SKRIPSI
Oleh:
Fitria Aprilyani Zarkasih 0913010093/FE/AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan oleh: Fitria Aprilyani Zarkasih
0913010093/FE/AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh : Fitria Aprilyani Zarkasih
0913010093/FE/AK
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 22 Febuari 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dr. Sri Trisnaningsih , SE, M.Si Dr. Sri Trisnaningsih , SE, M.Si
Sekertaris
Dra. Ec. Siti Sundari , M.Si
Anggota
Drs. Ec. Sjafii, Ak, MM
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala karunia dan rahmat-Nyasehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan baik sesuai dengan harapan semula. Adapun judul
penelitian yang diajukan dalam skripsi kami adalah “PENGARUH
PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan,
dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. Dhani Ichsanuddin, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Hero Priono, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan dan memberikan
saran yang berguna bagi penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan staff pengajar Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan
6. Kepada sahabat tersayang Zulfiah Irfa, Astrid Nuriandini Putri, Aldina
Dewi, Astritika Puspita Z, Rizka Elis, Sirikit Haviri dan Febrianto Efrat
yang selama ini tiada lelah memberikan bantuan dan dukungannya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat
waktu.
7. Semuanya yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, terima kasih
banyak atas segala yang telah diberikan baik bantuan, dorongan, serta doa.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan berkah, rahmat dan
hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu kami. Peneliti juga
menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Oleh karena itu, kami
menghargai semua kritik dan saran yang bersifat membangun karena hal tersebut
dapat membawa pengaruh yang lebih baik terhadap diri peneliti untuk mengetahui
segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.
Surabaya, Februari 2013
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
ABSTRAK ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang 1
1.2Rumusan Masalah 8
1.3Tujuan Penelitian 8
1.4Manfaat Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Hasil Penelitian Terdahulu 11
2.2Landasan Teori 15
2.2.1 Profitabilitas 15
2.2.2 Struktur Aktiva 16
2.2.3 Modal 17
2.2.3.1 Pengertian Modal 17
2.2.3.2 Pemenuhan Kebutuhan Modal 17
2.2.4.2 Struktur Modal yang Optimal 23
2.2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal 24
2.2.5 Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal 27
2.2.6 Pengaruh Struktur Akiva terhadap Struktur Modal 28
2.2.7 Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Aktiva terhadap
Struktur Modal 29
2.3 Kerangka Pikir 30
2.4 Hipotesis 31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 33
3.2Teknik Penentuan Sampel 35
3.2.1 Populasi 35
3.2.2 Sampel 36
3.3Teknik Pengumpulan Data 38
3.3.1 Jenis Data 38
3.3.2 Sumber Data 39
3.3.3 Pengumpulan Data 39
3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 39
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 45
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 60
4.2.1 Variabel Profitabilitas 60
4.2.2 Variabel Struktur Aktiva 62
4.2.3 Variabel Struktur Modal 65
4.3 Hasil Analisis dan Uji Hipotesis 68
4.3.1 Uji Normalitas 68
4.3.2 Asumsi Klasik 69
4.3.3 Persamaan Regresi Linier Berganda 71
4.3.4 Uji F 72
4.3.5 Uji t 74
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 75
4.4.1 Perbedaan Hasil Penelitian Saat ini dengan
Penelitian Terdahulu 78
4.4.2 Keterbatasan Hasil Penelitian 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 80
5.2 Saran 80
DAFTAR PUSTAKA xi
Oleh:
FITRIA APRILYANI ZARKASIH
Abstrac
Capital structure is a clasic problem for the company. The good and bad capital structure will affect the survival of a company. Faced with this, the company should look for funding alternatives selected. The financial manager must arrange for the company to obtain the necessary funds at minimal cost and terms of the most profitable. The purpose of this study was to obtain evidence of whether the profitability and asset structure has an influence on the capital structure.
In this case, researchers used secondary data from company financial statements ICMD and consumer goods industries 2009-2011 period were obtained from the Indonesia Stock Exchange (IDX). Researchers used a sample of 26 companies selected consumer goods industries by purposive sampling. The analysis technique used is multiple linear regression.
The conclusion of this study that partial profitability variable (X1) a significant negative effect on capital structure (Y) while the asset structure (X2) does not significantly influence capital structure (Y). The two variables used in this study (profitability and asset structure) jointly affect the capital structure with a value of 9.4% while the remaining 90.6% is a free variable that is determined by external factors other than the variable profitability and asset structure.
Oleh:
FITRIA APRILYANI ZARKASIH
Abstrak
Struktur modal merupakan masalah klasik bagi perusahaan. Baik buruknya struktur modal akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan. Menghadapi hal tersebut, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif sumber dana yang dipilih. Manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti apakah profitabilitas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan data sekunder berupa ICMD dan laporan keuangan perusahaan industri barang konsumsi periode 2009-2011 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Peneliti menggunakan sampel sebanyak 26 perusahaan industri barang konsumsi yang dipilih secara purposive
sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa secara parsial variabel
profitabilitas (X1) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal (Y)
sedangkan struktur aktiva (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur
modalnya (Y). Kedua variabel yang digunakan dalam penelitian ini (profitabilitas dan struktur aktiva) secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal dengan nilai 9,4% sedangkan sisanya sebesar 90,6% merupakan variabel bebas yang ditentukan oleh faktor-faktor eksternal selain variabel profitabilitas dan struktur aktiva.
1.1. Latar Belakang
Perekonomian berkembang semakin pesat, dimana dunia bisnis
dituntut untuk berusaha mengikuti perkembangan yang terjadi. Perusahaan
dengan berbagai jenis usaha saling bersaing guna memenuhi pangsa pasar
yang menuntut kualitas pelayanan semakin baik, pendistribusian yang
semakin cepat, dan produk-produk yang bervariasi. Agar dapat bersaing
dengan sukses dan berkelanjutan, pengembangan perusahaan akan selalu
dilakukan. Upaya ini merupakan permasalahan tersendiri bagi perusahaan
karena menyangkut pemenuhan akan modal yang dibutuhkan.
Kebutuhan akan modal sangat penting dalam membangun dan
menjamin kelangsungan suatu perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
harus menentukan berapa besarnya modal yang dibutukan untuk
memenuhi atau membiayai kegiatan usahanya. Kebutuhan akan modal
tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan mempunyai jenis yang
berbeda-beda.
