• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAKARAN PUPUK N, P, K, DAN S TANAMAN JAGUNG PADA BEBERAPA JENIS TANAH DI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TAKARAN PUPUK N, P, K, DAN S TANAMAN JAGUNG PADA BEBERAPA JENIS TANAH DI SULAWESI SELATAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TAKARAN PUPUK N, P, K, DAN S TANAMAN JAGUNG PADA

BEBERAPA JENIS TANAH DI SULAWESI SELATAN

Syafruddin

Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK

Pemupukan berimbang adalah suatu pengelolaan hara yang spesifik lokasi, sehingga sangat tergantung pada lingkungan, utamanya tanah yang bersifat spesifik lokasi. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami. Berdasarkan peluang hasil 7 t/ha dan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami, direkomendasikan di tanah Vertisol Sidrap adalah 150 kg N, 23 kg P2O5, 25 kg K2O, dan 5 kg

S per ha, di Barru 170 kg N, 23kg P2O5, 25 kg K2O per ha, dan tanpa S, dan di Pangkep 170

kg N, 43 kg P2O5, 40 kg K2O, dan 10 kg S per ha. Pada tanah Inceptisol di lahan kering di

wilayah Bone dengan peluang hasil 9 t/ha dianjurkan menggunakan takaran pada tanaman jagung adalah 170 kg N, 30 kg P2O5, dan 63 kg K2O per ha dan pada tanah Grumosol di lahan

kering Jeneponto dengan peluang hasil 8 t/ha membutuhkan 120 kg N, 57 P2O5 dan 44 K2O per

ha.

Kata kunci: zea mays, pemupukan, spesifik lokasi

PENDAHULUAN

Hara N, P, dan K merupakan hara yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Setiap ton hasil biji, tanaman jagung membutuhkan 27,4 kg N; 4,8 kg P; dan 18,4 kg K (Cooke 1985), sehingga diperlukan pengelolaan hara yang tepat agar kebutuhan tanaman akan hara dapat terpenuhi secara optimal. Umumnya, tanaha-tanah di daerah tropika basah kekurangan hara terutama N, P, dan K pada tanaman jagung, sehingga untuk mendapatkan hasil mendekati potensi hasil, diperlukan tambahan pupuk yang jumlahnya sangat tergantung lingkungan dan pengelolaan tanaman.

Perbaikan kesuburan tanah melalui pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk berimbang, yang artinya pemberian pupuk sesuai kebutuhan tanaman dan masih kekurangan dalam tanah dengan mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami, kontinuitas pertanaman, dan petani mendapat keuntungan yang memadai. Pemupukan yang berimbang adalah suatu pengelolaan

(2)

pemulihan hara telah dikembangkan untuk tanaman padi pada lahan sawah irigasi di Asia (Dobermann dan Fairhurst 2000; Witt and Doberman 2002). Konsep yang serupa juga sedang digunakan untuk pengembangan rekomendasi pemupukan yang baru pada pertanaman jagung di Nebraska (Amerika Serikat), dengan penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar bagi perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi atau domain (Dobermann et al. 2003). Pengelolaan hara spesifik lokasi merupakan suatu upaya untuk mewujudkan penyediaan hara bagi tanaman secara tepat, baik jumlah maupun waktu yang mempertimbangkan kebutuhan hara tanaman/varietas, kondisi lahan atau kapasitas dalam menyediakan hara bagi tanaman (Makarim et al. 2003)

Informasi kebutuhan pupuk yang optimal, khususnya N, P, dan K pada tanaman jagung berdasarkan spesifik lokasi sangat dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan dan produktivitas jagung yang memuaskan dan berkelanjutan, disamping itu juga akan meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan petani.

Rekomendasi takaran pupuk N, P, K, dan S

Penentuan rekomendasi pemupukan berdasarkan kenaikan hasil antara setiap hara antara yang diberi pupuk dan tanpa pupuk N, P, dan K menggunakan software Pemupukan Jagung Spesifik Lokasi PuJS (IPNI 2010) .

