• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesian Journal of Chemical Science

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indonesian Journal of Chemical Science"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs

AKTIVITAS KATALITIK P

2

O

5

-ZEOLIT ALAM PADA REAKSI HIDRASI

TERPENTIN MENJADI α-TERPINEOL

Nur Hidayah , Nanik Wijayati dan Sri Mursiti

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak Diterima: September 2017

Disetujui: Oktober 2017 Dipublikasikan: November 2017

Kandungan α-pinena tinggi yang diturunkan menjadi α-terpineol dapat meningkatkan nilai jual terpentin. Pembentukan α-terpineol melalui reaksi hidrasi terpentin terjadi dengan bantuan katalis. Katalis berasal dari perpaduan katalis homogen dan heterogen yaitu asam fosfat dan zeolit alam teraktivasi (P2O5-zeolit alam). Karakterisasi katalis P2O5-zeolit alam meliputi uji kristalinitas dengan XRD, analisis gugus fungsi dengan FT-IR serta uji keasaman dengan metode gravimetri. Reaksi hidrasi dilakukan dalam reaktor batch dengan variasi waktu (120, 240, 360, 480 menit) dan jenis katalis (H3PO4, H-zeolit alam, P2O5-zeolit alam). Modifikasi katalis dengan mengembankan P2O5 tidak merubah struktur kristal H-zeolit alam. Hasil reaksi hidrasi dianalisis menggunakan FT-IR, GC dan GC-MS. Kondisi optimum reaksi hidrasi pada penggunaan katalis H3PO4 10% dan P2O5-zeolit alam 40% dengan waktu reaksi 480 menit menghasilkan kadar selektivitas α-terpineol sebesar 61,81% dan 5,25%. Katalis H3PO4 lebih efektif digunakan pada reaksi hidrasi terpentin dibandingkan katalis P2O5-zeolit alam berdasarkan aktivitas katalitiknya. Keywords:

Turpentine oil, hydration reaction, H3PO4, P2O5-natural

zeolite

Abstract

High α-pinene content derived into α-terpineol will increase the selling value of turpentine. The formation of α-terpineol by turpentine hydration reaction occurs with the aid of catalyst. The catalyst is derived from homogenous and heterogeneous catalyst on combination of phosphoric acid and activated natural zeolite (P2O5 -natural zeolite). Characterization of P2O5-natural zeolite catalyst include crystallinity assay with XRD, functional group analysis with FTIR and acidity assay with gravimetric method. Hydration reaction was carried out in batch reactor with variations of time (120, 240, 360, 480 min) and catalyst type (H3PO4, H-natural zeolite, P2O5-natural zeolite). Modification of catalyst by developing P2O5 is not significantly affected the crystalline structure of H-natural zeolite. Results of the hydration reaction were analyzed using FT-IR, GC and GC-MS. Optimum condition of hydration reaction is used on H3PO4 10% and P2O5-natural zeolite 40% catalyst with reaction time 480 minutes results yield α-terpineol selectivity of 61,81% and 5,25% respectively. Based on the catalyst activity, H3PO4 catalyst is more effectively used in turpentine hydration reaction than the P2O5-natural zeolite catalyst.

© 2017 Universitas Negeri Semarang  Alamat korespondensi:

Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 E-mail: hidayah19nur@gmail.com

p-ISSN 2252-6951 e-ISSN 2502-6844

(2)

248 Pendahuluan

Produk non kayu yang sedang dalam proses peningkatan yaitu olahan dari getah pinus. Pengolahan getah pinus dimaksudkan untuk memisahkan gondorukem dan minyak terpentin. Minyak terpentin di Indonesia mengandung 65-85% α-pinena, 1-3% β-pinena, kurang 1% kamfena, 10-18% 3-karena, dan 1-3% limonena. Komponen utama minyak terpentin adalah senyawa α-pinena. Minyak terpentin dapat memiliki nilai jual tinggi dengan mensintesis derivat dari senyawa α-pinena yaitu α-terpineol (Wijayati et

al., 2014; Utami et al., 2012).