Umumnya, perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri
sebagai modal permanen daripada modal asing. Modal asing hanya
Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijakan dalam menentukan apakah
kebutuhan dana perusahaan akan dibelanjai oleh modal sendiri atau
dengan modal asing.
Menghadapi hal tersebut, perusahaan harus mencari
alternatif-alternatif sumber dana yang dipilih. Manajer keuangan harus
mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan
dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan.
Manajer keuangan harus mempertimbangkan dengan cermat sifat dan
biaya masing-masing sumber modal yang dipilih karena masing-masing
sumber modal mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda
(Riyanto, 2010:05).
Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan
laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya (Munawir, 1997:19).
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana
mencerminkan pula perimbangan antara utang jangka panjang dengan
modal sendiri (Riyanto, 2010:22). Struktur modal menggambarkan
proporsi antara utang jangka panjang dan modal sendiri (Moeljadi,
2006:236). Struktur modal hanya tercermin pada utang jangka panjang dan
unsur-unsur modalnya sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan
Setiap perusahaan menghendaki agar dalam keadaan bagaimanapun
juga jangan mempunyai hutang yang lebih besar daripada jumlah modal
sendiri, atau dengan kata lain “debt ratio” jangan lebih besar dari 50%
sehingga modal yang dijamin (utang) tidak lebih besar dari modal yang
menjadi jaminannya (modal sendiri) (Riyanto, 2010:294).
Struktur modal merupakan masalah klasik bagi perusahaan. Baik
buruknya struktur modal akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
suatu perusahaan. Jika perusahaan mengandalkan hutang sebagai sumber
modal utamanya, maka beban yang harus ditanggung sangatlah besar. Hal
ini akan meningkatkan resiko finansial, dimana resiko saat perusahaan
tidak dapat membayar beban bunga dan angsuran-angsuran hutangnya.
Struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal
rata-rata adalah struktur modal yang optimal (Riyanto, 2010:294).
Banyak contoh kegagalan perusahaan dalam mengimplementasikan
kebijakan yang berkaitan dengan struktur modal. Contoh riil yang masih
menarik untuk didiskusikan adalah masalah krisis moneter yang melanda
Indonesia. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 menjadikan
perekonomian Indonesia semakin memburuk. Krisis ini ditandai dengan
adanya penurunan secara drastis pada nilai tukar rupiah terhadap dollar,
yang pada akhirnya membuat kinerja perekonomian Indonesia banyak
yang mengandalkan utang dalam dollar, dan pemasukan dalam rupiah pun
menjadi “collapse”. Kondisi perekonomian seperti ini akan merambah ke
PHK besar-besaran, dan harga-harga sembako yang semakin melonjak
(www.google.com).
Contoh selanjutnya adalah regulasi pemerintah yang berisikan
tentang pengetatan produksi, standarisasi bagi industri, merek dan label
yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Aturan
dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang tembakau yang dibuat
berdasarkan masukan pemerintah daerah, hanya akan memperkuat
dominasi perusahaan rokok asing. Saat ini, perusahaan rokok dari Amerika
Serikat, Eropa, Jepang, dan Cina sedang fokus menggarap pasar rokok di
Indonesia.
Peraturan Pemerintah (RPP) tembakau ini terlalu membatasi gerak
perusahaan rokok. Ketatnya aturan terlihat misalnya dari niat menutup
ruang iklan rokok atau mengganti sekitar 40-50 persen bungkus rokoknya
dengan himbauan ancaman bahaya merokok. Akibatnya, itu berpotensi
menutup ruang gerak perusahaan dalam menawarkan produknya.
Berkaca pada negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa,
larangan rokok hanya sebatas imbauan, tidak mengarah ke tahap
mematikan industri rokok secara nasional (Tempo.co).
Hal ini sungguh mengecewakan bagi perusahaan yang bergerak di
sektor industri rokok. Jelas sangat merugikan, apalagi jika tidak didukung
dengan kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pengetatan impor
rokok asing. Terkesan industri rokok dalam negeri ini menjadi “anak tiri”
Jika pemerintah tidak segera turun tangan untuk menyelesaikan
masalah tersebut, maka penjualan rokok akan merosot dan keuntungan
juga ikut menurun. Hal ini mempengaruhi struktur modal dimana para
pemilik modal asing akan berpikir dua kali untuk meminjamkan dananya.
Penjualan yang diprediksi mengalami penurunan akibat adanya regulasi
pemerintah yang berisikan tentang pengetatan produksi, standarisasi bagi
industri, merek dan label serta tidak adanya kebijakan tentang pembatasan
rokok impor asing akan membuat para pemilik dana mengurangi atau
bahkan lebih ekstrim lagi menghentikan pinjamannya. Hal ini sangat wajar
dikarenakan para pemilik modal asing tidak mau mengambil resiko jika
kedepannya nanti perusahaan mengalami kesulitan dalam mengembalikan
hutangnya.
Jika penjualan merosot maka secara langsung profit yang diterima
perusahaan akan mengalami penurunan. Hal ini berpengaruh terhadap
struktur modal, dimana beberapa pemilik modal asing memiliki persepsi
bahwa profitabilitas menjadi salah satu cerminan kinerja perusahaan.
Apabila profit yang diterima perusahaan cenderung menurun, maka para
pemilik modal asing akan lebih selektif dan hati-hati dalam memberikan
pinjamannya.
Perusahaan yang memiliki struktur aktiva (fixed assets) kurang
mumpuni akan mengalami kesulitan dalam mencari pinjaman apalagi di
saat kondisi yang tidak mendukung seperti contoh diatas. Struktur aktiva
untuk memberikan pinjamannya. Struktur aktiva dinilai efektif untuk
penjamin modal asing.
Hal tersebut juga terjadi pada ratusan pengusaha tekstil Majalaya
yang meminta pemerintah daerah bisa memfasilitasi bantuan permodalan
perbankan yang selama ini tidak pernah didapatkan. Pihak perbankan lebih
senang menyalurkan bantuan permodalannya ke pengusaha besar
ketimbang pengusaha kecil. Pasalnya, seringkali bantuan berupa kredit
usaha rakyat pun tetap harus menggunakan jaminan (bisnis-jabar.com).
