)

Pengantar Redaksi

Puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, menyambut penerbitan Jurnal

Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” Volume 12 No.2 Oktober 2015.

Kehadiran Jurnal ini merupakan publikasi dari hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat

yang dilaksanakan oleh dosen di lingkungan Universitas Negeri Jakarta. Pengabdian pada

masyarakat ini sebagai perwujudan kepedulian civitas akademik Universitas Negeri Jakarta

terhadap pembangunan atau pemberdayaan masyarakat.

Bentuk dari kegiatannya berupa penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam

wujud alih ilmu pengetahuan tekhnologi dan seni.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh penulis artikel yang telah

menyumbangkan artikelnya sehingga Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat

“Sarwahita” Volume 12 No.2 Oktober 2015 ini dapat diterbitkan.

Semoga apa yang telah dikerjakan dan dituangkan dalam jurnal ini dapat menjadi

sumbangsih untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.

(4)
(5)

Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 1 TRAINING OF TRAINERS (TOT) KETRAMPILAN UNTUK DIDESEMINASIKAN SEBAGAI

ALTERNATIF MENAMBAH PENGHASILAN IBU-IBU RUMAH TANGGA Eko Tri Rahardjo

Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK

Pelaksanaan KKN di perdesaan, memberi peluang bagi masyarakat untuk memperoleh

ketrampilan dalam rangka menambah penghasilan. Dengan adanya mahasiswa KKN memberi

ketrampilan, maka masyarakat akan berpeluang mendapatkan ketrampilan secara gratis yang

pada akhirnya dapat memperoleh peluang mecari penghasilan tambahan.

Namun demikian tidak semua mahasiswa peserta KKN mempunyai ketrampilan yang dapat

diberikan ke masyarakat berupa ketrampilan yang menghasilkan “sesuatu yang dapat dijual”.

Oleh karena itu kegiatan ini memberi bekal kepada mahasiswa calon peserta KKN untuk

menjadi trainers di tempat mereka ber KKN nanti.

Melalui pelatihan TOT bagi mahasiswa calon peserta KKN UNJ yang dideseminasikan kepada

para ibu-ibu di lokasi KKN maka diharapkan diperoleh alternatif menambah penghasilan,

dengan mengikuti pelatihan tanpa mereka harus mengeluarkan biaya.

Kata Kunci : TOT, KKN, mahasiswa

I. PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Pendidikan dan hidup layak merupakan hak seluruh bangsa Indonesia, pendidikan dapat dijangkau melalui proses pembelajaran, dan pembelajaran tidak dibatasi oleh waktu dan usia. Belajar dan pembelajaran berlangsung sepanjang hayat sejauh hal itu diperlukan. Manusia belajar sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan pembelajaran yang mencakup belajar afeksi, belajar kognisi dan belajar ketrampilan semua membawa manfaat sesuai dengan porsinya. Masing-masing tujuan pembelajaran tersebut akan memberikan kontribusi kepada kehidupan individu sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya.

Di kehidupan sekitar kita, tidak semua anggota masyarakat dapat menempuh pendidikan sampai jenjang tinggi. Terdapat sekelompok masyarakat yang hidup dengan bekal pendidikan minimum. Hal ini disebabkan karena banyak hal yang antara lain ketiadaan biaya, waktu dan lainnya yang intinya adalah pada ketiadaan kesempatan. Kondisi seperti ini juga terjadi di banyak tempat di lokasi KKN mahasiswa UNJ, dimana terdapat sekelompok masyarakat dengan ijasah relatif rendah. Masyarakat ini sukar untuk

meningkatkan pendidikan dan ketrampilanya yang dapat meningkatkan penghasilan dan taraf hidup mereka. Bekal ijasah yang rendah dan ketiadaan biaya serta kurangnya kemampuan atau ketrampilan, berakibat mengurangi kesempatan untuk maju dan menjadi salah satu kendala kemajuan kehidupan ekonomi mereka.

Sehubungan dengan hal di atas maka diperlukan suatu upaya yang secara riil dapat dilakukan dan berdampak langsung terhadap kemampuan mereka dalam meningkatkan kehidupan perekonomiannya. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memberikan ketrampilan tambahan dan memberikan hasil yang nyata, cepat dan langsung dapat dimanfaatkan dan dirasakan hasilnya

Di lain pihak dengan pelaksanaan KKN di perdesaan, memberi peluang bagi masyarakat untuk memperoleh ketrampilan dalam rangka menambah penghasilan. Dengan adanya mahasiswa KKN memberi ketrampilan, maka masyarakat akan berpeluang mendapatkan ketrampilan secara gratis yang pada akhirnya dapat memperoleh peluang mecari penghasilan tambahan. Namun demikian tidak semua mahasiswa peserta KKN mempunyai ketrampilan yang dapat diberikan ke masyarakat

(6)

2 Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 berupa ketrampilan yang menghasilkan “sesuatu

yang dapat dijual”. Oleh karena itu kegiatan ini memberi bekal kepada mahasiswa calon peserta KKN untuk menjadi trainers di tempat mereka ber KKN nanti.

B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan analisis situasi yang telah diuraikan, maka masalah yang dapat diiden-tifikasikan adalah sebagai berikut:

a. Banyak masyarakat di lokasi KKN yang taraf perekonomianya relatif rendah. b. Di masyarakat yang jenjang

pendidikan-nya rendah sukar meningkatkan ketrampilan dan pendapatanya.

c. Masyarakat di lokasi KKN banyak yang mengalami kendala dalam meningkatkan jenjang pendidikan karena alasan ekonomi dan kesempatan.

d. Diperlukan ketrampilan tambahan untuk mendapatkan peluang meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan.

e. Perekonomian yang terbatas ini membatasi masyarakat dalam memperoleh pendidikan dan ketrampilan.

f. Diperlukan upaya untuk memberikan ketrampilan tanpa mereka harus berhenti bekerja atau mencari nafkah dan tanpa mengeluarkan biaya.

g. Salah satu upaya tersebut adalah melalui pemberdayaan mahasiswa KKN sebagai instruktur yang telah dibekali berbagai ketrampilan.

h. Untuk menjadi instruktur maka mahasiswa calon peserta KKN diberi pelatihan sebagai instruktur melalui kegiatan TOT ketrampilan.

2. Rumusan Masalah

Dari berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi, maka masalah yang dirumuskan dalam program ini adalah: melalui pelatihan TOT bagi mahasiswa calon peserta KKN UNJ yang dideseminasikan kepada para ibu-ibu di lokasi KKN maka diharapkan diperoleh alternatif menambah penghasilan. tanpa mereka harus mengeluarkan biaya, sehingga diperoleh peluang mendapatkan penghasilan tambahan.

B. Tujuan Kegiatan

Tujuan dari kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. memberikan ketrampilan tambahan membuat berbagai barang kerajinan dengan bahan yang murah dan mudah didapatkan.

2. memberikan peluang meningkatkan pendapatan dengan berbagi pengalaman dengan instruktur sekaligus sebagai pengrajin.

3. menumbuhkan rasa percaya diri kepada para mahasiswa calon peserta KKN. 4. meningkatkan sinergi dan kinerja,

dengan kegiatan ini para peserta bKKN diharapkan menjadi lebih intens dalam komunikasi dengan masyarakat di lokasi KKN.

C. Manfaat Kegiatan

1. Memberikan ketrampilan tambahan bagi mahasiswa

2. Memberi ketrampilan tambahan bagi ibu-ibu di lokasi KKN

3. Memberikan peluang meningkatkan pendapatan.

4. Menumbuhkan rasa percaya diri mahasiswa calon peserta KKN

5. Meningkatkan sinergi dan kinerja. 6. Menambah suksesnya pelaksanaan KKN

UNJ

7. Menambah nama baik UNJ di masyarakat lokasi KKN

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Ketrampilan dan Pendapatan

Pendapatan yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah penghasilan yang didapat seseorang dari hasil bekerja atau mengasilkan produk tertentu. Menurut Safir Senduk (2000), penghasilan seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor : pendidikan, pekerjaan, umur, harta, tempat tinggal, keberuntungan, bakat, kerjakeras, koneksi dan diskriminasi.

1. Pendidikan, orang yang berpendidikan tinggi cenderung menghasilkan banyak uang, hal ini menyebabkan orang

(7)

Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 3 cenderung menganggap bahwa orang

akan berpenghasilan tinggi setelah menempuh pendidikan tinggi. Namun demikian yang benar adalah bahwa pendidikan bisa membantu seseorang untuk memperoleh penghasilan tinggi. Namun demikian terdapat potensi bahwa orang berpendidikan tinggi berpeluang lebih besar karena umumnya memiliki wawasan yang lebih luas.

2. Pekerjaan, orang yang pekerjaanya menggunakan pikiran biasanya lebih banyak menghasilkan uang dibandingkan dengan orang yang pekerjaanya menggunakan tenaga.

