i
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS PENGGUNAAN
ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN GERIATRI DENGAN
PENINGKATAN TEKANAN DARAH DI BANGSAL RAWAT INAP
RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE AGUSTUS 2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Adra Abiyuga Yulius
NIM : 108114007
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS PENGGUNAAN
ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN GERIATRI DENGAN
PENINGKATAN TEKANAN DARAH DI BANGSAL RAWAT INAP
RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE AGUSTUS 2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Adra Abiyuga Yulius
NIM : 108114007
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
ii
iiiiv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk :
TUHAN YESUS
Karena atas segala kasih karunia dan berkat-Nya maka
segala hal terjadi dalam hidupku
Untuk papa, mama, yola dan seluruh keluarga yang selalu
memberikan semangat dan doa bagi kesuksesanku.
Serta , untuk almamaterku, Fakultas Farmasi Sanata
Dharma
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, kasih, serta penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Drug Related Problems Penggunaan
Antihipertensi Pada Pasien Geriatri Dengan Peningkatan Tekanan Darah di
Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Agustus 2013”
dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari berbagai bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun secara tidak langsung, baik dukungan berupa moral, material
dan spiritual. Oleh sebab itu penulis ingin berterima kasih kepada berbagai pihak
yang telah mendukung yaitu :
1.
dr. Y. Wibowo Soerahjo, MMR. selaku direktur Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian di RS Panti Rini.2.
Ibu Maria Mursilah, Amd. Kep., selaku kepala bangsal rawat inap Rumah SakitPanti Rini Yogyakarta yang telah memberikan ijin sehingga penulis bisa melakukan penelitian di bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta.
3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing skripsi atas
perhatian, kesabaran, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis
dalam proses penyusunan skripsi ini.
viii
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Selaku Dosen Pembimbing skripsi
atas perhatian, kesabaran, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis
dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. dr. Michael Agus Prasetyo, Sp.S., dr. Sigit, dan dr. Rendy selaku dokter yang
telah membantu penulis dengan memberi bantuan dan memberi saran dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
7. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK sebagai dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi.
8. Ibu Dr. Rita Suhadi M.Si., Apt. sebagai dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi.
9. Papa dan mama tersayang yang telah banyak memberikan dukungan kepada
penulis melalui doa, semangat, saran dan perhatian serta melalui dukungan
material berupa dana sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
dengan baik.
10. Adikku satu – satunya, Yolanda Frelynsischa Yulius yang senantiasa
memberi dorongan dan semangat dengan caranya sehingga penulis
termotivasi untuk menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik.
11. Teman-teman seperjuangan dalam tim Yosri, Suryo, Aji, Tian untuk
semangat, kerjasama, bantuan, dan informasi yang selalu di bagikan dalam
proses penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
ix
12. Kresensiana Yosriani yang selalu memberikan dorongan, nasihat, semangat
dan sebagai pengingat bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan dan
penulisan skripsi.
13. Teman – teman baik penulis, Dino, Harris, Olek, Ejun, Leny, Septi yang telah
memberikan semangat dan bantuan selama perkuliahan, di luar perkuliahan
dan selama pengerjaan skripsi.
14. Teman – teman FSM A 2010 dan FKK A 2010, terimakasih atas
kebersamaan dalam perkuliahan maupun praktikum serta pengalaman yang
diberikan kepada penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi.
15. Teman – teman kost krisna, Viktor, Danny, Teti, Anes, dan teman – teman
kost yang lain, terimakasih atas bantuan dan saran selama proses penulisan
skrispi, terimakasih atas segala keceriaan yang penulis dapatkan bersama
kalian.
16. Teman – teman angkatan 2008 – 2012 yang penulis kenal yang telah
memberikan bantuan kepada penulis selama proses penyusunan dan penulisan
skripsi.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Begitu pula
dengan tugas akhir ini yang belum sempurna dan masih memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis
x
berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
terutama demi kemajuan pengetahuan di bidang kesehatan khususnya Farmasi.
Yogyakarta, 14 Maret 2014
xi
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN JUDUL...
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...
HALAMAN PENGESAHAN...
HALAMAN PERSEMBAHAN...
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...
PRAKATA...
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL...
DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR LAMPIRAN...
INTISARI...
ABSTRACT...
BAB I. PENGANTAR...
A. Latar Belakang...
1. Permasalahan...
2. Keaslian Penelitian...
3. Manfaat Penelitian...
a. Manfaat Teoretis...
b. Manfaat Praktis...
B. Tujuan Penelitian...
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...
A. Hipertensi...
B. Antihipertensi...
C. Geriatri...
D. Drug Related Problems (DRPs)...
E. Keterangan Empiris...
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
xi
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
1
1
3
4
6
6
7
7
8
8
19
24
25
27
xii
BAB III. METODE PENELITIAN...
A. Jenis dan Rancangan Penelitian...
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...
C. Subyek Penelitian...
D. Bahan Penelitian...
E. Waktu dan Lokasi Penelitian...
F. Tata Cara Penelitian...
1. Pengurusan ijin penelitian...
2. Analisis Situasi...
3. Pengambilan Data...
4. Pengolahan Data...
a. Profil Subyek Penelitian...
b. Profil Peresepan...
c. Profil Peresepan Antihipertensi...
d. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)...
