• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Petani Mendukung Kawasan Cabai Merah di Lahan Kering (Study Kasus di Desa Lubuk Saung, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karakteristik Petani Mendukung Kawasan Cabai Merah di Lahan Kering (Study Kasus di Desa Lubuk Saung, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

592

Karakteristik Petani Mendukung Kawasan Cabai Merah

di Lahan Kering (Study Kasus di Desa Lubuk Saung,

Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin)

Farmers’ Characteristics in Supporting Red ChiliFarm Region

in DryLand Area(Case Study in LubukSaung Village,

Sub-District Banyuasin II, Banyuasin Regency)

Harnisah1), Maya Dhania Sari1)*, Mulida Surayya1), Usman Setiawan1)

1)

BalaiPengkajianTeknologiPertanian Sumatera Selatan

JalanKol. H. Burlian KM.6 No. 83 Palembang, Sumatera Selatan Telp. 0711-410155 *Coresspoding author : mayadhaniasari@gmail.com

ABSTRACT

Horticultural Area in South Sumatera Province especially in Dry Land area are expectedto be able to improve the agriculture condition and current farmers’ economic income so that it can prevent agriculture area functional shift. This study aims to understand the farmers’ characteristics in supporting the red chili farming activity in dry land area. The implementation is carried out under demonstration plot technique in LubukSaung Village, Sub-District Banyuasin II, Banyuasin Regency in cooperation with BinaTani and TaniMakmur farmers group in 2015. Data used in this study are primary and secondary data for both quantitative and qualitative data. The result of this study shows that Farmers in LubukSaung Village farm red chili during rainy season and farm other vegetables during dry season. Farmers are yet to use prime varieties and in some cases the use of organic fertilizer is still not following the recommendation andthe common practice whereas the using of prime varieties and organic fertilizer are certainly able to increase the productivity and hence the farmers’ income.

Key words: Characteristics, Red Chili Farm Region

ABSTRAK

Kawasan Hortikultura di Propinsi Sumatera Selatan di lahan kering diharapkan dapat memperbaiki kondisi pertanian dan perekonomian petani saat ini sehingga dapat mencegah alih fungsi lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik petani dalam mendukung kegiatan kawasan cabai merah di lahan kering. Implementasi dilakukan melalui demplot. Lokasi pelaksanaan di Desa Lubuk Saung, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, melibatkan kelompok tani Bina Tani dan Tani Makmur pada Tahun 2015. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kalitatif. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa petani di Desa Lubuk Saung selama ini bertanam cabai pada musim hujan dan sayuran lain di musim kemarau. Petani belum menggunakan varietas unggul dan pemakaian pupuk kandang yang tidak sesuai rekomendasi dalam usahatani cabai merah., padahal penggunaan varietas unggul dan pupuk kandang dapat meningkatkan hasil cabai merah dan pendapatan petani. Kata Kunci : karakteristik, kawasan cabai merah

(2)

593 PENDAHULUAN

Komoditas holtikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Dari sisi permintaan pasar, jumlah penduduk yang besar, kenaikan pendapatan, dan berkembangnya pusat kota industri wisata, Dari sisi produksi, luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya memeungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman, baik tanaman holtikultura tropis maupun holtikultura subtropics yang mencakup 323 jenis komoditas yang terdiri atas 60 jenis komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 jenis komoditas biofarmaka dan 117 jenis komoditas tanaman hias (Ditjen Holtikultura, 2008).

Salah satu komoditas holtikultura potensial untuk dikembangkan adalah komoditas cabai merah besar. Beberapa alasan penting pengembangan komoditas cabai merah besar Antara lain : tergolong sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi, merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional, menduduki posisi penting dalam hampir seluruh menu masakan di Indonesia, memiliki prospek ekspor yang baik, mempunyai daya adaptasi yang luas, dan bersifat intensif dalam menyerap tenaga kerja (Saptana, et.all. 2010).