3. Umur, orang yang berumur lebih tua biasanya mendapatkan penghasilan lebih tinggi dibandingkan yang usianya lebih muda karena faktor pengalaman dan lama bekerja.

4. Harta, kaitan harta dengan penghasilan ialah bahwa seseorang bisa saja memiliki investasi sehingga dapat menambah penghasilan selain dari upah.

5. Tempat tinggal, standar gaji dan upah serta biaya hidup dapat memengaruhi perbedaan penghasilan walaupun dalam pekerjaan dan level yang sama tetapi beda tempat tinggal, misalnya beda kota atau di kota dengan kota lain yang beda peraturan.

6. Keberuntungan, faktor ini tidak dapat diprediksi tetapi tetap menjadi variabel yang dipertimbangkan, misalnya fluktuasi perusahaan menentukan bonus karyawan.

7. Bakat, bakat menentukan mutu pekerjaan sehingga dapat memengaruhi penghasilan seseorang.

8. Kerja Keras, kerja keras merupakan salah satu faktor yang menentukan produktifitas, selain dari promosi jabatan.

9. Koneksi, koneksi dapat menentukan penghasilan. Misalnya dengan koneksi mendapatkan penghasilan sampingan atau mendapat tambahan pekerjaan yang menghasilkan uang.

10. Diskriminasi, diskriminasi ini dapat menyangkut gender atau kesukuan. Misalnya pria dan wanita bekerja dalam level yang sama tetapi pria digaji lebih tinggi, sama-sama sebagai konsultan tetapi konsultan asing digaji lebih tinggi. Sehubungan dengan uraian di atas maka yang dapat diupayakan untuk meningkatkan penghasilan pada masyarakat sebagai orang yang berpendidikan rendah, dan berharta tidak banyak, serta tempat tinggal yang kurang kondusif untuk mencari tabahan, caranya adalah dengan mengoptimalkan keberuntungan, bakat, kerjakeras, dan melalui koneksi yang legal. Mengoptimalkan keberuntungan dapat dilakukan dengan memberikan bekal ketrampilan sehingga memperoleh peluang lebih banyak, sedangkan bakat adalah diupayakan mengoptimalkan bakat dengan memberikan berbagai macam ketrampilan sehingga dimungkinkan untuk dipilih sampai akhirnya muncul salah satu bakat yang terpendam dan dapat dioptimumkan, kerja keras dapat diupayakan melalui etos kerja yang meningkat.

Adapun koneksi yang legal maksudnya adalah memberikan perhatian khusus dengan memilih secara sengaja kepada mereka yang benar-benar membutuhkan untuk diberikan peluang yang lebih besar.

B. Metode Pembelajaran Ketrampilan Dalam proses pembelajaran, banyak sekali metode dan media yang dapat dipergunakan. Menurut Edgar Dale proses pembelajaran dengan cara mengalami sendiri akan mempunyai dampak yang lebih baik dibandingkan dengan apabila sekedar mendengarkan. Pada gambar di bawah ini ditunjukan tentang efektifitas pengalaman belajar. Bagian paling atas dari kerucut ini adalah bagian yang paling sempit memberikan kontribusi pengalaman belajar, sedangkan bagian paling bawah menunjukan pengalaman belajar yang hasilnya paling luas. (Edgar Dale dalam Oemar Hamalik, 1982).

(8)

4 Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2

Gambar 1. Diagram efektifitas pengalaman belajar (Edgar Dale dalam Oemar Hamalik, 1976)

Berdasarkan pada gambar di atas terlihat bahwa pembelajaran ketrampilan akan baik jika diberikan secara langsung melibatkan aktivitas peserta. Sementara itu penyerapan informasi sehingga menjadi suatu hasil belajar juga mengalami suatu proses belajar. Proses belajar dikatakan baik apabila peserta mampu

mengungkapkan kembali atau melakukan kembali apa yang telah diajarkanya. Dalam hal ini maka suatu hasil yang berupa produk merupakan manifestasi dari hasil pengung-kapan kembali apa yang dipelajari sebelumnya.

Dalam revisi teori Bloom tentang tujuan pembelajaran, Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl membuat taksonomi pembelajaran meliputi mengingat, memahami, mengapli-kasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.

Berdasarkan taksonomi di atas, apabila seseorang diberi pelajaran tertentu maka hasil akhirnya adalah menciptakan atau mempunyai suatu kreasi atau kemampuan mencipta sesuatu. Dalam hal ketrampilan membuat produk maka dapat dikategorikan sebagai pengetahuan faktual yang nyata tampak, dapat dilihat, dipegang dan dirasakan, sehingga hasil akhir dari bahan mentah dapat dicipta menjadi sesuatu yang bernilai lebih tinggi. Dari uraian ini jika kita memandang belajar melalui jalur ranah psikomotor, maka menurut Dave (1967) proses belajar dapat berjalan melalui langkah sebagai berikut:

PENIRUAN PENGGUNAAN KETEPATAN PERANGKAIAN NATURALISASI

Meniru gerak yang diamati atau diajarkan Menggunakan konsep untuk melakukan gerak Melakukan gerak dengan teliti dan benar Merangkaikan berbagai gerakan secara berkesinambungan Melakukan gerak secara wajar dan efisien

Untuk selanjutnya menurut Aida Idris (1982 / 1983) seseorang akan lebih berhasil belajar bila yang dipelajarinya itu bertalian dengan apa yang diperlukannya dalam kehidupan sehari-hari, yang berarti bahwa ia mengetahui secara jelas tujuan belajarnya. Agar tercapai keberhasilan belajarnya, faktor minat pun harus diperhitungkan. Minat seseorang terhadap apa yang dipelajarinya merupakan salah satu faktor yang memungkinkan konsentrasi belajarnya. Karena ia menaruh minat terhadap apa yang dipelajarinya itu maka akan timbul padanya kegairahan belajar, sehingga ia giat belajar. Oleh karena minat itu perlu ditimbulkan, dan minat

belajar itu timbul apabila terdapat hubungan antara orang yang belajar dan yang dipelajarinya. Berdasarkan uraian di atas, berarti bahwa pada seseorang itu harus ada berbagai kemampuan sehubungan apa yang dipelajarinya, seperti menghargai, memahami, menikmati, dan menggunakan apa yang dipelajarinya itu. Menurut Dale (dalam Oemar Hamalik, 1976) pengalaman langsung atau keterlibatan langsung akan mempengaruhi memori dalam pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut secara teoritis metode pembelajaran langsung mempunyai konstribusi yang baik dalam proses pembelajaran. Lambang kata Lambang visual gambar Rekaman, radio, televisi pameran Karya wisata demonstrasi Pengalaman dramatis

Pengalaman tiruan yang diatur Pengalaman yang bertujuan

(9)

Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 5

III. MATERI DAN METODE

A. Metode Pemecahan Masalah

Kegiatan terdiri dari 90 % praktik dan sisanya berbagi pengalaman tentang cara mendapatkan bahan, prosesing dan peluang pemasaranya. Sesi satu display beberapa contoh barang kerajinan yang sudah dibuat dan akan dibuat.

Sesi kedua demonstrasi pembuatan dan langsung praktik dengan bahan yang disediakan. Peserta diminta mencoba mempraktekan yang diajarkan dan meneruskan jika belum jadi, atau bagi yang sudah jadi atau bisa membuat diminta untuk mengembangkan model lain.

Kegiatan ini direncanakan meliputi 3 sesi dengan jadwal sebagai berikut:

Sessi ke Materi Kegiatan Nara Sumber Waktu

1. Membuat gelang dan asesories dengan bahan manik-manik.

Pengrajin 1 x pertemuan 2. Membuat gelang dengan

manik-manik berkawat.

Pengrajin 1 x pertemuan 3. Membuat gelang dengan

macam-macam kombinasi.

Pengrajin 1 x pertemuan

Jadwal kegiatan di atas dapat lakukan perubahan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta.

B. Realisasi Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dilakukan dalambentuk pelatihan pengenalan bahan, pembuatan berbagai barang kerajinan, penggalian ide inovatif, dengan memancing ide dari para peserta untuk memanfaatkan bahan sederhana dengan cara berpikir sederhana namun kreatif.

Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan akan memberikan ketrampilan yang dapat dimanfaatkan untuk mencari tambahan pendapatan.

Kegiatan ini bermanfaat bagi peserta untuk memperoleh materi pembuatan berbagai barang kerajinan. Dengan pelatihan ini peserta mendapat manfaat contoh dan ide pembuatan berbagai kerajinan, sehingga diharapkan mereka dapat mengembangkan inspirasinya untuk membuat sendiri, menjadi inovatif dan memanfaatkanya untuk mencari tambahan pendapatan setelah ikut pelatihan ini.

