• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Petra"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Corporate Identity atau identitas perusahaan adalah manifestasi yang sebenarnya dari realita perusahaan yang disampaikan melalui nama organisasi atau perusahaan, logo, moto, produk, jasa, bangunan, alat tulis, seragam dan semua benda yang berwujud fisik yang dibuat oleh perusahaan dan dikomunikasikan kepada berbagai konstituennya (Argenti, 2007, p. 66). Definisi lain mengenai Corporate Identity menurut Joep Cornelisson adalah suatu ciri khas dari sebuah perusahaan yang mempengaruhi pandangan para stakeholder atau publik perusahaan mengenai image dan reputasi perusahaan itu sendiri (Cornelisson, 2005, p. 69). Menurut Bartholme, komponen penyusun identitas perusahaan adalah komunikasi korporat, perilaku perusahaan, budaya perusahaan, struktur perusahaan, identitas industri dan strategi perusahaan (Bartholme, 2011, p. 54).

Soemirat & Ardianto dalam buku Dasar-Dasar Public Relations (2007, p.30) mengatakan bahwa salah satu kegiatan dan sasaran Public Relations yang mendukung sasaran manajemen suatu perusahaan yaitu building corporate identities and image (membangun identitas perusahaan dan citra perusahaan). Corporate identity sendiri didefinisikan oleh Van Riel (1995, p.32) sebagai self-presentation suatu perusahaan yang dirancang dan dioperasionalisasikan baik secara internal maupun eksternal berdasarkan filosofi perusahaan. Pengertian lain mengenai corporate identity juga diungkapkan oleh Van Riel & Fombrun (2007, p.68) di mana corporate identity diartikan sebagai “penampilan diri” perusahaan yang meliputi tanda-tanda fisik (cues) yang ditunjukkan organisasi melalui komunikasi, perilaku dan simbol (lambang).

Bernstein (1984) menyatakan bahwa suatu corporate identity merefleksikan “karakter inti” dari perusahaan. Di samping itu, corporate identity juga menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepribadian, keunikan dan individualitas masing-masing (Simōes, Dibb & Fisk, 2005, p.154). Senada dengan hal itu, Gray & Balmer (1998) mengungkapkan bahwa corporate identity menggambarkan suatu keunikan, di mana jika dikelola dengan baik dapat

(2)

memberikan keuntungan bagi perusahaan (Kansbod & Wang-Andresen, 2012, p.10).

Dikatakan oleh Paul Argenti, ‘while organizations can differentiate themselves based on identity through names and logos, they also can risk losing whatever identity they have built up very quickly through changes in the use of names and logos that communicated properly’ dengan kata lain, selain berguna untuk membedakan dan membuat ciri khas sebuah perusahaan, nama dan logo dapat berisiko membuat identitas yang telah dibangun menghilang apabila tidak dikomunikasikan dengan baik (Argenti, 2007, p. 70).

Pada prinsipnya, pengetahuan dapat didefinisikan sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan (Engel, Blackwell, Miniard, 1994, p.316). Pengetahuan dapat diukur dengan mencari tingkat pengetahuan, yakni seberapa banyak informasi yang tersimpan dalam ingatan ketika seseorang menerima sebuah informasi, apakah tinggi, sedang, atau rencah (Engel, Blackwell, Miniard, 1994, p.337). Menurut Benyamin Bloom yang dipaparkan oleh Notoatmodjo (1997) dalam Sunaryo (2002:23-24), terbentuknya perilaku baru, khususnya pada orang dewasa, diawali dari cognitive domain (konitif/pengetahuan), yaitu individu mengetahui terlebih dahulu stimulus berupa objek sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada individu. Kemudian, dilanjutkan dengan affective domain (afektif/sikap), dan berakhir pada psychomotor domain (psikomotor/tindakan). Maka, pengetahuan ini penting untuk diketahui karena merupakan domain yang utama untuk terbentuknya perilaku, sehingga perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (Sunaryo, 2002, p.25). Hal ini membuat objek tingkat pengetahuan dalam penelitian ini layak untuk diteliti, dan didukung dengan penjelasan mengenai pengetahuan masyarakat tentang corporate identity yang sangat penting dan berpengaruh kepada hubungan dan perkembangan perusahaan dengan keseluruhan stakeholder-nya.