Alfa terpineol banyak dimanfaatkan dalam industri kosmetik, desinfektan, dan pewangi dalam pembersih. Pembentukan α-terpineol dilakukan untuk meningkatkan nilai jual terpentin melalui reaksi hidrasi dengan bantuan katalis homogen maupun heterogen. Penggunaan katalis homogen lebih cepat dalam pembentukan produk hasil reaksi, namun memiliki kelemahan yaitu kurang ramah lingkungan dan pemisahan produk cenderung rumit karena katalis ini berada dalam satu fasa dengan reaktan. Katalis heterogen dapat menjadi alternatif untuk mengatasi hal tersebut karena lebih ramah lingkungan (Liu et al., 2008).

Pembentukan produk α-terpineol diawali dengan pembentukan terpine hydrate apabila α-pinena direaksikan dengan asam-asam encer seperti asam klorida, asam nitrat, dan asam fosfat. Pemilihan asam fosfatsebagai katalis dikarenakan senyawa ini tergolong sebagai asam poliprotik yaitu asam yang dapat memberikan dua atau lebih proton pada ionisasi (Daryono, 2015; Dewi et al., 2003). Kelemahan asam fosfat ini cenderung lebih sulit dipisahkan dari reaktan karena merupakan katalis homogen sehingga dibutuhkan katalis heterogen yaitu zeolit (Avila et al., 2010).

Zeolit yang digunakan yaitu zeolit alam karena mudah untuk dimodifikasi namun diperlukan tahapan aktivasi terlebih dahulu. Pengembanan zeolit alam aktif dilakukan pada senyawa aktif asam fosfat yaitu P2O5 sehingga terbentuk katalis P2O5-zeolit alam. Aktivitas katalitik P2O5-zeolit alam meliputi

karakteristik ukuran kristal, derajat kristalinitas, dan keasaman katalis P2O5-zeolit alam dan pengaruhnya

terhadap produk α-terpineol yang dihasilkan, serta akan digunakan asam fosfat sebagai katalis pembanding dalam reaksi hidrasi terpentin.

Metode

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi minyak terpentin (Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah), zeolit alam (Malang), HF, HCl, NH4Cl, AgNO3, ammonia, H3PO4 dengan grade pro analyst

buatan E-Merck, surfaktan tergitol np-10, diklorometana, Na2SO4 anhidrat, gas N2 produksi PT Samator,

aquades, dan aquademin. Alat yang digunakan meliputi Sentrifuge Centurion (G.P. Series), XRD Panalytical (Version PW3050/60), FT-IR PerkinElmer (Version 10.03.06), GC Agilent 6820 (Version A. 01. 03), dan GC-MS

Shimadzu (QP2010S).

Aktivasi zeolit alam dimulai dengan menghancurkan bongkahan zeolit alam dengan mortar kemudian diayak hingga ukuran 100 mesh. Hasil ayakan zeolit alam kemudian direndam dengan aquades selama 24 jam dan dikeringkan pada oven suhu 120 ºC. Zeolit alam direndam dengan larutan HF selama 30 menit untuk untuk menghilangkan pengotor dan silika yang berada pada luar kerangka zeolit dan perendaman dengan HCl selama 30 menit untuk dealuminasi zeolit. Zeolit alam kemudian dinetralkan dengan aquademin serta ion Cl- dihilangkan (uji AgNO

3). Zeolit alam direndam dengan NH4Cl kemudian

dicuci dengan aquademin hingga netral dan ion Cl- dihilangkan (uji AgNO

3). Zeolit alam dikeringkan

pada oven suhu 120ºC selama 1 jam dan dikalsinasi suhu 500ºC selama 4 jam (Erlynata et al., 2014). Preparasi katalis H3PO4 dilakukan dengan membuat larutan H3PO4 10% dalam labu ukur 10 mL,

sedangkan preparasi katalis P2O5-zeolit alam dilakukan dengan membuat katalis P2O5-zeolit alam dengan

variasi konsentrasi yaitu 10, 20, dan 40 % melalui tahap impregnasi P2O5 dengan H-zeolit alam.

