• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Tanya

Jawab

Seputar

Penelitian

Pendidikan

Sains

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mahasiswa tingkat akhir yang sering muncul dalam penelitian pendidikan sains Yanti Herlanti

(2)

Sains

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mahasiswa tingkat akhir yang sering muncul dalam penelitian pendidikan sains

Penulis

Yanti Herlanti

ISBN 978-602-17290-3-8

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Syarif Hidayatulah

Jakarta 2014

(3)

iii

Alhamdulillahirobilalamin, dengan bantuan dan kemudahan yang diberikan Alloh SWT, buku kecil ini selesai direvisi. Buku ini diterbitkan secara intern sejak tahun 2006, kemudian direvisi tahun 2008, dan pada tahun 2014 ini akan mulai diterbitkan secara luas, mengingat permintaan cetak ulang secara nasional cukup banyak.

Buku ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sering menjadi permasalahan dalam penelitian pendidikan khususnya sains, ada 40 pertanyaan yang terkumpul dalam buku ini. Buku ini disajikan dengan membahas penelitian pendidikan sains dari sisi ontologi, epistimologi, maupun aksiologinya. Pada bab awal dikemukan kajian ontologi dan epistimologi dari pendidikan sains dan penelitian pendidikan sains. Bab kedua merupakan bab yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang sering menjadi pertanyaan para mahasiswa. Bab tiga berkaitan dengan analisis data yang terkait dengan berbagai uji-uji statistik yang biasanya digunakan dalam penelitian pendidikan. Bab empat berisi tips dan lebih dari 60 contoh judul penelitian pendidikan sains, yang diharapkan menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang membutuhkan judul penelitian.

Pada edisi revisi ini, penulis menambahkan beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan mahasiswa dan juga guru, dalam hal penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian campuran, dan penelitian pengembangan serta penelitian R&D. Akhir kata, mudah-mudahan karya kecil ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir dan bagi kemajuan pendidikan sains.

Bogor, 10 November 2014 Penulis,

(4)

No Isi Halaman

1. Pengantar iii

2. Daftar Isi iv

Bab I. Penelitian Pendidikan Sains

3. #1. Apa bedanya penelitian sains dan penelitian

pendidikan sains 1

4. #2. Hal apa saja yang bisa diteliti dalam

pendidikan sains? 4

5. Bab II. Metodologi Penelitian

6. #3. Apa perbedaan penelitian kualitatif dan

kuantitatif? 9

7. #4. Apa maksud penelitian mix method (metode

penelitian kombinasi)? 10

8. #5. Apa itu penelitian dan pengembangan (R&D) dan penelitian pengembangan (developmental research)?

14

9. #6. Apa saja jenis-jenis penelitian pendidikan? 17 10. #7. Bagaimana cara menentukan jenis penelitian

yang akan kita pilih? 21

11. #8. Apa yang dimaksud dengan penelitian tindak

kelas (PTK)? 22

12. #9. Apa bedanya PTK dan non PTK 24

(5)

v

PTK?Karena sering sekali guru merasa tidak punya masalah.

15. #12. Apakah PTK masilh memerlukan hipotesis

penelitian 30

16. #13. Bagaimana perumusan masalah dalam PTK 32 17. #14. Apakah desain penelitian harus selalu

dicantumkan dalam proposal atau laporan penelitian?

33

18. #15. Jika kita mengambil dua kelas dari 10 kelas dua yang ada di sebuah SMP, maka nama teknik pengambilan sampelnya apa?

35

19. #16. Berapa jumlah sampel yang harus diambil

untuk mendapatkan data yang representatif? 36 20. #17. Apa guna instrumen dalam penelitian? 37 21. #18. Jika kita ingin melihat hasil belajar siswa,

instrumen apa yang tepat? 38

22. #19. Apakah nilai rapor merupakan instrumen

penelitian? 47

23. #20. Apakah instrumen harus senantiasa diuji

validitas dan reliabilitasnya? 47

24. #21. Saya ingin melakukan penelitian terhadap seorang guru yang menjadi favorit siswa dalam mengajarkan sains, instrumen apa saja yang harus disiapkan?

56

25. #22. Instrumen apa yang dapat digunakan untuk

(6)

dalam pendidikan sains?

Bab III. Analisis Data

27. #24. Dalam analisis data sering disebutkan variabel bebas dan variabel terikat. Apa maksudnya?

69

28. #25. Bagaimana cara menentukan uji statistik

yang tepat? 70

29. #26. Apa bedanya antara uji beda T, Wilcoxon,

dan U Mann Whitney? 72

30. #27. Apa itu normal gain? 76

31. #28. Kapan normal gain digunakan? 76 32. #29. Jika kita mendapati data penelitian, hasil

pre tes antara kelompok kontrol dan eksperimen berdasarkan uji t atau non parametrik berbeda signifikan, apa yang harus saya lakukan?

77

33. #30. Jika kita ingin melihat ada atau tidak perbedaan rata-rata dari 3 kelompok uji apa yang digunakan?Contohnya kita ingin

mengetahui adakah perbedaan sikap siswa MI, MTS, dan MA terhadap Sains?

78

34. #31. Apa bedanya uji Momen Pearson dengan

Spearman? 79

35. #32. Untuk mengukur apakah uji regresi? 79 36. #33. Uji statistika apa yang cocok untuk PTK? 80 37. #34. Pada PTK biasanya digunakan minimal 2

(7)

vii

berbeda topik. Bisakan uji paired sample T test digunakan pada data post test di siklus I dan II, walaupun berbeda topik?

Bab IV. Tema Penelitian Pendidikan Sains

39. #36. Saya kesulitan mencari judul penelitian, apa

yang harus saya lakukan? 83

40. #37. Darimana saya bisa mendapatkan trend

penelitian sains secara nasional dan internasional? 89 41. #38. Penelitian apa yang masih jarang dilakukan

di Indonesia? 90

42. #39. Dimana kita bisa melihat apa yang sedang

trend dalam pendidikan sains? 91

43. #40. Hal apa yang penting untuk diteliti dalam

pendidikan sains? 92

(8)

BAB I

PENELITIAN PENDIDIKAN SAINS

# 1. Apa bedanya penelitian sains dan penelitian

pendidikan sains?

Untuk menjawab ini semua, maka terlebih dahulu kita memahami arti sains dan pendidikan. Sains diartikan sebagai semua pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan siklus induksi, deduksi, verifikasi, dan pencarian terus menerus untuk memperbaiki teori yang pada dasarnya dikemukan secara tentatif (Kemeny [Poedjiadi, 1999:25). Jadi sains merupakan hasil observasi/penelitian yang terkoordinasi, terstruktur dan sistematis terhadap peristiwa alam yang dilakukan oleh seorang saintis (ilmuwan). Hasil penelitian para ilmuwan biasanya dikomunikasikan dan didiskusikan di antara para ilmuwan yang menekuni bidang yang sama. Ekplanasi para ilmuwan ini disebut eksplanasi ilmiah.

Pendidikan adalah ilmu terapan yang melibatkan psikologi, pedagogi, dan sosiologi. Istilah pedagogue muncul pada zaman Yunani dan Romawi kuno, istilah ini diberikan pada seorang wanita yang bertugas mengasuh dan mendidik anak. Istilah ini kemudian diperluas untuk seseorang yang memiliki keahlian mengajar. Pedagogi sejak abad ke 19 diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar. (Poedjiadi, 1999:28-29).

Pendidikan sains adalah upaya para pendidik menggunakan hasil penelitian ilmiah dari para ilmuwan, untuk disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta didik. Sains yang dipelajari di sekolah ini diistilahkan dengan sains sekolah (school science). Sains sekolah harus mempunyai kedalaman yang berbeda antara jenjang masing-masing

(9)

sekolah, dan diolah secara pedagogik oleh guru. Sehingga sains sekolah merupakan hasil ekplanasi pedagogik. Pemetaan hubungan antara ekplanasi pedagogik dan ekplanasi ilmiah ilmuwan dijelaskan oleh Siregar (1999:20) pada Gambar 1.1.