Pengetahuan juga didefinisikan sebagai informasi yang tersimpan dalam ingatan, sehingga tingkat pengetahuan juga memiliki definisi yaitu seberapa banyak informasi yang tersimpan dalam ingatan ketika seseorang menerima sebuah informasi, apakah itu tinggi, sedang ataupun rendah. Seberapa banyak informasi yang diterima seseorang yang tersimpan dalam ingatan ketika menerima informasi

(3)

bergantung pada bagaimana stimulus yang diberikan pada awalnya, yang membuat individu tersebut mulai berpikir, sampai dengan menghasilkan respon (Engel, 1994, p.337). Pengetahuan seseorang dapat diukur menggunakan indikator pengetahuan obyektif dan indikator pengetahuan subyektif. Pengetahuan obyektif adalah pengetahuan yang diingat dalam ingatan, sementara pengetahuan subyektif adalah persepsi dari pengetahuan mereka sendiri (Engel, 1994, p.337).

Dalam perkembangannya, efek kognitif yang dihasilkan melalui proses komunikasi, memiliki peranan penting bagi perusahaan atau organisasi. Efek kognitif akan timbul, ketika masyarakat mengetahui identitas perusahaan yang dikomunikasikan. Dalam menghadapi kompetitor yang makin beragam, identitas korporat (corporate identity) yang efektif akan membuat perusahaan dipandang memiliki keunggulan bersaing yang positif oleh publiknya. Komunikasi dengan publik yang efektif membawa dampak positif bagi keberhasilan usaha bisnis dan upaya membangun citra perusahaan di masyarakat (Sutojo, 2003, p. 5). Sehingga corporate identity merupakan aktivitas komunikasi perusahaan yang menimbulkan efek kognitif pada masyarakat.

Dalam kerangka kerja strategi komunikasi perusahaan yang disampaikan oleh Argenti (2007), terdapat tiga variabel utama untuk menciptakan strategi komunikasi yang koheren, yaitu perusahaan itu sendiri, publik, dan pesan. Kemudian, perusahaan perlu menganalisis respon publik untuk mengetahui apakah komunikasi tersebut berhasil. Hal ini sesuai dengan teori S-O-R (Stimulus – Organism – Response). Menurut teori S-O-R ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2003). Dalam penelitian ini, stimulus yang dimaksud adalah logo baru Orang Tua Group, organisme yang dimaksud adalah masyarakat Jakarta, sedangkan respon yang diteliti adalah tingkat pengetahuan.

Tingkat pengetahuan merupakan salah satu efek dari suatu proses komunikasi. Efek dari pesan yang disebarkan komunikator melalui media tertentu timbul pada komunikan sebagai sarana komunikasi, yakni meliputi efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif. Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti,

(4)

yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekat, upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan (Effendy, 2003). Tingkat pengetahuan merupakan efek kognitif dari komunikasi.

Logo adalah hal yang terpenting dalam identifikasi merek atau perusahaan. Logo adalah sebuah desain menarik yang menggunakan tipografi, ilustrasi, dan layout untuk menciptakan gambar yang untuk dan mudah diingat yang mengidentifikasi merek (Moriarty, Mitchell, dan Wells, 2011:512). Ada pendapat lain yang menyebutkan logo adalah lambang khusus sebuah perusahaan, obyek, publikasi, jasa perorangan, atau gagasan (Adam & Morioka, 2004:16). Jadi, logo dapat disimpulkan sebuah lambang khusus yang fungsinya mengidentifikasi sebuah perusahaan yang didesain menggunakan tipografi, ilustrasi, dan layout.