Pelatihan ini sifatnya pemberian motivasi bahwa dengan sedikit kreativitas, inovasi, dan kemauan, seseorang dapat membantu dirinya sendiri mendapatkan pendapatan lebih, dengan cara membuat berbagai kerajinan hasil kreatifitasnya.

Manfaat seperti tersebut di atas berlaku bagi mahasiswa sebagai calon trainers maupun bagi masyarakat sebagai peserta training dan pemangguna atau pemanfaat langsung ketrampilan yang diberikan.

C. Khalayak Sasaran

Sasaran dalam kegiatan ini adalah mahasiswa calon peserta KKN Universitas Negeri Jakarta ditargetkan 15 orang peserta. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari kerja di luar jam kuliah atau pada saat istirahat. Instruktur diambil dari para pengrajin yang telah berpengalaman dalam pembuatan dan pemasaranya.

D. Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan dimulai dengan penyusunan proposal pada bulan Februari 2015 dan direncanakan selesai sebelum bulan Agustus 2015, tepatnya sebelum para mahasiswa diberangkatkan ke lokasi KKN. tempat direncanakan di Gedung LPM - UNJ dengan maksud supaya para mahasiswa tidak meninggalkan tempat tugas dan tidak usah mengeluarkan biaya transportasi.

(10)

6 Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 Jadwal kegiatan disusun sebagai berikut:

NO KEGIATAN

BULAN

FEB MAR MEI JULI AGUS T 1 Penyusunan Proposal XX X 2 Pengajuan Proposal XXX 3 Kegiatan Pelatihan XXXX 4 Penyusunan Laporan XXX X XXX

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan telah dilaksanakan dengan lancar pada hari Jum’at, tanggal 25 Mei 2015, jam 13.00 – 15.30 di LPM UNJ. Kegiatan diikuti oleh 35 orang mahasiswa. Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh Ketua Tim yang menyatakan tentang maksud dan tujuan dari kegiatan ini. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan Ketua LPM sekaligus membuka kegiatan.

Untuk selanjutnya pelaksanaan dipandu oleh tiga orang instruktur yaitu:

1. Ibu Budi Astuti 2. Ibu Pirmantiningsih 3. Ibu Ria

Peserta dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok dipandu oleh satu instruktur. Peserta dibagikan bahan, kemudian diberi pejelasan tentang:

1. Nama bahan, jenis bahan, masing-masing harganya dan tempat pembelianya.

2. Contoh bentuk-bentuk yang sudah jadi dan variasinya serta kemungkinan pengembangan ide-ide yang dapat dilakukan.

3. Harga jual, kemasan dan pangsanya, seperti untuk dijual eceran, dijual di konter khusus, untuk souvenkir hajatan seperti pernikahan, sunatan dsb.

Selanjutnya peserta diajarkan membuat kerajinan dengan langsung praktik, bagi mahasiswa yang telah selesai langsung diajarkan membuat kerajianan lainya. Bagi mahasiswa yang telah selesai diberikan tambahan bahan

untuk praktik pengembangan di rumah masing-masing.

Pada bagian akhir kegiatan dilakukan evaluasi terhadap kerapihan hasil kerja dan dibenahi serta diberi petunjuk melakukan pembetulanya. Hasil pekerjaan peserta dibawa, menjadi milik peserta pelatihan. Bahkan beberapa peserta minta dibawakan lagi bahan-bahan untuk dibawa selain bahan-bahan yang telah diberikan.

Kegiatan ditutup dengan memberikan pesan bahwa ketrampilan yang diberikan selain untuk dipakai/dimanfaatkan sendiri, juga agar dipergunakan untuk diajarkan kepada orang lain terutama di lokasi KKN.

B. Hasil

Hasil yang didapat dari pelatihan ini adalah semua peserta dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tentu saja dengan kecepatan dan kerapihan yang berbeda-beda. Akan tetapi seluruh peserta dapat menyelesaikan ketiga tugasnya dengan tuntas. Dilihat dari minat, peserta antusias mengikuti. Indikatornya adalah semua peserta megikuti kegiatan sampai acara selesai, tidak ada yang meninggalkan tempat di tengah acara. Bahkan peserta menginginkan diadakan lagi kegiatan serupa untuk ketrampilan yang berbeda. Dari hasil testimoni, peserta merasa bahwa kegiatan ini bermanfaat, dapat diteruskan, dan diperlukan baik untuk keperluan diri peserta ataupun untuk persiapan kkn. Peserta menghendaki agar di lokasi KKN dapat menularkan ketrampilan kepada masyarakat tempat mereka bertugas. Bahkan ada peserta yang sudah menyatakan akan mulai membuat dengan cara menyicil untuk souvenir hajatan.

Kendala yang dirasa oleh peserta adalah ketersediaan waktu untuk ikut pelatihan, beberapa orang digantikan oleh temanya karena sedang ada kuliah atau kegiatan lainya. Akan tetapi mereka yang tidak bisa ikut kegiatan umumnya merasa menyesal karena kegiatanya dirasakan mereka sangat menarik dan bermanfaat.

(11)

Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 7

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan dilaksanakanya kegiatan ini peserta memiliki ketrampilan yang bermanfaat untuk dirinya dan untuk masyarakat yang dibinanya. Pelaksana kegiatan juga berharap agar mendapat kesempatan untuk menyeleng-garakan kegiatan sejenis yang lebih bervariasi dan dengan jumlah peserta yang lebih banyak. Peserta merasakan manfaat dan menginginkan untuk mengembangkan diri serta berharap ada pelatihan lain yang sejenis sebagai kelanjutanya.

Diharapkan pelatihan ini memberikan dampak terciptanya entrepreneur di kalangan peserta dan di kalangan masyarakat binaan. Target minimal adalah para peserta dapat menjadi instruktur yang mampu menularkan ketrampilan ke warga atau masyarakat di lokasi KKN.

B. Saran

LPM UNJ memberi kesempatan untuk melaksanakan kegiatan sejenis dan perlu diwujudkanya ketrampilan yang rutin antara lain dengan mendirikan pusat wirausaha. Atau pusat pelatihan ketrampilan. Semoga kegiatan ini memberi manfaat bagi pengembangan KKN dan masyarakat mandiri. Tuhan memberkati.

DAFTAR PUSTAKA

Aida Idris, 1983, Cara-cara Belajar yang Efisien, dalam Materi Dasar Program Bimbingan dan Konseling untuk Perguruan Tinggi; Psikologi Belajar, Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Amir Hamzah, Sulaeman, 1970, Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan, P.T. Gramedia, Jakarta. Arsyad, Azhar, 2002, Media Pembelajaran,

Rajafindo Persada, Jakarta.

Dale, E., Audiovisual Method in Teaching (Third Edition), The Dryden Press, Holt, Renehart and Winson, Inc, New York. Maman Achdiat, dkk.,1980, Teori Belajar

Mengajar dan Aplikasinya dalam Program Belajar Mengajar, Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Oemar Hamalik, 1982, Media Pendidikan, Alumni, Bandung,

http://www.perencanakeuangan.com/files/Faktor

Penghasilan.html diambil tanggal

(12)
(13)

Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 9

PELATIHAN PEMBUATAN CASE GADGET CHEMISTRY STYLE

YANG UNIK DAN KREATIF DALAM RANGKA

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA JURUSAN KIMIA FMIPA UNJ

Irma Ratna Kartika

1)

, Fera Kurniadewi

1)

,

Muktiningsih Nurjayadi

3)

, Yuli Rahmawati

4)

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta,

ABSTRAK

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai penerapan IPTEKS telah dilakukan di

Jurusan Kimia FMIPA UNJ yang dihadiri oleh mahasiswa Jurusan Kimia sebagai tenaga

potensial, dengan jumlah total peserta sebanyak 40 orang. Perumusan masalah utama pada

kegiatan ini adalah: Bagaimana upaya konkrit untuk melatih keterampilan mahasiswa

mendesain berbagai case gadget Chemistry Style dengan berbagai design unik dan kreatif

yang terbuat dari resin sebagai upaya mengaplikasikan pengetahuan Kimia?