Cabai merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai permintaan pasar yang tinggi dan tidak dapat tersubstitusi. Dikemukakan oleh Pasandaran (1994), Cabai termasuk komoditas sayuran yang hemat lahan karena untuk meningkatkan produksi lebih mengutamakan perbaikan teknologi budidaya. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) adalah tumbuhan perdu yang berkayu, dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Di Indonesia tanaman tersebut dibudidayakan sebagai tanaman semusim pada lahan bekas sawah dan lahan kering atau tegalan. Namun demikian, syarat-syarat tumbuh tanaman cabai merah harus dipenuhi agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang baik dan hasil buah yang tinggi. Potensi hasil cabai merah sekitar 12-20 t/ ha. (Sumarni dan M uharram, 2005).

Produktivitas cabai merah di Propinsi Sumatera Selatan tahun 2015 mengalami penurunan 0,2 ton atau 8,03 % dari tahun sebelumnya. (BPS dan Dirjen Horti, 2015). Penurunan produktivitas ini akibat luasan panen berkurang 21,58 %. Luas panen cabai merah di Propinsi Sumatera Selatan tahun 2011 – 2015 berkisar antara 4.434 – 6.011 hektar. (BPS dan Dirjen Horti, 2015). Propinsi Sumatera Selatan memiliki lahan kering yang luasnya 410,381 hektar. Dari jumlah tersebut 5,56 % atau 22.817 hektar berada di Kabupaten Banyuasin. (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2014). Lahan kering di Sumsel umumnya didominasi lahan datar dan bergelombang sehingga memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi sentra produksi komoditas pangan, hortikultura, dan perkebunan. (Soehendi, R et al, 2012).

Kementerian Pertanian melalui Program Pendampingan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) menerapkan kebijakan yang mengarahkan bahwa pembangunan komoditas unggulan mengacu pengembangan kawasan yang terpadu secara vertikal dan/atau horizontal dengan mengkonsolidasikan usaha produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat berdaya saing tinggi di pasar domestik maupun internasional. Cabai merah merupakan salah satu komoditi yang dikembangkan pada program PKAH. Agar program tersebut memberi dampak nyata terhadap kesejahteraan petani, maka salah satu dukungan yang diperlukan ialah penerapan inovasi sebagai faktor utama peningkatan daya saing dan nilai tambah. Mengingat peran inovasi di dalam pengembangan kawasan agribisnis hortikultura sangat strategis, maka dukungan penerapan inovasi perlu dilakukan secara sistemik. Hal ini diperlukan untuk mengoptimalkan kinerja keseluruhansubsistem agribisnisdi dalam kawasan, sehingga mampu menumbuhkan pembangunan ekonomi di daerah. (Hadiyanti, D, 2015).

(3)

594

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai karakteristik petani, khususnya dalam mendukung kegiatan kawasan cabai merah di lahan kering yang berlokasi di Desa Lubuk Saung, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, dan spesifikasi teknis petani dalam budidaya cabai merah di lahan kering.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lubuk Saung, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan, melibatkan kelompok tani Bina Tani dan Tani Makmur pada tahun 2015. Kabupaten Banyuasin dipilih sebagai lokasi karena kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten dilaksanakannya kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura Di Sumatera Selatan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Semua data primer dikumpulkan dengan cara survei dan mewawancarai responden secara langsung dan mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Penelitian survei menurut Singarimbun dan Effendi (1986) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) sebagai alat pengumpul data. Data dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan petani kemudian data ditabulasi, dianalisis secara secara kualitatif dan kuantitatif, kemudian diinterpretasi (Branner, 1997). Data sekunder dari informasi, studi literatur yang mendukung dan instansi yang terkait. Data-data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif.

HASIL

Gambaran Umum Wilayah Penelitian. Wilayah kegiatan berada termasuk kedalam administratif Desa Lubuk Saung Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin. Luas lahan di Desa Lubuk Saung adalah 149 hektar. Secara umum wilayah Desa Lubuk Saung merupakan lahan kering yang ditanami karet dan sayuran seperti cabai. Petani di Desa Lubuk Saung menanam cabai merah pada musim penghujan dari bulan September sampai Oktober. Varietas yang biasa digunakan petani yaitu varietas lokal hasil seleksi sendiri.

Berdasarkan kepemilikan, lahan garapan yang dikerjakan petani rata-rata (83%) adalah milik sendiri, dan sebagian petani (17%) tidak memiliki lahan garapan. Petani yang tidak memiliki lahan garapan akan menyewa lahan tetangga dengan sistem bagi hasil (menyakap).

