• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ambar Sucianingsih*), Puji Lestari**), Eko Susilo**)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ambar Sucianingsih*), Puji Lestari**), Eko Susilo**)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PEMBATASAN AKTIVITAS FISIK DAN DIET RENDAH GARAM TERHADAP PERILAKU PEMBATASAN

AKTIVITAS FISIK DAN DIET RENDAH GARAM

PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT ST-ELEVASI (STEMI) DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

Ambar Sucianingsih*), Puji Lestari**), Eko Susilo**) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Kejadian ST-Segment Elevation Myocardial Infarct (STEMI) sering menyebabkan kematian mendadak, sehingga merupakan kegawatdaruratan yang membutuhkan tindakan medis secepatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam terhadap perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien infark miokard akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.

Desain penelitian ini pre experiment dengan pendekatan two-group posttest design. Populasi penelitian ini seluruh pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dengan sampel 30 responden menggunakan teknik accidental

sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan uji shapiro wilk, wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam terhadap perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien infark miokard akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dengan p value sebesar 0,046 < α (0,05).

Sebaiknya pasien meningkatkan perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) sesuai dengan anjuran dari tenaga kesehatan.

Kata Kunci: Pendidikan kesehatan tentang Pembatasan Aktifitas Fisik dan Diet Rendah Garam, Perilaku Pembatasan Aktifitas Fisik dan Diet Rendah Garam, Pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI

(2)

ABSTRACT

The incidence of ST-segment Elevation Myocardial Infarct (STEMI) often causes sudden death, so it is a medical emergency that requires immediate action. The Purpose of this study was to determine the effect of health education on the limitation of physical activity and a low-salt diet on behavior restrictions on physical activity and a low-salt diet in patients with acute myocardial infarction ST-elevation (STEMI) in hospitals Ungaran Semarang District.

The study design was pre experiment with the approach of the two-group posttest. That population of this study all patients with acute myocardial infarction ST-Elevation (STEMI) in Ungaran Semarang District Hospital with a sample of 30 respondents using accidental sampling technique. Data retrieval tool using a questionnaire. Analysis of the data used Shapiro-Wilk test, Wilcoxon.

Results showed no effect of health education on the limitation of physical activity and a low salt diet on behavior restrictions on physical activity and a low-salt diet in patients with acute myocardial infarction ST-elevation (STEMI) in hospitals Ungaran Semarang District with a p value of 0.046 <α (0, 05).

It is recommend that patients increase physical activity and behavior restrictions on low-salt diet in patients with Acute Myocardial Infarction ST-elevation (STEMI) in accordance with the advice of health professionals.

Keywords: Health education on the restriction of Physical Activity and Low-Salt Diet,

Physical Activity and Behavior RESTRICTIONS Low-Salt Diet, Acute Myocardial Infarction Patients ST-elevation (STEMI)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Infark Miokard Akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian. Proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Menurut laporan World Health

Organization (WHO) penyakit infark

miokard akut merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung sebanyak 7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia. Penyakit ini adalah penyebab utama kematian pada orang dewasa di mana-mana (Garas, 2010).

Kejadian ST-segment Elevation Myocardial Infarct (STEMI) sering menyebabkan kematian mendadak, sehingga merupakan kegawatdaruratan yang membutuhkan tindakan medis

secepatnya (Erhardt, 2012). Oklusi total arteri koroner pada STEMI memerlukan tindakan segera yaitu tindakan reperfusi, berupa terapi fibrinolitik maupun

Percutaneous Coronary Intervention

(PCI), yang diberikan pada pasien STEMI dengan onset gejala <12 jam. Pada pasien STEMI yang datang terlambat (>12 jam) dapat dilakukan terapi reperfusi bila pasien masih mengeluh nyeri dada yang khas infark. Komplikasi yang ditimbulkan oleh IMA antara lain gangguan irama dan konduksi jantung, syok kardiogenik, gagal jantung, ruptur jantung, regurgutasi mitral, trombus mural, emboli paru, dan kematian (Sudoyo, 2010).

Angka mortalitas dan morbiditas komplikasi IMA yang masih tinggi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keterlambatan mencari pengobatan, kecepatan serta ketepatan diagnosis dan penanganan dokter yang menangani. Kecepatan penanganan dinilai dari time windowantara onset nyeri dada sampai tiba

(3)

di rumah sakit dan mendapat penanganan di rumah sakit (Ardiansyah, 2012). Penatalaksanaan dari Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) antara lain terapi konvensional, diet, pembatasan aktivitas, terapi pembedahan (untuk revaskularisasi) dan pendidikan kesehatan (Wita, 2014).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2016 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang diperoleh data terkait dengan pendidikan kesehatan dan perilaku pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI). Peneliti melakukan pengukuran perilaku pasien pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) yang menjalani perawatan dimana masih ditemukan perilaku yang kurang baik. Selanjutnya peneliti memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan perilaku Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) yaitu memberikan informasi terkait dengan pola tidur, tidak boleh melakukan valsava

maneuver misalnya mengejan, mengurangi

bicara dan tidak boleh turun dari tempat tidur (BAB dan BAK menggunakan pispot).