Tujuan dari kegiatan ini adalah: (1) Menambah dan mengembangkan wawasan

pengetahuan Kimia para mahasiswa Jurusan Kimia tentang aplikasi resin; (2) Meningkatkan

keterampilan kreatif mahasiswa dalam mendesain berbagai case gadget Chemistry Style

dengan berbagai design unik dan kreatif yang terbuat dari resin. Program pengabdian kepada

masyarakat ini diharapkan dapat memberikan manfaat: (1) Untuk menambah dan

mengembangkan pengetahuan mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ tentang resin dan

aplikasinya dengan berbagai design unik dan kreatif untuk case gadget Chemistry Style; (2)

Semua mahasiswa dapat mengembangkan kegiatannya menjadi lebih terprogram dan bernilai

ekonomis; (3) Keterampilan yang diperoleh setelah mengikuti program ini diharapkan dapat

dimanfaatkan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan pada akhirnya dapat menambah

penghasilan.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat terlaksana dengan baik, karena: (1)

Mahasiswa mengikuti setiap tahapan kegiatan yang diselenggarakan dari awal sampai akhir

dengan sungguh-sungguh; (2) Mahasiswa aktif bertanya pada setiap tahap yang tidak

dimengerti; (3) Mahasiswa berkeinginan untuk mengembangkan keterampilan yang diperoleh

pada skala komersial yang bertujuan meningkatkan penghasilan; (5) Ketua Jurusan dan

BEMJ Jurusan Kimia yang telah memberikan dukungan sehingga terwujudnya kegiatan

dengan memberikan kemudahan dalam perizinan, himbauan pada mahasiswa dan

penyebaran undangan.

Kata Kunci : Case Gadget, Chemistry Style, Resin, IPTEKS, unik dan kreatif, Kimia

I. PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi, telah membuat masyarakat mengenal Imu Pengetahuan Alam lebih cepat, yang salah satunya adalah melalui penggunaan gadget yang berupa laptop, komputer tablet, dan ponsel.

Indonesia menempati urutan teratas di dunia dalam penggunaan ponsel pintar atau smartphone dengan waktu pemakaian rata-rata 181 menit per hari (Okezone, 2014). Sehingga, permintaan konsumen terhadap case gadgetakan meningkat, karena dengan case, gadget akan terlindungi dari guncangan dan mempermudah

(14)

10 Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 untuk dibawa. Case gadgetdapat berupa tas

laptop, case tablet maupun case ponsel.

Seiring dengan perkembangannya, case gadget pun saat ini memiliki banyak variasi model dan design. Tetapi variasi model dan design case gadget yang saat ini ada di pasaran baru sebatas variasi pada warna dan design yang cenderung menggunakan tokoh kartun maupun animasi. Oleh karena itu, perlu adanya suatu inovasi yang unik dan kreatif dalam pembuatan model dan design tas laptop, case tablet, maupun case ponsel. Menginovasikan case gadget Chemistry Style dengan berbagai design menggunakan resin merupakan langkah strategis dalam memasarkanproduk case gadget yang unik dan kreatif. Case gadget yang khusus diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa ini dibuat sebagai upaya mengaplikasikan pengetahuan dan wawasan Kimiakepada masyarakat, khususnya mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ.

Berdasarkan kondisi ini, perlu diupayakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendorong mahasiswa Jurusan Kimia untuk mengaplikasi-kan pengetahuan dan wawasan Kimia kepada masyarakat. Tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam hal mendesain berbagai case gadget Chemistry Styledengan berbagai design unik dan kreatif yang terbuat dari resin, yang kemudian berguna untuk menambah penghasilan mereka bila dikembangkan dalam skala komersial.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Case Gadget

Case gadget Chemistry Style terbuat dari bahan kain perca danbentuknya persegi panjang menyerupai bentuk gadget (laptop, tablet, dan ponsel) dengan berbagai design unik dan kreatif. Berbagai design unik dan kreatif tersebut di tempelkan ke case gadgetmenggunakan lem. Sementara, untuk tas laptop dibuat dengan tambahan resleting dan pegangan tangan untuk memudahkan membawa laptop. Sedangkan untuk case tablet dan case handphone dibuat variasi model soft case dan flip case.

Prospek pengembangan usaha case gadget Chemistry Styledikaji berdasarkan pada analisa

SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) sebagai berikut :

1. Kekuatan (Strength) yang meliputi perkembangan teknologi yang canggih yang memudahkan setiap orang memiliki gadget; jumlah pelajar dan mahasiswa yang memiliki gadget cukup banyak di Indonesia; gadget perlu untuk dibuat tempat penyimpanannya atau sering disebut case gadget; variasi bentuk dan design yang memiliki keunikan tersendiri yang tidak didapatkan pada designcase gadget lainnya.

2. Kelemahan (Weakness) antara lain skala produksi yang masih relatif sedikit.Hal ini dapat diatasi jika adanya modal yang cukup besar.

Peluang (Opportunity) antara lain pelajar dan mahasiswa di Indonesia menggunakan gadget untuk kebutuhan informasi dan komunikasi; case gadget banyak diminati oleh kalangan pelajar dan mahasiswa untuk memudahkan membawa gadget; pemasaran dapat dilakukan melalui online shop dan sosial media agar semua orang mudah untuk mengaksesnya.

Ancaman (Threat) antara lain design produk yang rawan untuk diduplikasi/dibajak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab serta munculnya usaha-usaha sejenis yang menggunakan design yang sama dan memproduksi dalam skala besar.

Berdasarkan uraian kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) diatas, perlu disusun strategi untuk prospek pengembangan usaha case gadgetChemistry Styleagar lebih baik. Adpun strategi yang digunakan ialah dengan menggunakan kekuatan (strength) yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) yang ada. Ancaman dapat diatasi dengan caramembuat hak paten dari produk case gadget Chemistry Style. Berdasarkan uraian analisa SWOT diatas dapat diprediksi bahwa pengembangan usaha ini akan mendapat sambutan yang baik serta memiliki prospek usaha yang baik pula.

(15)

Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 11 B. Resin

Resin adalah senyawa polimer rantai karbon. Polymer berasal dari kata –poly (banyak) dan –mer (ikatan). Senyawa polimer rantai karbon dapat didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai banyak ikatan rantai karbon. Resin merupakan bahan pelapis, perekat dan material komposit seperti yang menggunakan serat karbon, serta pembuat fiberglass (meskipun polyester, vinyl ester, dan resin thermosetting lainnya juga digunakan untuk plastik yang diperkuat kaca). Resin berwujud cairan kental seperti lem, berkelir hitam atau bening, menyerupai minyak goreng, tetapi agak kental. Ada banyak jenis resin, diantaranya adalah: Natural Oil, Alkyd, Nitro Cellulose, Polyester, Melamine, Acrylic, Epoxy, Polyurethane, Silicone, Fluorocarbon, Venyl, Cellolosic, dan lain-lain.

Resin atau epoksi terdiri dari monomer atau polimer rantai pendek dengan kelompok epoksida di kedua ujung. Epoksi bersifat adhesi dan tahan panas, sifat mekanik, dan sifat isolasi listrik. Resin paling umum yang dihasilkan adalah berasal dari reaksi antara epiklorohidrin, bisphenol-A dan monomer polyamine, misalnya triethylenetetramine (Teta). Ketika semua senyawa dicampur bersama, kelompok amina (NH) bereaksi dengan kelompok epoksida untuk membentuk ikatan kovalen menghasilkan polimer sangat silang, kaku dan kuat. Proses polimerisasi disebut "curing", dan dapat dikontrol melalui suhu, pilihan senyawa resin, dan rasio konsentrasi senyawanya; dan lamanya reaksi.

Resin berfungsi untuk mengeraskan semua bahan yang akan dicampur. Resin biasanya digunakan sebagai bahan dasar dalam

membuat kerajinan, dan gantungan. Resin jenis butek lebih banyak digunakan untuk pembuatan aksesoris, disamping harganya murah, resin ini dapat dengan mudah dibeli di toko-toko kimia.

Resin untuk bahan aksesoris fiberglass, umumnya menggunakan resin bening atau resin butek. Resin bening, biasanya digunakan untuk bentuk yang menonjolkan kebeningannya, seperti untuk aksesoris visor, kap lampu dan lain lain sebagai pengganti mika, namun penggunaan resin bening yang ada di pasaran untuk

pengganti mika, masih belum menghasilkan kualitas yang memuaskan.

Cairan katalis biasanya berwarna bening dan berbau agak menyengat. Cairan ini berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan adonan fiber. Semakin banyak katalis maka akan semakin cepat adonan mengeras tetapi hasilnya kurang bagus. Katalis dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit. Penggunaan katalis 1% dari resin dalam kondisi dingin. Namun, jika cuaca panas, katalis yang digunakan hanya 0.8% dari resin. Cairan ini jika mengenai kulit akan terasa panas, seperti cairan air aki. Kalsium karbonat yang berbentuk bubuk putih yang menyerupai terigu ini berfungsi sebagai pengental adonan fiberglass.Semakin banyak campuran kalsium karbonat pada adonan, maka hasil fiberglass akan menjadi lebih tebal dan berat. Bahan ini dapat diganti dengan talc, tetapi warna talc agak lebih gelap.

C. Kerajinan Tangan Dari Resin

Langkah-langkah dalam membuat desain antara lain dengan:

1. Membuat visualisasi produk dengan gambar melalui komputer. Melakukan pembuatan pola melalui komputer yang kemudian dituangkan dalam gambar desain. Hal ini bertujuan memvisualisasikan desain prosuk yang akan dibuat dan mempermudah dalam pencetakan.