Masing-masing konsentrasi katalis dibuat dengan mencampurkan asam fosfat yang dilarutkan dalam 10 mL aquademin dengan 10 g H-zeolit alam pada suhu 80ºC hingga larutan membubur. Hasil impregnasi dikeringkan pada oven suhu 100ºC selama 1 jam.

Minyak terpentin dihilangkan air nya terlebih dahulu menggunakan Na2SO4 anhidrat. Minyak

terpentin ini dianalisis menggunakan GC dan FT-IR. Minyak terpentin yang telah bebas air digunakan untuk reaksi hidrasi. Reaksi hidrasi terpentin dilakukan dalam labu alas bulat leher tiga dengan mencampurkan 8 mL minyak terpentin, 1,5 g surfaktan tergitol np-10, dan 2,5 mL aquades pada suhu 70ºC selama 480 menit. Katalis yang digunakan pada reaksi hidrasi meliputi H3PO4, H-zeolit alam, dan

P2O5-zeolit alam. Katalis yang ditambahkan sebanyak 400 mg setelah suhu reaksi tercapai. Hasil reaksi

hidrasi (fasa organik) diekstrak menggunakan diklorometana, dinetralkan dengan aquademin, dan ditambahkan Na2SO4 anhidrat untuk mengikat sisa air serta dialiri gas N2 untuk menguapkan sisa pelarut.

(3)

249

selama 1 jam. Sampel hasil reaksi hidrasi dianalisis menggunakan GC dan hasil terbaik dianalisis menggunakan FT-IR dan GC-MS.

Hasil dan Pembahasan

Karakterisasi katalis meliputi zeolit alam, zeolit alam aktif (H-zeolit alam), dan P2O5-zeolit alam

dengan konsentrasi 10, 20, dan 40 % untuk mengetahui jenis mineral penyusun zeolit dan kristalinitas katalis meliputi ukuran kristal dan derajat kristalinitas. Kristalinitas pada variasi jenis katalis yang digunakan disajikan pada Gambar 1:

Gambar 1. Perbandingan difraktogram pada variasi jenis katalis

Difraktogram yang dihasilkan pada masing-masing jenis katalis menunjukkan intensitas yang tajam pada pada daerah 2θ= 22,35º; 25,68º; dan 27,74º yang merupakan karakteristik zeolit tipe mordenit. Puncak khas tersebut sesuai dengan data JCPDS No. 6-239 bahwa zeolit alam dari Malang ini termasuk jenis zeolit tipe mordenit. Perbedaan terjadi pada katalis P2O5-zeolit alam 20% terdapat difosfor

pentaoksida (P2O5) yang muncul pada permukaan zeolit ditandai dengan terdeteksinya P2O5 pada 2θ=

59,06º (JCPDS No. 22-1380). Pada katalis H-zeolit alam terdapat puncak runcing pada 2θ= 31,92º yang diduga merupakan jenis mineral lain dari zeolit yaitu napheline yang terdeteksi pada 2θ= 30,98º (JCPDS No. 19-1176).

Ukuran kristal katalis berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan Scharrer menyatakan bahwa katalis P2O5-zeolit alam 40% memiliki ukuran kristal yang lebih besar yaitu sebesar 43,93 nm dan

derajat kristalinitas menunjukkan seberapa besar suatu material katalis dikatakan kristalin. Derajat kristalinitas tertinggi dimiliki oleh katalis P2O5-zeolit alam 10% sebesar 98,67%. Kristalinitas yang tinggi

diharapkan mempunyai sifat katalitik zeolit yang tinggi, stabil pada temperatur tinggi, porositas luas, dan pengemban bebas dari pengotor (Handayani, 2015).