G. Penyajian dan Pembahasan Hasil...
H. Keterbatasan dan Kesulitan Penelitian...
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...
A. Profil Subyek Penelitian...
1. Profil Usia dan Jenis Kelamin Subyek Penelitian...
2. Profil Subyek Penelitian Berdasarkan Diagnosa Masuk...
B. Profil Peresepan...
C. Profil Peresepan Antihipertensi...
D. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)...
1. Indikasi Tanpa Obat...
2. Obat Tanpa Indikasi...
3. Dosis Sub-terapi...
4. Efek Samping Obat dan Interaksi Obat...
5. Dosis Berlebih...
6. Ketidakpatuhan...
E. Rangkuman Evaluasi Drug Related Problems...
28
28
29
29
31
31
31
31
32
32
33
33
33
33
34
34
34
36
36
36
38
39
41
43
45
46
46
47
49
50
50
xiii
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...
A. Kesimpulan...
B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN...
BIOGRAFI PENULIS...
53
53
54
55
58
123
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Klasifikasi Hipertensi Menurut The Seventh Report of the
Joint National Committee on Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure tahun 2003...
Penyebab Hipertensi Sekunder...
Perubahan Gaya Hidup Untuk Mencegah dan Mengurangi
Hipertensi menurut JNC7 tahun 2003...
Profil Diagnosa Masuk Subyek Penelitian...
Profil Pengobatan Pasien Geriatri Dengan Peningkatan
Tekanan Darah Di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Agustus 2013...
Profil Peresepan Antihipertensi Pada Pasien Geriatri dengan
Peningkatan Tekanan Darah di Bangsal Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode 2013...
Jenis DRPs Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien Geriatri
Dengan Peningkatan Tekanan Darah di Rumah Sakit Panti
Rini Yogyakarta Periode Agustus 2013...
Hasil Evaluasi DRPs dan Status Keluar Pasien Geriatri
Dengan Peningkatan Tekanan Darah di Rumah Sakit Panti
Rini Yogyakarta Periode Agustus 2013...
8
13
15
39
40
41
44
51
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Algoritma Penanganan Hipertensi menurut JNC7 tahun
2003...
Rekomendasi Antihipertensi Pada Indikasi Penyerta Menurut
JNC7 tahun 2003...
Jenis Diuretik dan Tempat Kerjanya...
Skema Pemilihan Subyek Penelitian di RS Panti Rini
Yogyakarta Periode Agustus 2013...
Persentase Pengelompokkan Usia Pasien Geriatri Dengan
Peningkatan Tekanan Darah di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Agustus 2013 Berdasarkan WHO
(2003)...
Perbandingan Jumlah Pasien Geriatri Dengan Peningkatan
Tekanan Darah Berdasarkan Kelompok Usia di Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta Periode Agustus 2013...
17
18
19
30
37
38
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Profil Peresepan Pada Pasien Geriatri Dengan Peningkatan
Tekanan Darah Di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Agustus 2013...
Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Penggunaan
Antihipertensi Pada Pasien Geriatri Dengan Peningkatan
Tekanan Darah di Rumah Sakit Panti rini Yogyakarta
Periode Agustus 2013...
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta...
Hasil Wawancara Peneliti dengan Dokter di Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta Mengenai Standar Pengobatan Pasien
Hipertensi...
59
62
120
xvii
INTISARI
Tekanan darah umumnya akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Pasien geriatri umumnya telah mengalami penurunan fungsi organ serta menerima
banyak obat untuk mengatasi masalah kesehatannya. Dengan demikian, geriatri
rentan untuk mengalami Drug Related Problems (DRPs). Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi dan mengevaluasi DRPs yang terjadi pada pasien geriatri dengan
peningkatan tekanan darah di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode
Agustus 2013.
Penelitian ini bersifat observasional deskriptif evaluatif dengan
pengambilan data secara prospektif. Data diambil dari rekam medis meliputi data
tekanan darah, hasil pemeriksaan laboratorium, asuhan keperawatan, serta terapi
obat yang diterima oleh pasien. Pasien yang menjadi subyek penelitian harus
memenuhi kriteria inklusi yaitu berusia ≥60 tahun, memiliki tekanan darah
≥140/90 mmHg, serta menerima diuretik dalam terapinya. Kriteria eksklusi yang
diberlakukan adalah pasien yang tidak memiliki data serum kreatinin. Data
dievaluasi secara deskriptif evaluatif.
Antihipertensi yang paling banyak diberikan pada pasien geriatri dengan
peningkatan tekanan darah adalah furosemid sebanyak 94,4%. Antihipertensi lain
yang diberikan adalah amlodipin sebesar 66,7%; klonidin sebesar 33,3%;
valsartan sebesar 16,7%; losartan sebesar 5,6%. Dari 18 pasien yang menjadi
subyek penelitian ditemukan 26 kejadian DRPs. Efek samping obat dan interaksi
obat sebesar 83,3%; dosis berlebih sebesar 33,3%; dosis sub-terapi sebesar 16,7%;
serta indikasi tanpa obat sebesar 11,1%.
xviii
ABSTRACT
Blood pressure will be increased along with age. Organ function in
geriatric patients generally have been decreased. Geriatric patients received many
drugs to maintain their health. Thus, geriatric prone to experiencing Drug Related
Problems ( DRPs ). The aims of this study are to identify and evaluate the DRPs
that occurred in geriatric patients with hypertension in the Panti Rini Hospital
Yogyakarta in the period of August 2013.