Sruktur modal perusahaan dipengaruhi banyak faktor dimana
faktor-faktor yang utama ialah: tingkat bunga, susunan dari aktiva, kadar
resiko dari aktiva, besarnya modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal,
sifat manajemen dan besarnya suatu perusahaan (Riyanto, 2010:297).
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006:42), ada beberapa faktor
yang mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan, antara lain:
stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan,
profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi
pinjaman dan agen pemberi peringkat, kondisi pasar dan kondisi internal
perusahaan, serta fleksibilitas keuangan.
Hasil pengujian Firnanti (2011) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI, artinya profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
struktur modalnya. Sedangkan hasil pengujian Kesuma (2009)
struktur modal. Dalam teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston
(2006:43) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang memilki
tingkat investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relatif
sedikit. Salah satu penjelasan praktis adalah bahwa perusahaan-perusahaan
yang sangat menguntungkan seperti Intel, Microsoft, dan Coca-Cola
memang sebenarnya tidak banyak membutuhkan pendanaan melalui utang.
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan mereka melakukan
sebagian besar pendanaan secara internal.
Menurut Brigham dan Houston (2006:42), perusahaan yang
aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak
menggunakan hutang. Aktiva untuk tujuan umum yang dapat digunakan
oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik. Hasil pengujian
Kartika (2009) menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif
terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,
artinya setiap adanya peningkatan pada struktur aktiva, maka akan diikuti
dengan peningkatan struktur modalnya. Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian Seftianne dan Handayani (2011) yang menyatakan bahwa
struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan
publik sektor manufaktur.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil
judul “PENGARUH PROFITABILITAS DAN STRUKTUR AKTIVA
INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan,
permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur
modal pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur
modal pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah profitabilitas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh
terhadap struktur modal pada perusahaan industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan agar dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan untuk menentukan
Secara spesifik, penelitian ini bertujuan:
1. Untuk menguji apakah profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap
struktur modal pada perusahaan industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menguji apakah struktur aktiva mempunyai pengaruh
terhadap struktur modal pada perusahaan industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat dan
berguna bagi seluruh pihak, diantaranya adalah:
1. Bagi Umum
a. Bagi Perusahaan, digunakan sebagai informasi atau masukan
dalam pengambilan keputusan tentang struktur modal dan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan bentuk dan
besarnya modal yang akan digunakan oleh perusahaan.
b. Bagi investor, digunakan sebagai bahan pertimbangan yang
bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi pada
perusahaan yang akan ditanamkan dananya dengan melihat
2. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan dan juga menguji pengetahuan
yang telah didapatkan ketika kuliah untuk dapat diimplementasikan
dalam penyusunan penelitian ini.
3. Bagi kalangan Akademik dan Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi sebagai
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan mempunyai
hubungan dengan struktur modal adalah sebagai berikut:
1. Ali Kesuma (2009)
“Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal serta
Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”
Rumusan masalah:
a. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penjualan, profitabilitas, dan
rasio hutang terhadap struktur modal.
b. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penjualan, struktur aktiva,
profitabilitas, rasio hutang terhadap harga saham.
Kesimpulan:
Teknik analisis yang digunakan oleh Ali Kesuma adalah Structural
Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan program AMOS
7.0. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pertumbuhan
penjualan mempunyai pengaruh negatif dengan struktur modal.
Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
dengan struktur modal. Pertumbuhan penjualan mempunyai
pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham.
Struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif terhadap harga
saham. Rasio hutang mempunyai pengaruh yang tidak signifikan
terhadap harga saham. Profitabilitas mempunyai pengaruh
signifikan dengan harga saham. Sedangkan struktur modal
mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham.
2. Andi Kartika (2009)
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI”
Rumusan masalah:
Bagaimana pengaruh bagaimana pengaruh risiko bisnis (bussines
risk), struktur aktiva (tangibility of assets), profitabilitas
(profitability) dan ukuran perusahaan (firm size) terhadap struktur
modal pada industri manufaktur yang telah listing di BEI selama
periode 2004-2006.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil analisis menggunakan regresi linier berganda,
penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil pengujian variabel
independen risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur
modalnya. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur
modalnya, sedangkan variabel independen yang lain yaitu struktur
modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3. Seftianne dan Ratih Handayani (2011)
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada
Perusahaan Publik Sektor Manufaktur”
Rumusan Masalah:
Bagaimana pengaruh profitabilitas, tingkat likuiditas, ukuran
perusahaan, resiko bisnis, growth opportunity, kepemilikan
manajerial, dan struktur aktiva terhadap struktur modal.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis
regresi linier berganda, maka peneliti mengambil kesimpulan
bahwa growth opportunity dan ukuran perusahaan mempengaruhi
struktur modal. Profitabilitas, likuiditas, resiko bisnis, kepemilikan
manajerial dan struktur aktiva tidak mempengaruhi struktur modal.
4. Friska Firnanti (2011)
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”
Rumusan masalah:
Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan,
resiko bisnis, time interest earned, dan pertumbuhan aktiva
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa ukuran perusahaan dan resiko bisnis tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal
perusahaan. Faktor yang berpengaruh positif terhadap struktur
modal perusahaan adalah time interest earned, dan pertumbuhan
perusahaan. Sedangkan profitabilitas mempunyai pengaruh negatif
terhadap struktur modal.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini terletak
pada objek penelitian yaitu perusahaan yang digunakan. Peneliti saat ini
menggunakan perusahaan industri barang konsumsi, sedangkan peneliti
terdahulu menggunakan perusahaan manufaktur dan real estate.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini terletak
pada variabel independen, yaitu profitabilitas dan struktur aktiva. Dalam
penelitian terdahulu, profitabilitas dan struktur aktiva merupakan kedua
variabel yang menjadi subjek penelitian selain variabel-variabel lain
seperti ukuran perusahaan, resiko bisnis, pertumbuhan penjualan, dan
masih banyak lagi. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah hasil penelitian saat ini sependapat dengan penelitian
2.2. Landasan Teori
Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung
hipotesis serta sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan
teori berisi pemaparan teori serta argumentasi yang disusun sebagai
tuntunan dalam memecahkan masalah penelitian serta perumusan
hipotesis.
2.2.1. Profitabilitas
Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang,
dan sebagainya (Harahap, 2002:304).
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan
keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston,
2006:107). Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang
terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal.
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa pihak, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa profitabilitas merupakan hasil akhir dari
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan
sumber yang ada dengan sejumlah kebijakan dan keputusan yang
dilakukan.
Profitabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio Return on
pajak terhadap total aktiva (Riyanto, 2010:336). Adapun rumus yang
digunakan, yaitu:
Keuntungan Neto Sesudah Pajak ROI =
Total Aktiva
2.2.2. Struktur Aktiva
Aktiva merupakan kemungkinan manfaat ekonomis masa depan
yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari
transaksi-transaksi atau kejadian masa lampau (Wield Subramanyan
Halsey, 2005:300). Baridwan (2000:20) menyatakan bahwa aktiva adalah
manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang diharapkan akan
diterima oleh suatu badan usaha sebagai hasil dari transaksi-transaksi di
masa lalu. Sedangkan menurut Kieso Weygandt Warfield (2002:219),
aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh di masa depan
atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau
kejadian masa lalu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktiva adalah manfaat
ekonomi yang diperoleh di masa datang sebagai hasil transaksi masa lalu
yang diharapkan akan diterima oleh suatu entitas atau badan usaha.
Struktur aktiva ialah perimbangan atau perbandingan baik dalam
artian absolut maupun dalam arti relatif antara aktiva lancar dengan aktiva
tetap (Riyanto, 2010:22). Struktur aktiva dapat dihitung dengan cara
membandingkan antara aktiva tetap dengan total aktiva (Kesuma, 2009).
Aktiva Tetap SA =
Total Aktiva
2.2.3. Modal
2.2.3.1. Pengertian Modal
Scwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih
luas, dimana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang, maupun
dalam bentuk barang, misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain
sebagainya (Riyanto, 2010:18).
Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan
laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya (Munawir, 1997:19).
Dengan demikian, modal merupakan bagian yang dimiliki oleh
pemilik perusahaan berupa modal dalam bentuk pos modal, surplus dan
laba ditahan. Sedangkan modal dalam bentuk barang meliputi mesin,
barang dagangan, dan lain sebagainya.
2.2.3.2. Pemenuhan Kebutuhan Modal
Pada prinsipnya, pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan
dapat disediakan dari sumber intern perusahaan, yaitu sumber yang
dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Apabila perusahaan
memenuhi kebutuhan dananya dari sumber intern dikatakan perusahaan itu
Disamping sumber intern, dalam memenuhi kebutuhan dana suatu
perusahaan dapat pula menyediakan dari sumber ekstern, yaitu sumber
dana yang berasal dari dari tambahan penyertaan modal dari pemilik atau
emisi saham baru, penjualan obligasi, dan kredit dari bank. Apabila
perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari sumber luar disebut
pendanaan ekstern. Apabila perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
dananya dipenuhi dari dana yang berasal dari pinjaman, dikatakan
perusahaan itu melakukan pendanaan utang. Sedangkan kebutuhan dana
diperoleh dari emisi atau penerbitan saham baru dikatakan perusahaan itu
melakukan pendanaan modal sendiri (Riyanto, 2010:06).
Dalam melaksanakan fungsi pemenuhan kebutuhan dana atau
fungsi pendanaan (financing), manajer keuangan pun harus selalu mencari
alternatif-alternatif sumber dana untuk dianalisa, dan dari hasil analisa
tersebut harus diambil keputusan alternatif sumber dana atau kombinasi
sumber dana mana yang akan dipilih.
2.2.3.3. Biaya Penggunaan Modal
Konsep “biaya penggunaan modal atau biaya modal” atau yang
disebut cost of capital merupakan konsep yang sangat penting dalam
pembelanjaan perusahaan. Konsep ini dimasudkan untuk dapat
menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh
perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber (Riyanto,
Dengan demikian, konsep cost of capital tersebut dimasukkan
untuk dapat menentukan besarnya biaya riil dari penggunaan modal dari
masing-masing sumber dana untuk kemudian menentukan biaya modal
rata-rata dari keseluruhan dana yang digunakan di dalam perusahaan
(Riyanto, 2010:246). Adapun biaya penggunaan dana dari berbagai
sumber, yaitu:
1. Biaya penggunaan dana yang berasal dari utang jangka pendek
Pada dasarnya, utang jangka pendek terdiri dari utang perniagaan,
utang wesel dan kredit jangka pendek dari bank.
2. Biaya penggunaan dana yang berasal dari utang jangka panjang
Obligasi merupakan pengakuan utang pihak yang mengeluarkan
pada pihak yang membeli. Dengan demikian, obligasi adalah suatu
janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal
tertentu di masa yang akan datang dan juga bunga setiap tanggal
tertentu (Baridwan, 2000:253). Pada dasarnya biaya penggunaan
utang jangka panjang atau biaya penggunaan dana berasal dari
penjualan obligasi.
3. Biaya penggunaan modal yang berasal dari saham preferen
Saham preferen mempunyai sifat campuran antara utang dan saham
biasa. Biaya penggunaan dana berasal dari penjualan saham
preferen.
4. Biaya penggunaan modal yang berasal dari laba yang ditahan
Sumber dana yang berasal dari laba ditahan seperti sumber-sumber
sumber ini memang tanpa biaya, lebih baik keuntungan tersebut
dikembalikan kepada pemilik modal sendiri sehingga mereka
mempunyai kesempatan untuk menggunakannya.
5. Biaya penggunaan modal yang berasal dari emisi saham biasa baru
Biaya penggunaan dana yang berasal dari emisi saham baru atau
disingkat “biaya saham biasa baru” adalah lebih tinggi daripada
biaya penggunaan dana yang berasal dari laba ditahan karena
dalam emisi saham baru dibebani biaya emisi.
2.2.3.4. Sumber – Sumber Penawaran Modal
1. Sumber Intern (Internal Sources)
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana
yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sumber
intern atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di
dalam perusahaan adalah “keuntungan yang ditahan” dan
penyusutan (Riyanto, 2010:209).
a. Laba Ditahan
Laba ditahan adalah laba yang ditahan untuk digunakan dalam
aktivitas bisnis (Kieso Weygandt Warfield, 2002:354). Apabila
perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai
penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan itu
merupakan keuntungan yang ditahan. Keuntungan yang
diperoleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai
b. Depresiasi
Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap
yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode
akuntansi (Baridwan, 2000:307). Sebelum depresiasi tersebut
digunakan untuk mengganti aktiva tetap, dapat digunakan untuk
membelanjai perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai
saat penggantian tersebut. Selama waktu itu, depresiasi
merupakan sumber penawaran modal di dalam perusahaan itu
sendiri.
2. Sumber Ekstern (Exsternal Sources)
Sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan.
Dana yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal
dari kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam
perusahaan. Modal yang berasal dari para kreditur adalah
merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan dan modal
yang berasal dari para kreditur tersebut ialah modal asing.
Sedangkan dana yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil
bagian di dalam perusahaan merupakan dana yang akan tetap
ditanamkan dalam perusahaan yang bersangkutan adalah modal
sendiri. Dengan demikian, pada dasarnya dana yang berasal dari
sumber ekstern terdiri dari modal asing dan modal sendiri (Riyanto,
3. Supplier, Bank dan Pasar Modal sebagai Sumber Ekstern Utama
a. Supplier
Supplier memberikan dana kepada suatu perusahaan di dalam
bentuk penjualan barang secara kredit, baik jangka pendek
(kurang dari 1 tahun), maupun untuk jangka menengah (lebih
dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun)
b. Bank-Bank
Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama
memberikan kredit disamping pemberian jasa-jasa lain di bidang
keuangan. Oleh karena tugas utamanya adalah memberikan
kredit, maka bank telah menentukan kebijakan dan
peraturan-peraturan mengenai pemberian kredit. Kredit yang diberikan
bank dapat dalam bentuknya kredit jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang.
c. Pasar Modal
Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal.
Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara
permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka
panjang (Samsul, 2006:43). Fungsi pasar modal adalah
mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang
mempunyai surplus tabungan kepada unit ekonomi yang defisit
2.2.4. Struktur Modal
2.2.4.1. Pengertian Struktur Modal
Struktur modal menggambarkan proporsi antara utang jangka
panjang dan modal sendiri (Moeljadi, 2006:236). Struktur modal adalah
pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pula perimbangan antara
utang jangka panjang dengan modal sendiri, maka seorang manajer
keuangan dalam menentukan sumber modal yang akan digunakan
perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber
modal yang digunakan (Riyanto, 2010:22).
2.2.4.2. Struktur Modal yang Optimal
Kalau lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan modal dari
sumber eksternal maka ketergantungan akan modal itu sendiri semakin
besar, ditambah lagi resiko finansialnya yang tinggi. Sebaliknya jika hanya
mengandalkan modal internal saja maka perusahaan tidak akan
berkembang. Oleh karena itu, perlu diusahakan adanya keseimbangan
yang optimal antara kedua sumber modal tersebut (Riyanto, 2010:293).
Struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan
antara resiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga
saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2006:07).
Setiap perusahaan menghendaki agar dalam keadaan
bagaimanapun juga jangan mempunyai hutang yang lebih besar daripada
dari 50% sehingga modal yang dijamin (utang) tidak lebih besar dari
modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri) (Riyanto, 2010:294).
Semua struktur modal adalah baik. Tetapi kalau dengan merubah
struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh
struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan
nilai perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal yang terbaik
(Husnan, 2000:299).
2.2.4.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Riyanto (2010:297), struktur modal suatu perusahaan
dipengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor-faktor yang utama ialah:
1. Tingkat Bunga
Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa
yang akan ditarik, apakah akan mengeluarkan saham atau obligasi.
2. Stabilitas dari “earning”
Suatu perusahaan yang mempunyai “earning” yang stabil akan
selalu dapat memenuhi kewajiban finansiilnya sebagai akibat dari
penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai
“earning” tidak stabil dan “unpredictable” akan menanggung
resiko tidak dapat membayar beban bunga atau tidak dapat
membayar angsuran-angsuran utangnya pada tahun-tahun atau
keadaan buruk. Teori ini didukung oleh Moeljadi (2006:274)
bahwa variabilitas earnings dapat menjadi ukuran resiko bisnis
pinjaman kepada perusahaan yang memiliki earnings yang relatif
stabil.
3. Susunan dari Aktiva
Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari
modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan
mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal
sendiri, sedangkan modal asing sifatnya sebagai pelengkap.
4. Kadar Resiko dari Aktiva
Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan
adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu
aktiva di dalam perusahaan, makin besar resikonya.
5. Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan
Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai
pengaruh terhadap jenis modal yang ditarik. Apabila jumlah modal
yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi hanya dari satu sumber
saja, maka tidaklah perlu mencari sumber lain. Sebaliknya, apabila
jumlah modal yang dibutuhkan adalah sangat besar sehingga tidak
dapat dipenuhi dari satu sumber saja, maka perlulah dicari sumber
dana lain.
6. Keadaan Pasar Modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan
karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila
gelombang meninggi, para investor lebih tertarik untuk
7. Sifat Manajemen
Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsung dalam
pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan
dana.
8. Besarnya Suatu Perusahaan
Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas
akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi
kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan
dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Suatu perusahaan
yang berukuran besar lebih mudah memperoleh pinjaman jika
dibandingkan dengan perusahaan kecil (Moeljadi, 2006:274).
Menurut Brigham dan Houston (2006:42), perusahaan umumnya
mempertimbangkan faktor-faktor berikut ketika membuat keputusan
struktur modal, yaitu:
1. Stabilitas penjualan.
2. Struktur aktiva.
3. Leverage operasi.
4. Tingkat pertumbuhan.
5. Profitabilitas.
6. Pajak.
7. Pengendalian.
8. Sikap manajemen.
9. Sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat.
11.Kondisi internal perusahaan.
12.Fleksibilitas keuangan.
Sedangkan menurut teori Husnan (2000, 334), faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan struktur modal adalah:
1. Lokasi distribusi keuntungan.
2. Stabilitas penjualan dan keuntungan.
3. Kebijakan deviden.
4. Pengendalian.
5. Resiko kebangkrutan.
2.2.5. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan
keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston,
2006:107). Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang
terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal.
Perusahaan yang memiliki keuntungan atau profitabilitas yang
tinggi cenderung menggunakan profit tersebut untuk pembiayaan internal.