Karakteristik Responden. Karakteristik responden, meliputi: jenis kelamin, umur responden, tingkat pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, luas kepemilikan lahan (Nurmanaf, 2003 dalam Made Antara, et.all, 2009).

1. Jenis Kelamin

Semua responden berjenis kelamin laki-laki. 2. Umur

Umur responden berpengaruh langsung terhadap produktivitas tenaga kerja. Menurut Soehardjo dan Patong (1978), umur seseorang petani akan mempengaruhi secara fisik bekerja dan cara berpikir. Kemampuan fisik yang dimaksud mencakup produktivitas tenaga kerja di bidang pertanian. Semakin muda petani biasanya memiliki semangat untuk ingin tahu, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi (Soekartawi, 2005). Umur dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu muda (< 37 tahun), sedang (37-47 tahun), dan usia tua (> 47 tahun).

(4)

595

Pendidikan dapat berasal dari dua sumber yaitu pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal sebagai suatu usaha mengadakan perubahan perilaku berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh masyarakat lewat bangku sekolah dasar sampai perguruan tinggi (Wiratmaja, 1978 dalam Hole, 1988). 23,53 % petani dalam penelitian menamatkan pendidikan di bangku SD, petani yang menamatkan pendidikan di bangku SLTP dan SLTA sama-sama sebesar 35,29 %, dan 5,88 % petani memiliki pendidikan S1. Fungsi pendidikan menurut Tilaar (1996) adalah menguak potensi individu dan cara manusia mampu mengontrol potensinya yang telah dikembangkan agar dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidupnya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan mempengaruhi cara berpikir, sikap dan perilakunya kearah yang lebih rasional dalam menerima atau memahami inovasi teknologi yang diperolehnya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kemampuan seseorang dalam berfikir dan mengambil keputusan. Keputusan untuk memilih, mengatur, dan menilai faktor-faktor produksi yang akan dipakai dalam usahataninya serta mengetahui kapan ia harus menjual usahataninya sebanyak-banyaknya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

4. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya orang yang berada di dalam satu atap (satu manajemen rumah tangga) di luar kepala rumah tangga. Dengan demikian, yang termasuk dalam tanggungan keluarga adalah : istri, anak, adik, ipar, orang tua, mertua dan lain-lainnya (Made Antara, Effendy, 2009). Dari hasil penelitian diketahui bahwa petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang sebesar 17,65 %, 58,82 % petani memiliki jumlah tanggungan keluarga 3-4 orang, 17,65 % petani memiliki jumlah tanggungan keluarga 5-6 orang, dan 5,88 %, petani dengan tanggungan keluarga 7 orang. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga, maka semakin besar pula pengeluaran yang harus dikelaurkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

5. Luas Lahan

Luas lahan dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu: (1) sempit adalah luas lahan yang dikelola kurang dari 0,26 ha, (2) sedang adalah luas lahan yang dikelola untuk usaha tani antara 0,26 ha sampai dengan 0,38 ha, (3) luas adalah luas lahan yang dikelola untuk usaha tani lebih dari 0,38 ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 70,59 % petani memiliki lahan sempit, dan sisanya sebesar 29,41% petani memiliki lahan luas.

Aspek Teknis Pertanian. Budidaya tanaman cabai di Desa Lubuk Saung dilaksanakan pada musim penghujan dari bulan September sampai Oktober. Petani biasa menggunakan benih varietas lokal hasil seleksi sendiri. Agar produksi maksimal ketika musim penghujan, petani memberikan perlakukan terhadap benih. Sebelum disemai benih direndam dalam air dingin satu malam lalu ditiriskan selama tiga jam. Tujuan perlakuan benih yaitu supaya tanaman cabai akan lebih kebal terhadap hama penyakit. Disamping itu, lokasi penanaman juga sangat diperhatikan petani. Lokasi penanaman dilakukan di lahan yang cukup tinggi, menghindari cekungan untuk menghindari resiko banjir akibat hujan lebat. Agar tanaman dapat optimal menangkap cahaya matahari, maka penanaman cabe dimusim hujan dilakukan didaerah yang terbuka dan tidak terlindung tanaman besar.