Penelitian omision plot yang dilaksanakan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol muda di Sidrap menunjukkan bahwa pemberian NPKS (kombinas lengkap) menghasilkan 5,7 t/ha, apabila salah satu hara tidak diberikan (tanpa N, P, K atau S) hasil yang diperoleh akan menurun (hasil yag diproleh 3,6 – 5,5 t/ha).Tanpa pemberian N akan menurunkan hasil 2,1 t/ha, tanpa pemberian P menurunkan 0,4 t/ha, tanpa pemberian K menurunkan 0,2 t/ha dan tanpa pemberian S menurunkan hasil 0,3 t/ha. Berdasarkan kemampuan tanah menyedikan hara dan dengan pengelolaan yang baik peluang hasil yang dapat diperoleh dilokasi tersebut adalah 7 t/ha, maka berdasarkan simulasi PuJS direkomendasi pemupukan di Vertisol Sidrap adalah 150 kg N, 23 kg P2O5, 25 kg K2O dan 5 kg S per ha (Tabel 1).

(3)

Tabel 1. Hasil biji dan penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi pemupukan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol di Sidrap. Kombinasi pemupukan Hasil (t/ha) Penurunan hasil (t/ha)

Rekomendasi target hasil 7 t/ha (kg/ha) NPKS 5,7 - PKS 3,6 2,1 150 N NKS 5,3 0,4 23 P2O5 NPS 5,5 0,2 25 K2O NPK 5,4 0,3 5 S

Sumber: Syafruddin et al. (2008)

Di tanah Vertisol Barru, kombinasi pemupukan NPK, dan S memberikan hasil 4,69 t/ha, Tanpa N atau K akan menurunkan hasil, sedangkan tanpa P atau S hasil yang diperoleh lebih tinggi. Tanpa pemberian N diperoleh hasil 0,10 t/ha dan tanpa K diperoleh hasil 4,54 t/ ha, tanpa P menjadi 5,09, dan tanpa S diperoleh hasil 5,32 t/ha. Oleh karena itu pada tanah Vertisol di Barru dengan peluang hasil biji jagung 7 t/ha direkomendasikan takaran pupuknya adalah 170 kg N, 5 kg P2O5, dan 25 kg K2O per ha. Meskipun tidak respon terhadap pemberian P, namun untuk menaikan peluang hasil yang mungkin dapat dicapai dengan pengelolaan yang baik dan untuk mencegah degradasi P diperlukan tambahan P t yaitu 5 kg P2O5/ha (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil biji dan penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol di Barru

Kombinasi pemupukan Hasil (t/ha) Penurunan hasil (t/ha)

Rekomendasi target hasil 7 t/ha (kg/ha) NPKS 4,69 - PKS 0,10 4,59 170 N NKS 5,09 - 5 P2O5 NPS 4,54 0,15 25 K2O NPK 5,32 -

Sumber: Syafruddin et al. (2008)

Pada lahan sawah jenis tanah Vertisol di Pangkep, pemupukan NPKS diperoleh hasil biji 5,13 t/ha, jika salah satu unsur hara tidak diberikan (N, P, K atau S) hasil biji yang diperoleh akan menurun menjadi 0,10 - 4,50 t/ha. Apabila tidak dipupuk N akan menurunkan hasil 5,03 t/ha, tampa pemupukan P menurunkan hasil 0,89 t/ha, dan tanpa pemberian K menurunkan hasil 0,63 t/ha dan tanpa pemberian S

(4)

Tabel 3. Hasil biji dan penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi pemupukan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol muda di Pangkep. Kombinasi pemupukan Hasil (t/ha) Penurunan hasil (t/ha) Rekomendasi (kg/ha) NPKS 5,13 - PKS 0,10 5,03 170 N NKS 4,24 0,89 43 P2O5 NPS 4,50 0,63 40 K2O NPK 4,26 0,87 10 S

Sumber: Syafruddin et al. (2008)

Meskipun ketiga lokasi (Sidrap, Barru, dan Pangkep) mempunyai jenis tanah Vertisol, akan tetapi terdapat perbedaaan hasil yang diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian N, hal tersebut disebabkan karena pada tanah Vertisol di Sidrap mempunyai kadar Bahan organik 3,18% (tergolong sedang) yang lebih tinggi dibanding dengan di Barru dan Pangkep yang mempunyai bahan organik 1,0% (tergolong rendah). Disamping itu tingkat pengelolaan tanaman oleh petani d Sidrap lebih baik dibanding dengan di Barru dan Pangkep. Hasil tanaman sangat ditentukan oleh pengeloaan tanaman/crop management (Witt 2007).

