• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Arti Penting Ternak Sapi Aceh Bagi Masyarakat Indonesia. Ternak sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Arti Penting Ternak Sapi Aceh Bagi Masyarakat Indonesia. Ternak sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Arti Penting Ternak Sapi Aceh Bagi Masyarakat Indonesia

Ternak sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya bagi kehidupan masyarakat.Seekor atau sekelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama bahan makanan berupa daging disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang kulit dan tulang.Sapi sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat besar berperan sebagai bahan bergizi rendah yang diubah menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging. Konsumsi protein hewani yang sangat rendah pada anak-anak dapat menyebabkan anak-anak yang berbakat normal menjadi subnormal (Sudarmono dan Bambang, 2008).

Tingkat konsumsi hasil ternak bagi masyarakat Indonesia dinilai masih jauh dibawah kecukupan gizi yang dianjurkan. Bedasarkan analisis dari Pola Pangan Harapan, tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan protein asal ternak baru mencapai 5,1g/kap/hr yang setara dengan konsumsi susu 7,5kg/kap/th, daging 7,7 kg/kap/th (Tranggono, 2004).

Penyediaan hasil ternak dalam jangka panjang perlu optimalisasi seluruh segmen kegiatan industri peternakan, yaitu industri primer seperti pembibitan dan budidaya ternak, industri sekunder dalam kegiatan pasca panen dan industri tersier di bidang distribusi dan pemasaran (Chamdi, 2004).

(2)

Analisis Usaha Ternak Sapi Aceh

Usaha ternak sapi merupakan usaha yang lebih menarik sehingga mudah merangsang pertumbuhan usaha. Sebaliknya hewan ternak yang nilai manfaatnya dan nilai ekonomisnya rendah pasti akan terdesak mundur dengan sendirinya, hal ini bisa dibuktikan dari perkembangan ternak sapi di Indonesia. Memelihara ternak sapi sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging atau susu tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai potensi tenaga kerja. Sebagai penghasil daging, persentase karkas cukup tinggi yaitu 45-55% (Siregar, 1996).

Kondisi peternakan sapi potong saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi bakalan lokal karena pertambahan produksi tidak seimbang dengan kebutuhan nasional, sehingga terjadi impor sapi potong bakalan dan daging. Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipasok dari tiga sumber yaitu : peternakan rakyat (sapi lokal), industri peternakan (hasil penggemukkan sapi ex-import) dan import daging. Pembanguna peternakan ditujukan untuk meningkatkan produksi hasil ternak serta meningkatkan pendapatan peternak (Tohir, 1991).

Analisis usaha ternak merupakan kegiatan usaha penting bagi suatu usaha ternak yang mempunyai prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana yang ril untuk periode selanjutnya. Melalui analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar

(3)

biaya, untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan uang yang diperoleh (Suharno dan Nazaruddin, 1994).

Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil usaha ternak tersebut. Hasil anilisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasanusaha, baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha (Hermanto, 1996).

Biaya Produksi

Biaya produksi menurut Harih (2010) merupakan semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi (Kadarsan, 1995).

Biaya produksi dalam pengertian ekonomi produksi dibagi atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).Biaya tetap merupakan biaya investasi yang besarnya tidak pernah berubah meskipun perolehan hasil produksinya berubah.Termasuk dalam biaya tetap ini adalah sewa lahan, bangunan kandang, dan peralatan. Menurut Jumingan (2006) Biaya tidak tetap (variabel) adalah jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya volume produksi apabila volume produksi bertambah, sehingga biaya variabel akan meningkat. Sebaliknya apabila volume produksi berkurang maka

(4)

biaya variabel akan menurun. Biaya variabel adalah biaya-biaya langsung seperti bahan baku tenaga kerja langsung pakan dan lain-lain.