Logo merupakan komponen penting dari identitas perusahaan, bahkan lebih penting dari pada nama, karena sifat dasarnya yang visual, yang membuatnya dapat berkomunikasi mengenai sebuah perusahaan lebih banyak dari pada namanya, dan kemunculannya yang meningkat di berbagai jenis media. Identitas perusahaan inilah yang dapat membedakan perusahaan satu dengan lainnya, sehingga perusahaan mempunyai risiko kehilangan identitas apapun yang telah ia bangun dengan sangat cepat melalui perubahan nama dan logo yang tidak dikomunikasikan dengan tepat (Argenti, 2007).

Logo memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai identifikasi perusahaan tersebut bergerak dalam bidang apa serta apa saja yang dihasilkan, sebagai pembeda produk dan layanan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya, sebagai infomasi keaslian, nilai, dan kualitas dari sebuah produk, logo juga membuat sebuah merk lebih dikenal dan dihargai keberadaannya (Murphy, 1998, p. 8).

Menurut Ardianto, pengetahuan atau pemahaman publik terhadap organisasi akan menimbulkan reputasi positif terhadap organisasi. Pemahaman ini termasuk mengenai identitas organisasi, yang terdiri dari atribut-atribut terbatas organisasi / perusahaan seperti orang-orang perusahaan, produk dan jasa. Identitas perusahaan membantu masyarakat me-recall citra sebuah organisasi atau perusahaan (Ardianto, 2009, p. 185). Argenti menyatakan bahwa identitas perusahaan adalah manifestasi visual sebuah perusahaan yang tersampaikan dari

(5)

nama perusahaan, logo, motto, produk, jasa, bangunan, fasilitas, seragam dan seluruh bagian-bagian perusahaan yang dapat terlihat, yang dibuat oleh perusahaan dan dikomunikasikan kepada berbagai konstitusi.

Perubahan logo atau corporate identity sebagai bagian dari identitas perusahaan merupakan salah satu strategi komunikasi perusahaan dalam rangka mempertahankan eksistensinya. Identitas perusahaan ini merupakan tanggung jawab dari Public Relations. “Praktisi Public Relations memiliki sudut pandang yang luas, disertai dengan apresiasi mendalam tentang budaya perusahaan dan pemahaman akan lingkungannya, sehingga bisa menjamin hasilnya konsisten dengan realitas” (Davis, 2005, p. 13). Oleh karenanya, Public Relations harus mampu melakukan analisis dan menentukan strategi yang tepat untuk melakukan strategic change. “Prinsip dari strategic change adalah perubahan satu komponen yang berdampak pada perubahan seluruh aspek lainnya” (Kasali, 2006, p. 76).

Penelitian terhadap tingkat pengetahuan masyarakat menjadi sangat penting karena menjadi domain utama terbentuknya suatu perilaku baru, sehingga perilaku yang didasari pengetahuan, umumnya bersifat langgeng (Sunaryo, 2002, p. 25). Menurut Engel (2001), menjelaskan bahwa pengetahuan konsumen merupakan keuntungan yang mendasar yang dapat diperoleh untuk mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan konsumen yang dapat diperoleh untuk mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan konsumen. Kesenjangan pengetahuan ini merupakan tidak adanya informasi dalam ingatan konsumen.

Mengacu pada teori yang dicantumkan, pihak Orang Tua Group turut serta memperkenalkan logonya yang telah diperbaharui ke ruang publiknya yaitu masyarakat dengan mulai melakukan perubahan logo di setiap produknya dan logo yang terpampang di kantor pusat yang terletak di wilayah Cengkareng, Jakarta Barat.

Namun, hal tersebut tidak pernah di tinjau atau dievaluasi kembali oleh pihak OT sendiri, karena makna dari perubahan logo tersebut dominan hanya diperuntukkan kepada karyawannya sendiri (sebagai motivasi dan ingin menunjukkan visi misi perusahaan secara jelas). Padahal dengan mengadakan survei atau penelitian yang mengukur bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat mengenai perubahan logo Orang Tua yang lama ke yang baru, perusahaan bisa

(6)

dapat mengetahui apakah corporate identity yang baru telah dikenal oleh masyarakat atau tidak. (Yohana – HRD, komunikasi pribadi, 20 Desember 2018). Penelitian ini menjadi sangat penting, mengingat belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai pengetahuan masyarakat tentang logo OT Group versi 2018.