Pada lahan kering jenis tanah Grumosol di Jeneponto, hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan NPK adalah 6,8 t/ha, tanpa pemberian N akan menyebabkan penurunan hasil sebanyak 1,97 t/ha, tanpa pemberian P akan mengalami penurunan hasil mencapai 1,53 t/ha dan tanpa K hasil akan menurun 0,5 t/ha. Berdasarkan target hasil yang dapat dicapai di lokasi tersebut yaitu 8 t/ha dan peningkatan hasil setiap penambahan hara N, P, dan K maka rekomendasi takaran pupuk yang digunakan pada tanaman jagung adalah 120 kg N, 57 kg P2O5 dan 44 kg K2O per ha (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil biji dan penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi pemupukan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Grumosol

di Jeneponto. Kombinasi pemupukan Hasil (t/ha) Penurunan hasil (t/ha)

Rekomendasi target hasil 8 t/ha (kg/ha)

NPK 6.80 -

PK 4.83 1,97 120 N

NK 5,23 1,53 57 P2O5

NP 6,33 0,50 44 K2O

(5)

Pemupukan di lahan kering Inceptisol Bone dengan kombinasi NPK akan diperoleh hasil biji 8,72 t/ha, jika salah satu unsur hara (N, P atau K) tidak diberikan akan mengalami penurunan 0,01-5,63 t/ha. Tanpa pemupukan N akan mengalami penurunan hasil sebesar 5,63 t/ha, tanpa pemupukan P 0,01 t/ha dan tanpa K mengalami penurunan 1,08 t/ha. Dengan pengelolaan tanaman yang baik, potensi hasil jagung yang dapat diperoleh di tanah kering Inceptisol Bone adalah 9 t/ha. Untuk mendapatkan hasil tersebut direkomendasikan takaran pupuk yang digunakan adalah 170 kg N, 30 kg P2O5, dan 63 kg K2O per ha Tabel 5. Takaran N yang efisien dalam penggunaan hara pada tanah Inceptisol di Bone ini adalah 67,5–135 kg/ha, apabila takaran N dinaikkan menjadi 180 kg/ha akan menurunkan secara drastis efisiensi agronomik hara P yaitu dari 16,8 menjadi 0,2 kg biji/kg pupuk dan efisiensi rekoveri hara P dari 61% menjadi hanya 17%. Takaran P yang efisien hara adalah 45 kg P2O5/ha (Syafruddin et al. 2006)

Tabel 5. Hasil biji dan Penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi pemupukan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Incetisol di Bone. Kombinasi pemupukan Hasil (t/ha) Penurunan hasil (t/ha)

Rekomendasi target hasil 9 t/ha (kg/ha)

NPK 8,72 -

PK 2,89 5,63 170 N

NK 8,71 0,01 30 P2O5

NP 7,64 1,08 63 K2O

Sumber: Syafruddin et al. (2006)

Secara umum hara N menjadi faktor pembatas yang paling dominan, kemudian K dan P untuk memperoleh hasil jagung sesuai dengan target hasil yang dapat dicapai pada setiap lokasi.

Efektifitas pemupukan sangat dipengaruhi oleh waktu dan cara pemberian. Waktu pemberian pupuk pada tanaman jagung untuk hara N harus diaplikasikan secara bertahap, yaitu 1/3 pada awal tanam sampai dengan 1 minggu setelah tanam, 2/3 pada umur 35 HST. P diaplikasi pada awal tanam bersamaan dengan pemberian N, karena P sukar larut. Sedangkan pemberian K dilakukan pada 35 HST bersamaan dengan pemupukan kedua N.