Biaya bibit

Biaya bibit adalah biaya yang akan dikeluarkan untuk membeli sapi yang masih pedet maupun sapi yang sudah dewasa dan siap untuk di gemukkan. Harga biaya bibit diperoleh dari hasil perkalian antara bobot badan dengan harga bobot hidup per kilo gramnya. Dari hasil survey yang telah saya lakukan harga bobot hidup sapi Acehper kilo gramnya Rp. 55.000,-. Pemilihan bibit didasarkan pada jenis ternak, keturunan dan postur tubuh, bibit harus jelas jenisnya, berasal dari peternakan yang memiliki catatan tetuanya dengan kriteria - kriteria dari bibit tersebut dan sesuai harapan konsumen. Bibit tidak terserang penyakit, terlihat sehat dan mampu berkembang biak (Raharjo, 1994).

Biaya pakan

Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang diperoleh dari perkalian antara pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan perkilogramnya. Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi dampak dari kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan. Menurut Rahajo (1994) harga pakan yang cenderung naik dan berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi tingkat harga bahan baku pembuatan pakan.

(5)

Biaya obat-obatan

Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan yangdiberikan pada ternak yang sakit. Pengobatan pada ternak diharapkan dapat mengurangi resiko kematian, menghambat penyebaran penyakit ke lingkungan, baik ke manusia maupun ternak lainnya. Menurut Aziz (2009) obat-obatan, vaksin dan vitamin dapat digunakan sebagai alternatif manajemen resiko produksi pada usaha sapi potong.

Estimasi biaya pengobatan berhubungan dengan besar kecilnya dosis obat.Ternak dewasa memiliki dosis lebih besar dari ternak muda dan anak. Jadi misalnya suatu jenis pengobatan pada ternak sapi dewasa (1 ST) bernilai Rp. 5.000,- maka pada ternak sapi muda (½ ST) dapat diestimasikan ½ x 5.000 = Rp. 2.500,- dan pada anak sapi (¼ ST) = Rp. 1.250,-. Dengan mengetahui pengobatan yang umumnya ditentukan per ternak dewasa serta proyeksi kelahiran ternak, dapatlah diperkirakan biaya pengobatan setiap tahun.

Biaya sewa kandang dan peralatan kandang

Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang. Kandang bermanfaat untuk mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan stres, dengan cara mengurangi kontak dengan manusia. Biaya peralatan kandang adalah biaya yang digunakan untuk membeli perlengkapan kandang selama pemeliharaan ternak. Peralatan kandang menurut Santoso (2009) antara lain meliputi, instalasi listrik, instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang, pemanas ruangan, tirai kandang.

(6)

Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara beberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Berdasarkan UMRP SUMUT 2015 (Upah Minimum Regional Propinsi Sumatera Utara) saat ini sebesar Rp. 1.625.000/bulan. Menurut Murtidjo (1995) menyatakan asumsi 1 orang tenaga kerja dapat menangani 20 ekor sapi. Biaya tenaga kerja pemeliharaan 1 ekor sapi/bulan adalah sebesar Rp. 1.625.000,-/20 ekor sapi = Rp. 81.250,-/ekor/bulan. Jadi, biaya tenaga kerja selama penelitian = Rp. 81.250,- x 4 ekor x 4 bulan = Rp. 1.300.000,-. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja (Rasyaf, 2009).

Total Hasil Produksi

Pendapatan usaha adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dalam suatu usaha.Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil penjualan sapi dari kegiatan usaha penggemukan sapi dan pendapatan berupa hasil ikutan (by

product), misalnya pupuk kandang (Aritonang, 1993).

Soekartawi et al.., (1986) menyatakan bahwa penerimaan merupakan total produk usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Selisih antara pendapatan kotor usaha tani dan pengeluaran total usaha tani disebut pendapatan bersih usaha tani. Pendapatan adalah selisih antara

(7)

nilai barang yang dijual perusahaan dengan biaya untuk memproduksi barang tersebut.

Budiono (1990) menyatakan bahwa penerimaan adalah hasil penjualan

output yang diterima produsen. Penerimaan dari suatu proses produksi dapat

dihitung dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produksi tersebut.

Hasil Penjualan Sapi

Penjualan sapi yaitu perkalian antara bobot badan akhir dengan harga bobot hidup per kilo gramnya.Dari hasil survey yang telah saya lakukan harga bobot hidup sapi Acehper kilo gramnya Rp. 55.000,-. Menurut Lipsey(1995) harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual dalam suatu proses tawar menawar penjual akan meminta harga jual yang lebih tinggi dari yang diharapkan diterimanya, sedangkan pembeli akan menawarkan lebih rendah dari yang diharapkan akan dibayarnya. Dengan tawar menawar mereka akan sampai pada suatu kesepakatan tentang harga yang disetujui.