Subyek penelitian yang akan dilakukan adalah perusahaan bisnis Fast Moving Consumer Goods atau disebut dengan FMCG (Orang Tua Group). Orang Tua adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia. Perusahaan ini memproduksi berbagai produk-produk makanan mulai dari makanan ringan hingga makanan berat. Orang Tua memulai bisnisnya pada 1948, ketika penerimaan masyarakat terhadap minuman kesehatan tradisional semakin meluas. Saat itu penerimaan masyarakat terhadap produk ini sangat baik dan semakin meluas. Oleh karena itu, Orang Tua membangun pabriknya yang pertama di Semarang, dan kemudian dilanjutkan dengan pembangunan pabrik kedua di Jakarta. Pada tahun 1984, seiring perkembangan kebutuhan konsumen akan produk sehari-hari, OT memutuskan untuk masuk ke bisnis consumer goods dengan berinvestasi pada pembangunan berbagai fasilitas produksi serta unit usaha baru. Pasta dan sikat gigi dengan merek FORMULA menjadi produk pertama yang diproduksi. Satu tahun kemudian, OT membentuk holding company dengan nama ADA, yang merupakan singkatan dari Attention, Direction, and Action. Di bawah bendera ADA, pengembangan usaha, diversifikasi produk, dan peningkatan kapasitas produksi terus menjadi target yang berhasil dijalankan. Di tahun ini pula, OT menunjuk PT. Arta Boga Cemerlang sebagai distributor tunggal yang dipercaya untuk menangani dan menguasai jalur distribusi produk OT di seluruh Indonesia. Pada tahun 1995, ADA berganti nama menjadi ORANG TUA. Merek ORANG TUA yang kaya akan nilai historis ternyata telah mengakar pada masyarakat Indonesia sehingga hal ini menjadi satu keuntungan bagi perusahaan. Setelah berganti nama, bisnis berkembang dengan pesat. Untuk itu, di tahun 2018 ORANG TUA memutuskan untuk melakukan perubahan logo (ot.id).

(7)

Gambar 1.1 Logo Orang Tua Group (masih bernama ADA, versi 1985 - 1995) Sumber: logos.fandom.com/wiki/OT_Group

Peneliti memilih Orang Tua sebagai objek yang ingin diamati dalam kegiatan magang, karena Orang Tua sendiri merupakan perusahaan bisnis yang sudah berdiri sejak lama dan memiliki reputasi tersendiri dengan produk-produk consumer goods yang dijualnya. Komitmen Orang Tua akan inovasi dan kualitas produk, berhasil membawanya dari satu penghargaan ke penghargaan lainnya. Beberapa penghargaan bahkan berhasil dimenangkan secara rutin setiap tahun, seperti Top Brand Award yang diberikan kepada merek-merek terbaik pilihan konsumen, Indonesia Customer Satisfaction Award (ICSA) yang diberikan kepada produk dengan tingkat kepuasan konsumen tertinggi, dan penghargaan Superior Taste Award yang diberikan oleh International Taste and Quality Institute (iTQi) Belgium kepada produk dengan kualitas rasa, tekstur, dan komposisi bahan terbaik. Hal ini menjadi bahan peneliti untuk mengamati bagaimana peran employee relations pada Orang Tua dalam mempertahankan performa kerjanya sehingga dapat secara konsisten menghasilkan produk-produk yang baik dan mendapatkan penghargaan di tingkat tertinggi setiap tahunnya (Ot.id).