(6)

KESIMPULAN

1. Rekomendasi pemupukan tanaman jagung pada lahan sawah tanah di Vertisol Sidrap adalah 150 kg N, 23 kg P2O5, 25 kg K2O, dan 5 kg S per ha, Barru 170 kg N, 23kg P2O5, 25 kg K2O per ha, Pangkep 170 kg N, 43 kg P2O5, 40 kg K2O, dan 10 kg S per ha.

2. Pemupukan pada tanaman jagung di lahan kering Grumosol Jeneponto menggunakan takaran 120 kg N, 57 P2O5 dan 44 K2O per ha

3. Pemupukan pada tanaman jagung di lahan kering Inciptisol Bone dianjurkan menggunakan takaran 170 kg N, 30 kg P2O5, dan 63 kg K2O per ha.

DAFTAR PUSTAKA

Cooke, G. W. 1985. Fertilizing for maximum yield. Granada Publishing Lmt. London. p. 75-87.

Dobermann, A., T. Arkebauer, K.G. Cassman, R.A. Drijber, J.L. Lindquist, J.E. Specht, D.T. Walters, H. Yang, D. Miller, D.L. Binder, G. Teichmeier, R.B. Ferguson and C.S. Wortmann. 2003. Understanding corn yield potential in different environments. P. 67-82. In L.S. Murphy (ed.) Fluid focus: the third decade. Proceedings of the 2003 Fluid Forum, Vol. 20. Fluid Fertilizer Foundation, Manhattan, KS.

Dobermann, A., and T. Fairthurts. 2000. Rice nutrient disorders and nutrient management. Internasional Rice Research Institute (IRRI). Los Banos. 192p. Makarim, A. K., I.N. Widiarta, S. Hendarsih, dan S. Abdurachman, 2003. Panduan

teknis pengelolaan hara dan pengendalian hama penyakit tanaman padi secara terpadu. Puslitbangtan.37 hal.

Syafruddin, M. Rauf, R, Y, Arvan, dan M. Akil. 2006. Kebutuhan pupuk N, P, dan K tanaman jagung pada tanah Inceptisol Haplustepts. Penelitian pertanian 25:1-9

Syafruddin, Akil, M., M. Rauf, A.F. Fadly, dan Faesal. 2008. Pengelolaan hara, air, dan tanaman jagung mendukung teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) jagung. Laporan akhir (Tidak dipublikasi).

Thamrin, M., P. Tandisau. Sahardi. 2005. Peningkatan produktivitas jagung hibrida melalui teknologi pemupukan spesifik lkasilahan kering iklim kering. Dalam Prosiding Seminar dan Lokakarya. “Dukungan Teknologi Infrastruktru dan kebijakan dalam Pengembangan Agribisnis Jagung Nasuonal”.

Witt, C., and A. Dobermann. 2002. A site-specific nutrient management approach for irrigated lowland rice in Asia. Better Crops Int. 16:20-24.

Wit, C. 2007. Site spesifik nutrient managemen for maize in favorable tropical environments. Power Point dal Seminar dan Lokakarya Pengeloaan Hara spesifik lokasi untuk Tanaman Jagung. Lampung. 44p.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Topik yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Hasil Pelatihan Berbasis Kompetensi Bagi Pekerja Sosial Masyarakat Tingkat Dasar dalam

Berdasarkan pengujian kualitas sistem informasi monitoring akademik, dengan metode pengujian black box berbasis equivalence partitions dapat membantu proses pembuatan

dilakukan dengan uji-t satu pihak, diperoleh bahwa t hitung = 1,89 dan t tabel = 1,68 dengan t hitung > t tabel maka H 0 ditolak, Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Selain itu untuk mengetahui pengaruh dan dampak apa saja yang ditimbulkan dari pembangunan kawasan Solo Baru terhadap transformasi sosial ekonomi masyarakatnya, kemudian

[r]

Jika sebelumnya dengan variabel kita bisa menyimpan 1 nilai, maka dengan array, kita bisa mengumpulkan beberapa nilai yang berbeda ke dalam sebuah wadah.. Nilai-nilai yang berbeda