.

Hasil Penjualan Kotoran Sapi

Penjualan kotoran sapi diperoleh dari harga jual kotoran sapi per kilo gramnya.Dari hasil survey yang telah saya lakukan harga kotoran sapi segarper kilo gramnya sebesar Rp. 700,-. Dan penjualan kotoran langsung diambil oleh pemborong yang berasal dari luar daerah.

(8)

Analisis Laba- Rugi

Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk banyak keputusan manejemen. Jika laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika mengalami kerugian perusahaan dapat mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2001).

Laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa barang dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini merupakan laporan aktivitas dan hasil dari aktivitas itu merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan, dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara nilai penjualan(total revenue) dengan total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada tingkat volume produksi tertentu. Perlu diperhatikan bahwa volume penjualan yang menghasilkan laba hanyalah volume penjualan yang berada diatas titik impas (Jumingan, 2006).

Lipsey et al., (1995) keuntungan adalah selisih antara hasil yang diterima dari penjualan dengan biaya lebih besar dari penerimaan maka keuntungan negatif yang diperoleh dapat dinamakan rugi.Keuntungan (laba) suatu usaha ditentukan oleh selisih antara total penerimaan (total reserve) dan total pengeluaran (total

cost) atau secara matematis dapat dituliskan K= TR-TC (Soekartawi et al., 1986).

Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari

(9)

suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya (Murtidjo, 1995).

R/C Ratio (revennue cost ratio)

R/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan.Dimana R/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan total pengeluaran. Kadariah (1987), menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana bila :

R/C Ratio >1 : Efisien R/C Ratio = 1 : Impas R/C Ratio <1 : Tidak efisien

R/C Ratio = Total Biaya Produksi (Rp .)Total Penerimaan (Rp .) Kriteria penilaian R/C rasio sebagai berikut:

- R/C rasio > 1, usaha peternakan layak dikembangkan

- R/C rasio = 1, usaha peternakan tidak untung dan tidak rugi (impas). - R/C rasio < 1, usaha peternakan tidak layak dikembangkan

(10)

Suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai R/C Ratio > 1. Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai R/C Ratio nya, maka semakin tidak efisien usaha tersebut (Soekartawi, 1995).

IOFC (Income Over Feed Cost)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan

dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Dalam usaha ternak, biaya terbesar yang dikeluarkan adalah biaya variabel terutama biaya pakan dan biaya tenaga kerja. Besarnya biaya pakan berkisar antara 60-80% dari total biaya. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual (Prawirokusumo, 1990).

Selain pegangan berproduksi secara teknis juga diperlukan pegangan berproduksi dari segi ekonomi, beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk pegangan berproduksi adalah IOFC (income over feed cost) atau selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan (kilo gram hidup) dengan harga jual. Sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan kilo gram bobot hidup (Hermanto, 1996).

(11)

Karakteristik Sapi Aceh

Sapi Aceh merupakan salah satu sapi asli Indonesia, mempunyai daya tahan terhadap lingkungan yang buruk seperti krisis pakan, air dan pakan berserat tinggi, penyakit parasit, temperatur panas dan sistem pemeliharaan ekstensif tradisional (Abdullah et al., 2006). Sapi Aceh pada umumnya, hidup dan berkembang biak di provinsi aceh dan juga di Provinsi Sumatera Utara. Sapi aceh ini dikembang-biakkan oleh para petani pedesaan sejak dulu hingga saat ini.Sapi ini termasuk sapi potong dan pekerja yang mempunyai kontribusi cukup besar bagi pemenuhan kebutuhan daging dan berkontribusi dalam pengolahan lahan pertanian di daerah (Diskeswannak, 2011).