Rumusan Masalah

Adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam terhadap perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien infark miokard akut ST-elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang?

Tujuan Penulisan

Penelitian ini bertujuan untuk engetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam terhadap perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien infark miokard akut ST-elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.

Manfaat Penelitian

Bagi RSUD Ungaran, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan

dan dasar dalam peningkatan pelayanan khususnya bagi pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI).

Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat dalam menambah pengetahuan tentang perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI).

METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan post-test dalam satu kelompok (Two-Group posttest

Design).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, pada Bulan Agustus 2016.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang yang menjalani perawatan pada tahun 2016 untuk bulan Januari sebanyak 52 pasien pada bulan Februari sebanyak 48 pasien dan pada bulan Maret sebanyak 67 pasien, sehingga diperoleh rata-rata jumlah pasien dalam satu bulan sebanyak 56 pasien (data RSUD Ungaran 2016).

Sampel

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel di atas maka diperoleh jumlah sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok intervensi masing-masing sebanyak 13 orang, di mana untuk mengantisipasi adanya drop out dari sampel maka sampel ditambah masing-masing kelompok 2 orang (10%), sehingga jumlah sampel yang diteliti sebanyak 15 responden untuk setiap kelompok,

(4)

sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang.

Pengumpulan Data

Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian adalah tidak baku, artinya disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang digunakan pada bab sebelumnya. Guna mendapatkan keabsahan kuesioner variabel perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam dilakukan expert judgment.

Analisis Data

Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan perilaku pasien Infark Miokard Akut ST-. Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

Analisis Bivariat

Guna mengetahui perbedaan perilaku pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, karena skala data berbentuk ordinal maka analisa data menggunakan uji non parametric yaitu uji wilcoxon. Guna melihat ada perbedaan atau tidak dapat dilihat dari nilai p value, jika p value< 0,05 maka dikatakan ada perbedaan dan bila p value> 0,05 maka dikatakan tidak ada perbedaan.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Perilaku Pembatasan

Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Pada

Pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi

(STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten

Semarang Setelah Penelitian pada Kelompok Kontrol Perilaku f (%) Tidak baik 13 86,7 Baik 2 13,3 Total 15 100,0 Tabel 2

Distribusi Frekuensi Perilaku Pembatasan

Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Pada

Pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi

(STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten

Semarang Setelah Diberikan Pendidikan

Kesehatan Tentang Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam pada Kelompok Intervensi Perilaku f (%) Tidak baik 9 60,0 Baik 6 40,0 Total 15 100,0 Tabel 3.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang

Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah

Garam Terhadap Perilaku Pembatasan

Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Pada

Pasien Infark Miokard Akut ST-elevasi

(STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten

Semarang

Kelompok N Mean SD Z hitung p-value

Kontrol 15 1,1333 0,35187 -2,000 0,046 intervensi 15 1,4000 0,50709

PEMBAHASAN

Gambaran Perilaku Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Pada Pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Setelah Penelitian Pada Kelompok Kontrol

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang setelah penelitian pada kelompok kontrol kategori tidak baik sebanyak 13 responden (86,7%) dan kategori baik sebanyak 2 responden (13,3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang setelah penelitian pada kelompok kontrol sebagian besar kategori tidak baik.

Responden mempunyai perilaku pembatasan aktivitas fisik kategori tidak baik dimana selama di rawat responden melakukan aktivitas fisik di atas tempat tidur (66,7%), mengurangi komunikasi

(5)

yang lama dengan pengunjung atau keluarga (66,7%), mengkonsumsi makanan yang mengandung serat (73,3%), mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium seperti pisang, sari jeruk, jagung dan brokoli (66,7%), mengkonsumsi makanan yang mengandung magnesium seperti kacang tanah, kacang polong (73,3%), mengkonsumsi makanan yang mengandung garam (73,3%), mengkonsumsi makanan yang mengandung minyak (73,3%).

Apabila proses iskemia berlangsung lebih lama, maka otot jantung akan mengalami nekrosis sehingga terjadilah infark miokard akut. Infark pada miokard ini akan menyebabkan kontraksi miokard akan menurun dan tidak efektif untuk memompa darah. Hal ini akan menimbulkan penurunan stroke volume dan akhirnya terjadi penurunan curah jantung. Perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang setelah penelitian pada kelompok kontrol kategori tidak baik diantaranya disebabkan oleh faktor pengetahuan (knowledge) yang kurang.

Gambaran Perilaku Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Pada Pasien Infark Miokard Akut ST-. Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam pada Kelompok Intervensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada kelompok kontrol kategori tidak baik sebanyak 9 responden (60,0%),

kategori baik sebanyak 6 responden (40,0%).

Responden mempunyai perilaku pembatasan aktivitas fisik kategori tidak baik dimana selama di rawat saya melakukan aktivitas fisik di atas tempat tidur (60,0%), selama di rawat saya setiap melakukan aktivitas fisik dibantu oleh perawat atau keluarga (100,0%), selama di rawat saya mengurangi komunikasi yang lama dengan pengunjung atau keluarga (60,0%), selama di rawat saya beristirahat dengan cukup (73,3%), selama dirawat saya mengejan saat buang air besar (100,0%), selama dirawat saya melakukan batuk yang keras (100,0%) dan selama dirawat saya menghabiskan porsi makanan sesuai diet yang diberikan dari rumah sakit (60,0%).

Penurunan kontraktilitas miokard pada ventrikel kiri (apabila terjadi infark di daerah ventrikel kiri) akan menyebabkan peningkatan beban ventrikel kiri. Hal ini disebabkan karena penurnan kontraktilitas miokard disertai dengan peningkatan venous return (aliran balik vena). Hal ini tentunya akan meningkatkan bendungan darah di paru-paru. Bendungan ini akan menimbulkan transudasi cairan ke jaringan dan alveolus paru sehingga terjadilah oedema paru. Oedema ini tentunya akan menimbulkan gangguan pertukaran gas di paru-paru. Sedangkan apabila curah jantung menurun, maka secara fisiologis tubuh akan melakukan kompensasi melalui perangsangan sistem adrenergik untuk mempertahankan curah jantung ke arah normal. Sedangkan apabila tubuh tidak mampu lagi melakukan kompensasi, maka penurunan curah jantung akan memicu penurunan aliran darah ke jaringan berlanjut. Apabila terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, akan memicu retensi garam dan air oleh sistem renin angiotensin aldosteron. Retensi ini akan menjadi lebih progresif karena tidak diimbangi dengan peningkatan tekanan atrium kanan akibat proses dekompensasi, sehingga terjadi kelebihan volume cairan yang berujung pada oedema perifer. Selain

(6)

itu, penurunan aliran darah ke otak juga dapat terjadi. Hal ini akan menyebabkan hipoksia serebral yang berujung pada penurunan kesadaran. Jadi, patofisiologi infark miokard beserta komplikasinya sangat tergantung pada luas serta tempat infark terjadi pada otot jantung.

Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang kemudian diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ulang sama komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk. Perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang setelah penelitian pada kelompok intervensi kategori tidak baik diantaranya disebabkan oleh faktor sikap (attitude) afektif.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Terhadap Perilaku Pembatasan Aktivitas Fisik Dan Diet Rendah Garam Pada Pasien Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada kelompok kontrol setelah penelitian sebesar 1,1333 dengan standar deviasi 0,35187, sedangkan pada kelompok intervensi setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam sebesar sebesar

1,4000 dengan standar deviasi 0,50709. Hasil uji wilcoxon rank test didapatkan nilai Z hitung sebesar 2,000 dengan

p-value sebesar 0,046, artinya ada pengaruh

pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam terhadap perilaku pembatasan aktivitas fisik dan diet rendah garam pada pasien infark miokard akut ST-elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.

Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami (Mubarak, 2007). Salah satu pendidikan yang dapat diberikan terkait dengan kesehatan dengan melakukan pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik (Suliha, dkk, 2012).

Pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan karena keduanya berorientasi kepada perubahan perilaku yang diharapkan yaitu perilaku sehat sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga dan kelompokknya dalam meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yagn ada hubungannya dengan kesehatan (Effendy, 2008).

Mengubah perilaku seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu kegiatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara ilmiah melalui tahap sensitisasi, publisitas,

(7)

edukasi dan motivasi. Pada tahap sensitisasai dilakukan pemberian informasi untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan. Tahap publisitas bertujuan menjelaskan lebih lanjut jenis pelayanan kesehatan. Tahap edukasi bertujuan meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan mengarah perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut dimana cara yang digunakan adalah dengan belajar mengajar (Maulana, 2009).

Penelitian dari Lukman (2015) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan perilaku pencegahan PJK Pada Pasien PJK Di Poli Jantung RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Hasil analisis data menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan perilaku pencegahan PJK Pada Pasien PJK di Poli Jantung RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dengan p value 0,000 (α = 0,05).

KESIMPULAN

Perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang setelah penelitian pada kelompok kontrol sebagian besar kategori tidak baik yaitu sebanyak 13 responden (87,6%).

Perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada kelompok intervensi sebagian besar kategori tidak baik yaitu sebanyak 9 responden (60,0%).

Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pembatasan fisik dan diet rendah garam terhadap perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infartk Miokard Infark ST-Elevasi

(STEMI) di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, dengan p-value sebesar 0,046 (α = 0.05).

SARAN

Bagi Pasien, dapat dijadikan sumber informasi dalam meningkatkan perilaku pembatasan aktifitas fisik dan diet rendah garam pada pasien Infark Miokard Infark (STEMI).

Pihak Rumah Sakit sebaiknya perlu memberikan fasilitas atau sarana prasarana yang optimal, seperti adanya kamar mandi di dalam setiap ruang perawatan yang dilengkapi dengan pispot atau urinal untuk setiap pasien. Pembatas atau sekat antar pasien berupa tirai yang tertutup mengelilingi pasien agar pasien nyaman saat BAB atau BAK di atas tempat tidur

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi dan Narbuko (2008). Metodologi

Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Ardiansyah (2012). Medikal Bedah Untuk

Mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press.

Arikunto (2010). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka. Aksara.

Azwar, (2010). Sikap Manusia Teori Dan

Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka.

Pelajar.

Bustan (2007). Epidemiologi Penyakit

Tidak Menular. Cetakan 2. Rineka

Cipta, . Jakarta

Dalimarta (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus

Depkes (2008). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Jakarta

Effendy (2008). Dasar-Dasar Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Erhardt L, Herlitz J, Bossaert L. (2012).

Task force on the management of chest pain. EurHeart J.

(8)

Fitriani (2011). Promosi Kesehatan. Cetakan 1.Yogyakarta: Graha Ilmu

Garas (2010). Myocardial Infarction.

Emedicine Cardiology. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article /155919-overview[Accessed 23 Februari 2016]

Ghozali (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM. SPSS 19 (edisi kelima) Semarang:

Universitas Diponegoro.

Lukman (2015). Hubungan tingkat pengetahuan tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan perilaku pencegahan PJK Pada Pasien PJK Di Poli Jantung RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Skripsi PSIK STIKES Wiyata Husada Mansjoer (2009). Kapita Selekta

Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media

Aesculapius. FKUI Maulana (2009). Promosi

Kesehatan.Jakarta: EGC

Mubarak (2007). Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha ilmu

Mubarak dan Chayati (2009). Buku Ajar

Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik, Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC Nasution (2008). Teknologi Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Notoatmodjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka.

Cipta.

Notoatmodjo, (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu. Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

PERKI (2015). Pedoman Tatalaksana

Sindrom Koroner Akut. Jakarta

Purwanti, (2007). Hubungan Pola Makan

dengan Hipertensi pada Remaja di MAN Semarang I. Skripsi. Tidak

dipublikasikan.

Smeltzer & Bare (2007). Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

EGC

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. (2010). Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing;

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Suliha (2012). Pendidikan Kesehatan

dalam Keperawatan. Jakarta : ECG.

Sulisno (2009). Metodologi penelitian

Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika

Sunaryo (2008). Psikologi Untuk

Keperawatan. Jakarta:EGC.

Udijanti (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba

Medika.

Wawan dan Dewi (2010). Teori dan

Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan. Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Wita (2014). Pemakaian Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (Ace) Pada Payah Jantung Kongestif.

Medika No 83 tahun 25 hal 2-6

Referensi

Dokumen terkait

Melalui pengamatan dan sharing dengan beberapa perempuan maka perlu diketahui bahwa masih banyak perempuan yang masih konsisten dan bersemangat memperjuangkan

atau sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, jika masih dalam jangka waktu 30 hari, riwayat medis dapat dipergunakan dan apabila telah lebih dari 30 hari harus

Marketing Pada Agen Tour Kaye Bromo menggunakan SDLC, berikut ini adalah skema yang digunakan berikut ini adalah gambar skema metodologi penelitian yang diterapkan... Analis:

Pemilihan Kepala daerah secara langsung akan menjadi medan pembuktian bagi partai politik untuk menunjukkan performa yang bagus untuk mendorong sifat rasionalitas

Dalam Tabel 5, menun- jukkan bahwa ekstrak aseton dari kulit batang sesoot (Garcinia picrorr- hiza Miq.), pada konsentrasi 10 ug dapat mencegah terjadinya mutasi balik bakteri

Adapun sasaran atau target yang dikehendaki dari islamisasi sains ini adalah: (1) menguasai disiplin-disiplin ilmu modern; (2) menguasai khazanah Islam; (3)

• Ambil entres dari pohon induk betina atau jantan terpilih dengan ukuran diameter ba- tang sama dengan batang bawah, batang sudah sedikit mengayu, mempunyai daun yang