Menurut Brigham dan Houston (2006:43), perusahaan-perusahaan yang
memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi
menggunakan utang yang relatif sedikit. Meskipun tidak terdapat
pembenaran teoritis atas fakta ini, salah satu penjelasan praktis adalah
bahwa perusahaan-perusahaan yang sangat menguntungkan seperti Intel,
Microsoft dan Coca-Cola memang sebenarnya tidak banyak membutuhkan
memungkinkan mereka melakukan sebagaian besar pendanaan secara
internal.
Sedangkan pendapat yang dikemukakan oleh Husnan (2000:336),
bahwa semakin stabil keuntungan maka semakin besar kemungkinan
perusahaan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Dengan demikian,
perusahaan akan semakin berani menggunakan hutang.
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.
2.2.6. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal
Menurut Brigham dan Houston (2006:42), perusahaan yang
aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak
menggunakan hutang. Aktiva untuk tujuan umum yang dapat digunakan
oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik.
Hasil pengujian Kartika (2009) menunjukkan bahwa struktur aktiva
berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI diterima, artinya setiap adanya peningkatan pada struktur
aktiva, maka akan diikuti dengan peningkatan struktur modalnya.
Apabila komposisi aktiva suatu perusahaan bersifat
capital-intensive, maka yang diutamakan adalah equity-financing. Artinya, modal
pinjaman hanya merupakan pelengkap, terutama untuk memenuhi
kebutuhan dana bagi pemodal kerja (Moeljadi, 2006:275).
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa struktur
2.2.7. Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal
Profitabilitas dan struktur aktiva merupakan dua variabel yang
diambil dalam penelitian ini sebagai variabel independen yang
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen yaitu struktur
modal.
Dari hasil pengujian Firnanti (2011) menunjukkan bahwa
profitabilitas mempunyai pengaruh negatif terhadap strukutur modal.
Artinya, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi memiliki
dana internal yang lebih tinggi sehingga mendorong penggunaan utang
yang lebih sedikit. Hasil penelitian ini didukung oleh teori Brigham dan
Houston (2006:43), perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat
pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang
relatif sedikit. Meskipun tidak terdapat pembenaran teoritis atas fakta ini,
salah satu penjelasan praktis adalah bahwa perusahaan-perusahaan yang
sangat menguntungkan seperti Intel, Microsoft dan Coca-Cola memang
sebenarnya tidak banyak membutuhkan pendanaan melalui utang. Tingkat
pengembalian mereka yang tinggi memungkinkan mereka melakukan
sebagaian besar pendanaan secara internal.
Menurut Brigham dan Houston (2006:42), perusahaan yang
aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak
menggunakan hutang. Aktiva untuk tujuan umum yang dapat digunakan
oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik. Hasil penelitian
Kartika (2009) menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif
aktiva, maka akan diikuti dengan peningkatan struktur modalnya. Dalam
teori Riyanto (2010:217) bahwa pada umumnya, pemberian kredit oleh
bank adalah berdasarkan hasil penilaian dari bank tersebut terhadap
permohonan kredit mengenai berbagai aspek, salah satunya collateral.
Collateral menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai
jaminan atas kredit yang diberikan oleh Bank.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas dan
struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori, tujuan penelitian dan hasil penelitian
sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan sehingga dapat dijadikan dasar dalam pembuatan kerangka
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan uraian pada landasan teori diatas,
maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
H1: Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal pada
perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
H2: Struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal pada
perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Profitabilitas
(X1)
Struktur Aktiva
(X2)
Struktur Modal
(Y1)
H3: Profitabilitas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap
struktur modal pada perusahaan industri barang konsumsi yang
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasi kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir,
2005:126).
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Profitabilitas (X1), dan Struktur Aktiva (X2) sebagai variabel bebas.
Sedangkan Struktur Modal sebagai variabel terikat (Y).
Variabel-variabel penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini
terdiri dari:
1. Variabel Bebas (X)
a. Profitabilitas (X1)
Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai
kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan
memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen
perusahaan, rasio ini juga memberi gambaran tentang tingkat
Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio Return on
Investment. Return on Investment (ROI) merupakan rasio laba
rugi setelah pajak terhadap total aktiva. Skala pengukurannya
dengan rasio dan dinyatakan dalam presentase. Rasio
profitabilitas yang digunakan adalah (Riyanto, 2010:336):
Keuntungan Neto Sesudah Pajak ROI =
Total Aktiva
b. Struktur Aktiva (X2)
Struktur aktiva ialah perimbangan atau perbandingan baik dalam
artian absolut maupun dalam arti relatif antara aktiva lancar
dengan aktiva tetap (Riyanto, 2010:22). Cara mengukurnya
dengan perbandingan atau perimbangan antara aktiva tetap
dengan total aktiva (Kesuma, 2009). Skala pengukurannya
dengan rasio dan dinyatakan dalam persentase. Adapun
persamaannya sebagai berikut:
Aktiva Tetap SA =
2. Variabel Terikat (Y)
a. Struktur Modal (Y)
Struktur modal menggambarkan proporsi antara utang jangka
panjang dan modal sendiri (Moeljadi, 2006:236). Sedangkan
menurut Riyanto (2010:22), struktur modal adalah pembelanjaan
permanen dimana mencerminkan pula perimbangan antara utang
jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila kita
membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri, maka disebut dengan istilah struktur modal (capital
structure) yang menggambarkan kemampuan modal sendiri
menjamin utang jangka panjang. Skala pengukurannya dengan
rasio dan dinyatakan dalam persentase. Untuk perhitungannya
sebagai berikut (Moeljadi, 2006:52):
Utang Jangka Panjang
Struktur Modal =
Modal Sendiri
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta
ciri-ciri yang yang telah ditetapkan (Nazir, 2005:271). Populasi merupakan
karakteristik-karakteristik yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi
dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004:44).
Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan yang
tergolong dalam kelompok perusahaan industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2011.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 41 perusahaan.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri
dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono,
2004:44).
Teknik purposive sampling digunakan pada penelitian-penelitian
yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam
menentukan sampel penelitian (Bungin, 2006:115). Dalam penelitian ini,
sampel yang diambil dari populasi dilakukan dengan purposive sampling
yang didasarkan pada beberapa kriteria, yaitu:
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah
perusahaan industri barang konsumsi.