Produksi cabai merah yang diperoleh sekitar 600-700 kg/0,1 ha. Penyebab produksi rendah pada tanaman cabai adalah karena petani belum menggunakan benih cabai merah varietas unggul. Budidaya cabai merah yang berhasil memang menjanjikan keuntungan yang menarik, tetapi tidak jarang petani cabai merah yang menemui kegagalan dan kerugian yang cukup besar. Untuk keberhasilan dalam usahatani cabai merah selain diperlukan keterampilan dan modal yang cukup, juga banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti syarat tumbuh, pemilihan bibit, cara bercocok tanam, pengendalian OPT dan penanganan pasca panen.

(5)

596

Pengolahan tanah yang dilakukan Antara lain yaitu pembajakan, pembersihan gulma, pembuatan bedengan, Pengolahan tanah ditujukan untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma, sehingga akar-akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan leluasa (Hilman dan Suwandi 1992). Untuk Di Desa Lubuk Saung, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin Pengolahan lahan dengan dicangkul sampai gembur, Dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, dan jarak antar bedengan 30 cm, Kemudian dibuat lubang tanam dengan jarak 40 x 20 cm, 40 x 60 cm dan 50 x 40 cm. Tiap lubang diberi pupuk kandang dengan takaran 1 kg/lubang. Bibit cabai ditanam setelah adanya hujan. Petani umumnya mengendalikan hama penyakit menggunakan pestisida. petani berpendapat bahwa semakin sering disemprot dengan racun tanaman semakin berkurang hama atau penyakit yang

menyerang.Pemahaman petani tersebut membuat perilaku petani cenderung menyemprot

tanaman dengan intensitas yang tinggi.

Petani juga tidak menggunakan terlalu banyak pupuk Urea dan ZA karena kedua pupuk tersebut bersifat asam. Pemilihan waktu tanam cabai yang tepat sangat dicermati oleh petani karena menentukan hasil yang produksi yang diperoleh.

Tabel 1. Tabel Karakteristik Responden

No. Jenis Golongan Persentase

1 Jenis Kelamin Laki-Laki 100 %

Perempuan 0 % 2 Umur Muda ( < 37,77 thn ) 35,29 % Sedang ( 37,77 – 47,05 thn ) 23,53 % Tua ( > 47,05 thn ) 41,18 % 3 Pendidikan SD 23,53 % SLTP 35,29 % SLTA S1 35,29 % 5,88%

4 Jumlah Tanggungan 1-2 orang 17,65 %

3-4 orang 58,82 %

5-6 orang 7 orang

17,65 % 5,88 %

5 Luas Lahan Sempit ( < 0,26 ha ) 70,59 %

Sedang ( 0,26 – 0,38 ha ) 0 %

Luas ( > 0,38 ha ) 29,41 %

Sumber : Data Primer diolah, 2015

PEMBAHASAN

Di Desa Lubuk Saung, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin produktifitas padi tergolong rendah, yaitu 600-700 kg/0,1 ha, dibandingkan dengan potensi cabai merah yang mencapai 12-20 t/ ha. Salah satu penyebab yaitu kurangnya kesadaran petani menggunakan benih cabai varietas unggul. Padahal Penggunaan benih bermutu merupakan kunci utama untuk memperoleh hasil cabai merah yang tinggi. Agar diperoleh tanaman yang seragam dengan pertumbuhan dan hasil yang tinggi, diperlukan benih bermutu tinggi. Benih bermutu tinggi untuk cabai merah harus mempunyai sifat-sifat

(6)

597

sebagai berikut : - berdaya kecambah tinggi (di atas 80%); - mempunyai vigor yang baik (benih tumbuh serentak, cepat dan sehat); - murni (tidak tercampur oleh varietas lain); - bersih (tidak tercampur kotoran, biji-biji rumput/tanaman lain); dan - sehat (bebas Organisme Pengganggu Tumbuhan). (Sumarni dan Muharam. 2005).

Kurangnya kesadaran petani dalam menggunakan pupuk kandang cukup menjadi permasalahan tersendiri. Padahal pupuk kandang memiliki beberapa keunggulan, diantaranya yaitu murah dan juga mudah sehingga dapat dibuat dari limbah sisa kotoran namun tidak mencemari lingkungan dan berguna sekali untuk tumbuh kembang tanaman. Selain itu pupuk kandang mengandung unsur hara yang lengkap baik makro maupun mikro, yang dapat membantu tanaman berkembang dan berproduksi lebih baik.

Lahan kering yang terdapat dilokasi merupakan tipe yang masam. Pada tanah masam perlu dilakukan pengapuran dengan dolomit untuk meningkatkan PH tanah dan memperbaiki struktur tanah. Pengapuran dilakukan dengan cara menebarkan kapur di seluruh permukaan.

KESIMPULAN

1. Petani di Desa Lubuk Saung, Banyuasin memiliki karakteristik berjenis kelamin laki-laki, berusia produktif 24 -64 tahun, mayoritas petani menamatkan pendidikan di bangku SLTP dan SLTA. Jumlah tanggungan keluarga 3-4 orang memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 58,82 %. Sedangkan mayoritas petani memiliki luas lahan sempit 70,59 %.

2. Petani pada awalnya menggunakan Varietas Lokal dalam usahatani cabai merah, sudah mulai memahami kelebihan Varietas Unggul dan menggunakan pupuk organik

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015.

www.pertanian.go.id/Data5tahun/Horti/BEM2015.

Branner, Julia. 1997. Memandu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ditjen Holtikultura. 2008. Membangun Holtikultura Berdasarkan Enam Pilar Pengembangan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Holtikultura. Departemen Pertanian. Jakarta

Hadiyanti, D. 2015. Laporan Akhir Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura di Sumatera Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan.

Hilman, Y. dan Suwandi. 1992. Pengaruh pupuk nitrogen dan triple super phosphate pada tanaman cabai. Bul.Penel.Hort. 23(1) : 107-116.

Hole, Y., 1988. Perbedaan Efektifitas Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian antara Petani Transmigrasi Nasional dan Petani Transmigrasi APPDT di Daerah Transmigrasi Prafi - Manokwari. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Cenderawasih Manokwari.

Made Antara, Effendy,2009. Karakteristik Petani kakao dan produksinya di kabupaten parigi moutong. J. Agrisains 10 (1) April 2009

(7)

598

Pasandaran, E dan P.U.Hadi. 1994. Prospek komoditas hortikultura di Indonesia dalam kerangka pembangunan ekonomi. Prosiding Raker Puslitbang Hortikultura Di Solok, 17-19 Nopember 1994.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013. Kementerian Pertanian.

Saptana, et.all. 2010. Jurnal Agro Ekonomi. Volume 28 no. 2 : 153-188

Singarimbun, M dan S. Effendi. 1986. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Soehardjo dan Patong. 1978. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Ujung Pandang: Universitas Hasanuddin

Soehendi, R., Arief, T., Juwita, Y. 2012. Perkembangan Pertanian Lahan Kering di Sumatera Selatan. pembangunan Kemampuan Inovasi Berbasis Potensi Wilayah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Sumarni, N dan Muharam,A. 2005. Budidaya Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura. Jakarta

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta : UI – Press.

Tilaar, H. A. R. 1996. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi: Visi, Misi dan Program Pendidikan dan Pelatihan Menuju 2020. Jakarta: Grasindo

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para pengu- saha yang bergerak dibidang agroindustri, yaitu usaha pengolahan cabai merah kering untuk

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui karakteristik masyarakat miskin dan sosial ekonomi komunitas di lahan kering Kabupaten Sampang (2) mengetahui

Analisis Modal Kerja Petani Cabai Merah Besar di Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi; Muhammad Abdul Gofur; 100810201068; 2014; 49 halaman; Jurusan Manajemen

Pada lahan kering bertekstur sedang sampai ringan lebih cocok dilakukan budidaya cabai merah dengan sistem tanam 1 atau 2 baris tanaman tiap bedengan (“ double rows ”) seperti

usahatani cabai merah keriting layak diusahakan di tingkat petani di lokasi penelitian, maka dilakukan dengan pendekatan beberapa metode analisis berdasarkan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap pengeluaran rumah tangga petani lahan kering di Kabupaten

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan dasar untuk pengembangan tanaman padi (Oryza sativa) dan tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) di lahan

journal homepage : http://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id Penerapan Metode Irigasi Tetes Guna Mendukung Efisiensi Penggunaan Air di Lahan Kering Steven Witman1* 1Balai