Keasaman dapat diuji untuk menentukan jumlah situs asam suatu material sehingga pada penelitian ini jumlah situs asam katalis ditentukan secara kuantitatif dengan metode gravimetri menggunakan basa adsorbat ammonia karena ukuran molekul ammonia lebih kecil sehingga dalam berinteraksi dengan situs asam pada katalis, ammonia teradsorb lebih kuat (Majid et al., 2012). Pengembanan kation/logam pada suatu material seperti zeolit dapat menambah jumlah situs asam total dibandingkan zeolit tanpa pengembanan. Jumlah keasaman total (amonia) katalis disajikan pada Tabel 1:

Tabel 1. Keasaman total (ammonia) pada variasi jenis katalis

Katalis Keasaman (mmol/g)

Zeolit alam 0,16

H-zeolit alam 0,48

P2O5-zeolit alam 10% 0,54

P2O5-zeolit alam 20% 0,75

(4)

250

Jumlah keasaman paling tinggi terdapat pada katalis zeolit alam modifikasi yaitu katalis P2O5-zeolit

alam 40%. Hal ini membuktikan bahwa zeolit alam modifikasi mampu meningkatkan keasaman dibandingkan zeolit alam sebelum aktivasi dan konsentrasi katalis yang semakin besar menjadikan keasamannya cenderung semakin tinggi (Tabel 1). Keasaman ini merupakan faktor penting dalam aktivitas katalitik pada reaksi hidrasi terpentin.

Zeolit alam yang digunakan diaktivasi dengan cara dikalsinasi pada suhu 500ºC selama 4 jam. Sifat fisik H-zeolit alam dan P2O5-zeolit alam berwujud padatan berwarna putih kecoklatan. Analisis

dilakukan pada H-zeolit alam dan P2O5-zeolit alam 40% menggunakan FT-IR. Pada katalis H-zeolit alam

dan P2O5-zeolit alam 40% menunjukkan adanya gugus hidroksil (-OH) masing-masing pada puncak

serapan 3435 cm-1 dan 3412 cm-1, sedangkan puncak serapan 794 cm-1 dan 792 cm-1 menunjukkan adanya

serapan gugus Si-O dan untuk puncak serapan 1092 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur Si-O-Si/Si-O-Al.

Perbedaan pergeseran serapan puncak diduga akibat dari modifikasi yang dilakukan pada zeolit. Pergeseran pada spektra vibrasi internal dan eksternal dapat menjelaskan terjadinya dealuminasi pada zeolit (Lestari, 2010).

Komponen dalam minyak terpentin meliputi α-pinena (65-85%), β-pinena (1-3%), kamfena (<1%), 3-karena (10-18%), dan limonena (1-3%). Senyawa α-pinena merupakan komponen utama dalam minyak terpentin (Masruri et al., 2014; Sulistyo, 2015). Struktur senyawa penyusun minyak terpentin disajikan pada Gambar 2:

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 2. Struktur senyawa penyusun minyak terpentin (a) 3-karena, (b) β-pinena, (c) α-pinena, (d) limonena, (e) kamfena (Wijayati et al., 2014).

Derivat dari senyawa α-pinena antara lain α-terpineol, 4-terpineol, dan terpineol hidrat. Senyawa α-terpineol merupakan derivat dari senyawa α-pinena yang dikaji dalam penelitian ini melalui reaksi hidrasi terpentin (Wijayati et al., 2011).

Berdasarkan hasil GC, kandungan senyawa α-pinena dalam minyak terpentin sebesar 80,89% yang muncul pada waktu retensi 3,702 menit. Senyawa ini diperkuat dengan puncak-puncak karakteristik minyak terpentin berdasarkan karakterisasi FT-IR yang terdeteksi pada bilangan gelombang 2920 cm-1

yang menunjukkan serapan C-H alkana, 1651 cm-1 menunjukkan serapan gugus C=C alkena, 1446 cm-1

menunjukkan serapan CH2 dan 1382 cm-1 menunjukkan serapan gugus CH3.