2. Membuat cetakan fiberglass sesuai ukuran gambar. Gambar produk yang telah dibuat kemudian digunakan untuk menciptakan cetakan fiberglass dengan ukuran tertentu. Cetakan ini dibuat dari bahan fiberglassuntuk mempermudah pembentukan.

3. Finising desain cetakan fiberglass. Finising dilakukan untuk melihat keakuratan ukuran dan kesesuaian bentuk cetakan dengan model gambar.

Adapun, proses pencetakan dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:

1. Menyiapkan alat-alat berupa gelas air mineral atau baskom atau ember, pengaduk (bisa sumpit atau sendok plastik), dan sarung tangan.

(16)

12 Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 2. Menuang resin, katalis dan talc kedalam gelas

air mineral dengan perbandingan campuran Resin : Katalis = 1 liter : 10cc (0,01 L), sedangkan resin ditambah talc kira-kira perbandingan 1:1. Untuk mengetahui apakah resin dan katalisnya sudah benar-benar tercampur, maka ketika campuran diaduk, resin dan katalis akan terasa lebih sukar diaduk atau sudah lebih lengket. Bila katalis terlalu banyak dicampurkan pada resin, pada saat sudah kering, resin akan menjadi retak-retak. Bila katalis terlalu sedikit sedikit dicampurkan pada resin, resin akansulituntukmongering.

3. Penambahan air secukupnya untuk menjaga agar bahan baku tidak mudah mengeras. 4. Penambahan pigmen sesuai warna yang

dikehendaki dan diaduk-aduk sampai merata. 5. Penuangan bahan baku kedalam cetakan dan

menunggu hingga mengering dan keras. Sebelum cetakan digunakan, terlebih dahulu diolesi dengan minyak goreng agar resin yang sudah kering mudah dilepas dari cetakan. 6. Mengeluarkan fiberglass dari cetakan.

7. Untuk pemberian hiasan, resin yang sudah diaduk dan tercampur dengan katalis, dimasukkan kedalam cetakan (yang sudah diolesi minyak goreng) hanya setengah cetakan terlebih dahulu. Resin ditunggu sampai agak mengering, lalu hiasan dimasukkan. Hiasan dapat berbentuk potongan kecil kertas warna, daun dan bunga atau foto, uang recehan pecahan 100, 200, atau 50 rupiah, bubuk atau pasir warna. Hiasan dijaga agar tidak ikut mengapung diatas campuran resin dan katalis.

III. METODE PELAKSANAAN

Tahap Pendahuluan meliputi pengumpulan data mengenai karakteristik mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ, jenis dan merek gadget yang dimiliki oleh mahasiswa, case gadget yang selama ini digunakan oleh mahasiswa, mengadakan koordinasi dengan Ketua Jurusan dan Ketua BEMJ dalam hal penyesuaian waktu dengan kelompok sasaran.

Persiapan antara lain penyusunan rencana kerja yang meliputi persiapan penyuluhan, penyusunan materi penyuluhan, persiapan alat dan zat untuk resin, serta mengatur waktu dan tempat kegiatan penyuluhan.

Pelaksanaan kegiatan ini telah dilakukan dalam satu kali pertemuan, yaitu pada hari Senin, 5 Oktober 2015 pukul 08.00 – 12.00 WIB, bertempat di Ruang 1.6 – 1.7 Gedung FMIPA UNJ dengan jumlah peserta sebanyak 40 orang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Peserta memberikan tanggapan yang positif dan antusias pada kegiatan ini. Peserta banyak mengajukan pertanyaan karena keingintahuan lebih lanjut peserta mengenai informasi yang telah disampaikan. Beberapa pertanyaan dari peserta antara lain:

a. Jenis resin yang digunakan,

b. Komposisi dan perbandingan campuran resin : katalis : talc,

c. Penggunaan bahan pengganti katalis dan talc,

d. Kemudahan mendapatkan bahan (resin, katalis dan talc),

e. Harga bahan yang digunakan (resin, katalis dan talc),

f. Penyimpanan dan daya tahan produk yang dihasilkan,

g. Keamanan produk untuk digunakan oleh semua umur (anak-anak, remaja, dewasa, dan manula),

h. Fungsi produk yang dihasilkan.

Tim pelaksana juga mengadakan wawancara kepada peserta kegiatan tentang program kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mengetahui kebermanfaatan kegiatan. Berdasar-kan hasil wawancara dengan peserta kegiatan, program pelatihan ini dianggap sangat bermanfaat karena:

a. Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ dapat menambah dan memperluas wawasan pengetahuan mereka tentang teknologi tepat guna bidang kimia terapan yang sederhana.

(17)

Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 13 b. Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ

dapat menambah keterampilan.

c. Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ merasa terpacu untuk menghasilkan produk yang unik dan menarik dan dapat dikembangkan dalam skala komersil. Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ yakin bahwa keterampilan yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan ini dapat diterapkan dan dimanfaatkan langsung setelah mengikuti kegiatan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan pada akhirnya dapat menjadi sumber penghasilan.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat terlaksana dengan baik, karena:

a. Peserta mengikuti setiap tahapan kegiatan yang diselenggarakan dari awal sampai akhir dengan sungguh-sungguh,

b. Peserta aktif bertanya pada setiap tahap yang tidak dimengerti,

c. Peserta berkeinginan untuk mengembang-kan keterampilan yang diperoleh pada skala komersial yang bertujuan meningkatkan penghasilan,

d. Ketua Jurusan dan BEMJ Jurusan Kimia memberikan dukungan sehingga terwujud-nya kegiatan dengan memberikan kemudahan dalam perizinan, himbauan pada mahasiswa dan penyebaran undangan.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:

a. Peserta kegiatan telah mampu membuat design dan membuat Case Gadget Chemistry Style yang unik dan kreatif, b. Peserta memberikan tanggapan yang

positif dan antusias pada kegiatan ini. c. Untuk mengetahui kesungguhan peserta

dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selepas mengikuti kegiatan, maka perlu adanya pembinaan yang berkelanjutan dan kontinue,

d. Peserta perlu diberikan penyuluhan lanjutan tentang pembuatan kemasan produk yang menarik bagi konsumen, e. Peserta perlu diberikan penyuluhan

lanjutan tentang cara penyimpanan produk yang telah dibuat agar tahan lama,

f. Peserta perlu diberikan penyuluhan lanjutan tentang strategi pemasaran produk yang telah dibuat kepada masyarakat,

g. Peserta perlu diberikan penyuluhan lanjutan tentang analisis usaha yang akurat untuk melihat prospek usaha yang akan dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hightower, R. and Gradecki, J. D. 2003. Mastering Resin. Indiana: Wiley Publishing Inc.

Kelompok Kerja Pengembangan Sumber Daya Manusia, 1996. Profil Teknologi Padat Karya.

May, C. A. 1988. Epoxy Resin: Chemistry and Technology. Second Edition. New York: Marcel Dekker Inc.

Sanggarang, D. L. 2004. Membuat Kerajinan Berbahan Fiberglass. Jakarta: Kawan Pustaka.

E. Sutrisno, C. I., 1998. Metode dan Bentuk Pengabdian Masyarakat. IKIP Jakarta.

(18)
(19)

Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 15

PELATIHAN PENGOLAHAN TEMPE MENJADI MINUMAN DAN TEPUNG TEMPE

PADA TUTOR PAUD DI KECAMATAN MAKASAR JAKARTA TIMUR

Alsuhendra1), Ridawati2)

Jurusan IKK Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan pengelola dan tutor PAUD di Kecamatan Makasar Jakarta Timur tentang

pengolahan tempe menjadi minuman sari tempe dan tepung tempe. Kegiatan dilaksanakan di

PAUD Kuntum Melati Kampung Makasar Jakarta Timur dengan melibatkan 23 orang

sasaran. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah penyuluhan

interaktif antara narasumber dengan sasaran serta demonstrasi pengolahan tempe. Dari

pelaksanaan kegiatan ini diketahui terjadi peningkatan pengetahuan sasaran tentang tempe

dan produk olahannya, yaitu minuman sari tempe serta tepung tempe. Para pengelola dan

tutor PAUD Kuntum Melati juga menyatakan tertarik untuk mengonsumsi dan memproduksi

sendiri minuman sari tempe dan tepung tempe karena dipahami bahwa minuman tempe dan

tepung tempe memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan.

Kata Kunci : tempe, minuman sari tempe, tepung tempe, tutor, PAUD

I. PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Salah satu bentuk lembaga pendidikan non formal yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat telah menjadi tempat pem-belajaran berbagai macam pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat, sehingga keberadaan PKBM dirasakan masyarakat telah menjadi alternatif sumber pembelajaran, khususnya bagi masyarakat putus sekolah atau dengan tingkat ekonomi lemah.

Berbagai PKBM telah dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat (swasta), di antaranya terdapat di Kecamatan Makasar Jakarta Timur. Jenis kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada PKBM di Kecamatan Makasar cukup beragam, termasuk kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Data pada tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat sekitar 45 lembaga PAUD negeri dan swasta di wilayah tersebut dengan jumlah guru sebanyak 205 orang serta total murid 2088 orang.

Kegiatan pembelajaran di PAUD harus dilakukan dengan prinsip menyenangkan dan

dapat memelihara potensi anak, baik fisik maupun mental. Tutor memegang peran penting dalam mendidik anak karena tutor berperan sebagai pembimbing, pelatih, atau pendidik anak-anak.Untuk itu, tutor yang bertugas sebagai pelaksana kegiatan pem-belajaran harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang handal agar dapat mendidik anak-anak dengan baik dan sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak.

Peningkatan pengetahuan dan keteram-pilan seorang tutor dapat dilakukan melalui pendidikan lanjut pada strata yang lebih tinggi, atau melalui sejumlah kegiatan pelatihan, baik yang diadakan oleh Suku Dinas Pendidikan Non Formal Informal (PNFI) atau lembaga lainnya. Salah satu pengetahuan dan keteram-pilan yang perlu dimiliki oleh tutor adalah pengetahuan dan keterampilan tentang makanan yang harus dikonsumsi oleh seorang anak usia dini. Hal ini didasarkan pada pentingnya memberikan makanan yang baik dan bergizi kepada anak usia dini agar anak-anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan memiliki kecerdasan tinggi.

Pelatihan bagi tutor tentang pengolahan makanan yang baik penting dilakukan. Dengan pelatihan tersebut, tutor dapat menyebarluaskan

(20)

16 Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 pengetahuan dan keterampilan pengolahan

makanan tersebut kepada anak-anak dan orang tua.Dalam hal ini, tutor adalah agen peubah dan agen pentransfer pengetahuan bagi masyarakat.

Berbagai bentuk pengolahan makanan dengan menggunakan teknologi tepat guna dapat disampaikan kepada para tutor, khususnya tutor yang mengajar pada PAUD di Kecamatan Makasar. Di antara teknologi tepat guna tersebut adalah pengolahan tempe menjadi minuman sari tempe dan tepung tempe.

Tempe merupakan salah satu jenis makanan yang mengandung gizi tinggi, karena kaya akan protein, vitamin, dan mineral. Meskipun memiliki kandungan gizi yang tinggi, tidak semua anak-anak menyukai tempe sebagai lauk. Oleh karena itu, pengolahan tempe menjadi minuman sari tempe diharapkan dapat meningkatkan kesukaan anak-anak terhadap tempe olahan dengan kandungan gizi yang juga tinggi. Minuman sari tempe dianggap sebagai produk diversifikasi pangan berbasis tempe.Sebagaimana tempe, minuman sari tempe memiliki kandungan gizi yang tinggi, bahkan dapat digunakan pula sebagai minuman antidiare.

Selain dijadikan minuman, tempe juga dapat diolah menjadi tepung yang selanjutnya diaplikasikan sebagai bahan untuk membuat berbagai produk olahan pangan. Proses pembuatan tepung tempe juga sederhana, sehingga dapat dilakukan dengan mudah oleh tutor dan masyarakat lainnya.

Pelatihan yang akan diberikan kepada tutor PAUD di Kecamatan Makasar ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tutor, tetapi juga diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan alternatif bagi tutor dan masyarakat sekitar. Dalam hal ini, tutor dan masyarakat dapat mengolah minuman sari tempe dan produk tempe lainnya, seperti tepung tempe menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi dan layak untuk dipasarkan.

B. Permasalahan Mitra

Lembaga penyelenggara kegiatan PAUD di Kecamatan Makasar Jakarta Timur perlu diberdayakan sebagai agen peubah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

masyarakat dalam berbagai bidang.Pelaku utama yang berperan sebagai agen peubah pada lembaga PAUD adalah tutor.

Tutor umumnya berasal dari masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah, terutama tutor dengan status swasta. Selain memiliki pendapatan yang rendah, tutor juga kurang mengusai berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang anak usia dini, seperti keterampilan dalam mengolah makanan. Secara umum, permasalahan yang dijumpai pada tutor PAUD di Kecamatan Makasar adalah:

1) Rendahnya tingkat pendapatan dan status ekonomi tutor

2) Kurangnya kegiatan pelatihan bagi tutor dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengolah makanan 3) Kurangnya upaya untuk meningkatkan

pendapatan tutor karena tidak adanya alternatif kegiatan bisnis yang dikembangkan oleh pengelola PKBM dengan melibatkan tutor sebagai pelaku bisnis

4) Terbatasnya tingkat pengetahuan dan keterampilan tutor dalam mengolah makanan yang berperan penting dalam mendukung tumbuh kembang anak usia dini

5) Kurangnya inisiatif tutor dan masyarakat dalam melakukan diversifikasi produk olahan makanan atau minuman.

C. Solusi yang Ditawarkan

Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh tutor dan masyarakat lainnya di Kecamatan Makasar Jakarta Timur adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan pengetahuan tutor PAUD dan masyarakat di Kecamatan Makasar tentang manfaat tempe dan hasil olahannya. 2. Peningkatan keterampilan tutor PAUD dan

masyarakat di Kecamatan Makasar dalam mengolah tempe menjadi minuman sari tempe dan tepung tempe yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

3. Pemberian motivasi kepada tutor PAUD dan masyarakat di Kecamatan Makasar agar dapat membentuk dan

(21)

mengem-Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 17 bangkan unit bisnis di PKBM, sehingga

dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi keluarga.

D. Luaran

Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :

1. Meningkatnya kualitas pengetahuan dan keterampilan tutor PAUD dan masyarakat di Kecamatan Makasar.

2. Meningkatnya partisipasi dan motivasi masyarakat dalam melakukan pengolah-an tempe menjadi minuman sari tempe dan tepung tempe yang berkhasiat bagi kesehatan anak usia dini.

II. MATERI DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Rencana, pelaksanaan, dan pembuatan laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di UNJ dari bulan Juni hingga Nopember 2015, sedangkan kegiatan pelatihan pembuatan minuman dan tepung tempe dilaksanakan di Balai RW 5 PAUD Kuntum Melati Jl. Usman Harun Kampung Makasar Jakarta Timur pada tanggal 29 September 2015.

B. Khalayak Sasaran

Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan sekitar 23 orang pengelola dan tutor PAUD Kuntum Melati yang menjadi sasaran kegiatan.

C. Metode

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan sasaran dilakukan dengan metode penyuluhan interaktif dan demonstrasi pengolahan produk tempe. Dari pelaksanaan kegiatan ini terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan sasaran tentang tempe serta produk minuman dan tepung tempe.

Langkah-langkah yang diambil dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah:

1. Mengidentifikasi calon pengelola dan tutor PAUD yang akan dijadikan peserta. 2. Menyiapkan narasumber yang

memberi-kan informasi dan pengetahuan tentang

tempe dan produk olahannya, yaitu minuman sari tempe dan tepung tempe. 3. Menyiapkan instruktur untuk melatih

sasaran dalam membuat minuman sari tempe dan tepung tempe.

4. Mengundang sasaran untuk mengikuti kegiatan pelatihan.

5. Melaksanakan kegiatan pelatihan.

6. Mengevaluasi pengetahuan dan motivasi sasaran tentang tempe dan produk minuman sari tempe serta tepung tempe. Evaluasi dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan tertulis kepada para sasaran. Salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan evaluasi adalah rancangan evaluasi yang dikembangkan sebagai instrumen pengukuran keberhasilan dan pencapaian tujuan. Instrumen yang digunakan adalah angket yang berisi sejumlah pertanyaan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Pengetahuan Pengelola dan

Tutor

Penyuluhan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dalam kegiatan ini, penyuluhan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan pengelola dan tutor PAUD Kuntum Melati Kampung Makasar Jakarta Timur tentang tempe dan produk olahannya.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dasar pengelola dan tutor PAUD Kuntum Melati tentang tempe dan produk olahannya, sebelum penyuluhan diberikan, terlebih dahulu dilakukan penilaian tingkat pengetahuan sasaran melalui pengisian instrumen pre-test. Instrumen tersebut berisi 8 pertanyaan tentang materi dan harus dijawab oleh sasaran dengan jujur. Selanjutnya, untuk mengetahui efektivitas dari penyuluhan, setelah diberikan penyuluhan, kepada sasaran ditanyakan kembali 8 pertanyaan yang sama (post-test) guna mengetahui tingkat keterserapan materi peyuluhan oleh sasaran. Hasil dan pembahasan terhadap data pre- dan post-test disajikan di bawah ini.