2. Perusahaan industri barang konsumsi terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2009-2011.
3. Perusahaan industri barang konsumsi mengalami profit selama 3
Dari populasi sebanyak 41 perusahaan industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diperoleh sebanyak 26 perusahaan
yang memenuhi kriteria sebagai sampel, yaitu:
1. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
2. Cahaya Kalbar Tbk.
3. Delta Djakarta Tbk.
4. PT Fast food Indonesia Tbk.
5. Indofood Sukses Makmur Tbk.
6. Multi Bintang Indonesia Tbk.
7. Mayora Indah Tbk.
8. Prashida Aneka Niaga Tbk.
9. Sekar Laut Tbk.
10.Siantar Top Tbk.
11.Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk.
12.Tunas Baru Lampung Tbk.
13.Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk.
14.Gudang Garam Tbk.
15.Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
16.Darya Varia Laboratoria Tbk.
17.Indofarma Tbk.
18.Kimia Farma Tbk.
19.Kalbe Farma Tbk.
21.Pyridam Farma Tbk.
22.Tempo Scan Pasific Tbk.
23.Mustika Ratu Tbk.
24.Mandom Indonesia Tbk.
25.Unilever Indonesia Tbk.
26.Kedawung Setia Industrial Tbk.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
sekunder yang mana data ini diperoleh dan dikelola sedemikian rupa untuk
keperluan penelitian. Data dan sumber data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita
butuhkan (Bungin, 2006:122).
Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara
langsung dari objek penelitian melainkan dari pihak lain. Data sekunder
yang digunakan meliputi ICMD dan laporan keuangan perusahaan industri
barang konsumsi periode 2009-2011. Sumber data sekunder diharapkan
dapat berperan membantu mengungkap data yang diharapkan (Bungin,
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang peneliti gunakan diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia. Di BEI (Bursa Efek Indonesia), terdapat data-data mengenai
laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan oleh peneliti yaitu
perusahaan industri barang konsumsi.
3.3.3. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah teknik atau
metode dokumenter. Metode dokumenter adalah salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis (Bungin,
2006:144). Metode ini mengumpulkan dan menggunakan data yang
tercantum pada laporan keuangan perusahaan industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.
3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam melakukan pengujian
hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Analisis
regresi linier berganda (multiple linear regression) adalah hubungan
sebuah variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen.
Analisis regeresi linier berganda adalah suatu metode statistik umum yang
dengan beberapa variabel independen. Adapun bentuk matematis analisis
regresi linier berganda adalah (Sulaiman, 2004:80):
Y = α + β1X1 + β2X2 + e
Dimana:
Y = variabel struktur modal
α = konstanta
β1 dan β2 = koefisien regresi
X1 = variabel profitabilitas
X2 = variabel struktur aktiva
e = standar error
Sebelum melakukan uji hipotesis, sesuai dengan ketentuan bahwa
dalam uji regresi linier berganda harus dilakukan uji asumsi klasik terlebih
dahulu agar penelitian tidak bias dan untuk menguji kesalahan model
regresi yang dilakukan dalam penelitian. Pengujian asumsi klasik yang
dilakukan yaitu :
1. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau
independen (Ghozali, 2009:95). Hasil pengujian multikolinieritas
Dasar pengambilan keputusan:
a. VIF ≥ 10 menunjukkan terjadinya multikolinearitas atau korelasi
antar variabel independen (profitabilitas dan struktur aktiva)
b. VIF < 10 menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas atau
korelasi antar variabel independen (profitabilitas dan struktur
aktiva).
2. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2009:125). Pengujian
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Rank Spearman
(Santoso, 2003:242).
Proses pengambilan keputusan:
a. Ho: kedua variabel tidak ada hubungan satu dengan yang lain.
b. Hi: kedua variabel ada hubungan yang signifikan satu dengan
yang lain.
Dasar pengambilan keputusan:
a. Probabilitas > 0,05 maka Ho diterima.
b. Probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.
3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu korelasi antara nilai variabel dengan nilai
variabel yang sama pada lag satu atau lebih sebelumnya (Suharjo,
dilakukan pengujian Durbin – Watson (DW) dengan ketentuan
sebagai berikut (Sulaiman, 2004:89):
a. 1,65 < DW < 2,35 menunjukkan tidak adanya autokorelasi.
b. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 menunjukkan tidak
dapat disimpulkan.
c. DW < 1,21 atau DW > 2,79 menunjukkan terjadinya
autokorelasi.
3.4.2. Teknik Pengujian Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi
normal atau tidak (Ghozali, 2009:147). Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai
metode diantaranya Kolmogorov Smirnov test (Sumarsono, 2004:40).
Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
b. Jika nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi adalah normal.
3.4.3. Uji Hipotesis
Pengujian terhadap model regresi linier berganda pada penelitian
1. Pengujian menyeluruh atau simultan (Uji F)
Uji F disebut juga uji serempak atau uji simultan (Gujarati,
1995:120). Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap semua
variabel bebas yang meliputi profitabilitas dan struktur aktiva
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau
mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal.
Dengan demikian, akan dapat diketahui model hubungan
fungsional antara variabel terikat dengan variabel bebas yang
terbentuk pada penelitian ini.
Formulasi hipotesis:
a. Ho : βi = 0, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan secara simultan dari variabel bebas terhadap variabel
terikat.
b. Ho : βi ≠ 0, artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
secara simultan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi), dasar pengambilan
keputusannya adalah:
a. Jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima.
b. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.
2. Uji koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan dalam menerangkan variasi-variasi variabel dependen.
berarti kemampuan variabel-veriabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:87).
3. Pengujian individual atau parsial (Uji t)
Uji t dimaksudkan untuk menguji pengaruh setiap variabel bebas
(X) terhadap variabel tidak bebas (Y). Uji t dipakai untuk melihat
signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap
variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat
konstan (Sulaiman, 2004:87).
Formulasi hipotesis:
a. Ho : βi = 0 menunjukkan bahwa variabel independen tidak ada
pengaruh terhadap struktur modal.
b. Ho : βi ≠ 0 menunjukkan bahwa variabel independen ada
pengaruh terhadap struktur modal.
Berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi), dasar pengambilan
keputusannya adalah:
c. Jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima.
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
1. PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA)
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk ("Perseroan" atau "TPS") telah
menjadi perusahaan publik dengan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2003. TPS adalah salah satu perusahaan yang termasuk dalam
Indeks Kompas 100 dan mendapat penghargaan Best Consumer Goods
Industry Public Listed Company.
