• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Grafik... v Daftar Singkatan... vi Abstrak... viii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Grafik... v Daftar Singkatan... vi Abstrak... viii"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Isi

Daftar Isi... i

Daftar Tabel ... iii

Daftar Gambar ... iv Daftar Grafik ... v Daftar Singkatan... vi Abstrak ... viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Batasan Penelitian ... 7 1.4 Tujuan Penelitian ... 8 1.5 Manfaat Penelitian ... 8 1.5.1 Manfaat Akademis ... 8 1.5.2 Manfaat Praktis... 8 1.6 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.2 Kerangka Konsep ... 13

2.2.1 Perjanjian Internasional ... 13

2.2.2 Kebijakan Publik ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Sumber Data ... 21

3.3 Unit Analisis ... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23 i

(2)

3.5 Teknis Analisis Data ... 23

3.6 Teknik Penyajian Data ... 23

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Dampak Konsumsi Tembakau di India dan Cigarettes and Other Tobacco Products Act (COTPA) ... 25

4.2 Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) ... 31

4.2.1 Pengurangan Pasokan Permintaan (Demand Reduction Provisions) ... 37

4.2.2 Pengurangan Pasokan Persediaan Tembakau (Supply Reduction Provisions) ... 42

4.3 India Ratifikasi FCTC ... 46

4.4 Pendekatan Tranformasi & Inkorporasi Dalam Perjanjian Internasional ... 50

4.5 National Tobacco Control Program (NTCP) ... 54

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 68

(3)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1: Peringkat Konsumsi Tembakau Non Hisap di Dunia...2

Tabel 4.1: Kesesuaian FCTC dengan Hukum Nasional India Dalam

Mengendalikan Pasokan Permintaan Tembakau...49

(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1: Ketentuan Pengurangan Pasokan Permintaan Tembakau...37

Gambar 4.2: Ketentuan Pengurangan Pasokan Persediaan Tembakau...43

Gambar 4.3: Peta Penerapan NTCP...60

Gambar 4.5: Program NTCC...62

Gambar 4.6: Program STCC...63

(5)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1: Konsumsi Tembakau Hisap dan Non Hisap di India...25 Grafik 4.2 : Konsumsi Tembakau di Kalangan Remaja...26

(6)

DAFTAR SINGKATAN

CEDAW : Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women

COTPA : Cigarettes and Other Tobacco Products (Prohibition of Advertisement and Regulation of Trade and Commerce, Production, Supply and Distribution) Act

CTRI : Central Tobacco Research Institute DTCC : District Tobacco Control Cell

FCA : Framework Convention Alliance

FCTC : Framework Convention on Tobacco Control GATS : Global Adult Tobacco Survey

GYTS : Global Youth Tobacco Survei

ICAR : Indian Council of Agricultural Research IGO : International Governmental Organization

INB : Intergovernmental negotiating body LoA : Level of Analysis

(7)

NCDs : Non Communicable Diseases

NGO : Non Governmental Organization NMHP : National Mental Health Programme

NPCDCS : National Programme for Prevention and Control of Cancer, Diabetes, Cardiovascular, Disease & Stroke

NPHCE : National Programme for Health Care of Elderly

NRHM : National Rural Health Mission NTCC : National Tobacco Control Cell NTCP : National Tobacco Control Program

NTRA : National Tobacco Regulatory Authority PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

RUU : Rancangan Undang Undang STCC : State Tobacco Control Cell

TCC : Tobacco Cessation Centre TFI : Tobacco Free Initiative WHA : World Health Assembly

(8)

Abstrak

Tingginya angka konsumsi tembakau yang berdampak pada kesehatan hingga kematian di India, menjadi permasalahan utama yang dihadapi pemerintah. Pengkonsumsi tembakau hisap dan tembakau kunyah meluas dari kalangan anak-anak, perempuan hingga dewasa. Upaya yang dilakukan pemerintah India dalam mengendalikan permasalahan konsumsi tembakau dengan melakukan ratifikasi terhadap perjanjian internasional Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang digagas oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2004. Pemerintah India mengambil langkah dalam menerapkan ketentuan FCTC dengan mengadopsi National Tobacco Control Program (NTCP) sebagai kebijakan publik pengendalian tembakau. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah India dalam mengendalikan konsumsi tembakau melalui ratifikasi FCTC. Penelitian ini dikaji menggunakan konsep perjanjian internasional dan kebijakan publik.

Kata Kunci: Konsumsi tembakau, Ratifikasi, Framework Convention on Tobacco Control, National Tobacco Control Program

(9)

Abstract

The high rate of tobacco consumption that affect health and mortality in India, become a main problems faced by the government. Consuming smoke and chewing tobacco widespread among adults, women to children. The Indian government seeks to control tobacco consumption problems by ratifying international agreements called Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), which was initiated by the World Health Organization (WHO) in 2004. The Government of India take steps to implement the provisions of the FCTC by developing National Tobacco Control Program (NTCP) as public policy on tobacco control. This study aims to describe how the Indian government's efforts to control tobacco consumption by ratifying FCTC. This study assessed using the concept of international agreements and public policy.

Keywords: Tobacco consumption, Framework Convention on Tobacco Control, National Tobacco Control Program

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

India merupakan salah satu negara yang memiliki permasalahan serius dengan penggunaan tembakau. Dikutip dari penelitian Jhaa et.al (2008), sebanyak satu juta jiwa masyarakat India meninggal setiap tahunnya karena penyakit akibat konsumsi produk tembakau (p. 1137). Konsumsi produk tembakau terbukti sebagai risiko utama penyakit jantung, pembuluh darah, penyakit paru-paru, kanker dan gangguan sistem reproduksi, termasuk ke dalam penyakit tidak menular atau non communicable diseases (NCDs) hingga menyebabkan kematian (Maheer & Sridhar, 2012, p. 2).

Permasalahan tembakau di India dapat dilihat dari tingginya angka kematian akibat dampak dari konsumsi tembakau serta produk tembakau India berbeda dari negara lainnya yang biasanya berbentuk rokok manufaktur. Produk tembakau di India terbagi kedalam 2 macam yaitu tembakau hisap (smoked

tobacco) seperti beedi1, cigarettes, cigars dan hookah serta tembakau non hisap (smokeless tobacco) yaitu tembakau kunyah seperti gutkha, paan masala dan

khaini. Beedi dan gutkha menjadi jenis produk tembakau yang paling populer di

kalangan masyarakat India. Selain terbuat dari daun tembakau, kandungan dalam

1

Beedi (bidi) merupakan produk tembakau yang sangat populer di India. Terbuat dari tembakau kering yang dibungkus dan digulung dengan daun tendu. Ukuran beedi lebih kecil dibanding ukuran rokok manufaktur biasa. Harganya yang murah menjadi faktor utama beedi sangat populer di kalangan masyarakat India. Dikutip dari, American Cancer Society. Tobacco Use In

(11)

beedi dan gutkha pun bermacam-macam, seperti daun sirih, pinang hingga nikotin

yang membuat produk tembakau tersebut sangat digemari dan membuat masyarakat yang mengkonsumsi menjadi adiktif. Harganya yang murah juga menjadi alasan mengapa kedua produk tembakau tersebut populer di kalangan masyarakat (India Cancer Initiative, n.d). Diantara kedua jenis produk tembakau tersebut, produk tembakau non hisap (smokeless tobacco) menjadi produk yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat India seperti pada tabel dibawah ini (K. Srinath Reddy & Prakash C. Gupta, 2004, p. 27).

Sumber : Report on Tobacco Control in India

Dari tabel data yang diambil dari Report on Tobacco Control in India tersebut, menunjukan bahwa India berada di posisi ke-3 setelah China dan Amerika Serikat terkait konsumsi tembakau non hisap. Tidak hanya dikonsumsi oleh laki-laki, produk tembakau juga sangat digemari oleh perempuan di India.

(12)

Bahkan, perempuan yang merokok dijadikan sebagai simbol emansipasi wanita modern (Reddy & Gupta, 2004, p. 57).

Dalam menangani kasus konsumsi tembakau yang kian meluas di masyarakat, pemerintah India memiliki tekad untuk berperan dalam mengendalikan konsumsi tembakau di negaranya. Pemerintah India memiliki

concern yang tinggi terhadap kesehatan masyarakat. Untuk menangani

permasalahan domestik dalam negeri, pemerintah India mengadopsi strategi pemerintahan yang komprehensif sebagai respon terhadap kasus tembakau. Pemerintah cenderung memilih kebijakan baru dan mewujudkannya dengan cara yang berbeda-beda.

Dalam pendekatan state centric, negara adalah aktor sentral dalam tatanan pemerintahan yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk membentuk kebijakan dalam mengatur permasalahan masyarakat. Pemerintahan pada pendekatan state centric yaitu sebagai alat, strategi dan hubungan yang digunakan oleh pemerintah untuk membantu terlaksananya sistem pemerintahan. Pemerintahan dapat dilihat sebagai gagasan yang lebih tradisional dari kebijakan publik. Pemerintah mengandalkan otoritas hirarkis untuk menerapkan kebijakan, karena negara menjadi aktor penting dalam membangun strategi tata kelola permasalahan masayarakat. (Bell & Hindmoor, 2009, p.2).

Tingginya angka konsumsi perokok dan pengguna tembakau di India menjadi permasalahan utama yang dihadapi pemerintah. Perhatian pemerintah

(13)

laki-laki, perempuan hingga anak-anak. Munculnya kelompok advokasi kesehatan (NGOs) dan masyarakat yang menginginkan pemerintah agar serius dalam menangani dan mengontrol penggunaan tembakau, karena penggunaan tembakau semakin meluas hingga menimbulkan kesenjangan dari masyarakat usia dewasa, anak-anak hingga perbedaan gender (Reddy & Gupta, 2004, p. 57-61).

Melihat dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan tembakau, pemerintah India memberlakukan Cigarettes and Other Tobacco Products

(Prohibition of Advertisement and Regulation of Trade and Commerce, Production, Supply and Distribution) Act atau disingkat COTPA pada tahun 2003.

Strategi awal yang dilakukan pemerintah India yang diatur melalui COTPA 2003 yaitu dengan melarang iklan produk tembakau untuk meminimalisir konsumsi produk tembakau serta menyadarkan masyarakat akan bahaya tembakau bagi kesehatan (Jhanjee, 2011, p. 28). Perhatian pemerintah India begitu terpusat pada kesehatan masyarakat, karena meilhat dampak yang ditimbulkan begitu besar akibat konsumsi tembakau. Pemerintah India memiliki tekad dalam mengendalikan tembakau di negaranya, melalui kontrol strategi yang komprehensif.

Tingginya angka kematian akibat konsumsi tembakau serta meluasnya dampak dari penggunaan tembakau yang meluas di dunia, juga mendorong World

Health Organization (WHO) untuk berperan dalam mengendalikan penggunaan

tembakau di dunia baik dalam bentuk konsumsi, produksi hingga perdagangan. Fokus pengendalian tembakau berpusat di negara berkembang sejak tahun 1995. Menurut WHO (2011), Hal tersebut dikarenakan epidemik tembakau di negara

(14)

berkembang sangat tinggi, dilihat dari morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. Selain itu juga permintaan akan produk tembakau lebih tinggi dibanding negara maju. Jika tidak ditangani secara serius, diprediksi pada tahun 2030 sebanyak 80 juta orang meninggal setiap tahunnya dan sebesar 80 persen kematian akibat konsumsi tembakau akan melanda negara berkembang (Ash Fact Sheet, 2015).

Sebagai organisasi internasional dibawah naungan PBB yang bergerak di bidang kesehatan, WHO memiliki perhatian khusus pada penggunaan tembakau yang sangat merugikan kesehatan masyarakat. Untuk pertama kalinya WHO menggunakan mandatnya dengan mengajukan perjanjian internasional bidang kesehatan masyarakat yang befokus pada pengendalian tembakau. Terhitung sejak tahun 1999 perundingan dilakukan dengan 192 negara anggota. WHO akhirnya melahirkan Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). FCTC atau Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau diadopsi dari World Health

Assembly pada bulan Mei 2003.

FCTC sebagai produk hukum internasional bertujuan untuk melindungi masyarakat dari dampak konsumsi tembakau, memberi pemahaman terhadap bahaya merokok, mengurangi prevalensi konsumsi dan pengendalian tembakau yang akan dilaksanakan oleh setiap negara yang menandatangani dan meratifikasi FCTC (WHO, 2003). FCTC menerapkan pendekatan top-down, dimana pemerintah negara sebagai pihak yang terlibat dalam perjanjian internasional (party) tersebut akan melakukan strategi implementasi pengendalian tembakau di

(15)

diatur dalam FCTC. Setiap negara anggota FCTC yang telah meratifikasi kerangka kerja tersebut harus memperhatikan strategi-strategi pengendalian tembakau yang akan diterapkan di negaranya. Strategi tersebut kemudian dikembangkan, diimplementasi, diperbaharui dan ditinjau sehingga upaya pengendalian tembakau dapat berjalan sesuai dengan situasi dari negara tersebut dan sesuai dengan ketentuan FCTC. Negara juga berkewajiban untuk menetapkan dan menerapkan kebijakan sebagai upaya pengendalian tembakau di negara.

Meskipun India merupakan negara dengan produksi tembakau ke-3 di dunia, namun pemerintah India memiliki perhatian khusus terhadap dampak dari konsumsi tembakau di negaranya. Terbukti setelah memiliki COTPA 2003, India juga ikut menandatangani dan meratifikasi FCTC pada tanggal 5 Februari 2004. India merupakan 8 negara pertama yang menandatangani serta meratifikasi FCTC (HRIDAY Shadow Report, 2010, p. 1-2). Dengan keterlibatan India dalam mengendalikan penggunaan tembakau di negaranya melalui ratifikasi FCTC, sehingga pemerintah India sebagai party dalam konvensi tersebut harus mengimplementasikan ketentuan dalam konvensi internasional tersebut. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah India tentunya mengikuti ketentuan yang berlaku dalam FCTC.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, menjadi menarik untuk dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini yaitu bagaimana upaya pemerintah India

(16)

mengendalikan penggunaan tembakau melalui ratifikasi WHO Framework

Convention on Tobacco Control (FCTC).

1.3 Batasan Penelitian

Penelitian ini akan membahas upaya yang dilakukan oleh pemerintah India dalam menangani konsumsi tembakau di India dengan meratifikasi perjanjian internasional WHO FCTC. Ruang lingkup waktu penelitian dilakukan dari tahun 2004-2009. Adapun alasan dipilihnya rentang waktu tersebut yaitu pada tahun 2004, India mulai meratifikasi WHO FCTC. Ketentuan FCTC baru berlaku di negara yang telah meratifikasi pada tanggal 27 Februari 2005. Pada rentang waktu 2005-2006, pemerintah India mulai melakukan tindakan-tindakan awal sesuai dengan ketentuan yang diatur pada FCTC yaitu, survei konsumsi tembakau kalangan remaja usia 13-15 tahun melalui Global Youth Tobacco Survey (GYTS) dan mulai mengumumkan untuk mengisi peringatan pada produk tembakau diberlakukan pada bulan tahun 2007.

Pasca ratifikasi pada tahun 2007-2008 sebagai upaya pengimplementasian ketentuan dalam FCTC, pemerintah India membuat kebijakan National Tobacco

Control Program (NTCP). NTCP terbagi kedalam dua tahap, tahap pertama

berlangsung pada tahun 2007-2008 dan tahap kedua berlangsung pada tahun 2008-2009. Penelitian ini ingin memberikan penjelasan terkait bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah India dalam menurunkan ketentuan aturan perjanjian internasional FCTC terkait pengendalian konsumsi tembakau untuk dapat

(17)

diterapkan ke dalam legislasi nasional negara melalui pembentukan kebijakan nasional NTCP.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah India meningkatkan kapasitasnya dalam mengendalikan konsumsi tembakau melalui ratifikasi FCTC.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dibagi menjadi 2 yaitu manfaat secara akademis dan manfaat secara praktis.

1.5.1 Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam kajian ilmu hubungan internasional terkait dengan perjanjian internasional dan kebijakan publik.

1.5.2 Manfaat praktis, hasil pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber referensi dan inspirasi bagi penelitian lebih lanjut, khususnya penelitian dalam kajian perjanjian internasional dan kebijakan publik.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan digunakan untuk memudahkan penulisan proposal penelitian agar relevan dengan judul yang telah dibuat. Penelitian ini disajikan ke

(18)

dalam lima bab yang akan diuraikan selanjutnya. Bab I menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan masalah. Pada Bab II terdapat tinjauan pustaka dan kerangka konsep yang digunakan pada penelitian. Bab III, metodelogi penelitian mencakup jenis penelitian, sumber data, unit analisis, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian data serta sistematika penulisan.

Di Bab IV, peneliti mulai membahas konten dari penelitian meliputi hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapun lima sub bahasan yang akan ditampilkan mencakup, gambaran Umum Dampak Konsumsi Tembakau di India dan

Cigarettes and Other Tobacco Products Act (COTPA), Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), India Ratifikasi FCTC, Pendekatan Tranformasi &

Inkorporasi Dalam Perjanjian Internasional dan National Tobacco Control

Program (NTCP). Pada Bab V akan memaparkan secara garis besar kesimpulan

Gambar

Tabel 1.1 Peringkat Konsumsi Tembakau Non Hisap di Dunia

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tujuan penelitian yang kedua dilakukan implementasi perangkat untuk mengetahui keefektifan pembelajaran berbasis masalah pada materi kubus dan balok di kelas

Tujuan umum penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Donggala untuk menyediakan data dan informasi yang relevan, akurat, dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan

Indikator Persentase Terlaksananya Penanggulangan Faktor Risiko dan Pelayanan Kesehatan Pada Wilayah Kondisi Matra Yang Dicapai melalui kegiatan Vaksinasi

Hasil evaluasi terhadap narasumber pelatihan menunjukkan bahwa lebih dari separuh peserta menyatakan narasumber pelatihan sangat baik, hal itu menggambarkan bahwa narasumber

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat

Dilihat dari tahapan kebutuhan manusia, busana (sandang) merupakan salah satu kebutuhan primer/pokok manusia, disamping kebutuhan akan makanan (pangan), dan perumahan

Akselerasi coriolis adalah akselerasi nyata yang muncul dalam bidang yang berputar dari referensi.Pada efek coriolis objek bergerak sepanjang garis lurus di bidang

Persentase Peningkatan Kapasitas Sarana dan Prasarana pendukung penanggulangan