Peneliti memilih Orang Tua Group dengan subjek yang akan diteliti adalah masyarakat Jakarta Barat, karena Orang Tua baru saja mengubah logo dari “OT”, menjadi “ OT GO BEYOND” dengan pembaharuan warna yang lebih terang jika dibandingkan dengan logo sebelumnya. Perubahan logo yang dilakukan oleh Orang Tua Group tidaklah begitu diketahui oleh masyarakat umum, karena perubahan yang dilakukan tidak diberitakan atau dipublikasikan kepada publik melalui media, namun perubahan tersebut dipublikasikan melalui perubahan logo pada setiap produk OT yang dijual, aktivitas-aktivitas CSR dan PR kepada stakeholder-nya dan banner-banner penjualan produk khususnya di bagian wilayah Jakarta Pusat yang dimana perubahan logo tersebut dilakukan pertama kali, serta dimuat di halaman web dari OT sendiri. Pada kenyataannya, Human Resource Department dari PT.

(8)

Ultra Prima Abadi belum pernah melakukan riset untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai logo Orang Tua Group versi 2018. Walaupun perubahan logo yang baru tersebut telah dilakukan pada paruh kedua di tahun 2018, Orang Tua Group sama sekali tidak melakukan publikasi secara langsung yang diperuntukkan agar masyarakat dan publiknya menjadi aware terhadap perubahan logo yang baru tersebut. Pihak Orang Tua hanya lebih berfokus kepada menanamkan nilai-nilai dan visi misi dari logonya kepada karyawannya sendiri. (Yohana – HRD, komunikasi pribadi 20 Desember 2018)

Gambar 1.2 Logo Orang Tua Group (versi 2018) Sumber: PT. Ultra Prima Abadi

Pembaharuan logo yang dilakukan oleh Orang Tua Group di tahun 2018 diikuti dengan penambahan slogan “GO BEYOND” di dalamnya, dengan menggunakan warna khas Orang Tua, yaitu warna biru tua (yang mengalami perubahan warna menjadi lebih muda) yang berarti mengayomi dan mengasihi konsumennya sebagai salah satu produk tertua di Indonesia. Penambahan slogan tersebut merupakan inti dari perubahan logo dan ditujukan khususnya untuk publik internalnya yang disini adalah karyawan terlebih dahulu. “GO BEYOND” memiliki arti bahwa apa yang dilakukan dalam pekerjaan, haruslah memiliki target dan motivasi yang tinggi, dan diharapkan bahwa tidak hanya puas dengan menjadi yang di atas, namun harus bisa melampaui segala batasan dan memberikan yang terbaik dari pelayanan dan performa pekerjaan.

Penelitian ini berfokus kepada masyarakat Jakarta Barat di sekitar wilayah kantor pusat Orang Tua Group yang dapat melihat secara langsung perubahan logo

(9)

atau corporate identity yang terpampang di kantor pusat, serta masyarakat yang turut serta terlibat dalam kegiatan dan aktivitas PR yang diadakan oleh Orang Tua Group, karena banyak aktivitas PR yang dilakukan bersama di masyarakat di wilayah tersebut, dan logo baru dari Orang Tua mulai disebar dari aktivitas-aktivitas PR yang berhubungan dengan masyarakat, faktor lainnya adalah banyaknya produk, spanduk, dan banner yang terpampang di wilayah ini pada pertama kalinya dengan logo baru, menjadi alasan mengapa peneliti ingin meneliti masyarakat wilayah Jakarta Barat. Peneliti ingin mengetahui fenomena apa yang terjadi kepada masyarakat Jakarta yang khususnya di wilayah kantor pusat yang pertama kali melihat perubahan logo tersebut. Bagaimana tanggapan mereka mengenai perubahan tersebut, dan apa yang mereka ketahui tentang perubahan tersebut. Maka dari itulah mengapa peneliti ingin meneliti tingkat pengetahuan masyarakat mengenai logo OT yang baru, karena OT sendiri hanya merubah logo tanpa mempublikasikan perubahannya kepada publik dan media, sehingga akan ada kemungkinan perubahan logo OT meninggalkan kesan tanda tanya di masyarakat umum.

Orang Tua Group, belum pernah melakukan survei mengenai pengetahuan masyarakat tentang logo yang baru, dan apa yang sebenarnya maksud dari perubahan logo tersebut. Padahal, pengetahuan masyarakat mengenai logo yang baru merupakan salah satu hal penting yang bertujuan untuk mengetahui apakah perubahan logo ini berhasil atau kurang berhasil, dan bagaimana dampak yang akan dihasilkan dari kedua hasil tersebut. Karena penjelasan inilah, peneliti mengangkat judul Tingkat Pengetahuan Masyarakat Jakarta Mengenai Logo Versi 2018 Pada Perusahaan (Orang Tua Group). Pendekatan yang digunakan peneliti ini adalah kuantitatif dengan metode survei.

Menurut wawancara dengan beberapa karyawan dan masyarakat setempat mengenai logo yang baru, peneliti menemukan fenomena bahwa perubahan yang dilakukan kurang begitu dimengerti oleh masyarakatnya sebagai publik dan konsumennya. Hal ini dikarenakan logo yang menggunakan bahasa asing dan tidak pernah dijelaskan apa maksud dari perubahan logo tersebut, sehingga walaupun masyarakat mulai aware terhadap perubahan logo pada OT Group, masyarakat belum tentu mengerti dengan apa maksud dari logo yang baru tersebut, dan

(10)

mengapa harus ada perubahan. Beberapa hasil wawancara dengan konsumen (olahan pribadi), juga menyatakan pendapatnya bahwa tidak setuju apabila logo tersebut diubah, karena mengubah kesan OT yang elegan, menjadi memiliki kesan yang memaksakan perubahan logo tersebut. Padahal perubahan logo dengan disertai penambahan slogan “GO BEYOND” yang baru tersebut memiliki banyak arti yang bisa menjadi acuan dan motivasi untuk karyawannya dan secara tidak langsung menjelaskan misinya kepada masyarakat. Mulai dari OT akan bekerja dengan hati dan selalu mempertahankan performa pekerjaan secara konsisten dan berkembang terus sampai melampaui batas. Serta memotivasi dirinya sebagai perusahaan ternama untuk semakin menyadari bahwa generasi sekarang merupakan generasi milenial yang memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai persaingan global, sehingga penggunaan kosa kata asing yang dipublikasikan kepada masyarakat semakin memberitahukan bahwa persaingan yang dilakukan tidak hanya nasional, namun sudah bertaraf internasional dengan perusahaan-perusahaan besar lainnya.

Penelitian mengenai tingkat pengetahuan masyarakat mengenai corporate identity yang baru pernah dilakukan oleh Lucia Anastasia dari Universitas Kristen Petra pada tahun 2014 mengenai tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai corporate identity Hoka-Hoka Bento (Hokben). Penelitian ini meneliti mengenai tingkat pengetahuan obyektif dan sample yang digunakan merupakan masyarakat Surabaya. Penelitian lainnya yang pernah dilakukan adalah dari Felix Lie Supardi dari Universitas Katolik Widya Mandala pada tahun 2016 mengenai tingkat pengetahuan para pengguna XL di Surabaya mengenai logo baru XL Axiata. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan sebagai evaluasi awal untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam memperkenalkan identitas barunya kepada publik. Kognitif yang terbentuk karena corporate identity ini, nantinya akan membentuk sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi masyarakat mengenai perusahaan secara keseluruhan. Berdasarkan dari fenomena inilah, peneliti ingin meneliti bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Jakarta mengenai logo Orang Tua Group versi 2018.

(11)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Masyarakat Jakarta Barat Mengenai logo versi 2018 Orang Tua Group?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui tingkat pengetahuan Masyarakat Jakarta Barat Mengenai Logo versi 2018 pada perusahaan Orang Tua (Group).

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan referensi penelitian tambahan bagi mahasiswa lain untuk melakukan penelitian yang terkait dalam bidang ilmu komunikasi Corporate Public Relations yang meneliti tentang tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Corporate Identity perusahaan khususnya pada penelitian lanjutan di perusahaan Orang Tua (Group).

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan informasi penting bagi perusahaan dalam memperhatikan pengetahuan masyarakat terkait corporate identity yang baru.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah : Batasan Objek Penelitian :

1. Penelitian berfokus pada tingkat pengetahuan masyarakat Jakarta Barat mengenai logo Orang Tua Group versi 2018

Batasan Subjek Penelitian :

1. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat berdomisili di kota Jakarta Barat yang sudah pernah melihat logo perusahaan Orang Tua dengan logo versi 2018

(12)

2. Responden yang akan diteliti berusia 17 – 60 tahun dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut seseorang dapat dikategorikan dewasa dan memiliki kemandirian dan pengetahuan yang cukup baik dalam menerima informasi, sehingga keinginan untuk merealisasikan pesan yang ditangkap dalam tindakan nyata begitu besar (Hurlock, 1997, p. 246)

3. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret tahun 2019.

Penelitian tersebut hanya akan terbatas pada komponen-komponen tingkat pengetahuan serta hubungannya dengan corporate identity perusahaan. Sementara untuk subjek penelitian, indikator corporate identity Orang Tua Group yang akan diteliti adalah nama perusahaan dan logo perusahaan

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian berjudul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Jakarta Barat Mengenai Logo versi 2018 pada perusahaan Orang Tua Group” adalah sebagai berikut:

BAB 1. PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang peneliti melakukan penelitian, permasalahan yang dibahas, tujuan melakukan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian serta sistematika penulisan.

BAB 2. LANDASAN TEORI

Bab ini membahas mengenai teori-teori yang digunakan di dalam penelitian ini. Teori-teori yang digunakan kemudian disusun dan dirangka dalam nisbah antar konsep, kemudian membuat kerangka berpikir dari penelitian ini.

BAB 3. METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini. Bab ini berisi penjelasan definisi konseptual, definisi operasional, jenis penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik penarikan sampel, uji reliabilitas dan uji validitas.

(13)

BAB 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tinjauan tentang perusahaan Orang Tua secara umum, juga memuat pembahasan terhadap maslaah yang diangkat yakni analisis tingkat pengetahuan masyarakat Jakarta Barat mengenai logo perusahaan Orang Tua Group versi 2018, dengan menggunakan tabel tunggal, penghitungan tabel frekuensi, dan tabulasi silang (crosstab) dengan teknik statistik deskriptif.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang berisi kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisa serta saran yang peneliti ajukan untuk perusahaan Orang Tua Group.

Referensi

Dokumen terkait

D 23 April 2015 14:00 wib Yohanes Widodo - Yohanes Widodo LUKAS Nobertus Ribut Catherine Dianti 080903594 3. PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN ENDOSER IKLAN TERHADAP MINAT BELI

Konsep tentang tindak pidana perzinaan menurut hukum Islam jauh berbeda dengan sistem hukum Barat, karena dalam hukum Islam, setiap hukuman seksual yang diharamkan itulah zina,

(iv) penggunaan logo rasmi SKUM pada sijil penyertaan / penghargaan tertakluk kepada program dan aktiviti yang dijalankan oleh syarikat korporat, NGO dan badan-badan lain

Metode ini berbeda dari metode peleburan, dalam hal sumber unsur penentu tidak perlu pada air kristal asam sitrat, akan tetapi boleh juga air ditambahkan ke dalam bukan

Verifikasi hasil perhitungan dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan Excel dengan hasil perhitungan manual dengan metode yang ada pada buku teks untuk desain

“...pada umum religiusitas atau keadaan keagamaan yang ada di TPA ini sudah mengalami keningkatan, dengan melihat beberapa anak yang semangat belajar mengaji, beberapa

a) Data sekunder bahan hukum primer, yaitu bahan yang sifatnya mengikat masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan perundang-undangan yang berkitan dengan

Sama seperti pada unit analisis sebelumnya, Kompas.com mendapatkan indeks skor yang terendah bila dibandingkan dengan dua media online lainnya.. Berdasarkan