(22)

18 Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 1. Kandungan dan Cara Pengolahan Tempe

Tempe termasuk jenis makanan yang memiliki kualitas gizi baik, khususnya protein. Karena mengalami proses fermentasi, kedele yang menyusun tempe mengandung protein dengan daya cerna yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein kedelai.

Di dalam instrumen pre-test dan post-test dinyatakan bahwa tempe merupakan jenis bahan makanan yang kaya akan protein. Pada saat pre-test, sebanyak90.9% sasaran menyetujui pernyataan tersebut dan terdapat 9.1% sasaran yang tidak setuju. Namun, setelah diberi penyuluhan, seluruh sasaran ternyata telah mengetahui bahwa tempe adalah makanan yang kaya akan protein. Hal ini dapat dilihat dari hasil post-test bahwa 100% sasaran menyatakan tempe kaya akan protein (Gambar 3).

Meskipun ditumbuhi oleh kapang Rizhopus oryzae sp., tempe adalah makanan yang aman dikonsumsi meskipun dalam keadaan mentah atau tidak mengalami proses pengolahan. Sebelum ditambah kapang, kedelai terlebih dahulu agar jaringan kedelai menjadi lunak dan basah sehingga mudah ditumbuhi oleh kapang. Oleh sebab itu, tempe sebenarnya adalah makanan yang siap konsumsi, meskipun tidak mengalami pengolahan.

Penggorengan tempe dapat menurunkan jumlah dan mutu zat gizi yang ada dalam tempe. Karena itu, tempe sebaiknya mendapatkan proses pengolahan yang minimal, terutama pengolahan panas, seperti digoreng. Pada kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, sebelum penyuluhan dilakukan, terlebih dahulu ditanyakan kepada sasaran apakah tempe sebaiknya digoreng agar kapang yang berwarna putih pada tempe mati. Sekitar Jahe merupakan salah satu jenis rempah asli Indonesia yang banyak dimanfaatkan 40.9% sasaran menyatakan tempe sebaiknya tidak digoreng agar zat gizi yang diperoleh lebih optimal. Setelah diberi penyuluhan, persentase sasaran yang menjawab tempe sebaiknya tidak digoreng meningkat menjadi 100%. Ini menunjukkan bahwa seluruh sasaran dapat memahami informasi yang disampaikan oleh narasumber, bahwa tempe lebih baik tidak digoren (Gambar 3).

Gambar 3. Sebaran Sasaran berdasarkan Pendapat tentang Kandungan dan Cara Pengolahan Tempe

Selain jumlah protein yang tinggi, kualitas protein pada tempe juga tinggi karena protein tempe mudah dicerna oleh enzim protease yang ada dalam tubuh. Baik pada pre-test maupun post-test, persentase sasaran yang memberikan jawaban benar terhadap pernyataan bahwa protein tempe memiliki kualitas yang sama dengan daging meskipun harganya murah adalah sama, yaitu 95.5% (Gambar 4).

Karena memiliki kualitas protein yang tinggi, maka tempe dapat diberikan kepada bayi dan anak-anak, meskipun tempe ditumbuhi oleh kapang Rizhopus oryzae sp. Sebanyak 77.3% sasaran menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut sebelum diberikan penyuluhan (pre-test). Setelah mendapatkan penyuluhan, persentase sasaran yang menyetujui pernyataan bahwa tempe cocok untuk bayi dan anak-anak meningkat menjadi 95.5%. Hal ini memperlihat-kan adanya pengaruh dari penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan sasaran tentang kandungan dan mutu gizi dari tempe, sehingga terjadi peningkatan persentase sasaran yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

Gambar 4. Sebaran Sasaran berdasarkan Pendapat tentang Kualitas Tempe dan Kecocokan Tempe bagi Bayi dan Anak-anak

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 Tempe kaya protein Tempe sebaiknya tidak digoreng Pre-Test 90.9 40.9 Post-Test 100.0 100.0 Persentase (% ) 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 Tempe cocok untuk bayi dan

anak Protein tempe berkualitas tinggi Pre-Test 77.3 95.5 Post-Test 95.5 95.5 Persentase (% )

(23)

Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 19 2. Produk Minuman Sari Tempe dan Tepung

Tempe

Minuman sari tempe adalah minuman yang dibuat menggunakan bahan baku tempe dengan cara mengambil sari dari tempe menggunakan air panas. Cara pembuatan minuman sari tempe sebenarnya sangat sederhana, tetapi tidak semua orang dapat membuat minuman tersebut.

Pada saat pre-test, sebanyak 77,3% sasaran mengetahui bahwa sari tempe dapat dibuat dengan menggunakan air panas. Persentase tersebut menjadi meningkat pada saat post-test, yaitu 90,9%. Peningkatan ini terjadi karena semakin banyaknya sasaran yang mengerti cara pembuatan minuman sari tempe setelah mendapatkan penyuluhan dari narasumber.

Gambar 5. Sebaran Sasaran berdasarkan Pengetahuan tentang Pembuatan Sari Tempe dari Air Mendidih dan Ampas Tempe

Sari tempe dibuat dari hasil pemisahan sari tempe dengan hancuran tempe menggunakan air panas. Ampas hasil pemisah-an sari tempe dengan hancuran tempe sebenarnya masih mengandung gizi dan serat makanan yang bermanfaat bagi kesehatan. Jadi, ampas tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan produk pangan, seperti kue basah.

Meskipun mengandung banyak gizi, tidak semua sasaran mengetahui bahwa ampas pembuatan sari tempe masih dapat digunakan sebagai bahan baku produk olahan lainnya. Berdasarkan hasil survei pada saat pre-test diketahui bahwa persentase sasaran yang menyatakan ampas sari tempe masih berguna adalah sebanyak 77,3%. Persentase tersebut

meningkat menjadi 90,9% pada saat post-test karena sasaran mendapatkan pengetahuan tentang kandungan gizi ampas sari tempe pada saat penyuluhan.

Tepung tempe merupakan salah satu bentuk produk awet dari tempe. Pengubahan tempe basah menjadi bentuk tepung dapat meningkatkan variasi olahan dari tempe karena tepung tempe dapat digunakan sebagai tambahan atau bahan baku untuk pembuatan berbagai produk olahan. Tepung tempe dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan kue basah atau kue kering dengan tingkat penerimaan yang baik. Kue yang dibuat dari tepung tempe juga mengandung gizi yang tinggi.

Ketika ditanyakan kepada sasaran tentang penggunaan tepung tempe sebagai bahan baku pembuatan kue, pada saat pre-test, sebanyak 81,8% sasaran menyatakan tepung tempe cocok dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kue. Persentase tersebut meningkat menjadi 100% pada saat post-test. Ini menunjukkan bahwa seluruh sasaran dapat memahami kegunaan tepung tempe dalam pengolahan makanan, sebagaimana disampaikan oleh narasumber pada waktu penyuluhan.

Gambar 6. Sebaran Sasaran berdasarkan

Pengetahuan tentang Penggunaan Tepung Tempe untuk Kue dan Manfaat Serat Tempe bagi Kesehatan

Selain mengandung protein, tempe juga kaya akan serat. Kandungan serat tepung tempe adalah sekitar 1,4 g/100 g (Astuti, 1982). Serat makanan merupakan komponen dari tanaman, termasuk di dalam tepung tempe, yang tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan manusia, karena manusia tidak memiliki enzim untuk mencerna serat tersebut. Serat makanan memiliki banyak manfaat bagi ksehatan, antara lain dapat

70.0 75.0 80.0 85.0 90.0 95.0 Sari tempe dibuat dengan air mendidih Ampas sari tempe masih berguna Pre-Test 77.3 77.3 Post-Test 90.9 90.9 Persentase (% ) 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 Tepung tempe cocok untuk kue Serat tempe baik bagi kesehatan Pre-Test 81.8 90.9 Post-Test 100.0 90.9 Persentase (% )

(24)

20 Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah

konstipasi, menyehatkan usus besar sehingga terhindar dari penyakit kanker usus besar, divertikulosis, dan lain-lain.

Pengetahuan sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini tentang manfaat serat bagi kesehatan dapat dinyatakan baik karena dari hasil survei dapat diketahui bahwa persentase sasaran yang menyatakan serat bermanfaat bagi kesehatan termasuk tinggi. Baik pada saat pre-test maupun post-test, persentase sasaran yang menyatakan serat tempe baik bagi kesehatan adalah sama, yaitu 90,9%.

B. Tingkat Pengetahuan tentang Minuman Sari Tempe dan Tepung Tempe

Proses pembuatan minuman sari tempe dan tepung tempe pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dijelaskan oleh sejumlah mahasiswa yang dilibatkan pada kegiatan ini dalam bentuk demonstrasi. Penjelasan tentang proses pembuatan produk diberikan oleh mahasiswa bersamaan dengan demonstrasi pembuatan produk.

Minuman sari tempe dan tepung tempe yang dihasilkan dari kegiatan demonstrasi selanjutnya disajikan kepada seluruh sasaran untuk dicicipi dan dinilai secara inderawi. Untuk mengetahui respon sasaran terhadap minuman sari tempe dan tepung tempe yang dihasilkan, maka kepada sasarn diberikan angket yang berisi 10 pertanyaan seputar minuman sari tempe dan tepung tempe. Hasil penilaian inderawi dari sasaran tersebut dijelaskan di bawah ini.

1. Konsumsi dan Produksi Minuman Sari Tempe dan Tepung Tempe

Tempe merupakan makanan sumber protein berkualitas tinggi yang mudah didapat dan murah harganya. Karena itu, tidak heran jika tempe dikonsumsi oleh hampir semua kelompok masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang lanjut usia. Sebagian besar sasaran (85,7%) menyatakan mengonsumsi tempe setiap hari, baik untuk diri sendiri maupun keluarga (Gambar 7). Alasan sasaran mengonsumsi tempe setiap hari adalah karena bergizi dan harganya murah.

Gambar 7. Sebaran Sasaran berdasarkan Konsumsi dan Produksi Minuman Sari Tempe dan Tepung Tempe

Tempe yang dikonsumsi sasaran biasanya diolah menjadi lauk dengan cara digoreng atau dibacem. Hanya sekitar 4,8% sasaran yang pernah mengolah tempe menjadi kue atau menjadikan tempe sebagai bahan baku pembuatan kue. Sisanya, yaitu 95,2%, tidak pernah membuat kue dengan menggunakan tempe sebagai bahan baku. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan sasaran tentang pengolahan tempe menjadi produk olahan.

Pembuatan minuman sari tempe sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi sederhana. Karena kurangnya pengetahuan sasaran tentang cara pembuatan minuman sari tempe, maka pada saat survei dilakukan dapat diketahui bahwa tidak seorangpun (0%) yang pernah membuat minuman sari tempe. Bahkan, semua (100%) sasaran tidak tahu cara membuat minuman sari tempe tersebut dan tidak pernah pula membuat tepung dari tempe (Gambar 8).

Semua pengelola dan tutor PAUD yang mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menyatakan bahwa mereka baru mengetahui adanya produk minuman sari tempe dan tepung tempe ketika mengikuti kegiatan pelatihan ini. Mereka juga menyatakan bahwa mereka tidak pernah membayangkan adanya produk minuman dari tempe karena tempe merupakan produk olahan hasil fermentasi kedelai oleh kapang.

2. Tingkat Penerimaan Minuman Sari Tempe dan Tepung Tempe

Minuman sari tempe dan tepumg tempe merupakan produk olahan tempe yang memiliki

0.0 50.0 100.0 85.7 4.8 0.0 0.0 0.0 14.3 95.2 100.0 100.0 100.0 Per sentase (%) Ya Tidak

(25)

Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2 21 banyak manfaat, sebagai bahan baku untuk

pembuatan produk olahan pangan lainnya ataupun manfaat bagi tubuh ketika dikonsumsi. Agar dapat diterima oleh para peserta pelatihan kegiatan ini, maka minuman sari tempe dan tepung tempe yang dihasilkan harus dinilai secara inderawi atau berdasarkan tingkat penerimaan oleh organ tubuh. Terdapat 3 aspek penilaian yang dilakukan sasaran terhadap minuman sari tempe dan produk olahan tepung tempe, yaitu rasa, warna, dan aroma.

Hasil penilaian inderawi terhadap minuman sari tempe oleh peserta pelatihan menunjukkan bahwa semua (100%) sasaran menyukai minuman sari tempe (Gambar 9). Ini menunjukkan bahwa sasaran tidak terpengaruh oleh rasa tempe sebagai bahan baku minuman sari tempe yang sedikit langu, karena pada proses pembuatan minuman sari tempe ditambahkan gula dan perisa yang dapat menutupi rasa asal dari tempe.

Selain rasa, warna dari minuman sari tempe juga disukai oleh hampir semua peserta pelatihan. Sebanyak 95,2% sasaran menyukai warna minuman sari tempe, dan hanya 4,8% sasaran yang tidak menyukai warnanya.

Hal yang sama juga dijumpai pada aroma minuman sari tempe. Sebagaimana penerimaan terhadap warna, sebanyak 95,2% sasaran juga menyukai aroma minuman sari tempe dan sisanya sebanyak 4,8% saja yang tidak menyukainya (Gambar 8).

Gambar 8. Sebaran Sasaran berdasarkan Tingkat Penerimaan terhadap Minuman Sari Tempe

Tingkat penerimaan tepung tempe tidak didasarkan pada penerimaan sasaran terhadap produk olahan tepung tempe, tetapi berdasarkan

penerimaan terhadap produk olahan tepung tempe. Pada pelatihan ini, tepung tempe diolah menjadi produk bola biskuit coklat (biscuit truffle), yaitu kue yang dibuat dari bahan hancuran biskuit, susu kental manis, tepung tempe kasar, dan meses. Hasil survei menunjuk-kan bahwa semua sasaran (100%) menyukai rasa, warna, dan aroma dari produk bola biskuit coklat tempe yang dihasilkan (Gambar 9). Tidak satupun sasaran yang tidak menyukai produk olahan tersebut. Dari data ini dapat diketahui bahwa penambahan tepung tempe pada pengolahan produk pangan dapat diterima oleh masyarakat.

Gambar 9. Sebaran Sasaran berdasarkan Tingkat Penerimaan terhadap Bola Biskuit Coklat Tempe

3. Tindak Lanjut

Pada saat kegiatan pelatihan dan demonstrasi pembuatan produk minuman sari tempe, tepung tempe, dan produk bola biskuit coklat tempe selesai dilaksanakan, kepada para peserta pelatihan diberikan 3 pertanyaan yang berkaitan dengan tindak lanjut dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Sekitar 95,2% sasaran menyatakan bahwa produk olahan tempe merupakan produk yang dapat diberikan kepada anak-anak dan orang dewasa, sehingga mereka akan menindaklanjuti dengan keinginan-nya untuk membuat sendiri produk olahan tersebut, minimal untuk diberikan kepada anggota keluarga.

Proses pembuatan produk olahan tempe dinyatakan oleh 76,2% sasaran tidak sulit karena menggunakan teknologi sederhana yang bisa dilakukan di rumah. Walaupun masih ada sasaran yang menyatakan proses pembuatan produk olahan tempe sulit (23,8%), tetapi para

0.0 50.0 100.0 Menyukai rasa Menyukai warna Menyukai aroma 100.0 95.2 95.2 0.0 4.8 4.8 Persentase (% ) Ya Tidak 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 Menyukai rasa Menyukai warna Menyukai aroma 100.0 100.0 100.0 0.0 0.0 0.0 Persentase (% ) Ya Tidak

Gambar

Gambar 3.   Sebaran Sasaran berdasarkan Pendapat  tentang Kandungan dan Cara Pengolahan  Tempe
Gambar 6.   Sebaran Sasaran berdasarkan
Gambar 7.  Sebaran  Sasaran  berdasarkan  Konsumsi  dan  Produksi  Minuman  Sari  Tempe  dan  Tepung Tempe
Gambar 8.  Sebaran  Sasaran  berdasarkan  Tingkat  Penerimaan  terhadap  Minuman  Sari  Tempe
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Hery (2016:202), istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari pihak lain, baik sebagai

(e) Fungsi mengeluh, melalui tindak ekspresif ini, guru menggerutu atau kecewa dengan tindakan siswa. Fungsi mengeluh ini mencakup: rasa kecewa, rasa bingung, rasa marah,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk segala berkat, rahmat, kemudahan serta bimbingan-Nya selama menyusun skripsi yang berjudul “Hubungan

tetapi untuk memastikan bahwa 1x rpm tsb adalah disebabkan mechanical unbalance (mis: blade patah) diperlukan juga arah phase (sudut vibrasi yang tinggi tsb (high spot)

(9) Dalam hal Dana Desa yang telah digunakan untuk pembayaran BLT Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (8) masih terdapat sisa, kepala desa dapat menggunakan sisa Dana

Sistem informasi penggajian dan penilaian kinerja pada SMK Taman Siswa sangat penting untuk dikembangkan untuk memperbaiki sistem yang ada, dengan dibangunnya

Setelah melakukan penelitian observasi dan mendapatkan dokumen dokumen yang dibutuhkan terkait penggajian guru di SMK tiara bangsa, maka dihasilkan sistem

a) Hasil dapatan yang diperoleh hanya berdasarkan kepada maklumat yang terkandung dalam penyata kewangan untuk tahun 2003 sahaja... b) Maklumat yang didedahkan hanya setakat 281