TPS beroperasi di bidang makanan, agrobisnis, dan beras melalui
anak perusahaannya. Divisi Manufaktur Makanan yang berjalan selama
lebih dari 50 tahun telah menjadi roda penggerak Perseroan. Namun,
kinerja Divisi Agrobisnis dan Divisi Beras telah berkembang pesat dan
terus tumbuh dalam memberikan kontribusi finansial kepada Perseroan.
2. PT. Cahaya Kalbar Tbk (CEKA)
PT. Cahaya Kabar Tbk adalah suatu perseroan terbatas
berkedudukan di Kabupaten bekasi dengan alamat di Jalan Industri Selatan
3 Blok GG No. 1, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi
17550-Propinsi Jawa Barat (Perseroan). Perseroan bergerak di bidang industri dan
turunannya, biji tengkawang, minyak tengkawang dan minyak nabati
spesialitas.
3. PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA)
PT. Delta Djakarta (“Perseroan”) didirikan pada tahun 1932 oleh
suatu kelompok usaha Jerman yang pada awalnya bernama Archipel
Brouwerij NV, selanjutnya kelompok usaha Belanda mengambil alih
Perseroan dan merubah namanya menjadi NV De Oranje brouwerij. Pada
tahun 1970, Perseroan berubah nama dengan namanya yang dkenal saat
ini, PT. Delta Djakarta.
Perseroan memproduksi dan mendistribusikan produk Bir Pilsener
dan Bir Hitam untuk pasar dvmestik dengan merek dagang Anker Bir,
Anker Stout, Carlsberg, San Miguel pale Pilsen, SanMig Light and Kuda
Putih, serta produk minuman non-alkhohol dengan merek dagang Sodaku.
Perseroan juga memproduksi dan mengekspor berbagai merek bir pilsener.
4. PT. Fast Food Indonesia Tbk (FAST)
PT. Fast Food Indonesia Tbk. adalah satu-satunya pemegang hak
waralaba KFC untuk seluruh Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh
Gelael Group pada 1978 sebagai pihak yang mengawali akuisisi hak
waralaba KFC untuk seluruh Indonesia.
Produk unggulan Perseroan, Colonel’s Original Recipe dan Hot &
Indonesia, dan konsisten sebagai ayam goreng paling lezat menurut
berbagai survei di Indonesia.
5. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Dalam beberapa dekade ini PT Indofood Sukses Makmur Tbk telah
bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan
kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi
makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi
produk akhir yang tersedia di pasar. Dalam menjalankan kegiatan
usahanya, indofood memperoleh manfaat dari ketangguhan model
bisnisnya yang terdiri dari empat kelompok usaha strategis (Grup) yang
saling melengkapi. Grup tersebut adalah produk konsumen bermerek
(CBP) yang dijalankan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur
merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan terkemuka dan
dikenal di indonesia. Grup kedua yaitu Bogasari yang kegiatan usaha
utamanya memproduksi tepung terigu dan pasta. Grup ketiga adalah
Agribisnis yang dijalankan oleh PT Salim Pratama Tbk. Kegiatan usaha
utama grup ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan,
pemuliaan dan pengvlahan kelapa sawit hingga produksi dan pemasaran
minyak goreng, margarin dan shortening bermerek. Grup keempat yaitu
Distribusi yang kegiatan utamanya mendistribusikan hampir seluruh
produk konsumen indofood dan anak-anak perusahaannya, serta berbagai
6. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)
Pertama kali didirikan dengan nama Nederlandsch-Indische
Bierbrouwerijen di Medan pada tahun 1929, perusahaan ini
mengoperasikan brewery-nya di Surabaya sebelum membangun brewery
kedua di Tangerang pada tahun 1972.
MBI sinonim dengan bir Bintang, merek bir unggulan Indonesia.
Selain menawarkan portofolio merek bir dan minuman ringan, MBI juga
memproduksi dan memasarkan Heineken, Bintang Zero dan Green Sands
di Indonesia. Meskipun brewery MBI berada di Sampang Agung dan
Tangerang, MBI melalui anak perusahaannya, PT Multi Bintang Indonesia
Niaga telah memantapkan pijakannya dalam bidang penjualan dan
pemasaran di seluruh kota besar di Indonesia yang terbentang dari Medan
di Sumatra Utara hingga ke Jayapura di Papua.
7. PT. Mayora Indah Tbk (MYOR)
PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977
dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang. Menjadi perusahaan publik
pada tahun 1990 Saat ini, PT. Mayora Indah Tbk. memiliki 6 (enam) divisi
yang masing masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi,
meliputi devisi biskuit, devisi kembang gula, devisi wafer, devisi coklat,
8. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN)
Perseroan yang didirikan dengan Akta Pendirian nomor 7 pada
tanggal 16 April 1974, semula bernama PT Aneka Bumi Asih dan
berkedudukan di Jakarta. Berdasarkan Akta Nomor 189 tanggal 25 April
1984 tempat kedudukan Perseroan dipindahkan dari Jakarta ke Palembang.
Bidang usaha Perseroan dan Anak Perusahaan yang utama adalah
pengolahan dan perdagangan hasil-hasil bumi seperti kopi dan karet
remah. Industri karet remah Perseroan yang terletak di Palembang
menghasilkan 3 jenis Standard Indonesia Rubber (SIR) yaitu: SIR 5, SIR
10 dan SIR 20.
9. PT. Sierad Produce Tbk (SKLT)
Sierad Produce, dahulu bernama PT Betara Darma Export, berdiri
pada tanggal 6 September 1985. Nama Sierad mulai diguakan pada tanggal
27 Desember 1996 saat persiapan Public listing di Bursa Efek Jakarta.
Bisnis utama perusahaan ini meliputi produksi pakan ternak, pembibitan
ayam, penetasan telur, produksi anak ayam (DOC), kemitraan, rumah
potong ayam, industri peralatan peternakan dan industri tepung ikan.
10. PT. Siantar Top Tbk (STTP)
PT. Siantar Top Tbk (perusahaan) didirikan berdasarkan akte No
Sidoarjo dan akte perubahannya No. 64 tanggal 24 Maret 1988 dari notaris
yang sama.
Ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak pada b