Produk α-terpineol hasil reaksi hidrasi terpentin dengan variasi waktu reaksi dilakukan analisis cuplikan sampel pada waktu reaksi 120, 240, 360, dan 480 menit untuk masing-masing jenis katalis yang digunakan. Jenis katalis yang digunakan yaitu H3PO4 10%, H-zeolit alam, (10, 20, dan 40 %) P2O5-zeolit

alam. Berdasarkan hasil GC, kadar α-terpineol tertinggi terdapat pada waktu reaksi 480 menit untuk semua jenis katalis dan kadar α-terpineol optimum terdapat pada penggunaan katalis H3PO4 10%. Berikut

ini hasil GC dari hasil reaksi hidrasi terpentin dengan menggunakan katalis H3PO4 10% dengan waktu

(5)

251

Gambar 3. Kromatogram GC hasil reaksi hidrasi terpentin pada katalis H3PO4 10% dengan waktu reaksi 480 menit

Kadar senyawa α-terpineol diduga muncul pada waktu retensi 11,697 menit dengan kadar sebesar 20,43% dan kadar α-pinena yang tersisa 53,48%. Pembentukan produk ditandai dengan terjadinya penurunan kadar senyawa α-pinena. Hasil konversi α-pinena untuk menghasilkan produk α-terpineol optimum yaitu pada penggunaan katalis H3PO4 10% dan P2O5-zeolit alam 40% dengan perbandingan

yang disajikan pada Gambar 4:

Gambar 4. Konversi α-pinena pada katalis H3PO4 10% dan P2O5-zeolit alam 40 % dengan variasi

waktu reaksi

Meningkatnya konversi pinena setiap penambahan waktu reaksi membuktikan bahwa kadar α-pinena yang dihasilkan berkurang dan menunjukkan bahwa α-α-pinena sudah bereaksi menjadi senyawa lain (produk hasil reaksi), namun belum sepenuhnya bereaksi, meskipun sedikit ada yang mengalami penurunan konversi. Konversi α-pinena yang meningkat menjadikan selektivitas produk α-terpineol juga cenderung meningkat seperti disajikan pada Gambar 5:

(6)

252

Gambar 5. Selektivitas α-terpineol pada katalis H3PO4 10% dan P2O5-zeolit alam 40% dengan

variasi waktu reaksi

Selektivitas produk α-terpineol optimum dihasilkan pada waktu reaksi 480 menit dengan penggunaan katalis H3PO4 10% sebesar 61,81%, sedangkan dengan menggunakan katalis P2O5-zeolit alam

40% menghasilkan selektivitas α-terpineol sebesar 5,25%. Hasil selektivitas yang mengalami penurunan disebabkan oleh terbentuknya senyawa lain yang menjadi produk samping dari isomerisasi α-pinena meliputi kamfena, limonena, dan terpinolena (Wijayati et al., 2011).

Senyawa α-terpineol yang dihasilkan diperkuat dengan karakterisasi menggunakan FTIR bahwa gugus O-H alkohol yang merupakan serapan khas produk α-terpineol muncul pada bilangan gelombang 3401 cm-1. Puncak-puncak serapan yang muncul dapat diperkirakan bahwa hasil reaksi tersebut

merupakan senyawa alkohol. Hal ini diperkuat dengan adanya serapan kuat dari gugus C-O pada bilangan gelombang 1204 cm-1 yang merupakan gugus dari senyawa alkohol yang diperkuat dengan

adanya serapan melebar dari gugus O-H (Fessenden & Fessenden, 2005).

