• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

“Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman” ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR

KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS. Oleh:

Agustin Susyatna Dewi1) Sukiman1)

Rakhmat Priyono1) 1)

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman e-mail:dewiagustin732@ymail.com

Abstract

The purpose of this study were to analyze the degree of development gap in Banyumas, divide the sector into the leading sector, potential sector, the developed sectors and underdeveloped sectors in Banyumas, and divide the districts into rapidly advancing area, advanced but depressed area, Rapidly growing areas and relatively underdeveloped area.

Analytical methods that are used are Williamson Index and typology Klassen analysis. Based on the calculation the magnitude of Williamson Index is 0.065. The leading sectors are trade and services. Sector that developed is quarrying, electricity, gas and water, construction, transportation / communication, financial, leasing and business services. Potential sectors include agriculture and industry. In territorial obtained rapidly advancing areas namely: Sokaraja, Purwokerto barat, Purwokerto timur and purwokerto selatan. Rapidly growing area is Purwokerto Utara. Advanced but depressed areas include Wangon, Somagede, Banyumas, Purwojati and relatively underdeveloped areas include: Lumbir, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Kemranjen, Sumpiuh, Tambak, Kalibagor, Patikraja, Ajibarang, Gumelar, Pekuncen, Cilongok, Karanglewas, Kedungbanteng, Baturraden, sumbang, kembaran.

Keywords: Sector, Area, Development gap. Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat ketimpangan pembangunan di Kabupaten Banyumas, membagi sector kedalam sektor unggulan, sektor potensial, sektor berkembang dan sektor terbelakang di Kabupaten Banyumas dan membagi kecamatan kedalam Kecamatan cepat maju dan cepat tumbuh, Kecamatan maju tapi tertekan, Kecamatan yang berkembang cepat dan Kecamatan yang relatif tertinggal.

Metode analisis yang dugunakan adalah Williamson Index dan analisis tipologi Klassen. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa besarnya Williamson Index adalah 0,065. Sedangkan yang termasuk dalam sektor unggulan adalah perdagangan dan jasa-jasa. Sektor yang sedang mengalami perkembangan

(2)

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor potensial meliputi pertanian dan industry. Secara kewilayahan diperoleh daerah cepat maju yaitu : Sokaraja, Purwokerto Barat, Purwokerto Timur dan Purwokerto Selatan. Daerah berkembang cepat yaitu purwokerto Utara. Daerah maju tapi tertekan meliputi Wangon, Somagede, Banyumas, Purwojati dan daerah relatif tertinggal meliputi: Lumbir, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Kemranjen, Sumpiuh, Tambak, Kalibagor, Patikraja, Ajibarang, Gumelar, Pekuncen, Cilongok, Karanglewas, Kedungbanteng, Baturraden, Sumbang, Kembaran.

Kata Kunci: Sektor, wilayah, ketimpangan pembangunan.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setelah diberlakukannya UU no 22 th 1999 tentang otonomi daerah, pembangunan dan pengembangan kabupaten Banyumas dikelola oleh pemerintah kabupaten. Dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, pertumbuhan ekonomi kabupaten Banyumas cukup tinggi yaitu sebesar 10, 09% pada tahun 2009, 12,47% pada tahun 2010 dan 11,21% pada tahun 2011 dengan pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku sebesar 7.318.902 (Kabupaten Banyumas Dalam Angka 2012, www.banyumaskab.go.id).

Pertumbuhan ekonomi dan angka pendapatan perkapita yang cukup besar ini merupakan indicator dari keberhasilan pembangunan ekonomi di kabupaten Banyumas. Meskipun demikian pertumbuhan yang bagus maupun angka pendapatan perkapita yang tinggi, harus diimbangi dengan tingkat pemertaan pembangunannya, mengingat kabupaten Banyumas terbagi kedalam 27 wilayah kecamatan. Selama ini pembangunan ekonomi di kabupaten Banyumas hanya terfokus pada beberapa wilayah terutama wilayah Purwokerto. Hal ini dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang dimilki Kota Purwokerto. Sarana dan prasarana Kota Purwokerto diantaranya stasiun, polres, kantor perbankan, terminal dengan kapasitas besar, pasar besar, jalan raya dan perguruan tinggi. Sarana dan prasarana ini tidak dimilki wilayah lainnya sehingga Purwokerto dianggap sebagai ibukota kabupaten Banyumas.

Pembangunan suatu wilayah secara spasial tidak selalu merata. Beberapa wilayah mengalami pertumbuhan cepat, beberapa yang lain mengalami pertumbuhan yang sangat lambat. Wilayah tersebut tidak mengalami pertumbuhan

(3)

yang sama karena sumberdaya dan pengelolaan juga tidak sama (Kuncoro,2004). Secara keseluruhan adanya pebedaan dalam tingkat perkembangan daerah akan mengakibatkan adanya perbedaan dalam tingkat kemakmuran masyarakatnya (Arsyad,2010). Perbedaan tingkat kemakmuran selanjutnya dapat menjadi pemicu permasalahan sosial dan politik pada suatu daerah. Seperti kecemburuan sosial, migrasi penduduk dan sebagainya.

Dari segi sektoral, Kabupaten Banyumas terbagi kedalam sembilan sektor. Sektor utama di Kabupaten Banyumas adalah pertanian, karena sebagian besar lahan dipergunakan untuk pertanian demikian juga pendapatan penduduk banyak berasal dari sektor ini. Pada tahun 2011, sector pertanian menyumbangkan sebesar 21,57% terhadap PDRB, Sektor kedua yang menjadi penopang kegiatan ekonomi adalah jasa-jasa sebesar 18,09% (www.banyumaskab.go.id).

B. Perumusan Masalah

Pembangunan di kabupaten Banyumas banyak tersentra di kota purwokerto dan sekitarnya. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan dalam tingkat kemakmuran masyarakatnya. Menurut Arsyad (2010), perbedaan tingkat kemakmuran dapat menjadi pemicu permasalahan sosial dan politik pada suatu daerah. Seperti kecemburuan sosial, migrasi penduduk dan sebagainya. Dalam upaya memfokuskan pembangunan daerah, Kabupaten Banyumas perlu untuk mengklasifikasikan daerahnya kedalam empat tipe yaitu daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh, daerah maju tapi tertekan, daerah yang berkembang cepat dan daerah yang relatif tertinggal (Kuncoro,2004) agar pembangunan ekonomi dapat lebih fokus terhadap wilayah yang tertinggal sehingga pemerataan pembangunan dapat tercapai.

Dari segi sektor ekonomi, Kabupaten Banyumas memiliki sektor ekonomi utama pada pertanian, perikanan dan peternakan dan sektor jasa. Oleh karena itu sektor ekonomi di kabupaten Banyumas akan terbagi menjadi empat jenis yaitu sektor unggulan, sektor potensial, sektor berkembang dan sektor terbelakang. Klasifikasi berdasarkan tipologi daerah dan sektoral menjadi penting untuk memfokuskan pembangunan pada suatu daerah tertentu dan sektor tertentu, sehingga tingkat kemerataan pembangunan ekonomi di kabupaten Banyumas dapat ditingkatkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai tipologi

(4)

secara spasial maupun secara sektoral Kabupaten Banyumas dan besarnya tingkat ketimpangan pembangunan di Kabupaten Banyumas. Maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar tingkat ketimpangan pembangunan di Kabupaten Banyumas? 2. Sektor apa sajakah yang tergolong sektor unggulan, sektor potensial, sektor

berkembang dan sektor terbelakan di Kabupaten Banyumas ?

3. Kecamatan mana sajakah yang tergolong Kecamatan cepat maju dan cepat tumbuh, Kecamatan maju tapi tertekan, Kecamatan yang berkembang cepat dan Kecamatan yang relatif tertinggal di Kabupaten Banyumas?