This is a descriptive-evaluative observational study with prospective data
collection. Data retrieved from medical records includes blood pressure data,
laboratory test results, nursing care, as well as drug therapy received by patients.
Patients whose become the subject of this study have to fullfil the inclusion and
exclusion criteria. They have to 60 years old or more, had elevated blood pressure
(≥140/90 mmHg), and received diuretic drug in their treatment. Moreover, the
exclusion criteria is the patient who don’t have creatinine serum data. The data
were evaluated descriptively evaluative.
Most widely prescribed antihypertensive drug is furosemid (94,4%). The
other antihypertensive drugs are amlodipine (66,7%), clonidine (33,3%), valsartan
(16,7%), and losartan (5,6%). There were 26 cases of DRPs found from the study
subject. The cases are adverse drug reaction and drugs interactions (83,3%);
dosage to high (33,3%); dosage too low (16,7%) and need additional therapy
(11,1%).
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang sering disebut
sebagai “silent killer”, hipertensi tanpa disadari dapat menimbulkan komplikasi
terhadap organ-organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal (Depkes, 2006).
Menurut
The Seventh Report of the Joint National Committee on the Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) tahun 2003 serta
European Society of Hypertension and of the European Society of Cardiology
(ESH/ESC) tahun 2007 tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg telah
tergolong hipertensi tingkat I.
Di Amerika Serikat ada sekitar 31% dari populasi (72 juta orang) yang
memiliki tekanan darah di atas 140/90 mmHg (Saseen dan MacLaughlin, 2008).
Di kawasan Asia Tenggara, diketahui sekitar 35% dari populasi memiliki
hipertensi (Khrisnan; Garg; Kahandaliyanage, 2013). Kasus hipertensi yang
terjadi di Indonesia sendiri telah didata oleh Depkes melalui Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 31,7% (Departemen Kesehatan, 2012). Sampai tahun 2012 di
Provinsi D.I. Yogyakarta sendiri, hipertensi berada di urutan ke-3 setelah
influenza dan diare sebagai penyakit yang paling banyak diderita oleh warganya.
Hal ini menempatkan provinsi D.I. Yogyakarta dalam 5 besar provinsi yang
paling banyak terjadi hipertensi di Indonesia (Dinkes D.I. Yogyakarta, 2013). Jika
melihat angka – angka di atas maka bisa dikatakan bahwa hipertensi merupakan
masalah kesehatan yang cukup sering terjadi di masyarakat pada umumnya.
Beberapa guideline seperti JNC7 (2003) dan ESC/ESH (2007)
merekomendasikan perubahan gaya hidup untuk mengontrol tekanan darah
dengan tujuan menghindari terjadinya cardiovascular event. The Seventh Report
of the Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC7) tahun 2003, juga merekomendasikan
beberapa golongan antihipertensi, yaitu: diuretik tipe thiazid, penghambat reseptor
angiotensin II, penghambat kanal kalsium, penghambat beta serta penghambat
enzim pengubah angiotensinogen sebagai lini pertama untuk mengatasi hipertensi
tingkat I. Pasien dengan hipertensi tingkat II serta memiliki kondisi patologis yang
lain, diuretik thiazid dan diuretik golongan lain masih dapat digunakan tetapi
dikombinasikan dengan antihipertensi lain.
Populasi khusus seperti geriatri lebih rentan terhadap terjadinya DRPs
sebab geriatri telah mengalami penurunan fungsi organ, serta rata – rata menerima
peresepan lebih dari 6 jenis obat (Aronow et al, 2011). Organ yang umumnya
mengalami penurunan pada geriatri adalah ginjal. Salah satu cara mengestimasi
fungsi ginjal pada pasien adalah dengan menggunakan perhitungan klirens
kreatinin (Saseen dan MacLaughlin, 2008). Estimasi fungsi ginjal pada pasien
geriatri perlu dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian dosis obat dan jenis
antihipertensi dengan kondisi ginjal pasien geriatri. Penggunaan antihipertensi
bersama dengan obat lain pada pasien geriatri memiliki potensi untuk terjadinya
mengenai Evaluasi Terapi Diuretik pada Pengobatan Pasien Gagal Jantung yang
Menjalani Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta menemukan bahwa
DRPs yang terjadi berkaitan dengan penggunaan diuretik cukup besar (Aronow et
al, 2011).
Masalah kesehatan pada usia lanjut timbul akibat interaksi proses menua,
dimana hal ini dapat menurunkan fungsi organ dan penyakit pada satu individu.