Analisis GC-MS dilakukan pada sampel produk α-terpineol dengan selektivitas tertinggi berdasarkan hasil analisis GC yaitu pada penggunaan katalis H3PO4 10% dan P2O5-zeolit alam 40%

dengan waktu reaksi 480 menit. Analisis GC-MS bertujuan untuk mengetahui jumlah senyawa massa rumus, rumus struktur, dan massa peak senyawa hasil reaksi hidrasi terpentin.

Senyawa α-terpineol mempunyai massa molekul m/z 154, namun spektra massa ion molekuler dengan m/z 154 tidak terdeteksi oleh spektrometer massa karena ion molekul tidak stabil, tetapi diperkirakan ion molekul yang terdeteksi adalah fragmen berikutnya yaitu m/z 136 yang merupakan pecahan khas dari suatu alkohol dengan lepasnya satu molekul air. Berikut ini spektrum massa α-terpineol optimum dihasilkan pada penggunaan katalis H3PO4 10% disajikan pada Gambar 6:

Gambar 6. Spektrum massa α-terpineol pada katalis H3PO4 10% dengan waktu reaksi 480 menit

Dari hasil analisis GC-MS, terdapat perbedaan produk hasil reaksi hidrasi pada katalis H3PO4 10%

(7)

253

Gambar 7. Perbandingan hasil reaksi hidrasi pada katalis H3PO4 10% dan P2O5-zeolit alam 40%

dengan waktu reaksi 480 menit

Kadar produk α-terpineol tertinggi dihasilkan pada penggunaan katalis H3PO4 10% sebesar 29,77%,

sedangkan katalis P2O5-zeolit alam 40% menghasilkan kadar α-terpineol sebesar 2,58%. Hal ini

disebabkan pada katalis P2O5-zeolit alam 40% lebih cenderung menghasilkan banyak produk lain

dibandingkan pada katalis H3PO4 10%. Hal ini disebabkan kurang maksimalnya kinerja zeolit alam

sebagai katalis heterogen pada reaksi hidrasi terpentin karena preparasi aktivasi zeolit alam yang mungkin kurang maksimal sehingga menurunkan aktivitas katalis dalam berinteraksi dengan reaktan.

Simpulan

Hasil reaksi terbaik pada reaksi hidrasi terpentin menjadi α-terpineol yaitu menggunakan katalis H3PO4 10% diperoleh pada waktu reaksi 480 menit dengan konversi α-pinena sebesar 33,05% dengan

selektivitas produk α-terpineol sebesar 61,81%. Aktivitas katalitik P2O5-zeolit alam 40% menghasilkan

konversi α-pinena sebesar 16,20% dengan selektivitas produk α-terpineol sebesar 5,25% dan lebih selektif menghasilkan produk α-terpineol dibandingkan variasi jenis katalis heterogen lainnya.

Daftar Pustaka

Avila, M.C., N.A. Cornelli, E.R. Castellon., and A.J. Lopez. 2010. Study of Solid Acid Catalysis for The Hydration of α-pinena. J. Mol. Catal. A: Chemical, 322(1-2): 106-112.

Daryono, E.D. 2015. Sintesis α-pinena menjadi α-terpineol menggunakan Katalis H2SO4 dengan Variasi

Suhu Reaksi dan Volume Etanol. Jurnal Teknik Kimia USU, 4(2): 1-6.

Dewi, D.F. & Masduqi, A. 2003. Penyisihan Fosfat dengan Proses Kristalisasi dalam Reaktor Terfluidisasi menggunakan Media Pasir Silika. Jurnal Purifikasi, 4(4): 151-156.

Erlynata, A., Suci Amalia, T.K. Adi, S.N. Khalifah. 2014. Pemanfaatan Zeolit Alam, H-Zeolit Alam dan H-Zeolit Alam Malang sebagai Katalis Reaksi Isomerisasi Glukosa. Alchemy, 3(1): 31-38.