II. METODE PENELITIAN A. Jenis data dan Teknik pengambilan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dengan mengambil wawancara pada beberapa pemerintah kecamatan yang tergolong wilayah tertinggal. Data primer ini diperlukan untuk melengkapi kekurangan data sekunder.

B. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

1. Untuk menganalisa indeks ketimpangan pembangunan, maka digunakan Ukuran Ketimpangan Pembangunan antar wilayah Jeffrey G Williamson yang dinamai Williamson Idex (Sjafrizal,2008).

Dimana,

Bila nilai Vw mendekati satu berarti sangat timpang, dan bila Vw mendekati nol berarti sangat merata.

2. Untuk memetakan daerah kedalam beberapa kategori yaitu daerah tertinggal maupun daerah maju digunakan analisis tipologi.

(5)

Tabel 1. Metode Analisis Tipologi Wilayah Kabupeten Banyumas PDRB perkapita

Laju pertumbuhan

(Y1>Y) (Y1<Y)

(r1>r) Pendapatan tinggi dan pertumbuhan tinggi (daerah cepat maju) Kuadran II

Pendapatan rendah dan pertumbuhan tinggi (daerah berkembang cepat)

Kuadran I

(r1<r) Pendapatan tinggi dan pertumbuhan rendah (daerah maju tapi tertekan) Kuadran IV

Pendapatan rendah dan pertumbuhan rendah (daerah relatif tertinggal)

Kuadran III

Sumber: Kuncoro,2004

Keterangan: r : rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyumas Y: rata-rata PDRB Kabupaten Banyumas

r1: pertumbuhan ekonomi kecamatan yang diamati Y1: PDRB perkapita kecamatan yang diamati

3. untuk menganalisis tipologi kabupaten Banyumas secara sektoral digunakan analisis tipologi Klassen.

Tabel 2. Metode Analisis Tipologi Sektoral Kabupaten Banyumas Rata-rata Kontribusi Rata-rata sektoral laju terhadap pertumbuhan PDRB sektoral Ŷ sektor ≥ Ŷ PDRB Ŷ sektor < Ŷ PDRB

r sektor ≥ r PDRB Sektor unggulan Kuadran II

Sektor berkembang Kuadran I

r sektor < r PDRB Sektor potensial

Kuadran IV

Sektor terbelakang

(6)

Sumber: Mafudi,2010 Keterangan :

Ŷ sektor : rata-rata sektor i Ŷ PDRB : rata-rata PDRB

r sektor : laju pertumbuhan sektor i r PDRB : laju pertumbuhan PDRB

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Williamson Index

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Williamson index sebesar 0,065 artinya, kabupaten banyumas memiliki angka ketimpangan pembangunan yang cukup rendah. Pada saat ini pembangunan di Kabupaten Banyumas tidak hanya tersentra pada beberapa wilayah kecamatan tetapi sudah merambah keberbagai wilayah kecamatan yang terjauh dari kota purwokerto. Sehingga fasilitas-fasilitas di kecamatan luar purwokerto cukup lengkap. Seperti pembangunan jalan/pengaspalan jalan yang sudah mencapai desa-desa, puskesmas dan pendidikan dibangun pada setiap desa dan sebagainya.

B. Pemetaan wilayah kabupaten Banyumas

Berdasarkan hasil perhitungan, wilayah kabupaten Banyumas dibagi menjadi empat kelompok yaitu:

1. Daerah cepat maju

Daerah ini meliputi beberapa wilayah kecamatan yaitu : Sokaraja, Purwokerto Barat, Purwokerto Timur dan Purwokerto Selatan. Beberapa wilayah ini termasuk wilayah yang cepat maju. Wilayah kecamatan yang tergolong maju pada umumnya memiliki fasilitas yang cukup banyak dan kegiatan perdagangan yang cukup maju.

Arah pengembangan wilayah Kota Purwokerto seperti yang tercantum dalam rencana umum tanah ruang kota (RUTRK), yakni mempertemukan kawasan Kota dengan wilayah Sokaraja serta menembus daerah selatan Purwokerto. (Wahyudi,2005). Hal ini berdampak pada fasilitas jalan raya yang semakin baik dan kegiatan perdagangan yang maju. Sedangkan wilayah Purwokerto barat, Purwokerto Timur dan Purwokerto Selatan memiliki berbagai

(7)

macam fasilitas umum seperti pendidikan tinggi, jalan raya antar provinsi yang baik, terminal utama maupun bangunan pertokoan yang mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi berupa kawasan perdagangan dan jasa pada kawasan perkotaan Purwokerto dan sekitarnya. (RPJM Kabupaten Banyumas 2013-2018). Hal ini berdampak pada cepat majunya wilayah ini.

2. Daerah berkembang cepat

Wilayah kecamatan yang termasuk dalam daerah berkembang cepat yaitu purwokerto Utara. Pertumbuhan ekonomi kecamatan Purwokerto utara lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi rata-rata kabupaten Banyumas. Namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti peningkatan pada pendapatan perkapita masyarakat. Karena pertumbuhan ekonomi dikuti jumlah penduduk yang semakin banyak pula. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat kepadatan penduduk di kecamatan Purwokerto Utara yang menduduki peringkat 3 di kabupaten Banyumas. Kepadatan penduduk Kabupaten Banyumas tahun 2012 mencapai 1.207 jiwa/km². (Banyumas Dalam Angka 2013), sedangkan kecamatan purwokerto utara memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar 6.698 jiwa/km².

3. Daerah maju tapi tertekan

Wilayah kecamatan yang termasuk dalam daerah maju tapi tertekan adalah: Wangon, Somagede, Banyumas, Purwojati. Daerah kecamatan ini pada umumnya memiliki tingkat perdapatan perkapita yang tinggi namun pembangunan sarana fisik tidak terlalu cepat sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi wilayah kecamatan tersebut kurang dari tingkat pertumbuhan ekonomi kabupaten Banyumas. Masyarakat pada umumnya memiliki usaha rumahan maupun bertani, disisi lain pembangunan secara fisik tidak didukung oleh investor.

4. Daerah relatif tertinggal

Wilayah kecamatan yang tergolong tertinggal meliputi: kecamatan Lumbir, kecamatan Jatilawang, kecamatan Rawalo, kecamatan Kebasen, kecamatan Kemranjen, kecamatan Sumpiuh, kecamatan Tambak, kecamatan Kalibagor, kecamatan Patikraja, kecamatan Ajibarang, kecamatan Gumelar, kecamatan Pekuncen, klecamatan Cilongok, kecamatan Karanglewas, kecamatan

(8)

Kedungbanteng, kecamatan Baturraden, kecamatan Sumbang, kecamatan Kembaran. Wilayah kecamatan relatif tertinggal meliputi 18 kecamatan atau sebesar 66,67% dari wilayah kabupaten banyumas. 18 wilayah kecamatan ini memang bukan sasaran wilayah strategis pembangunan pemerintah daerah maupun provinsi sehingga tidak memiliki dukungan pembangunan infrastruktur yang memadai. Kurangnya infrastruktur di wilayah kecamatan yang tertinggal menyebabkan investor kurang tertarink untuk berinvestasi di wilayah ini. Selain itu terdapat wilayah yang dijadikan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi kawasan Kebun Raya Baturaden dan kawasan Gunung Slamet. Sehingga pembangunan ekonomi tidak dipusatkan di wilayah ini. Namun, untuk kecamatan baturraden dikembangkan secara khusus ekonomi pariwisata.

C. Analisis sektoral

Berdasarkan hasil perhitungan, sembilan sector ekonomi dibagi kedalam empat tipe yaitu:

1. Sektor unggulan : perdagangan, jasa-jasa

Perekonomian kabupaten Banyumas terbagi menjadi 9 sektor ekonomi dengan sektor unggulan adalah perdagangan dan jasa-jasa. Sektor ini semakin berkembang dengan adanya pembangunan di kota Purwokerto dan sekitarnya. Pembangunan fasilitas maupun gedung pendidikan membuat masyarakat banyak yang beralih profesi dari petani menjadi wirausahawan dibidang jasa dan perdagangan. Hal ini dapat dilihat dari dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas 2006 yang menjelaskan bahwa terjadinya pergeseran sistem ekonomi kabupaten Banyumas dari agraris menjadi jasa dan industri merupakan akibat semakin berkurangnya kontribusi sektor-sektor primer (pertanian) terhadap PDRB. Apabila dilihat dari struktur penduduk dan komposisi pemanfaatan lahan, persentase jumlah petani semakin menurun dan lahan pertanian banyak yang beralih fungsi menjadi lahan untuk perumahan dan perdagangan. Selama kurun waktu 2008 sampai 2012 terjadi alih fungsi sebesar 1.421 Ha luas lahan pertanian yaitu 85.512 Ha pada tahun 2008 menjadi 84.090 Ha pada tahun 2012. Rata-rata laju alih fungsi lahan pertanian sebesar 284 Ha/tahun (SKPD tahun 2013).

(9)

2. Sektor berkembang

Sektor yang sedang mengalami perkembangan adalah penggalian, listrik, gas dan air bersih, bangunan, angkutan/komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pembangunan kabupaten Banyumas banyak memberikan fasilitas publik di berbagai sektor. Pada sektor air bersih, bangunan, angkutan/komunikasi berkembang sejalan dengan pembangunan diwilayah purwokerto dan sekitarnya. Kondisi perekonomian kota purwokerto yang semakin maju membuat sektor penggalian, listrik gas dan air bersih semakin banyak digunakan sehingga perkembangan sektor ini semakin pesat. Sektor bangunan, angkutan/komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan semakin berkembang karena semakin banyaknya kegiatan ekonomi masyarakat yang menggunakan aktivitas-aktivitas pada sector ini. Pada sektor bangunan semakin berkembang seiring dengan semakin meningkatnya permintaan akan rumah maupun bangunan pertokoan di kabupaten Banyumas.

3. Sektor potensial

Sektor potensial meliputi pertanian dan industri. Arah kebijakan pemerintah daerah yang memusatkan pembangunannya di kota purwokerto dan sekitarnya membuat perkembangan sektor pertanian semakin tertekan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kesejahteraan petani yang tercermin dari kecilnya Nilai Tukar Petani, biaya produksi yang tinggi, kurangnya pembangunan sektor pertanian seperti waduk maupun tanggul dan sebagainya. Alih fungsi lahan pertanian menjadi fasilitas jasa dan perdagangan membuat sector pertanian bergeser dari sector unggulan menjadi sector potensial. Banyak lahan pertanian yang masih belum dioptimalkan hasil produksinya.

4. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Wilimson index kabupaten Banyumas.

Angka wiliamson index kabupaten Banyumas sebesar 0,065. Angka ini menunjukkan bahwa ketimpangan pembangunan di kabupaten Banyumas cukup kecil. Dengan kata lain pembangunan di kabupaten Banyumas cukup merata.

(10)

2. Analisis Tipologi Wilayah Kabupaten Banyumas

a. Daerah cepat maju meliputi beberapa wilayah kecamatan yaitu : Sokaraja, Purwokerto Barat, Purwokerto Timur dan Purwokerto Selatan. Beberapa wilayah ini termasuk

b. Daerah berkembang cepat hanya terdapat pada satu kecamatan yaitu kecamatan purwokerto Utara.

c. Daerah maju tapi tertekan meliputi kecamatan Wangon, Somagede, Banyumas, Purwojati.

d. Daerah relatif tertinggal meliputi: kecamatan Lumbir, kecamatan Jatilawang, kecamatan Rawalo, kecamatan Kebasen, kecamatan Kemranjen, kecamatan Sumpiuh, kecamatan Tambak, kecamatan Kalibagor, kecamatan Patikraja, kecamatan Ajibarang, kecamatan Gumelar, kecamatan Pekuncen, klecamatan Cilongok, kecamatan Karanglewas, kecamatan Kedungbanteng, kecamatan Baturraden, kecamatan Sumbang, kecamatan Kembaran.

3. Analisis Sektoral

a. Perekonomian kabupaten Banyumas terbagi menjadi 9 sektor ekonomi dengan sektor unggulan adalah perdagangan dan jasa-jasa.

b. Sektor yang sedang mengalami perkembangan adalah penggalian, listrik, gas dan air bersih, bangunan, angkutan/komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

c. Sektor potensial meliputi pertanian dan industri

B. Saran

1. Tingkat kemerataan pembangunan di kabupaten Banyumas cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Williamson Index sebesar 0,065. Dengan demikian kebijakan pembangunan di kabupaten Banyumas perlu dilanjutkan agar tingkat kemerataan dapat dipertahankan.

2. Analisis wilayah maupun sektoral menunjukkan berbagai wilayah yang perlu untuk ditingkatkan pembangunannya seperti wilayah yang tergolong relatif tertinggal dan secara sektoral sektor potensial

(11)

(pertanian) perlu didorong pembangunannya agar tingkat ketimpangan pembangunan dapat lebih diperkecil dan kemerataan pembangunan dapat dirasakan oleh berbagai pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Kabupaten Banyumas Dalam Angka 2012, www.banyumaskab.go.id.

Anonim, Kabupaten Banyumas Dalam Angka 2013, www.banyumaskab.go.id.

Anonim, RPJM Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 10 Tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Banyumas 2013-2018. (eoffice.banyumaskab.go.id)

Arsyad, Lincolin.2010.Ekonomi Pembangunan,UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad.2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang.Erlangga.Jakarta.

Mahmudi.2010.Manajemen Keuangan Daerah.Erlangga, Jakarta.

Sjafrizal,2008.Ekonomi regional teori dan aplikasi.Baduose Media, Sumatera Barat

.

Wahyudi, Agus,2005. Sokaraja Pilihan Utama Perkembangan Kota, Suara Merdeka.com, diakses 23 September 2014.

Gambar

Tabel 1. Metode Analisis Tipologi Wilayah Kabupeten Banyumas  PDRB perkapita

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan antara jumlah sarana dan prasarana yang telah dicatat dalam SIMAK BMN dengan pengadaan sarana dan prasarana yang terealisir. Sekretaris dan Kasubbag Umum &amp;

bahanapi pepejal pada 30 kilogram atau lebih dalam tempoh sejam atau apa-apa bahan cecair atau gas pada 15 kilogram atau lebih dalam tempoh sejam hendaklah mematuhi nilai

Protozoa pada sampel sebelum dan sesudah pembentukan biogas menunjukan jenis yang sama tetapi berkurang cukup banyak hal ini dikarenakan ketika masuk ke dalam digester

Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana akad pembiayaan pada perbankan syariah yang dibuat secara baku menurut hukum islam,

Berdasarkan penelitian Untari bahwa SADARI dapat dilakukan sendiri tanpa harus ke klinik, merupakan cara yang sederhana, murah (gratis), dan cukup akurat untuk mendeteksi

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisis seperti kerapatan, kadar air dan penyerapan air, sifat mekanik seperti modulus elastis (MOE), modulus patah (MOR)

Selain itu dalam transaksi penjualannya masih menggunakan catatan manual yaitu mencatat langsung pesanan pelanggan ke dalam sebuah struk (nota). Penggunaan metode