Sapi Aceh memiliki badan kecil, padat dan kompak dengan pundak pada jantan berpunuk, sedangkan betina tidak berpunuk namun bagian pundaknya tidak rata, sedikit menonjol dibanding sapi bali betina. Pola warna bulu sapi aceh ini pada umumnya berwarna coklat atau merah bata. Pada umumnya sapi aceh bertanduk, tapi juga terdapat juga sapi aceh yang tidak bertanduk 7% hanya dijumpai pada betina (Abdullah et all., 2006).

Bangsa sapi Aceh menurut (Blakely dan bade, 1992) mempunyai susunan klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata, Sub-phylum : Vertebrata, Class : Mamalia, Sub-class : Eutheria, Ordo : Artiodactyla, Sub-ordo : Ruminantia, Infra-ordo : Pecora, Family : Bovidae, Genus : Bos, Group : Taurinae, Species : Bos indicus. Sapi Aceh merupakan salah satu dari 4 bangsa sapi lokal Indonesia ( Aceh, Pesisir, Madura dan Bali). Sapi Sumba-Ongole dan Java-Ongole (PO) juga dianggap sebagi bangsa sapi lokal Indonesia (Dahlanuddin

(12)

Potensi Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Pakan Ternak Sapi

Kelapa sawit di Indonesia berkembang pesat sejak awal tahun 80-an dan saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang berperan sangat penting dalam penenrimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja, serta pengembangan perekonomian rakyat dan daerah (Elisabethdan Ginting, 2003).

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tropik yang penting dan berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk indonesia. Tanaman kelapa sawit menghasilkan 3 jenis limbah utama yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu pelepah daun kelapa sawit, lumpur minyak sawit dan bungkil inti sawit.Pelepah daun kelapa sawit merupakan hasil samping perkebunan buah kelapa sawit dan daun kelapa sawit adalah limbah perkebunan kelapa sawit yang disukai oleh ternak (Kamal, 2012).

Tabel 1. Kandungan nutrisi pelepah kelapa sawit Pelepah Kelapa Sawit Zat Nutrisi BK (%) Abu (%) PK (%) LK (%) SK (%) GE (K.cal/g) Fisik 8,88 4,05 5,56 1,12 49,21 4,4274 Kimia 9,63 6,59 6,25 1,09 43,07 4,4851 Biologis 10,29 12,63 4,19 1,07 36,52 3,9733 Kimia + Biologis 9,82 8,01 6,31 0,89 39,22 3,4623 Keterangan: BK (Bahan Kering); PK (Protein Kasar); LK (Lemak Kasar); SK (Serat Kasar); GE (Gross Energy).

Sumber: Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2014)

Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa daun sawit tersusun dari 70% serat kasar dan 22% karbohidrat (berdasarkan bahan kering).Karakteristik ini juga menunjukkan bahwa daun sawit dapat diawetkan sebagai silase dan telah diperkirakan bahwa kecernaan bahan kering dapat meningkat 45% dengan pembuatan silase daun kelapa sawit (Hassan dan Ishida, 1992).

(13)

Dalam penelitian Sianipar (2009), menyatakan bahwa pemanfaatan pelepah daun kelapa sawit pada level 40%, 45%, 50% dan 55% mempunyai pengaruh yang sama terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan sapi PO. Dengan PBBH secara berurutan adalah 829 gram/ekor, 713 gram/ekor, 717 gram/ekor dan 607 gram/ekor. Dalam hal ini disarankan penggunaan 55% pelepah daun sawit ditambah BIS 25 %. Selanjutnya dalam penelitian Rohaeni (2004), menyatakan bahwa pemberian pelepah 60%, lumpur dan bungkil sawit masing-masing 18%, dedak padi 4% (formula I) memberikan pertambahan berat badan harian pada sapi potong sebesar 0,58 kg/ekor dan paling ekonomis.

Pengolahan Bahan Pakan Pelepah Kelapa Sawit

Dengan melakukan pengolahan secara amoniasi dan silase, dapat memberikan keuntungan dan lebih aman serta meningkatkan nilai nutrisi yang lebih baik serta mengawetkan limbah pertanian (Hassan dan Ishida, 1992).

Beberapa pengolahan yang dapat meningkatkan kecernaan serat kasar. Peningkatan kuantitas bagian yang dapat dicerna pada kualitas rendah dapat dilakuakan melalui proses fisik (pencacahan), kimia (amoniasi), dan biologis (fermentasi).