Pada Gambar 1.1 tampak bahwa ilmuwan dengan ekplanasi ilmiahnya mengkomunikasikan hasil temuannya pada rekan sejawat sesama ilmuwan, kemudia ia pun membuat sebuah subject matter (bisa berupa buku atau publikasi ilmiah dalam bentuk jurnal, makalah, dll). Subject matter inilah yang akan diajarkan kepada siswa di sekolah, agar subject matter ini mudah dipahami oleh siswa (accessible) dan mudah diajarkan oleh guru (teacheable), subject matter dengan ekplanasi ilmiah harus ditranfer terlebih dahulu menjadi ekplanasi pedagogi. Ekplanasi pedagogi menggabungkan ilmu pedagogi dan ilmu psikologi, sehingga subject matter sesuai dengan tingkat keterampilan berpikir siswa. Prasyarat utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah ”ekplanasi pedagogi tidak bertentangan dengan ekplanasi ilmiah”. Jadi seorang guru harus menguasai materi yang diajarkan dengan baik melalui penyerapan terhadap materi yang dikemukakan oleh ilmuwan.

(10)

Gambar 1.1. Hubungan antara ekplanasi ilmiah dan ekplanasi pedagogi

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan sains adalah upaya mengajarkan/ membelajarkan sains di sekolah. Pendidikan sains ini secara epistimologi berada dalam wilayah pendidikan. Ilmu pendidikan berada dalam lingkup ilmu sosial, sehingga penelitian pendidikan termasuk pendidikan IPA berada dalam lingkup penelitian sosial bukan penelitian sains. Perbedaan penelitian sains dan sosial terlihat pada Tabel 1.1.

Ilmuwan Eksplanasi ilmiah Rekan sejawat komunikasi Subject matter representasi Eksplanasi Pedagogi Khalayak Pedadogikal TEACHABLE Psikologikal ACCESSIBLE

(11)

Tabel 1.1. Perbedaan penelitian sains dan sosial

No Hal Penelitian sains Penelitian sosial

1. Paradigma yang digunakan Paradigma positivistik. Paradigma ini memandang bahwa kebenaran diperoleh setelah hipotesis diverifikasi melalui eksperimen Paradigma naturalistik. Paradigma ini memandang bahwa kebenaran diperoleh melalui observasi atau penelitian terhadap fenomena di lapangan (studi lapangan) 2. Objek yang diteliti

Fenomena alam yang dipandang sebagai fragmen-fragmen yang dapat diisolasi dari lingkungannya. Yang diteliti disebut objek penelitian dan tidak ada saling ketergantungan

Persoalan manusia di masyarakat (termasuk komunitas pembelajaran di sekolah) yang bersifat mutltikausal dan kompleks. Yang diteliti disebut subyek penelitian bukan obyek penelitian. 3. Metode

penelitian Kuantitatif dengan eksperimen di laboratorium

Kuantitatif tidak selalu harus eksperimen atau kualitatif

# 2. Hal apa saja yang bisa diteliti dalam pendidikan sains?

Untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita harus memahami dulu komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar (PBM) secara umum. Menurut Siregar (1999:17), PBM senantiasa melibatkan tiga komponen, yaitu materi subyek/bahan ajar, pembelajar/siswa, dan pengajar/guru. Hubungan antara ketiga komponen tersebut digambarkan pada Gambar 1.2.

(12)

Penelitian pendidikan secara umum dapat meneliti komponen pengajar seperti minat, kesiapan mengajar, motivasi mengajar, dan faktor intern pangajar (misalnya: IQ, EQ, SQ) maupun ekstern pengajar (misalnya: keaktifan dalam mengikuti training kependidikan, Musyawarah Guru Mata Pelajaran /Kelompok Kerja Madrasah, dll). Komponen pembelajar misalnya minat, kesiapan belajar, motivasi belajar, dan faktor intern pembelajar (misalnya: IQ, EQ, SQ, dll) maupun ekstern pembelajar (misalnya: musik, les privat, peer group, dll). Komponen materi subyek misalnya jenis-jenis materi subyek (buku teks, LKS, VCD/DVD, komputer interaktif, Chart atau gambar, dll). Hal lain yang dapat diteliti adalah hubungan antar komponen dalam PBM. Hubungan antara pengajar dan pembelajar, yang diejawantahkan dalam model-model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran. Hubungan antara materi subyek dengan pengajar atau materi subyek dengan pembelajar dapat diteliti dari segi keterbacaan materi subyek tersebut.

Ada keistimewaan dalam penelitian pendidikan sains, keistimewaan ini dikarenakan pendidikan sains merupakan suatu ekplanasi pedagogi yang diberikan pengajar/penulis buku pelajaran kepada pembelajar berdasarkan kepada

Pembelajar Pengajar

Materi subyek

Gambar 1.2. Tiga Komponen dalam Proses Belajar Mengajar

(13)

ekplanasi ilmiah para ilmuwan. Persoalan dalam pendidikan sains dan juga tugas dari guru/pembuat buku sains adalah bagaimana ekplanasi ilmiah para ilmuwan dapat dipahami dengan mudah oleh para siswa. Inilah yang acapkali jadi masalah, “konsep-konsep yang dikemukan ilmuwan terlalu abstrak sehingga siswa pun sulit memahaminya”.

Jika penelitian di bidang pendidikan sains mementingkan unsur kebermanfaatannya bagi guru-guru sains, maka sebaiknya penelitian dalam pendidikan sains dimulai dari pertanyaan, “konsep apa yang dianggap sukar oleh guru dalam mengajarkannya dan oleh siswa dalam memahaminya?”. Selanjutnya menentukan komponen apa yang akan diteliti, “apakah materi subyek, pembelajar, pengajarnya atau hubungan antar kompnen tersebut?”.

Jika penelitian pendidikan sains mementingkan rasa ingin tahu, maka penelitian pendidikan sains dimulai dengan sebuah pertanyaan, “Konsep sains mana yang sering terjadi miskonsepsi?” atau “Metode pembelajaran sains apa yang sering digunakan guru? Mengapa guru lebih memilih metode tersebut”.

Jika penelitian pendidikan sains mementingkan pemecahan masalah, maka penelitian dimulai dengan sebuah pertanyaan, “Bagaimana mengatasi peserta didik yang kurang partisipasi dalam pembelajaran sains?”. Penelitian untuk pemecahan masalah sebaiknya melakukan observasi terlebih dahulu.

Tabel 1.2. memperlihatkan sebuah contoh penelitian yang dikembangkan berdasarkan kesulitan guru mengajarkan materi genetika. Kesulitan ini kemudian didekati dengan penelitian yang berorientasi pada manfaat, rasa ingin tahu, dan pemecahan masalah.

(14)

Tabel 1.2. Contoh penelitian berdasarkan kesulitan guru mengajarkan materi genetika

Komponen

yang diteliti Orientasi penelitian Contoh judul penelitian Materi Subyek Kebermanfaatan Pengaruh penggunaan

multimedia interaktif terhadap hasil belajar siswa pada topik Hereditas di SMP X

Pemecahan

masalah Penggunaan buku komik Genetika untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA

Rasa ingin tahu Analisis wacana terhadap buku komik Genetika karya Gonick dan Wheelis Pembelajar Kebermanfaatan Hubungan antara partisipasi

belajar siswa dengan hasil belajar siswa pada topik Genetika

Pemecahan

masalah Penggunaan tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA Rasa ingin tahu Analisis miskonsepsi siswa

(15)
(16)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

# 3. Apa perbedaan penelitian kualitatif dan

kuantitatif?

Perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif bisa dilihat dari Tabel 2.1 (Gall et al, 2003:278-513 & Sudjana & Ibrahim, 1989:195)).

Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Aspek Penelitian kuantitatif Penelitian kualitatif Tujuan Untuk menguji hipotesa

dari data-data yang dikumpulkan sesuai teori atau konsep sebelumnya (verifikasi)

Untuk menghasilkan grounded theory, yaitu teori yang timbul dari data bukan dari hipotesa Sifat Hypothesis testing Generating theory Analisis isi Menggunakan ukuran

frekuensi simbol atau atribut atau bilangan numerik, dan

menggunakan statistik untuk menganalisis data.

Berkaitan dengan ada atau tidak adanya atribut, dan

menggunakan induksi analitik untuk

menganalisis data Jenis

penelitian Ekperimen dan non ekperimen (deskriptif, kausal komperatif, korelasional)

Studi kasus, Etnografik, fenomologis, penelitian sejarah

Harus dicatat bahwa metode kualitatif tidak anti verifikasi dan tidak bertentangan dengan metode kuantitatif, tetapi penelitian kualitatif lebih memilih menggunakan data

(17)

sebagai sumber teori dari pada hanya untuk menguji kebenaran teori terdahulu.

# 4. Apa maksud penelitian mix method (metode penelitian kombinasi)?

Creswell & Clark (2007:5) menyatakan tentang makna metode penelitian kombinasi adalah sebuah desain penelitian yang melibatkan asumsi filosofi yang menentukan teknik pengumpulan dan analisis data melalui proses campuran kualitatif dan kuantitatif. Jadi penelitian kombinasi melibatkan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan. Berdasarkan asumsi filosofi, ada empat elemen filosofi yang menjadi pandangan dalam dunia pendidikan. Empat elemen tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Empat Asumsi Filosifi dalam Penelitian yang Menentukan Jenis Metode Penelitian

Post positivisme Konstruktivisme

• Metode sainstifik atau empiris bersifat kuantitatif.

• Determinasi kausatif /sebab akibat

• Observasi dan eksperimen • Verifikasi teori

• Interpretivisme yang bersifat kualitatif. • Pemahaman

• Konstruksi sosial dan historis.

• Penciptaan teori

Partisipatoris Pragmatisme

• Bersifat politis (penelitian harus dihubungan pada agenda politik)

• Berorientasi pada isu pemberdayaan • Kolaboratif

• Berorientasi pada perubahan

• Efek-efek tindakan • Berpusat pada masalah • Bersifat pluralistik

• Berorientasi pada praktek dunia nyata.

(18)

menyambung

Empat asumsi filosofi itu melahirkan tiga strategi penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi. Tabel 2.3 memperlihatkan perbedaan antara kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi.

Tabel 2.3 Strategi Penelitian Kuantitatif

(Kuan) Kualitatif (Kual) Kombinasi Kuan-Kual • Rancangan ekperimen • Rancangan survei • Penelitian naratif • Fenomology • Etnografi • Grunded Theory • Studi Kasus • Sekuensial/ber-tahap • Konkruen/satu waktu • Transformatif Sumber: Creswell (2010: 18)

Jadi dalam penelitian kombinasi (mixed method) didalamnya mengandung metode kuantitatif (kuan) dan kualitatif (kual). Hanya saja pada prakteknya pengunaan kuan dan kual berbeda ada yang secara bertahap, ada yang satu waktu, dan ada yang bersifat transformatif.

Penelitian kombinasi dilakukan secara bertahap (sekuensial) yaitu kuan dilanjutkan dengan kual. Sugiono (2012:38) menggambarkan metode kombinasi sekuensial seperti gambar 2.1.

Kuantitatif Kualitatif Kesimpulan

KUAN KUAN kual kual Interpretasi

dari seluruh data

Pengumpulan

data Analisis data Pengumpulan data Analisis data

Gambar 2.1 Model Bertahap pada Penelitian Kombinasi

(19)

Pada Gambar 2.1 terlihat bahwa penelitian berawal dari pengumpulan dan analisis data secara kuantitatif (terlihat penggunaan huruf kapital pada kuantitatif [KUAN]) dilanjutkan dengan metode kualitatif (terlihat dari penggunaan huruf lite pada kualitatif [kuan]). Perbedaan penggunaan huruf kapital dan bukan juga menunjukkan, bahwa data pada penelitian kualitatif bersifat mendukung, dan data primernya berupa penelitian kuantitatif. Metode ini dilakukan jika peneliti tidak puas dengan hasil penelitian kuantitatif, sehingga perlu diperdalam dengan metode kualitatif. Jadi kuantitatif dan kualitatif bersifat menyambung tidak sendiri-sendiri. Misalkan seorang peneliti ingin mengetahui “Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogi guru terhadap pengajaran Biologi?” Pada awalnya peneliti menguji kompetensi pedagogi guru dengan memberikan tes, kemudian mengumpulkan rencana pembelajaran, dan mengobservasi pengajaran guru di kelas. Hasil tes bersifat kuantitatif. Penilaian terhadap rencana pembelajaran dan implementasi pengajaran di kelas dapat dinilai secara kuantitatif melalui pembuatan rubrik dan dianalisis secara kuantitatif, tetapi dapat pula dokumen dan observasi pengajaran guru dianalisis datanya secara kualitatif dengan analisis dokumen dan analisis wacana tindakan pedagogi guru selama mengajar. Data kuantitatif dihubungkan dengan data kualitatitif untuk memperoleh kesimpulan “Ada atau tidak pengaruh kompetensi pedagogi terhadap pengajaran para guru biologi”.

Penelitian kombinasi dilakukan dalam satu waktu (konkruen) yaitu kuantitatif dan kualitatif dilakukan secara bersamaan dan berimbang. Metode kombinasi konkruen yang banyak digunakan adalah model desain konkruen triangulasi. Gambar model konkruen triangulasi digambarkan oleh Sugiono (2012:41) seperti pada Gambar 2.2. Pada gambar

(20)

Data yang dihasilkan dibandingkan

terlihat bawa antara kuantitatif dan kualitatif perannya sama (huruf kapital digunakan baik pada kuantitatif maupun kualitatif).

KUAN + KUAL

KUAN

Pengumpulan data KUAL Pengumpulan data KUAN

Analisis data KUAL Analisis data

Gambar 2.2 Metode Penelitian Kombinasi Model Konkruen

Penelitian yang sama yaitu “Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogi guru terhadap pengajaran Biologi?” dapat dilakukan dengan menggunakan penelitian kombinasi model konkruen. Pertama peneliti menggumpulkan data secara kuantitatif bersumber dari hasil tes, penilaian rencana pembelajaran, dan penilaian pengajaran guru di kelas. Pada saat yang bersamaan peneliti juga mengumpulkan data secara kualitatif dengan mewawancarai kepala sekolah, rekan sejawat, dan peserta didik terkait kompetensi pedagogi guru yang menjadi subyek penelitian. Kedua data yang telah dikumpulkan dianalisis secara masing-masing. Untuk data kuantitatif akan dihasilkan skor hasil tes, skor rencana pembelajaran, dan skor implementasi pengajaran guru di kelas. Untuk data kualitatif akan dihasilkan data yang bersifat paparan atau deskripsi. Kedua data tersebut kemudian dibandingkan dan dihasilkanlah sebuah kesimpulan.

(21)

Penelitian kombinasi transformatif menurut Creswel (2010:23 & 101) adalah penelitian yang menggunakan presfektif teori tertentu. Misalnya teori Martens (2003) digunakan sebagai teori yang digunakan untuk riset-riset pada isu feminis, ethnis/ras, dan disabilitas. Contoh penelitiannya adalah sebagai berikut.

Hopson dkk meneliti isu yang sering muncul pada masyarakat urban yang didominasi masyarakat AfroAmerican yang terjangkit HIV AIDS. Teori transformatif-emansipatoris digunakan untuk meneliti bahasa para paritisipan yang terjangkit penyakit HIV AIDS. Pertama-tama mereka melakukan wawancara terbuka pada 75 orang untuk mengidentifikasi tema bahasa. Mereka juga mewawancarai 40 orang untuk mengidentifikasi demografi, rutinitas harian, pengunaan obat-obatanm pengetahuan HIV AIDS, narkoba, dan prilaku sosio-seksual. Data kualitatif ini digunakan untuk membuat instrumen yang akan menjaring data yang bersifat kuantitatif.

# 5. Apa itu penelitian dan pengembangan (R&D) dan penelitian pengembangan (developmental research)?

Ada dua macam yaitu Penelitian pengembangan saja (developmental research) dan penelitian & pengembangan (R&D). Makna kedua penelitian itu berbeda. Penelitian pengembangan hanya mengembangkan saja, sedangkan penelitian R&D mengandung riset. Dalam penelitian R&D setiap pengembangan yang dilakukan haruslah didasarkan pada riset.

Penelitian R&D banyak digunakan sebagai metode pada penelitian hibah bersaing atau disertasi dibeberapa perguruan tinggi. Sugiono (2011:407) menjelaskan penelitian dan

(22)

pengembangan (R&D) adalah penelitian untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Langkah dalam penelitian R& D digambarkan pada Gambar 2.3.

Potensi dan

masalah Pengumpulan data Desain produk Validasi desain Uji coba

pemakaian Revisi produk Uji coba produk Revisi desain

Revisi produk Produk

Masal

Gambar 2.3 Langkah Penelitian dan Pengemabangan

Penelitian yang bersifat R&D harus dipastikan bahwa dalam setiap perpindahan langkah didasarkan pada riset tertentu. Misalnya untuk tahapan potensi masalah, metode penelitian apa yang dilakukan di tahapan ini? Lalu bagaimana langkah penelitiannya dan bagaimana hasilnya. Setiap perpindahan dari satu langkah ke langkah lainnya haruslah didasarkan pada penelitian bukan semata-mata karena pemikiran saja. Penelitian (riset) tidak sekedar ada pada saat uji coba produk yang biasanya melibatkan desain penelitian eksperimen.

Gall et al. (2003:570) menawarkan model R&D Walter Dick & Lou Carey untuk penelitian dan pengembangan dibidang pendidikan. Model ini terdiri dari sepuluh langkah yaitu menilai kebutuhan untuk indentifikasi tujuan, menyusun analisis pengajaran, menganalisis konteks dan pembelajar, menulis tujuan kinerja, mengembangan instrumen

(23)

penilian, mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih materi pengajaran, mendesain dan menyusun evaluasi formatif, memperbaiki pengajaran, dan mendesain penyusunan evaluasi sumatif.

Penelitian dan pengembangan (R&D) bersifat longitudinal (panjang dan berkelanjutan). Oleh sebab itu, penelitian seperti ini tidak disarankan dilakukan pada jenjang pendidikan Strata I (S1) dan II (S2), bahkan untuk stata III (S3) pun terutama untuk yang mengambil jalur kuliah (by course) perlu dipertimbangkan masalah waktu, karena kesempatan meneliti di pendidikan S3 by course hanya 1-2 tahun saja.

Penelitian pengembangan saja (developmental research) biasanya digunakan sebagai alternatif untuk memangkas R&D yang terlalu lama. Biasanya penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa stata III (S3). Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan suatu produk dan bukan untuk menguji teori. Gravenmeijer & Cobb (2006:25) mengungkapkan penelitian pengembangan diartikan sebagai sebuah kumulatif proses siklus seperti pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Penelitian Pengembangan sebagai Sebuah Kumulatif Proses Siklus

norms, and the revision of those specific aspects of the design. The design experiment therefore consists of cyclic processes of thought experiments and instruction experiments (Freudenthal 1991; Figure 3.1).

We may associate these microcycles of design and analysis with Simon’s (1995) “mathematical teaching cycle.” According to this idea, a mathe-matics teacher will first try to anticipate what the mental activities of the students will be when they participate in some envisioned instructional activ-ities. Then the teacher will try to find out to what extent the actual thinking processes of the students correspond with the hypothesized ones during the enactment of those activities to finally reconsider potential or revised follow-up activities. To characterize the teacher’s thinking, Simon coined the term, “hypothetical learning trajectory,” which he described as “The consider-ation of the learning goal, the learning activities, and the thinking and learning in which the students might engage” (Simon 1995: 133). The math-ematical teaching cycle, then, may be described as conjecturing, enacting, and revising hypothetical learning trajectories.

We may compare the microcycles of design and analysis with the concept of an empirical cycle of hypotheses testing. A fundamental difference, how-ever, is that the evaluation of the former concerns inferences about the mental activities of the students, not merely observable behavior of the students, since the goal for the design researcher is not just to find out whether the participation of the students in those particular activities results in certain anticipated behaviors, but to understand the relation between the students’ participation and the conjectured mental activities.

To give an example of other such conjectures we may return to our example of statistics.

Earlier we stated that one of our initial goals was that the students would actually be analyzing data, not just numbers without context. With that in mind, we instituted a process that we called “talking through the

Design research from a learning design perspective 25

(24)

Berdasarkan Gambar 2.4 kita mengetahui bahwa peneltian pengembangan terdiri dari pengembangan produk (memikirkan dan melaksanakan) dan memvalidasi produk (proses siklik) sehingga dihasilkan sebuah produk yang dapat digunakan dalam dunia pendidikan baik berupa modul, media, instrument, ataupun sistem pengolahan dalam pembelajaran.

# 6. Apa saja jenis-jenis penelitian pendidikan?

Menurut Best (1977:14-15), jenis penelitian dalam pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu penelitian sejarah, penelitian deskriptif, dan penelitian ekperimental. Sudjana & Ibrahim (1989:18) menyatakan ada empat jenis penelitian pendidikan, yaitu penelitian historis, penelitian eksploratif atau penjajagan, penelitian deskriptif, penelitian ex post facto, dan penelitian eksperimen. Penelitian deskriptif meliputi studi kasus, studi pembangunan, studi tindak lanjut, studi kecenderungan, survey pendidikan, dan studi korelasi. Gall et al (2003:278-540) menyatakan jenis penelitian untuk pendidikan dibagi menjadi tiga. Pertama penelitian kuantitatif, yang terdiri dari penelitian eksperimen dan non eksperimen. Penelitian non eksperimen terdiri dari penelitian deskriptif, kausal komperatif dan korelasional. Kedua adalah penelitian kualitatif yang terdiri dari studi kasus, penelitian etnografi, fenomologi, dan sejarah. Ketiga adalah penelitian terapan yang terdiri dari penelitian evaluasi dan penelitian tindakan.

Penelitian historikal menggambarkan “what was?” atau apa yang telah terjadi?. Penelitian historikal bertujuan untuk mempelajari dan menggali fakta-fakta dan menyusun kesimpulan mengenai perisitiwa-peristiwa masa lampau. Proses penelitian ini melibatkan penyelidikan, pencatatan,

(25)

analisis, dan interpretasi bukti-bukti masa lalu untuk menemukan generalisasi. Generalisasi dari temuan masa lampau tersebut dijadikan bahan untuk memahami masa kini dan melakukan antisipasi pada masa mendatang. Penelitian ini biasanya digunakan dalam penelitian sejarah dan purbakala. Dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan untuk meneliti perkembangan sistem pendidikan, kurikulum, dan penilaian dari masa ke masa.

Penelitian deskriptif menggambarkan, “what is” apa yang sedang terjadi. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian ini melibatkan deskripsi, pencatatan, analisis, dan interpretasi yang terjadi pada saat ini. Karena memotret kejadian yang terjadi pada saat penelitian ini berlaku, maka di waktu yang akan datang penelitian ini belum tentu berlaku. Penelitian deskriptif tidak selalu menuntut adanya hipotesa, demikian pula manipulasi variabel tidak diperlukan, sebab gejala dan peristiwa telah ada, tinggal dideskripsikan. Dalam penelitian pendidikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini layak untuk dijawab melalui penelitian deskripsi. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya prestasi siswa? Strategi belajar apa saja yang digunakan oleh guru sains di kelas? Bagaimana respon guru terhadap penerapan kurikulum 2004?

Penelitian eksperimen menggambarkan, “what will be” atau apa yang akan dilakukan. Pada penelitian eksperimen variabel-variabel tertentu dimanipulasi atau diberi perlakuan. Dalam peneltian pendidikan, ekperimen bisa dilakukan untuk menguji coba suatu model, strategi, atau metode pembelajaran atau suatu media pembelajaran atau keefektifan suatu alat evaluasi pendidikan.

(26)

Penelitian ex post facto dilakukan apabila perlakuan atau manipulasi variabel tertentu telah terjadi sebelumnya, sehingga tidak perlu diberikan perlakuan lagi. Pada penelitian pendidikan variabel bebas seperti sosial ekonomi, intelegensia, sikap, motivasi, lingkungan keluarga, dan lain-lain merupakan ciri atau karakteristik yang telah ada dalam diri subyek, pada variabel ini tidak mungkin diberi perlakuan. Jika peneliti ingin melakukan penelitian “pengaruh sikap belajar terhadap prestasi belajar” maka peneliti tinggal mengukur efek variabel bebas tersebut (sikap belajar) pada variabel terikatnya (prestasi belajar). Penelitian ex post facto dapat mengkaji hubungan dua variabel bebas atau lebih dalam waktu yang bersamaan untuk menentukan efek variabel bebas tersebut pada variabel terikat. Penelitian eksplorasi berkaitan dengan upaya untuk menentukan apakah suatu fenomena ada atau tidak. Penelitian yang mempunyai tujuan seperti ini dipakai

untuk menjawab bentuk pertanyaan “Apakah X ada/terjadi?”. Contoh penelitian sederhana dalam pendidikan adalah Apakah laki-laki atau wanita mempunyai kcenderungan duduk di bagian depan kelas atau tidak? Bila salah satu pihak atau keduanya mempunyai kecenderungan itu, maka kita mendapati suatu fenomena (yang mendorong penelitian lebih lanjut). Penelitian eksplorasi dapat juga sangat kompleks. Umumnya, peneliti memilih tujuan eksplorasi karena beberapa hal, misalnya.

a. Memuaskan keingintahuan awal dan nantinya ingin lebih memahami

b. Menguji kelayakan dalam melakukan penelitian/ studi yang lebih mendalam

c. Mengembangkan metode yang akan dipakai dalam penelitian yang lebih mendalam.

(27)

Penelitian terapan atau application research dilakukan untuk menggambarkan atau memprediksi atau menguji pengaruh dari sebuah intervensi. Tujuan dari penelitian terapan adalah untuk mengembangkan teori yang berkaitan dengan penomena pendidikan. Penelitian evaluasi (evaluation research) dan penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian terapan. Evaluation research sangat penting bagi pembuat kebijaksanaan, manajer program, dan pengembang kurikulum. Action research sangat bermanfaat bagi perbaikan praktek pengajaran yang dilakukan guru.

Studi kasus atau case study. Yin (1984:23) menyebutkan a case study is an empirical inquiry that investigates a contemporary phenomenom within its real life context; when the boundaries between phenomenom and context are not clearly evident; and in which multiple sources of evidence are used. Fenomena menurut (Gall, 2003:436) dapat berupa kejadian, proses, personal, atau hal-hal lainnya yang menarik bagi si peneliti. Contoh fenomena yang ada dalam penelitian pendidikan adalah program, kurikulum, peranan guru dan murid, dan kejadian-kejadian yang terjadi di sekolah atau kelas. Adapun perbedaan studi kasus dengan penelitian lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Perbedaan Penelitian Studi Kasus dengan Penelitian Eksperimen dan Sejarah Jenis

penelitian Bentuk pertanyaan penelitian Kebutuhan adakan kelompok kontrol Fokus pada kejadian-kejadian konterporer

Eksperimen How, why Ya Ya

Sejarah How, why Tidak Tidak

(28)

# 7. Bagaimana cara menentukan jenis penelitian yang akan kita pilih?

Penentuan jenis penelitian sangat tergantung pada masalah atau yang menjadi pertanyaan penelitian kita. Gambar 2.5 mudah-mudahan dapat membantu dalam memilih jenis penelitian yang akan kita lakukan.

Gambar 2.5. Bagan Alir Pilihan Jenis Penelitian Contoh pilihan jenis penelitian yang berkaitan dengan masalah atau pertanyaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.5. Berkaitan dengan hubungan dua variabel Apakah salah satu variabel di manipulasi? Studi Korelasional Apakah mengukur frekuensi atau nilai rerata suatu variabel

Studi Sampel Apakah kejadian diamati sebagai apa adanya? Ekperimen Studi kasus Kualitatif: etnografi, fenomologi, histori YA YA YA YA NO NO NO NO

(29)

Tabel 2.5. Contoh Aplikasi Pemilihan Jenis Penelitian pada Pendidikan Sains No Masalah atau pertanyaan

penelitian Jenis penelitian

1. Mengamati cara guru sains senior

mengajarkan sains Kualitatif (fenomologi) 2. Mengapa nilai sains siswa rendah? Studi kasus 3. Berapa persen siswa yang

mengalami kesulitan memahami materi sains?

Studi sampel

4. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan nalar siswa dengan prestasi belajar siswa dalam sains?

Studi korelasional 5. Apakah hasil belajar siswa akan

meningkat jika menggunakan metode contextual learning (CTL)?

Ekperimen

# 8. Apa yang dimaksud dengan penelitian tindak kelas (PTK)?

Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) merupakan penelitian tindakan (action research), yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas. Beberapa istilah lain yang digunakan untuk penelitian action research dalam pendidikan adalah classroom research, practitioner research, teacher reasearch, insider research, dan selfstudy research. PTK biasanya dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempat ia mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktek pembelajaran. Makna PTK menurut Bruce Kochis Classroom research is more than

(30)

just teaching techniques and tricks, though; its basic idea might be best described as “the systematic investigation of the effects of our teaching on student learning for the purpose of improving instruction.” It consists of two aspects: a repertoire of techniques for getting information from students about their learning and an effort to organize that information into a larger picture of practical learning theory.

Perbedaan antara PTK dengan penelitian lainnya adalah dari sisi beranjaknya suatu permasalahan penelitian. PTK beranjak dari permasalah yang dihadapi di kelas. Kemudian melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Contoh sederhana penelitian tindakan kelas di kemukakan oleh Bruce Kochis.

You stop your class with a couple of minutes to go and pass out half-sheets of paper. You ask your students to answer anonymously the following: What is the most important thing

you learned today?

Back in your office you read the answers and realize that about one-third of the class didn’t see a critical link between two aspects

of that day’s work. The next day you talk to the class about your findings and spend a few minutes discussing for the one-third

(and reviewing for the two-thirds) that important link. [Anda mengeluarkan kertas, meminta peserta didik menjawab sebuah pertanyaan “Apa yang paling penting yang

telah kamu pelajari hari ini?” Tanpa harus mencantumkan namanya peserta didik menjawab pertanyaan tersebut. Anda

kembali ke kantor dan membaca jawaban peserta didik, ternyata 1/3 dari peserta didik tidak melihat secara kritis hubungan antara dua aspek pada pekerjaannya hari ini. Hari

berikutnya Anda berdiskusi beberapa menit tentang temuan anda kemarin bersama 1/3 murid anda dan melakukan

(31)

Pada saat ini penelitian tindakan kelas sangat penting dilakukan oleh para pengajar, karena dengan penelitian ini pengajar bisa memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar mengajarnya.

# 9. Apa perbedaan PTK dengan non PTK?

Penelitian tindakan kelas dapat dibedakan dari non penelitan tindakan kelas dari siklus penelitian. Siklus pada adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak dijumpai pada penelitian non tindakan. Dalam penelitian non tindakan hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam PTK hasil yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil.

Siklus terdiri dari (1) perencanaan (plan); (2) pelaksanaan (act); (3) pengamatan (observe); dan (4) refleksi (reflect); dan (5) perencanaan kembali. Siklus hanya berfokus pada bagian yang dimodifikasi melalui action reseach, bukan seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam action research yang berskala kelas. Misalnya kita akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan carta. Dalam “perencanaan” yang diuraikan adalah tentang carta itu saja, misalnya “Tiap pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam kelas.” Dalam “pelaksanaan” diuraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan bisa digunakan carta, misalnya “Penggunaan carta tiap pertemuan hanya dapat dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengelaborasi “pelaksanaan” itu dengan menyebutkan carta-carta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan, berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb,

(32)

dsb. “Pengamatan” didominasi oleh data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda tentang mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya.

Gambar 2.6. Siklus pada Penelitian Tindakan Kelas, terdiri dari plan, act, observe, dan reflect

Dalam action reseach selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi.

1. Dalam siklus diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga tidak dapat dilihat bagian yang sebenarnya sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran diubah secara total melalui PTK, dan sebelumnya

(33)

pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di bawah standar.

2. Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus-menerus selama periode tertentu, sampai data pengamatan bersifat jenuh (menunjukkan pola yang menetap) dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama satu minggu suhu badan pasien menunjukkan suhu 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50 C;

37,50 C; 37,50 C; dapatlah disimpulkan bahwa kondisinya

telah kembali normal. Itu digabungkan dengan data pengamatan lain selama seminggu juga seperti perilaku, nafsu makan, dan denyut nadi pasien, yang bersifat triangulatif.

3. Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara tendensius: siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua dengan demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya ingin menunjukkan bahwa metode eksperimen adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh jadi justru metode ceramah yang lebih cocok.

Lebih lanjut perbedaan PTK dan Non PTK (penelitian formal) yang dikemukakan oleh Mettetal (Gall, 2003:580) dapat dilihat pada Tabel 2.6.

(34)

Tabel 2.6 Perbedaan antara Penelitian Tindakan dan Penelitian Formal

Penelitian Formal Penelitian Tindakan Tujuan

penelitian Pengetahuan yang dihasilkan ditujukan untuk mendapatkan generalisasi

Pengetahuan yang dihasilkan untuk diterapkan secara lokal Metode untuk meng-identifikasi masalah Berdasarkan tinjauan dari penelitian sebelumnya Berdasarkan pada masalah-masalah yang sedang dihadapi atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai

Pemilihan subyek penelitian

Secara acak dan harus memenuhi sampling representatif

Tidak ada pemilihan sampel. Subyek penelitian adalah semua siswa/orang yang ada di wilayah kerjanya. Analisis data Menggunakan uji

statistik atau teknik kualitatif

Difokuskan pada praktek, tidak

memerlukan signifikansi statistik, data bisa disajikan secara deskriptif melalui tabel, diagram, dan gambar kurva. Kegunaan

hasil penelitian

Berkontribusi terhadap signifikansi teori atau menambah pengetahuan tentang pengajaran dan pembelajaran secara umum

Berkontribusi terhadap signifikansi praktek dan meningkatkan

pengajaran dan pembelajaran di kelas tempatnya mengajar

(35)

# 10. Masalah apa saja yang dapat diteliti dalam PTK?

Tidak semua masalah dapat dilakukan penelitian tindakan kelas. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah penelitian

tindakan kelas.

1) Masalah Berada di Bawah Kendali Guru

Masalah yang diteliti harus berada di bawah kendali guru, artinya guru itu sendiri dapat memecahkannya melalui serangkaian kerja ilmiah. Misalnya jika ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, maka sebetulnya tidak perlu melakukan PTK untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Solusinya adalah membelikan buku, maka masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kendali guru. Contoh lain masalah yang berada di luar kendali guru adalah kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya. Jadi masalah dalam PTK harus cukup layak (feasible) untuk pecahkan dan berada di dalam wilayah pembelajaran.

2) Masalah yang Tidak terlalu Besar

Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan melalui PTK, apalagi untuk PTK individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Maka pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk dipecahkan. 3) Masalah yang Tidak Terlalu Kecil

Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali. Misalnya lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran termasuk masalah kecil, karena hanya menyangkut

(36)

dua orang siswa, sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa. Jadi masalah yang diteliti dalam PTK, harus berupa masalah umum yang mayoritas siswa mengalami kesulitan/ketidakpahaman/gejala yang sama.

4) Masalah harus Cukup Besar dan Strategis

Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas.

5) Masalah yang Anda Senangi

Dibolehkan melakukan PTK berdasarkan rasa memiliki dan senang terhadap masalah yang teliti. Hal itu mengindikasikan rasa ingin tahu terhadap masalah dan keinginan untuk melihat dampak setiap perlakukan yang diberikan.

6) Masalah yang Riil dan Problematik

Masalah dipilih berdasarkan kondisi riil, dan ada dalam pekerjaan sehari-hari sebagai seorang guru dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar). Jangan mencari-cari masalah hanya karena ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain.

(37)

# 11. Bagaimana cara menemukan masalah dalam

PTK? Sering sekali guru merasa tidak punya masalah.

Sebetulnya setiap hari guru mengahadapi banyak masalah, kadang kala masalah itu tidak ada putus-putusnya. Akhirnya guru tidak dapat menemukan masalah untuk PTK, hal ini sungguh ironis. Yang harus dilakukan guru adalah merenung barang sejenak atau mengobrol dengan teman sejawat atau membaca perkembangan pendidikan di sekolah lain, kota lain, dan negara lain. Maka masalah akan segera ditemukan. Pada pembelajaran di kelas ada tiga kelompok masalah pembelajaran yang bisa di”PTK” kan yaitu

pengorganisasian materi pelajaran, penyampaian materi pelajaran, dan pengelolaan kelas. Contoh masalah organisasi

pembelajaran adalah guru berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi biologi dan bahasa Indonesia secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri. Contoh penyampaian materi adalah hal-hal yang berkaitan dengan metode dan media. Contoh pengelolaan kelas adalah pengorganisasian siswa dalam kelompok kerja sehingga antar siswa berjalan dengan lebih efektif.

# 12. Apakah PTK masih memerlukan hipotesis penelitian?

Sebelum menjawab itu semua, maka kita harus mendudukan dahulu hipotesis. Hipotesis adalah rangkaian dari sebuah kerja ilmiah, yang dimulai dengan pengumpulan data, pengujian hipotesis, eksperimen/penelitian, analisis data, pengambilan kesimpulan. Jadi selama yang dilakukan merunut pada kerja ilmiah, maka hipotesis tetap diperlukan. Misalnya ketika kita ingin melihat apakah pembelajaran

(38)

metode kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan prestasi siswa atau tidak, maka kita dapat berhipotesis, ”metode kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi siswa”. Ketika kita berhipotesis ini, kita punya asumsi bahwa pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan anak secara aktif lebih kuat retensi (ingat terhadap materi), jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang teacher center.

Pada PTK dikenal hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang memungkinkan dilaksanakan. Agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan prosedur tindakan yang dianggap tepat. Maka pada prosedur ini sebaiknya mencari masukan dari sejawat atau orang-orang yang peduli lainnya dan melakukan kajian dari teori/hasil penelitian sebelumnya, sehingga rumusan hipotesis akan lebih tepat.

Contoh hipotesis tindakan akan diberikan di sini. Situasinya adalah kelas yang siswa-siswanya sangat lamban dalam memahami bacaan. Berdasarkan analisis masalahnya peneliti menyimpulkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam memahami makna bahan bacaannya, dan bahwa ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks perlu ditingkatkan. Maka hipotesis tindakannya sebagai berikut: “Bila kebiasaan membaca yang salah dibetulkan lewat teknik-teknik perbaikan yang tepat dan ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks bacaan ditingkatkan, maka para siswa akan meningkat kecepatan membacanya.” Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang direncanakan dan telah diamati, hipotesis tindakan ini ternyata meleset dalam arti pengaruh tindakannya belum

(39)

seperti yang diinginkan, peneliti harus merumuskan hipotesis tindakan yang baru untuk putaran penelitian tindakan berikutnya. Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral penelitian tindakan, peneliti merumuskan hipotesis, dan pada putaran berikutnya merumuskan hipotesis yang lain, dan putaran berikutnya lagi merumuskan hipotesis yang lain lagi ... begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat kualitasnya.

# 13. Bagaimana perumusan masalah pada PTK? Sebelum merumuskan masalah, harus dipahami dahulu bahwa masalah penelitian tindakan adalah kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan hendaknya dideskripsikan untuk dapat merumuskannya. Pada intinya, rumusan masalah harus mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Sehingga pada rumusan ada deskripsi tentang keadaan nyata dan deskripsi tentang keadaan yang diinginkan. Kesenjangan antara dua keadaan tersebut merupakan masalah yang harus diselesaikan dengan menutupnya melalui tindakan yang sesuai. Bagaimana cara menutupnya? Karena penelitian tindakan merupakan kegiatan akademik dan profesional, seorang peneliti perlu mencari wawasan teoretis dari pustaka yang relevan untuk dapat menentukan cara-cara yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Pustaka yang ditinjau hendaknya mencakup teori-teori dan hasil penelitian yang relevan. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung. Wawasan teoretis sangat mendukung proses analisis masalah. Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat mengajukan hipotesis tindakan atau pertanyaan

(40)

penelitian. Contoh penyajian masalah, rumusan masalah, dan hipotesis tindakannya terlihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Masalah, Rumusan Masalah dan Hipotesis Tindakan

Masalah Rumusan Hipotesis Tindakan

rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis di kalangan mahasiswa Mahasiswa semester 5 mestinya telah mampu mengajukan pertanyaan yang kritis, tetapi dalam kenyataannya petanyaan mereka lebih bersifat klarifikasi

Jika tingkat kekritisan pertanyaan mahasiswa dijadikan penilaian kualitas partisipasi mereka setelah diberi contoh dengan pembahasannya,

kemampuan mengajukan pertanyaan kritis mereka akan meningkat. # 14. Apakah desain penelitian harus selalu

dicantumkan dalam proposal atau laporan penelitian?

Desain penelitian kita cantumkan apabila sifat penelitian kita ekperimen. Beberapa contoh desain penelitian ekperimen yang sering kita lakukan menurut Gall et al (2003:385 & 403) adalah sebagai berikut.

1. Desain penelitian eksperimen biasa terdiri dari desain kelompok tunggal dan desain dengan kelompok kontrol. Contoh desainya adalah sebagai berikut.

a. Desain kelompok tunggal (single group design)

Studi kasus satu kali perlakuan (one shot case study) X O

Desain satu kelompok pre dan pos tes (one group pretest-posttest design)

(41)

O X O • Desain time series

O O O O X O O O O b. Desain dengan kelompok kontrol

• Desain kelompok kontrol dengan pre dan pos tes A O X O

A O O

• Desain kelompok kontrol A X O

A O

• Desain kelompok empat Solomon A O X O

A O O A X O A O

2. Desain penelitian kuasi ekperimen. Desain kuasi eksperimen dilakukan apabila tidak memungkinkan mengambil sampel penelitian secara acak. Desain penelitian kuasi eksperimen adalah sebagai berikut.

a. Desain static group comparison X O

O

b. Desain non equivalent control group O X O

O O Keterangan: A = Acak

X = Perlakuan,

(42)

# 15. Jika kita mengambil dua kelas dari sepuluh kelas dua yang ada di sebuah SMP, maka nama teknik pengambilan sampelnya apa?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, harus dipahami dulu dari sisi pengambilan sampel penelitian dibagi menjadi tiga bagian, yaitu penelitian populasi, penelitian sampel, dan penelitian kasus (Arikunto, 1999:131-132). Penelitian pendidikan dengan menentukan sekolah tertentu (misalnya SMP X) sebagai tempat penelitian disebut penelitian kasus. Kebanyakan penelitian mahasiswa pendidikan baik S1 atau S2 menggunakan jenis penelitian ini. Pada penelitian seperti ini populasi sampling adalah semua siswa di sekolah yang di pilih, adapun populasi sasaran adalah siswa yang duduk di kelas tertentu sesuai dengan materi yang akan diteliti. Adapun teknik pengambilan sampel yang dapat digunakan dalam penelitian pendidikan adalah.

a. Sampel acak sederhana atau simple ramdom sampling, yaitu mengambil subyek penelitian sedemikian rupa sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai subyek penelitian. Penelitian pendidikan yang bersifat eksperimen akan mengalami kesulitan jika menggunakan teknik pengambilan sampel ini, karena biasanya pihak sekolah berkeberatan untuk membentuk kelas baru hasil pengacakan kita, apalagi jika penelitian kita dilakukan di pertengahan semester. Walaupun begitu pengambilan sampel seperti ini tetap bisa dilakukan bagi penelitian yang bersifat survey atau deskripsi atau penelitian yang bersifat evaluasi (evaluation research) dengan penyebaran kuisioner/angket.

b. Sampel kelompok atau cluster sampling. Pada cluster sampling siswa telah terkumpul dalam sebuah kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil seluruh

(43)

siswa di kelas tertentu sebagai sampel penelitian. Contohnya berkaitan dengan pertanyaan di atas, jika di sebuah sekolah ada sepuluh kelas dua, dan kita hanya membutuhkan dua kelas, maka kita mengambil dua kelas secara acak dari sepuluh kelas yang ada.

c. Sampel strata atau stratified sampel. Pada beberapa sekolah tertentu, pembagian kelas ditentukan oleh kemampuan intelektual siswa. Sehingga pada sekolah tersebut terdapat kelas akselerasi untuk quick learner dengan IQ di atas 120, kelas pertengahan untuk siswa yang kemampuannya rata-rata, dan kelas lambat untuk slow learner. Pada kasus seperti ini pengambilan sampel dengan strata lebih tepat dilakukan daripada dengan random. Cara pengambilan sampel strata adalah kita mengambil perwakilan dari setiap kelas secara acak untuk dijadikan sampel penelitian.

d. Sampel bertujuan atau purposive sampel. Pengambilan sampel bertujuan didasarkan pada tujuan penelitian kita. Misalnya kita ingin mengetahui sikap belajar siswa ber IQ tinggi di sebuah sekolah, maka kita mengambil sampel para siswa yang berIQ di atas 120.

# 16. Berapa jumlah sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representatif?

Dalam menentukan besarnya jumlah sampel, Arikunto (1999:120) menyatakan jika jumlah populasi kurang dari 100, lebih baik semua diambil sebagai sampel penelitian. Jika lebih dari 100 maka jumlah subyek penelitian bisa diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih berdasarkan pertimbangan tertentu. Mantra dan Kasto (1989:150-153) menyarankan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan sampel, yaitu:

(44)

a. Derajat keseragaman (degree of homogenity), makin homogen suatu populasi, makin kecil sampel yang dapat diambil.

b. Presisi yang dikehendaki dalam penelitian, terdapat hubungan yang negatif antara besar sampel dan besarnya kesalahan (error) penyimpangan terhadap nilai populasi, yaitu semakin besar sampel, semakin kecil kesalahan penyimpangan.

c. Rencana analisis, ketika kita ingin membagi lagi siswa berdasarkan IQ, maka sampel yang hanya 30 orang akan menyebabkan adanya sel-sel yang kosong.

d. Tenaga, biaya dan waktu. Makin besar sampel yang diambil, maka makin membutuhkan banyak tenaga, biaya, dan waktu.

# 17. Apa guna instrumen dalam penelitian?

Instrumen adalah alat untuk menggumpulkan data, dengan instrumen inilah data-data penelitian akan terkumpul, kemudian data-data tersebut diolah dan dianalisis, untuk kemudian disimpulkan. Instrumen yang tepat akan menjaring data-data yang tepat dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen penelitian disesuaikan dengan metode pengumpulan data. Gambaran antara metode dan instrumen yang digunakan dalam penelitian pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.8.

(45)

Tabel 2.8. Metode dan Instrumen yang digunakan untuk Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data Instrumen

Tes Soal tes

Angket Kuisioner/angket

Observasi • Check list

• Tabel observasi

• Verbal Interaction Catagory System (VICS)

Wawancara • Pedoman wawancara

Dokumentasi/portofolio • Pedoman dokumentasi/ Portofolio

• Check list

# 18. Jika kita ingin melihat hasil belajar siswa, instrumen apa yang tepat?

Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan tes dan non tes. Pada proses belajar mengajar tes adalah serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif, atau skill siswa, yang setiap butir pertanyaannya sudah mempunyai jawaban yang dianggap benar. Menurut Zainul & Nasoetion (2001:3) tes adalah suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Menurut bentuknya tes dibagi menjadi dua yaitu.

a. Tes bentuk uraian/essay, yang terdiri dari uraian terbuka, jawaban singkat, dan isian

b. Tes bentuk obyektif yang terdiri dari benar salah, perjodohan, dan pilahan ganda.

(46)

Penyusunan soal-soal tes dibahas tersendiri dalam buku tersendiri. Adapun alat ukur hasil belajar non tes yang umum digunakan adalah participation charts, check list, rating scale, dan attitude scales.

a. Participation charts atau bagan partisipasi

Bagan partisipasi digunakan untuk melihat keikutsertaan siswa secara sukarela dalam proses belajar mengajar. Pola keikutsertaan siswa dalam kelompok dapat menggambarkan menjelaskan hasil belajar siswa bersifat afektif, yaitu kehendak untuk ikut serta. Bagan partisipasi digunakan untuk mengamati kegiatan diskusi kelas. Contoh bagan partisipasi adalah sebagai berikut.

Nama Kualitas Kontribusi *)

Sangat

berarti Penting Meragukan Tidak Relevan

Ani III II - -

Budi II II

Cahyo I I

Dedi I

Eep III III

*) Sangat berarti= mengemukakan gagasan baru yang penting dalam diskusi

Penting = mengemukakan alasan-alasan penting dalam pendapatnya

Meragukan = pendapat yang tak didukung oleh data atau informasi lebih lanjut

Tidak relevan = gagasan yang diajukan tidak relevan dengan masalah yang didiskusikan

b. Check list atau daftar cek

Daftar cek digunakan untuk melihat ada atau tidak adanya suatu unsur, komponen, trait, karakteristik, atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas, atau suatu kesatuan

(47)

yang komplek. Contoh check list pendidikan sains adalah daftar cek Ralp W. Tyler untuk menguji keterampilan menggunakan mikroskop, yang terdiri dari 83 pertanyaan. Contoh daftar cek untuk menentukan kualitas kegiatan kelompok dalam percobaan kimia adalah sebagai berikut.

Untuk meneliti pengaruh arus listrik terhadap suatu larutan satu set alat praktikum disusun seperti dalam diagram di bawah ini:

Larutan yang akan diuji arus listriknya adalah campuran dari 10 ml larutan garam, 0,5 ml larutan kanji, dan tiga tetes larutan fenolftalein. Campuran ini dimasukan dalam cawan petri sehingga kertas saring yang ada di atasnya basah seluruhnya. Alirkan arus listrik dan amati apa yang terjadi!

a. Uraikan dengan teliti dan tepat pengamatanya, dan mengapa demikian?

b. Kemungkinan larutan garam apakah itu dan bagaimana rumusnya?

Kertas saring Cawan petri

Baterai

(48)

c. Anda lakukan untuk menentukan ion-ion dalam larutan itu!

FORMAT OBSERVASI

1. Apakah mereka membaca petunjuk dengan baik sebelum melakukan paraktikum

2. Apakah mereka melakukan:

a. Pemeriksaan terhadap semua alat yang tersedia? b. Pemeriksaan terhadap larutan yang disediakan? c. Pemeriksaan terhadap sambungan baterai/arus

listrik

3. Apakah semua anggota ikut serta dalam diskusi 4. Apakah hal-hal berikut menjadi bahan diskusi:

a. Di dalam larutan garam terdapat ion positif dan ion negatif

b. Ion positif dapat dipisahkan dari ion negatif lewat peristiwa elektrolisa

c. Ion positif akan dinetralisir menjadi

logam/direduksikan pada kutub negatif/katoda d. Ion negatif akan dinetralisir menjadi sisa

asam/dioksidasikan pada kutub positif/anoda e. Bahan baru akan terbentuk dari larutan garam f. Fenolftalein adalah indikator yang dapat

membedakan larutan yang bersifat asam atau basa

5. Apakah kelompok melakukan kegiatan berikut. a. Menyusun alat percobaan sesuai dengan

petunjuk

b. Mengukur volume larutan garam yang diperlukan dengan menggunakan gelas ukur c. Mengukur volume larutan menggunakan

cara-cara yang tepat

d. Mengukur volume larutan kanji menggunakan gelas ukur

e. Mencampur larutan garam fenolftalein dan larutan kanji dicampur dalam gelas piala

(49)

f. Mengaduk larutan menggunakan gelas pengaduk

g. Pada saat melakukan elektrolisa, mula-mula menggunakan tegangan rendah kemudian tegangan ditinggikan.

h. Menggunakan gelas pengaduk pada waktu menuangkan larutan dari gelas piala ke cawan petri

5. Apakah kelompok dapat menjelaskan: a. Pada katoda

(i) Perubahan larutan tak berwarna menjadi berwarna merah

(ii)Timbulnya gas yang tidak berwarna dan tidak berbau

b. Pada anoda:

Perubhanan larutan tak berwarna menjadi berwarna biru/ungu

c. Timbulnya gas yang tidak berwarna pada katoda d. Perubahan larutan tak berwarna pada anoda

menjadi biru/ungu

e. Perubahan kecepatan reaksi jika tegangan dinaikan

f. Larutan garam yang terbentuk

g. Reaksi nyala pada ion natrium dan pada ion kalium (ion natrium berwarna kuning, ion kalium berwarna ungu)

h. Reaksi garam dengan ion perak atau ion timbal membentuk endapan berwarna kuning

c. Rating scale atau skala lajuan

Rating scale hampir mirip dengan check list, hanya saja pada ranting skala digunakan derajat atau peringkat. Beberapa tipe rating scale adalah numerical, descriptive graphic, ranking methods, dan paired comparisons.

Numerical rating scale menggambarkan suatu karakteristik atau kualitas tertentu yang akan diukur

(50)

keberadaannya dengan menggunakan angka. Contoh numerical rating scale untuk menilai penggunaan termometer oleh siswa.

Aspek yang diukur 1

1 2 3 2 4 3 5 4 5

Kalibasi terhadap alat

Menemukan bagian tubuh yang tepat untuk mengukur suhu tubuh

Cara membaca termometer Keterangan: 1 = tidak memuaskan 2 = di bawah rata-rata 3 = rata-rata 4 = di atas rata-rata 5 = sempurna

Descriptive graphic rating scale menggambarkan suatu karakteristik atau kualitas tertentu yang akan diukur keberadaannya, yang disajikan melalui tanda tertentu pada suatu kontinum baris. Contoh descriptive graphic untuk mendeskripsikan partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi di kelas adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah aktifitas siswa dalam diskusi

Sangat aktif Tidak aktif

2. Bagaimakah kemampuan siswa mengemukakan pendapat

Sangat

lancar Lancar Tidak

3. Bagaimanakah

urutan pikiran siswa Renton Kacau

(51)

kemampuan siswa membantah

pendapat orang lain? Tepat Klise

5. Bagaimana

kemampuan mendukung pendapat orang lain?

Logis Tak Jelas

6. Bagaimana kemampuan menarik kesimpulan? Akurat Kabur 7. Bagaimana sikap terhadap pendapat

orang lain? Meng-hargai anggap

Meng-enteng

Raking methods rating scale

Kegunaan metode menyusun ranking, yaitu:

(1) Untuk menyusun ranking kedudukan siswa dalam suatu kelas, dalam aspek tertentu, atau keseluruhan aspek hasil belajar.

(2) Untuk memeriksa kemampuan peserta didik menentukan kedudukan relatif dari suatu komponen dalam suatu prosedur tertentu

(3) untuk menentukan ranking relatif dari produk hasil belajar yang didemonstrasikan siswa

Cara menentukan ranking adalah sebagai berikut.

(1) Tentukan kedua nilai ekstrim (tertinggi dan terendah) (2) Bergerak ke titik tengah

Dengan cara ini akan lebih membedakan ranking seseorang atau suatu komponen dengan komponen lainnya. Kesukaran membedakan hanya akan dialami pada orang atau komponen yang terletak paling dekat ke titik tengah saja.

Contoh ranking method rating scale adalah menilai model sel yang dibuat oleh siswa. Maka buat tabel, kemudian

Gambar

Gambar 1.1. Hubungan antara ekplanasi ilmiah dan  ekplanasi pedagogi
Tabel 1.1.  Perbedaan penelitian sains dan sosial
Tabel 1.2. Contoh penelitian berdasarkan kesulitan  guru mengajarkan materi genetika
Tabel 2.1.  Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan  Kualitatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Asing, Risiko Penghindaran Pajak Terhadap Nilai Perusahaan dengan Ukuran Perusahaan

Pendekatan ”KOMPREHENSIF” atau dengan istilah ”Dilihat dan Diobati /See and Treat” untuk pencegahan Kanker Leher Rahim melalui pemeriksaan IVA yang dilanjutkan dengan pengobatan

Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat dilihat bahwa kebijakan di suatu Negara, dalam hal ini keputusan untuk melakukan eksekusi terhadap terpidana mati di

Beberapa hal yang menjadi perbedaan antara NU dan Muhammadiyyah adalah bahwa NU lebih besifat rural (gejala pedesaan), syarat dengan simbol tradisional (dulu

Rasio dengan metode CAMEL yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan berdasarkan ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia mengenai penilaian

Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan laba bersih, yang membuat investor tidak tertarik oleh perusahaan tersebut dan berdampak pada

Berdasarkan Indikator ketahanan terhadap pengaruh negatif mengenai perusahaan merupakan persentase paling rendah bila dibandingkan dengan indikator lain, Hal tersebut

Pada penelitian ini juga digunakan tepung daun singkong untuk mensuplementasi tepung composite yang terdiri dari tepung kedelai, tepung terigu dan tepung beras dalam