Fessenden, R.J & Fessenden, J.S. 2005. ”Kimia Organik”. Edisi Ketiga. Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Handayani, T., Nanik Wijayati, & Harjono. 2015. Pengaruh Waktu dan Temperatur pada Reaksi Isomerisasi α-pinena menggunakan Katalis Zr4+/Zeolit Alam. Indonesian Journal of Chemical Science,

4(3): 234-239.

Lestari, D.Y. 2010. Kajian Modifikasi dan Karakterisasi Zeolit Alam dari Berbagai Negara. Prosiding

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia: Universitas Negeri Yogyakarta.

Liu, S.W, S.T. Yu, F.S. Liu,C.X. Xie, Lu Li, K.H. Ji. 2008. Reactions of α-pinene using Acidic Ionic Liquids as Catalysts. Journal of Molecular Catalysis A: Chemical, 2(7): 177-181.

Majid, A.B., Wega Trisunaryanti, Yoga Priastomo, Erna Febriyanti, Syafitri Hasyyati, & Again Nugroho. 2012. Karakterisasi dan Uji Aktivitas Katalitik Zeolit Alam Indonesia pada Hidrorengkah Ban Bekas dengan Preparasi Sederhana. Prosiding Seminar Nasional Kimia: Surabaya: Unesa.

(8)

254

Masruri, R.W. Amini, & M.F. Rahman. 2014. Analisis Minyak Terpentin (Pinus merkusii) Hasil Produksi Perusahaan Lokal dan Perdagangan Menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (Kg-Sm) serta Metode Pemurniannya. Kimia Student Journal, 1(1): 147-153.

Sulistyo, B. 2015. Pemanfaatan Terpentin untuk Mengurangi Emisi Gas Buang pada Sepeda Motor. Jurnal

ISSN, 6(2): 233-243.

Utami, H., Sutijan, Roto, W.B. Sediawan. 2012. Sintesis α-terpineol dari Terpentin degan Katalisator Asam Khloro Asetat secara Batch. Industri ISSN, 11(1): 27-31.

Wijayati, N., H. D. Pranowo, Jumina, and Triyono. 2011. Synthesis of Terpineol from α-pinene Catalyzed by TCA/Y-Zeolite. Indo J.Chem, 11(3): 234-237.

Wijayati, N., Supartono, & S.B.W Kusuma. 2014. Pengaruh Temperatur dan Waktu Pada Reaksi Hidrasi α-pinena dari Minyak Terpentin dengan Katalis Zeolit Alam. Jurnal MIPA, 37(2): 146-153.

Gambar

Gambar 6. Spektrum massa α-terpineol pada katalis H 3 PO 4  10% dengan waktu  reaksi 480 menit  Dari hasil analisis GC-MS, terdapat perbedaan produk hasil reaksi hidrasi pada katalis H 3 PO 4  10%

Referensi

Dokumen terkait

Analisis kelayakan bioteknik dalam pengembangan budidaya tambak dapat disimpulkan : (1) umumnya menerapkan teknologi budidaya yang dapat dikembangkan pada lokasi

Kedua, setiap disiplin ilmu harus disurvei dan ditulis dalam bentuk skema mengenai asal usul, perkembangan dan pertumbuhan metodologinya, keluasan cakupannya,

Dengan terjalinnya kerjasama BPMB UMP dengan MGBK disetiap Kabupaten maka setiap tahun akan mengumpulkan Guru BK disetiap Kabupaten untuk mempublikasikan UMP

[r]

Kemampuan peneliti dalam melaksanakan pembelajaran dengan mengguanakan media gambar untuk meningkatkan aktifitas belajar pada pembelajaran matematika kelas v sekolah

Setelah putusan tersebut memperoleh penetapan secara hukum dan sudah tidak ada perlawanan hukum lagi terhadap putusan tersebut maka pihak Pemohon wajib memberi

ABSTRAK PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMA TIKA REALISTIK BERBASIS KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI BANGUN RUANG SISI