(14)

Terolah Fisik

Merupakan proses yang diberikan pada bahan pakan sumber energi alternatif. Seperti memotong, mencincang, menggiling atau membuat pelet untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan tersebut. Proses fisik yang dilakukan disesuaikan dengan spesies hewan ternak dan jumlah yang akan diberikan (Piliang, 1997).Perlakuan fisik yang dilakukan pada pelepah kelapa sawit adalah pencacahan dengan menggunakan mesin chopper hingga mencapai ukuran1-2 cm. Pencacahan dilakukan dengan mencacah semua bagian pelepah kelapa sawit (Hanafi, 2004).

Terolah Amoniasi

Ada tiga sumber amoniak yang dapat dipergunakan dalam proses amoniasi yaitu : NH3 dalam bentuk gas cair, NH4OH dalam bentuk larutan, dan urea dalam bentuk padat. Penggunaan NH3 gas yang dicairkan biasanya relatif mahal. Selain harganya mahal juga memerlukan tangki khusus yang tahan tekanan tinggi minimum (Minimum 10 bar). Demikian pula hal nya dengan larutan amoniak NH4OH selain harganya relatif mahal juga sukar diperoleh, sehingga pemakaian NH4OH terbatas dilaboratorium (Hanafi, 2004).

Satu-satunya sumber NH3 yang murah dan mudah diperoleh adalah urea.Urea yang banyak beredar untuk pupuk tanaman pangan.Menurut Siregar (1995) urea dengan rumus molekul CO (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harga murah dan sedikit keracunan yang diakibatkannya. Secara fisik urea berbentuk kristal padat berwarna putih dan higroskopis. Urea mengandung nitrogen sebanyak 42 – 45% atau setara dengan

(15)

Perlakuan amoniasi dengan urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang baik terhadap pakan. Proses amoniasi lebih lajut akan memberikan keuntungan yaitu meningkatkan kecernaan pakan. Setelah terurai menjadi NH3 akan mengalami hidrolis menjadi NH4+ dan OH. NH3 mempunyai pKa = 9,26, berarti bahwa dalam suasana netral (pH=7) akan lebih banyak terdapat sebagai NH+ (Hanafi, 2004).

Terolah Fermentasi

Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim dari mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu dan menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan tersebut (Winarno et al., 1980). Fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik, dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (contohnya: starbio, starbioplus, EM-4, dan lain-lain) (Yunilas, 2009).

Keberhasilan suatu produk fermentasi secara nyata dapat ditentukan melalui kecernaan.Prinsip penentuan kecernaan zat-zat makanan adalah menghitung banyaknya zat-zat makanan yang dikonsumsi dikurangi dengan banyaknya zat makanan yang dikeluarkan melalui feses. Upaya fermentasi akan bernilai guna apabila diketahui nilai kecernaannya (Sukaryana et al., 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Gar paused, then nodded like Dave Wilson used to in biology class, trying to look like an innocent three-year-old because he'd just looked the word 'vagina' up in the dictionary

asil evaluasi usaha yang menunjukkan beberapa parameter dipergunakan sebagai  bahan untuk melakukan langkah selanjutnya. :aranya, berikanlah perhatian pada penjualan

Pegunakaya (guna kaya) yaitu harta yang didapat oleh suami istri selama perkawinan berlangsung 15. Terkait dengan harta bawaan atau tetatadan, umumnya yang

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah mengkaji langkah-langkah memperoleh minimum global dalam program integer tak linear dengan menggunakan metode fungsi quasi-filled

Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengumpulkan data yang diperoleh dari perusahaan yang terdiri dari data-data mengenai

terhadap motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Sungguminasa sebesar 49,5%. Penelitian ini berimplikasi sebagai berikut: 1) Pada dasarnya

Analisis petrofisika pada formasi reservoar Baturaja dilakukan untuk perhitungan kandungan serpih ( Shale Volume ), porositas, resistivitas air, saturasi air, dan permeabilitas

Di sisi lain yakni sebagai salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit adalah Motivasi kerja perawat merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa