• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP. kesimpulan mengenai strategi Baitul Maal Al-Muthi in dalam menggalang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI PENUTUP. kesimpulan mengenai strategi Baitul Maal Al-Muthi in dalam menggalang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

111 BAB VI

PENUTUP

Penutup berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh. Seperti kesimpulan mengenai strategi Baitul Maal Al-Muthi‟in dalam menggalang dana ZIS, program-program yang dilaksanakan oleh Baitul Maal dengan mendayagunakan ZIS, serta bentuk filantropi yang diimpelementasikannya. Berikut ini adalah kritik dan sarannya,

6.1. KESIMPULAN

Kampung Maguwo, dengan jumlah warga muslim yang mendominasi, memiliki potensi yang cukup besar dalam filantropi Islamnya, dan LAZ Baitul Maal Al-Muthi‟in dalam penggalangan dana ZIS dirasa sudah cukup mampu menyerap potensi ZIS yang ada di Kampung Maguwo. Tidak hanya pada momen Ramadhan saja, namun juga pada bulan-bulan lainnya melalui program Tabungan Koin Akhirat.

Pada program TKA, pemasukan yang ada pada tahun 2013 mencapai lebih dari 50 juta rupiah. Bahkan jumlah ini lebih besar dari jumlah zakat pada tahun tersebut, namun fluktuatifnya perolehan jumlah dana TKA menjadi pekerjaan penting bagi Baitul Maal Al-Muthi‟in. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kurangnya informasi yang didapatkan oleh warga saat pengambilan dana TKA periode ke-tiga.

(2)

112 Ini menandakan bahwa kurangnya sosialisasi kepada warga mengenai waktu penarikan kotak TKA tersebut.

Belum lagi Baitul Maal Al-Muthi‟in terkendala oleh kurangnya tenaga lapangan, namun titik penting dari adanya program TKA adalah telah mampu meningkatkan partisipasi warga Maguwo untuk peduli dengan sesamanya. Dari dana TKA tersebut digunakan untuk membantu warga Maguwo yang awalnya kurang berkemampuan dalam hal ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, agar dapat meningkatkan kapasitasnya.

Dana ZIS yang dapat dikumpulkan oleh Baitul Maal Al-Muthi‟in tersebut, dipergunakan untuk melaksanakan berbagai program kegiatan, seperti program pemberdayaan ekonomi masyarakat, program santunan, dan juga program stimulan.

Pelaksanaan pemberdayaan ekonomi masyarakat pada bidang peternakan khususnya ternak ayam, ternyata terkendala oleh faktor eksternal, yakni mewabahnya virus flu burung yang menyebabkan kematian pada ayam-ayam milik kelompok ternak tersebut. Hal itu mengakibatkan adanya kerugian yang dialami dan program ini terpaksa berhenti. Meskipun begitu, pada awalnya peternak tetap merasakan hasil dari penjualan ayam ternak mereka. Setidaknya hal tersebut mampu menjadi sebuah pembelajaran bagi warga yang ikut serta dalam program tersebut dan mendapatkan ilmu tentang cara beternak ayam.

(3)

113 Sebenarnya bisa saja kegiatan ini diteruskan dengan memberikan bantuan lagi pada peserta tersebut, namun keengganan peserta dan adanya rasa trauma pada warga menjadikan mereka tidak mau mencoba untuk kembali beternak ayam, dan beberapa dari mereka akhirnya mencoba peruntungan pada kegiatan budidaya ikan lele.

Warga yang ikut sertad alam program perikanan lele dirasa telah mampu meningkatkan pendapatannya. Kegiatan perikanan lele ini sebenarnya tak luput dari mewabahnya penyakit jamur yang menyebabkan banyaknya ikan lele yang mati, namun mereka berusaha untuk melanjutkan kegiatan tersebut. Saat ini, warga telah memiliki kolam ikan permanen yang terbuat dari batako (sebelumnya terbuat dari terpal yang pinggirnya ditumpuk dengan genteng). Dari kegagalan yang pernah terjadi, warga kini mengantisipasi munculnya jamur dengan memasukkan buah pace ke dalam kolam, selain itu juga makanan lele sesekali diselingi dengan daun pepaya. Hasilnya saat ini telah dirasakan oleh warga. Dari 11.000 ekor lele yang dibudidayakan, selama proses “ngingu” ikan hingga siap untuk dipanen, ikan lele yang mati tidak lebih dari 20 ekor.

Pada program usaha mikro seperti usaha jahitan dan juga pengepul barang bekas juga mengalami perkembangan. Dilihat dari aspek kebutuhan yang terpenuhi seperti ibu Sri (penjahit) yang mampu membiayai anaknya hingga bangku kuliah, selain itu juga usaha pengepul

(4)

114 barang bekas milik bapak Sriyono juga mampu menambah armada motornya menjadi 3 buah.

Program selanjutnya yang dilaksanakan dengan mendayagunakan ZIS adalah program santunan yang terdiri dari 6 sub program, yakni santunan pendidikan, santunan kesehatan, pembebasan hutang, korban bencana, sembako dan bedah bumi. Warga yang mengajukan bantuan terlebih dahulu membuat surat pengantar dari ketua RT setempat yang nanti akan digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengurus Baitul Maal Al-Muthi‟in.

Program santunan pendidikan berupa pemberian bantuan biaya SPP, buku, dan lain-lain. Biaya tersebut tidak diberikan utuh, namun biasanya Baitul Maal hanya memberikan sebagian saja dari bukti pembayaran yang ada dari sekolah. Selain itu, ada juga program Sukses Ujian Nasional yang diselenggarakan bagi siswa-siswa yang hendak mengikuti ujian nasional di sekolah. Program ini bekerjasama dengan Primagama.

Santunan kesehatan berupa pemeriksaan dan berobat gratis bagi warga yang menerima kartu sehat. Ada juga bantuan rawat inap bagi warga Maguwo yang dirawat dirumah sakit, sedangkan warga tersebut tidak mendapat Jamkesmas atau semacamnya. Biaya yang diberikan juga tidak seutuhnya diberikan pada yang bersangkutan. Namun besarnya biaya dipertimbangkan pula oleh pihak pengurus sesuai dengan informasi

(5)

115 yang didapatkan pihak pengurus mengenai warga yang perlu dibantu tersebut.

Pembebasan hutang sejauh ini telah membantu salah satu keluarga yang terjerat hutang karena membutuhkan biaya pengobatan yang sangat besar sedangkan warga yang bersangkutan sama sekali tidak memiliki biaya.

Santunan korban bencana tidak setiap saat ada, sejauh ini baru ada program bantuan ini saat bencana erupsi merapi yang terjadi pada tahun 2010 / 2011. Pada program santunan sembako, memiliki sasaran lansia yang sudah tidak produktif lagi, apalagi lansia yang keluarga jauh dari Maguwo, sehingga tidak ada yang ngopeni. Pada program bedah bumi, sejauh ini dirasa belum tersosialisasikan dengan baik, sebab belum ada penggunaan dana ZIS untuk program ini.

Selain program pemberdayaan masyarakat dan program santunan, terdapat pula program stimulant yang berisi bantuan pembangunan gedung panti asuhan, pembinaan bagi pengajar TPA Al-Muthi‟in, dan kegiatan ‘amil atau pengelolaan zakat.

Pembangunan gedung panti asuhan dibantu oleh Baitul Maal Al-Muthi‟in, namun tidak dengan dana yang utuh, panti asuhan sendiri juga berupaya mencari sponsor lain dari pembangunan gedung tersebut. Saat ini sudah terdiri dari 3 lantai. Anak asuhnya berjumlah 54 anak.

Pembinaan bagi pengajar TPA yakni pemberian gaji kepada fisabilillah. Meskipun tidak seberapa jumlahnya, namun bisa memacu

(6)

116 pengajar tersebut untuk tetap bersemangat dalam mendidik santri-santri TPA, sedangkan untuk „amil lebih banyak digunakan untuk pembelian alat tulis kantor dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan menjelang pembagian zakat fitrah seperti plastik untuk membungkus sembako dan juga saat idhul adha, yakni untuk membeli perlatan yang mendukung proses penyembelihan dan pembagian hewan kurban.

Berbagai program yang dilaksanakan dengan mendayagunakan ZIS tersebut merupakan praktik dari filantropi Islam. Dalam filantropi sendiri terdiri dari dua bentuk, yakni filantropi tradisional dan filantropi untuk keadilan sosial.

Contoh dari bentuk filantropi tradisional yang dilaksanakan oleh Baitul Maal Al-Muthi‟in adalah program santunan dan program stimulan yang lebih bersifat karitatif, sedangkan filantropi untuk keadilan sosial adalah program pemberdayaan ekonomi yang bersifat berkelanjutan.

Karitas atau yang biasa disebut sebagai filantropi tradisional memang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar yang mendesak, sedangkan filantropi modern bertujuan mempromosikan prakarsa-prakarsa keadilan sosial yang berjangka panjang (Aileen Shaw dalam Irfan Abubakar, 2006).

Bentuk-bentuk filantropi tersebut ternyata bukan saling meniadakan satu sama lain, namun keduanya saling mendukung dan melengkapi. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yang terdiri

(7)

117 dari kebutuhan saat ini (kebutuhan jangka pendek yang mendesak) dan juga kebutuhan jangka panjang.

Perlu digaris bawahi bahwa filantropi tradisional sebenarnya merupakan bentuk filantropi yang bersifat individual, namun pada praktik filantropi yang dilaksanakan oleh Baitul Maal Al-Muthi‟in memiliki motif publik, sebab ZIS telah dikelola oleh sebuah lembaga yang menggalang dana ZIS, bukan lagi seorang penderma yang langsung memberikan dermanya pada orang yang berhak menerima.

Kegiatan filantropi yang dilaksanakan ternyata lebih berorientasi pada filantropi tradisional. Selain karena program santunan dan program stimulan jelas merupakan karitas, ternyata pada program pemberdayaan ekonomi masyarakatnya juga belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan poin-poin dari filantropi untuk keadilan sosial, lebih bersifat sekedar pemberian modal bantuan yang sesekali dipantau perkembangannya dan setelah itu dilepas begitu saja oleh pihak Baitul Maal Al-Muthi‟in. Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga lapangan, selain itu juga pengurus dari Baitul Maal Al-Muthi‟in memiliki pekerjaan lain di luar kepengurusannya di Baitul Maal Al-Muthi‟in sehingga kurang fokus dalam mengelola ZIS untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan dari Baitul Maal Al-Muthi‟n. Berarti, dapat disimpulkan bahwa masih adanya perbedaan antara keinginan Baitul Maal Al-Muthi‟in dalam mewujudkan visi, misi dan tujuannya dengan praktik yang ada di masyarakat.

(8)

118 Pada salah satu misinya, yakni mengembangkan zakat sebagai alternatif dalam pengentasan kemiskinan, dirasa masih belum terwujud, selain itu, misi selanjutnya adalah mendorong sinergi program pemberdayaan masyarakat juga belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Program pemberdayaan ekonomi masyarakatnya kurang diimplementasikan dengan baik, perkembangannya juga kurang mendapat pemantauan. Sekalipun judul programnya adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat, ternyata pelaksanaanya lebih mengarah pada bentuk filantropi tradisional, dengan kata lain, pendayagunaan ZIS oleh Baitul Maal Al-Muthi‟in, lebih didominasi pada bentuk filantropi tradisional. Padahal jika pelaksanaan pemberdayaan lebih serius lagi, upaya memberikan daya ataupun kekuatan pada yang belum memiliki daya tersebut dapat lebih optimal. Kegiatan pemberdayaan yang awalnya bersumber dari, oleh dan untuk masyarakat Maguwo ternyata belum bisa direalisasikan. Ini berarti bentuk Community Driven Dvelopment belum terlaksana dengan baik dan masih membutuhkan perubahan dalam pelaksanaannya. Termasuk usaha perwujudan visi, misi dan tujuan dari Baitul Maal Al-Muthi‟in juga belum dapat dicapai. Padahal jelas sekali bahwa Baitul Maal Al-Muthi‟in memiliki misi dan tujuan untuk meningkatkan kapasitas warga dengan program pemberdayaan ekonomi masyarakat guna mewujudkan kampung yang mandiri.

(9)

119 Selain alasan dari bentuk-bentuk kegiatan yang ada tersebut, ternyata juga ada alasan lain dari lebih dominannya bentuk filantropi tradisional. Ada tiga alasan penting, pertama berbedanya pemahaman mengenai ke-Baitul Maal-an antara pembina yayasan Al-Muthi‟in dan pengurus Baitul Maal Al-Muthi‟in. Kedua, Kurangnya tenaga lapangan yang membantu dan memantau perkembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Ketiga, kurang fokusnya pengurus Baitul Maal Al-Muthi‟in dalam menjalankan program-programnya karena memiliki pekerjaan lain diluar Baitul Maal.

6.2. SARAN

Peneliti menyadari adanya keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki, maka saran bagi penelitian selanjutnya adalah untuk mencari lebih detail mengenai pengelolaan dan juga pendayagunaan dana ZISnya.

Selain itu, masih adanya kekurangan informasi yang didapatkan mengenai usaha dari Baitul Maal Al-Muthi‟in dalam menggalang dana ZIS di luar Maguwo. Peneliti lebih banyak memfokuskan pada penggalangan ZIS di dalam kampung Maguwo. Sehingga diharapkan pada penelitian selanjutanya juga lebih banyak mencari tahu mengenai penggalangan ZIS diluar Maguwo.

Referensi

Dokumen terkait

dibuat untuk digunakan dalam pembelajaran belum mengintegrasikan nilai-nilai karakter secara optimal dan belum dipersiapkan dengan baik, mulai dari perencanaan

Manakala hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara pengetahuan Program SLAAS pelajar dengan tingkah laku ESD ibu bapa atau penjaga adalah ditolak.. Bagaimanapun, tidak

Struktur rumah tradisional yang terdiri dari kayu meiliki kemampuan untuk meredam getaran dan guncangan secara efektif, fleksibel dan juga stabil.Kolom rumah memiliki ikatan

Toisaalta vain harvoissa puheis- sa ja diskursseissa puhuttiin vahvasti esimerkiksi sellaisista lähestymistavan perusperi- aatteista kuin kaikkien maailman ihmisten

Oleh karena itu, baik buruknya akhlak perangai, perilaku atau pribadi sang anak dan keluarga, banyak ditentukan oleh sistem pola pembinaan, latihan dan pendidikan

Sistem Pemilu elektronik memungkinkan kita untuk menjalankan Pilkada secara langsung di tengah situasi pandemi dengan tetap menjalankan protokol kesehatan..

Terdapat perbedaan yang bermakna antara riwayat imuniasi dasar dan frekuensi ISPA pada balita yang datang ke Puskesmas Sekip Palembang tahun 2014 dengan nilai p value

16 Revaskularisasi serebral ( bypass ekstrakranial-intrakranial) untuk memperbaiki tekanan perfusi serebral, umumnya diindikasikan pada (1) pasien dengan infark atau