Perubahan fisiologik akibat proses menua, multipatologik, presentasi penyakit
yang tidak spesifik, serta penurunan status fungsional dari tubuh pasien geriatri
dapat berpengaruh terhadap terapi obat yang berujung pada problem yang
berkaitan dengan obat (Drug Related Problems) (Pramantara, 2007).
Munculnya DRPs dapat dipicu oleh semakin bertambahnya jenis dan
jumlah obat yang harus dikonsumsi oleh pasien untuk mengatasi berbagai
penyakit yang diderita oleh pasien (Aronow et al, 2011). Dengan kondisi
demikian maka kelompok pasien usia lanjut lebih rentan terhadap timbulnya
masalah-masalah yang berkaitan dengan terapi obat (Drug Related Problems)
(Pramantara, 2007). Oleh karena itu, perlu adanya perhatian yang lebih terhadap
DRPs yang terjadi pada geriatri.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Seperti apa profil pasien geriatri dengan peningkatan tekanan darah yang
menerima diuretik di bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode
Agustus 2013?
b. Seperti apa profil peresepan obat dan profil peresepan antihipertensi yang
diresepkan pada pasien geriatri dengan peningkatan tekanan darah di bangsal
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Agustus 2013?
c. Apakah terjadi DRPs terhadap pasien geriatri dengan peningkatan tekanan
darah yang mendapat diuretik di bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
periode Agustus 2013?
2. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian terkait DRPs yang pernah dilakukan antara lain :
a. Setiawan (2006) melakukan penelitian mengenai evaluasi terapi diuretik pada
pengobatan pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta periode Januari – Desember 2006. Penelitian yang
dilakukan bersifat non – eksperimental dengan jenis deskriptif evaluatif dan
rancangan case-series serta menggunakan data yang bersifat retrospektif.
Penelitian ini ingin memberikan gambaran penggunaan diuretik pada pasien
gagal jantung serta memberi gambaran DRPs terkait obat diuretik yang terjadi
ditinjau dari ketepatan indikasi, ketepatan dosis serta keamanan terapi. Hasil
penelitian yang didapatkan adalah diuretik paling sering diberikan secara
tunggal, yaitu furosemid (78%). Kombinasi diuretik dan diuretik yang
diberikan adalah kombinasi diuretik lengkung dan diuretik hemat kalium
(21%) dan kombinasi diuretik lengkung dan diuretik tiazid (1%). Gambaran
DRPs yang paling banyak terjadi adalah adverse effect (29,41%), interaksi
obat (36%), dosis berlebih (12%), pemilihan obat kurang tepat (5%), serta
dosis sub terapi (1%)
b. Ikawati,dkk. (2008) melakukan penelitian tentang “Kajian Keamanan
Pemakaian Obat Antihipertensi di Poliklinik Usia Lanjut Instalasi Rawat
Jalan RS dr. Sardjito”. Penelitian tersebut mengkaji keamanan antihipertensi
yang meliputi interaksi obat dan efek samping yang terjadi pada pasien
geriatri. Penelitian dilakukan dengan rancangan deskriptif dengan
menggunakan data yang diambil secara prospektif. Hasil dari penelitian
menunjukkan ada 27,5% pasien menerima antihipertensi yang justru tidak
menguntungkan terhadap kondisi klinis pasien. Terdapat 41,3% pasien yang
menerima obat dengan potensi terjadi interaksi antar obat. Sebanyak 33,8%
pasien mengalami sedikitnya satu efek samping yang berkaitan dengan
antihipertensi yang dikonsumsi.
c. Putri (2011) melakukan penelitian tentang “Penggunaan Obat Anti-Hipertensi
pada Pasien Dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis di Bangsal Penyakit
Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang”. Penelitian tersebut meneliti DRPs yang
terjadi berkaitan dengan peresepan antihipertensi pada pasien dengan
penyakit gagal ginjal kronis. Penelitian dilakukan dengan jenis deskriptif
evaluatif dengan alur penelitian dan data yang bersifat prospektif. Dari hasil
penelitian ditemukan bahwa dari 7 pasien yang diteliti, terdapat 6 pasien yang
menerima antihipertensi yang kontraindikasi dengan kondisi pasien dan tidak
sesuai dengan standar terapi.
d. Jerry (2011) melakukan penelitian mengenai “DRPs pada Pasien Rawat Inap
Stroke Iskemik di Ruang Perawatan Neurologi RSSN Bukittinggi”. Penelitian
tersebut menggunakan jenis deskriptif dengan alur penelitian secara
prospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18% pasien stroke iskemik
mengalami kejadian indikasi tanpa obat, 9% mengalami ketidaktepatan
pemilihan obat, 11% mengalami kelebihan dan kekurangan dosis obat, 24%
mengalami efek samping obat, dan 52% pasien mengalami kegagalan
memperoleh obat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui DRPs yang terjadi pada pasien
geriatri dengan peningkatan tekanan darah berkaitan dengan antihipertensi di
bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Agustus 2013. Penelitian
bersifat observasional, dengan jenis deskriptif – evaluatif. Cara pengambilan data
secara prospektif. Data yang diambil merupakan data sekunder. Perbedaan
penelitian ini dibandingkan penelitian-penelitian sejenis yang telah diuraikan di
atas terletak pada subyek penelitian, jenis obat yang diteliti, waktu dan tempat
penelitian. Adapun persamaan penelitian ini dibandingkan penelitian-penelitian di
atas terletak pada pokok permasalahan yaitu DRPs.
Berdasarkan informasi yang didapatkan penulis, penelitian mengenai
“Evaluasi Drug Related Problems Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien
Geriatri Dengan Peningkatan Tekanan Darah di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta” belum pernah dilakukan sebelumnya.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi data DRPs
berkaitan tentang penggunaan obat golongan antihipertensi khususnya
pada pasien geriatri yang menjalani rawat inap yang telah ada di D.I.
Yogyakarta.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi dokter dalam pemilihan serta peresepan antihipertensi bagi pasien
geriatri dengan peningkatan tekanan darah.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memberikan gambaran profil pasien geriatri dengan peningkatan tekanan
darah yang dirawat di bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode
Agustus 2013.
2. Memberikan gambaran profil peresepan obat dan profil peresepan
antihipertensi pada pasien geriatri dengan peningkatan tekanan darah di
bangsal Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Agustus 2013.
3. Mengevaluasi DRPs yang terjadi berkaitan dengan antihipertensi pada pasien
geriatri dengan peningkatan tekanan darah yang dirawat di bangsal Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Agustus 2013.
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1.
Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut sebagai silent killer.
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau
diastolik yang tidak normal dan persisten (Saseen dan MacLaughlin, 2008).
Menurut JNC7 (2003), yang dikatakan hipertensi bila tekanan sistolik ≥ 140
mmHg dan tekanan diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi juga merupakan penyakit
degeneratif (Depkes, 2006). Gejala – gejala akibat hipertensi seperti : pusing,
gangguan penglihatan, sakit kepala, seringkali terjadi bila tekanan darah telah
mencapai angka tertentu yang bermakna (Saseen dan MacLaughlin, 2008).
Penggolongan tingkat keparahan hipertensi dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1. *Klasifikasi Hipertensi Menurut The Seventh Report of the Joint
National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High
Bloood Pressure tahun 2003
Klasifikasi tekanan darah Tekanan sistolik Tekanan diastolik
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi tingkat 1 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Keterangan: *Diadaptasi dari The Seventh Report of the Joint National Committee on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Bloood Pressure tahun 2003
2.
Epidemiologi
Ada sekitar 31% dari populasi Amerika Serikat (72 juta orang) yang
memiliki tekanan darah di atas 140/90 mmHg (Saseen dan MacLaughlin, 2008).
Sebelum usia 45 tahun, pria lebih banyak memiliki tekanan darah yang tinggi
dibandingkan wanita, tetapi di rentang usia 45 – 64 tahun persentase pria dan
wanita yang memiliki tekanan darah tinggi hampir berimbang. Sedangkan setelah
melewati usia 65 tahun, wanita dengan tekanan darah tinggi memiliki persentase
yang lebih besar dibandingkan pria. Wanita dengan tekanan darah tinggi di atas
usia 60 tahun kebanyakan telah menderita hipertensi tingkat II (Aronow et al,
2011). Data dari US National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) tahun 1995 menemukan beberapa faktor yang berkontribusi atas
buruknya kendali terhadap tekanan darah lansia wanita antara lain : obesitas
sentral, kenaikan nilai kolesterol total serta penurunan nilai HDL kolesterol.
Kontribusi perubahan hormonal pada wanita setelah menopause terhadap
kenaikan tekanan darah masih kontroversial. Peranan hormon sex dalam
pengaturan tekanan darah sangat kompleks, sebab juga dipengaruhi oleh efek
penuaan serta faktor risiko yang lain seperti berat badan dan kadar lipid (Keenan
dan Rosendorf, 2011; Aronow et al, 2011).
Di kawasan Asia Tenggara, diketahui sekitar 35% dari populasi
menderita hipertensi (Khrisnan, 2013). Kasus hipertensi yang terjadi di Indonesia
sendiri telah didata oleh Depkes melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%
(Departemen Kesehatan, 2012). Untuk provinsi D.I. Yogyakarta khususnya,
hipertensi merupakan 3 penyakit teratas yang diderita oleh warga setelah diare
dan influenza (Dinkes D.I. Yogyakarta, 2013)
Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan
bertambahnya usia. Prevalensi hipertensi pada kelompok usia ≥ 60 tahun (lansia)
sebesar 65,4% (Departemen Kesehatan, 2006). Angka mortalitas di Asia Tenggara
dari tahun 1997 – 2007 sebesar 17% ditempati oleh hipertensi (Khrisnan et al,
2013).
3.
Etiologi
Ada dua jenis hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi
primer atau esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer dialami lebih dari
90% pada penderita hipertensi dan kebanyakan penyebabnya tidak diketahui
dengan pasti. Hipertensi sekunder terjadi kurang dari 10% pada penderita
hipertensi. Penyebab dari hipertensi sekunder dapat teridentifikasi dan dapat
disembuhkan secara potensial. Penyebabnya dapat obat – obatan yang dikonsumsi
seperti kortikosteroid, NSAID, estrogen, antidepresan dan penyakit komorbid
seperti
penyakit
ginjal
kronis,
renovaskular,
sindroma
Cushing,
hiperaldosteronisme primer, tiroid atau paratiroid (Saseen dan MacLaughlin,
2008).
a. Hipertensi Esensial/Primer
Lebih dari 90% individu dengan hipertensi mengalami hipertensi primer.
Kebanyakan individu dengan hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya
secara pasti. Hipertensi primer tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol.
(Saseen dan MacLaughlin, 2008). Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan
hipertensi primer antara lain :
i. Hiperaktivitas Sistem Saraf Simpatik
Hiperaktivitas sistem saraf simpatik merupakan hal yang nyata terlihat
pada awal hipertensi. Hiperaktivitas saraf simpatik pada awal hipertensi dapat
menyebabkan takikardi dan peningkatan cardiac output, sehingga terjadi
hipertensi (Tierney, 2002).
ii. Sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron
Insidensi hipertensi dan komplikasinya mungkin meningkat pada
individu dengan genotipe DD dari allele coding untuk angiotensin – converting
enzyme. Meskipun berperan dalam sistem pengaturan tekanan darah, hal tersebut
mungkin tidak berperan besar dalam patogenesis kebanyakan hipertensi esensial
(Tierney, 2002).
iii. Kecacatan Pada Sistem Natriuresis
Individu normal meningkatkan ekskresi sodium renalnya sebagai respon
terhadap peningkatan tekanan arteri dan terhadap peningkatan atau pemasukan
sodium. Pasien hipertensi, khususnya ketika tekanan darah mereka normal,
menunjukkan penurunan kemampuan ekskresi sodium. Kecacatan ini dapat
menyebabkan peningkatan volume plasma dan hipertensi. Namun, pada hipertensi
kronik, pemasukan sodium biasanya dapat ditangani secara normal (Tierney,
2002).
iv. Kandungan Natrium dan Kalsium Dalam Sel
Kadar Na
+intrasel meningkat dalam sel darah dan jaringan lain pada
kondisi hipertensi esensial. Hal ini terjadi sebagai hasil dari ketidaknormalan
pertukaran Na
+- K
-dan mekanisme transport Na
+yang lain. Peningkatan
konsentrasi Na
+intrasel dapat memicu peningkatan konsentrasi Ca
2+sebagai hasil
pertukaran dan dapat menjelaskan peningkatan ritme otot halus vascular yang
merupakan ciri dari hipertensi (Tierney, 2002).
v. Faktor lain
Beberapa faktor lain yang dihubungkan dengan kejadian hipertensi
primer antara lain obesitas, konsumsi garam, konsumsi alkohol, konsumsi kalium
serta merokok. Konsumsi garam yang berlebihan dipercaya dapat meningkatkan
tekanan darah, namun korelasinya dengan hipertensi masih menjadi kontroversi.
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah. Mekanisme peningkatan
tekanan darah mungkin diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin dalam
darah. Merokok meningkatkan tekanan darah dengan cara meningkatkan kadar
norepinefrin dalam plasma. Polisitemia, baik primer ataupun karena berkurangnya
volume plasma, meningkatkan viskositas darah dan mungkin meningkatkan
tekanan darah. Obat antiinflamasi non-steroid menghasilkan kenaikan tekanan
darah rata – rata sebesar 5 mmHg (Tierney, 2002).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan keadaan hipertensi dimana kenaikan
tekanan darah disebabkan oleh penyakit lain atau disebabkan oleh konsumsi obat.
Dalam kebanyakan kasus, gagal ginjal kronis yang parah serta penyakit
renovaskular merupakan penyebab sekunder yang dapat menyebabkan hipertensi
sekunder. Beberapa jenis obat baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
menyebabkan hipertensi atau justru memperparah hipertensi pada pasien.
Penanganan terhadap hipertensi sekunder perlu memperhatikan penyebab
sekundernya. Jika penyebab sekunder telah diidentifikasi maka penanganan
pertama yang dilakukan adalah menghilangkan penyebab sekunder tersebut (jika
obat) atau menangani penyakit penyebab hipertensi sekunder tersebut (jika
penyakit) (Saseen dan MacLaughlin, 2008). Tabel 2 menunjukkan beberapa
penyakit dan obat – obatan yang menjadi penyebab hipertensi sekunder.
Tabel 2. Penyebab Hipertensi Sekunder (Saseen dan MacLaughlin, 2008)
Penyakit Obat yang Berhubungan dengan Hipertrensi pada ManusiaPenyakit ginjal kronis Cushing’s syndrome
Penyempitan aorta
Obstrictive sleep apnea
Penyakit paratiroid Pheochromacytoma Aldosteronisme primer Penyakit renovaskular Penyakit tiroid Obat resep
 Steroid adrenal (prednisolon, fludrokortison)  Amfetamin (fentermin, sibutramin)
 Antivascular endothelin growth factor agents (bevacizumab, sorafenib, sunitinib), estrogen (kontrasepsi oral)
 Calcineurin inhibitor (siklosporin, trakolimus)  Dekongestan (fenilpropanolamin)
 Stimulan eritropoiesis (eritropoietin, darbepoietin)  OAINS, COX-2 inhibitor
 Lain – lain: venlafeksin, bromokriptin, bupropion, buspiron, karba,azepin, klozapin, desulfran, ketamin, metoklopramid Situasi khusus : Penghambat beta atau agonis alfa-2 sentral
(penghentian tiba – tiba)
Obat bebas dan senyawa alam
Kokain dan penghentian kokain
Alkaloid efedra (Ma-Huang), “herbal ecstasy”, analoh fenilpropanolamin lain
Penghentian nikotin, anabolic steroids, penghentian narkotika, metilfenidat, pensiklidin, ketamin, ergotamin.
Bahan makanan
Natrium Etanol
Licorice
Tyramin (jika menerima obat monoamine oxidase inhibitor)
4.
Hipertensi Pada Geriatri
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif, oleh karena itu semakin
bertambahnya usia maka tekanan darah juga akan semakin meningkat. Hipertensi
terjadi pada sebagian besar geriatri (≥65 tahun). Populasi geriatri yang memiliki
hipertensi memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami cardiovascular
disease (CVD) (Aronow et al, 2011).
Meningkatnya prevalensi hipertensi karena dipengaruhi usia dikarenakan
adanya perubahan struktur dan fungsi arteri seiring terjadinya pertambahan usia.
Pembuluh besar menjadi lebih kaku dan susah berdilatasi, menyebabkan
peningkatan kecepatan aliran darah. Peningkatan kecepatan aliran darah akan
menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan meningkatkan kebutuhan oksigen
otot – otot jantung (Aronow et al, 2011).
Hipertensi yang muncul pada geriatri umumnya merupakan hipertensi
sistolik terisolasi. Hipertensi sistolik terisolasi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan darah diastolik (sistolik : ≥140 mmHg;
diastolik : <90 mmHg) (Chobanian et al, 2003; Saseen dan MacLaughlin, 2008;
Aronow et al, 2011). Penatalaksanaan terapi hipertensi pada geriatri sebagian
besar sudah direkomendasikan oleh beberapa guideline dan studi – studi, namun
dengan perhatian yang lebih terhadap kemungkinan efek samping dan DRPs yang
mungkin terjadi. Perhatian yang lebih perlu diberikan terhadap penatalaksanaan
hipertensi pada geriatri karena terjadinya perubahan kemampuan organ pada
geriatri. Hal ini juga akan mempengaruhi farmakokinetika dan farmakodinamika
antihipertensi yang diberikan kepada geriatri dengan hipertensi (Midlov et al,
2009; Aronow et al, 2011).
5.
Penatalaksanaan Hipertensi
a.
Tujuan Terapi
Pengobatan hipertensi memiliki tujuan untuk menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular dan
ginjal. Penurunan tekanan darah hingga mencapai <140/90 mmHg bertujuan
untuk mengurangi komplikasi penyakit kardiovaskular. Untuk pasien dengan
diabetes dan gangguan ginjal, target tekanan darah yang harus dicapai adalah
<130/80 mmHg (Chobanian et al, 2003; Aronow et al, 2011).
b.
Terapi Non – Farmakologi
Semua
pasien
dengan
pre-hipertensi
dan
hipertensi
harus
direkomendasikan merubah gaya hidup. Pendekatan ini untuk terapi hipertensi
telah direkomendasikan bail oleh JNC7 (2003) dan AHA (2011). Perubahan gaya
hidup dapat memberikan penurunan tekanan darah ringan sampai moderat.
Disamping menurunkan tekanan darah bagi pasien yang hipertensi, perubahan
gaya hidup juga dapat mengurangi perkembangan orang yang masih dalam tahap
pre-hipertensi menuju tahap hipertensi (Chobanian et al, 2003; Aronow et al,
2011; Saseen dan MacLaughlin, 2008). Perubahan gaya hidup yang
direkomendasikan oleh JNC7 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perubahan Gaya Hidup Untuk Mencegah dan Mengurangi
Hipertensi menurut JNC7 tahun 2003
Modifikasi
Rekomendasi
Perkiraan Penurunan
Tekanan Darah
Penurunan berat badan Menjaga berat badan ideal(BMI 18,5 – 24,9 kg/m2)
5 – 20 mmHg Mengadopsi diet ADSH Mengonsumsi banyak buah,
sayur dan olahan susu rendah lemak jenuh dan lemak total.
8 – 14 mmHg
Mengurangi asupan natrium Mengurangi asupan natrium sampai kurang dari 100 mmol/hari (2,4 g natrium atau 6 g NaCl)
2 – 8 mmHg
Aktifitas fisik Melaksanakan aktifitas fisik secara reguler
4 – 9 mmHg Pembatasan konsumsi alkohol Membatasi konsumsi alkohol
sampai menjadi kurang dari 2 gelas perhari (pria), dan kurang dari 1 gelas perhari (wanita)
2 – 4 mmHg
BMI: Body Mass Index
Perubahan gaya hidup dapat menolong penderita hipertensi untuk
mengontrol tekanan darahnya. Kombinasi dari dua (atau lebih) perubahan gaya
hidup seperti yang tertera pada Tabel 3 bahkan dapat menghasilkan outcome yang
lebih baik lagi. Untuk mengurangi risiko terjadinya cardiovascular event maka
pasien dengan hipertensi sangat direkomendasikan untuk berhenti atau tidak
merokok (Chobanian et al, 2003).
c.
Terapi Farmakologi
Pemberian dosis awal antihipertensi kepada pasien geriatri dengan
hipertensi harus dimulai dengan dosis terkecil kemudian ditingkatkan sesuai
dengan respon serta toleransi pasien terhadap dosis tertinggi antihipertensi. Jika
respon yang antihipertensi yang diberikan pasien terhadap obat lini pertama tidak
adekuat untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah pasien, maka obat
kedua dari golongan lain harus ditambahkan ke dalam terapi (Lacy et al, 2011;
Aronow et al, 2011)
Diuretik biasanya merupakan lini pertama pengobatan hipertensi. Jika
bukan diuretik yang pertama kali diberikan, maka biasanya diuretik adalah
golongan obat kedua yang ditambahkan jika tidak dicapai efek yang diinginkan.
Jika respon antihipertensi tidak adekuat setelah mencapai dosis penuh dari dua
golongan obat pertama, maka obat ketiga dari golongan ketiga harus ditambahkan
ke dalam terapi (Aronow et al, 2011)
Terapi farmakologis hipertensi pada geriatri dapat menggunakan
beberapa golongan antihipertensi. Golongan antihipertensi yang dapat digunakan
adalah antihipertensi golongan diuretik, penghambat beta, penghambat enzim
pengubah angiotensinogen, penghambat kanal kalsium, dan penghambat reseptor
angiotensin II. Selain golongan obat yang telah disebutkan sebelumnya, ada pula
obat alternatif untuk menangani hipertensi antara lain, penghambat alfa I
(prazosin, terazosin), aliskiren, agonis sentral alfa II (klonidin), reserpine, serta
vasodilator arterial (hidralazin, minoksidil) (Kasper, 2005; Saseen dan
MacLaughlin, 2008). Secara umum, antihipertensi yang sering digunakan adalah 5
golongan antihipertensi yang disebutkan paling awal di atas. Algoritma
penanganan hipertensi diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Algoritma Penanganan Hipertensi menurut JNC7 tahun 2003
ACEI: Angiotensin Converting Enzym Inhibitor/Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin, BB: Beta Blocker/Penghambat Beta, ARB: Angiotensin II Reseptor Blocker/ Penghambat Reseptor Angiotensin II, CCB: Calcium Channel Blocker/Penghambat Kanal Kalsium.Tidak mencapai target tekanan darah (<140/90 mmHg) (<130/80 mmHg untuk
pengidap diabetes dan penyakit ginjal kronis)
Dengan indikasi lain Tidak ada indikasi lain
Hipertensi Tingkat I
(SBP 140-159 atau DBP 90-99 mmHg) Diuretik tipe Tiazid. Bisa dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB atau kombinasi Hipertensi Tingkat II (SBP ≥160 atau DBP ≥100 mmHg) Kombinasi dua antihipertensi (biasanya
Tiazid dan ACEI, atau ARB, atau, BB, atau,
CCB) Antihipertensi dengan indikasi lain menyesuaikan. (terdapat dalam gambar 2).
Optimasi dosis obat atau menambahkan antihipertensi lain sampai target tekanan darah
tercapai.
Perubahan Gaya Hidup
Terapi Obat Awal
Target tekanan darah tidak tercapai
d.
Pemilihan Antihipertensi
Ada enam indikasi lain yang diidentifikasi oleh JNC7 (2003). Indikasi
lain yang diidentifikasi merepresentasikan kondisi komorbiditas yang telah ada uji
kliniknya untuk penggunaan antihipertensi dari kelas dan golongan tertentu.
Indikasi penyerta yang telah diidentifikasi oleh JNC7 (2003) adalah : gagal
jantung sistolik, post-myocardial infarction, penyakit arteri koroner, diabetes
mellitus, penyakit ginjal kronis, serta pencegahan stroke berulang (Chobanian et
al, 2003; Saseen dan MacLaughlin, 2008). Indikasi penyerta pasien geriatri
dengan hipertensi perlu diidentifikasi untuk mengetahui rencana terapi yang tepat
agar hasil dari terapi menjadi lebih baik. Indikasi penyerta serta antihipertensi
yang direkomendasikan dapat dilihat di Gambar 2.
Gambar 2. Rekomendasi Antihipertensi Pada Indikasi Penyerta Menurut
JNC7 tahun 2003
*Diadaptasi dari Saseen dan MacLaughlin (2008)
ACEI: Angiotensin Converting Enzym Inhibitor/Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin, BB: Beta Blocker/Penghambat Beta, ARB: Angiotensin II Reseptor Blocker/ Penghambat Reseptor Angiotensin II, CCB: Calcium Channel Blocker/Penghambat Kanal Kalsium, LVH: Left Ventricular Hypertrophy.
LVH Indikasi penyerta Infark Miokard Penyakit Korone