• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI GENOTIP PADI LOKAL KAMBA ASAL DATARAN LORE GENOTYPE CHARACTERIZATION OF LOCAL RICE KAMBA ORIGIN LORE PLAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISASI GENOTIP PADI LOKAL KAMBA ASAL DATARAN LORE GENOTYPE CHARACTERIZATION OF LOCAL RICE KAMBA ORIGIN LORE PLAIN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

146

KARAKTERISASI GENOTIP PADI LOKAL KAMBA

ASAL DATARAN LORE

GENOTYPE CHARACTERIZATION OF LOCAL RICE KAMBA

ORIGIN LORE PLAIN

Ody Dipayana Putra1), Sakka Samudin2), Irwan Lakani2)

1)

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu

2) Staf Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu

E-mail : odydipayanaputra@yahoo.com

ABSTRACT

Rice (Oryza sativa L.) is a commodity of major crops that an important roles in the economic of Indonesia. Kambais one of the local rice germplasm collection sowned by Central Sulawesi that are superior from the plains of Lore. It has a fluffier rice flavor, white color, distinctive aroma, and has a good shelf life. The research aims to identify qualitative and quantitative morphological characters of genotypes of local kamba plains origin to Lore. This study used Randomized Block Design (RBD) with six treatments of rice genotypes namely Kamba, Kamba kolori, bulili Kamba, KambaWuasa, gold Kamba, Kamba cashew. Each treatment in repeated three times to produce 18 units of the experiment. The resultsof the six rice Genotypes Kamba indicates the level of diversity in leaf morphology, color of grain, end grain color, grain shape, grain tail and endosperm type (rice).

Keywords: Characterization, Kamba rice, Genotype.

ABSTRAK

Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi indonesia. Kamba merupakan salah satu padi lokal dan koleksi plasma nutfah yang dimiliki Sulawesi Tengah yang bersifat unggul berasal dari dataran Lore. Berasnya memiliki rasa yang pulen, warna yang putih bersih, aroma yang khas, dan memiliki daya simpan yang baik.Penelitian ini untuk mengidentifikasi karakter kulitatif dan kuantitatif morfologi genotip padi lokal kamba asal dataran lore. Penelitian ini menggunakaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan enam perlakuan genotip padi yaitu kamba, kamba kolori, kamba bulili, kamba wuasa, kamba emas, kamba mete. Setiap perlakuan di ulang sebanyak tiga kali sehingga menghasilkan 18 unit percobaan. Hasil penelitian dari ke enam geotip padikamba menunjukan adanya tingkat keragaman pada bentuk morfologi bulu daun, warna gabah, warna ujung gabah, bentuk gabah, ekor gabah dan tipe endosperm (beras).

Kata kunci : Karakterisasi, Padi kamba, Genotip.

(2)

147

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras yang memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi indonesia. Padi sebagai tanaman pangan dikonsumsi kurang lebih 90% dari keseluruhan penduduk Indonesia untuk makanan pokok sehari-hari(Saragih, 2001).

Menurut Fox (1991), di Indonesia tercatat lebih dari 8.000 varietas padi lokal atau tradisional yang biasa ditanam petani. Akan tetapi, dengan adanya program Revolusi Hijau yang mengintroduksikan varietas padi unggul, keanekaragaman padi lokal menurun secara drastis.

Pelestarian plasma nutfah disertai dengan

karakterisasi merupakan upaya dalam

menyediakan gen-gen yang bermanfaat untuk

perkembangan teknologi pertanian

berkelanjutan yang digunakan dalam perakitan suatu varietas baru yang bersifat unggul. Karakterisasi terhadap suatu tanaman akan mampu memberikan informasi yang deskriptif terhadap sifat-sifat penting yang di miliki oleh suatu tanaman.

Kamba merupakan salah satu tanaman padi lokal koleksi plasma nutfah yang dimiliki Sulawesi Tengah yang bersifat unggul berasal dari dataran Lore (Bada, Napu dan Lindu). Berasnya memiliki rasa yang pulen, warna yang putih bersih, aroma yang khas, dan memiliki daya simpan yang baik setelah di

masak menjadi nasi sehingga tetap

dibudidayakan oleh masyarakat setempat, genotip padi lokal kamba terdapat beberapa jenis yang tersebar di dataran lore namun produksinya masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh cara budidaya yang dilakukan masih bersifat konvensional. Selain itu juga

diduga kemurnian varietas ini mulai

diragukan.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan karakterisasi genotip terhadap padi lokal kamba asal dataran lore mengingat pentingnya plasma nutfah dalam program pemuliaan sehingga mampu memberikan penjelasan secara deskriptif terhadap sifat – sifat penting dari genotip padi lokal kamba. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi karakter kulitatif dan

kuantitatif morfologi genotip padi lokal kamba asal dataran lore.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat

diperolehnya data karakter genotip yang berkaitan dengan ciri morfologi padi lokal kamba asal dataran lore, untuk dapat diinput sebagai sumber genetik pada pemuliaan tanaman padi, selain itu keanekaragaman plasma nutfah padi dapat terjaga.

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di BPTP

(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)

Sulawesi Tengah, tepatnya di Screen

House(rumah kawat) Kebun Percobaan BPTP

Sidondo, Desa Sidondo, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, dan dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juni 2013.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan adalah sekop, cangkul, sabit, gembor, ember, kaca pembesar (lup), jangka sorong, portable area meter, mistar, alat tulis menulis dan kamera digital

(3)

148

(alat dokumentasi). Bahan yang digunakan adalah benih 6 genotip padi yang berasal dari Dataran Lore yaitu kamba, kamba kolori, kamba bulili, kamba wuasa, kamba emas, kamba mete, tanah serta bahan organik pupuk kandang ayam petelur.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakaan Rancangan

Acak Kelompok (RAK) dengan enam

perlakuan genotip padi yaitu kamba, kamba kolori, kamba bulili, kamba wuasa, kamba emas, kamba mete. Setiap perlakuan di ulang sebanyak tiga kali sehingga menghasilkan 18 unit percobaan. Tiap unit percobaan terdiri dari 3 tanaman sehingga menghasilkan 54 populasi sampel tanaman padi yang diamati. Parameter Pengamatan

Kualitatif

1. Bulu daun, muka daun, posisi daun ,daun bendera, warna helai daun, warna pelepah daun, warna lidah daun, warna leher daun, warna telingga daun, ketuaan daun. 2. Sudut batang, kekuatan batang, warna

nodia, warna internodia atau ruas batang. 3. Bulu pada gabah, kerontokan, bulu ekor

gabah atau apiculus, warna ujung gabah,

warna gabah, bentuk gabah, tipe

endosperem atau beras . Kuantitatif

1. Tinggi tanaman setelah stadia generatif berakhir.

2. Jumlah anakan diamati dengan ketentuan anakan padi telah berdaun tiga helaian daun.

3. Jumlah malai diamati dari anakan prodoktif yang diamati pada saat masak susu sampai saat menjelang panen.

4. Waktu umur keluar malai pada masa stadia vegetatif berakhir dan memasuki

stadia generatif awal (penampakan

terjadinya pembengkakan pada pelepah atau masa bunting yang di ikuti oleh pemanjangan ruas batang).

5. Waktu umur panen

Ragam genotipik = ktg-kte

ktg dimana :

ktg = kuadrat tengah genotip kte = kuadrat tengah galat

Ragam fenotipik = + kte

dimana :

= Ragam genotipik kte = kuadrat tengah galat

Koefisien keragaman genotip ( ) =

̅ 100% dimana : = ragam genotipik ̅ = rerata umum Heritabilitasℎ = dimana : = ragam genotipik = ragam fenotipik

(4)

149

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Karakter kualitatif

Tabel 1. Karakter Kualitatif 6 genotip padi kamba asal Dataran Lore berdasarkan (bulu daun, muka daun,warna daun, warna pelepah, warna lidah daun, warna leher daun, telinga daun, warna nodia, warna ruas batang, bulu pada gabah, warna gabah).

Pengamatan

Genotip

Kamba Kamba Emas Kamba Mete Kamba Wuasa Kamba Bulili Kamba Kolori

Bulu Daun Kasar Halus Kasar Kasar Halus Kasar

Muka Daun Kasar Halus Kasar Kasar Halus Kasar

Warna Daun Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau

Warna Pelepah Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau

Warna Lidah Daun

Putih Putih Putih Putih Putih Putih

Warna Leher Daun

Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau

Telinga Daun Putih Putih Putih Putih Putih Putih

Warna nodia Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau

Warna ruas batang Kuning keemasan Kuning keemasan Kuning keemasan Kuning keemasan Kuning keemasan Kuning keemasan Bulu pada gabah Sebagian berbulu Sebagian berbulu Sebagian berbulu Sebagian berbulu

Tidak Berbulu Tidak Berbulu Warna gabah Ada galer

coklat pada dasar warna jerami Keemasn sampai coklat Ada galer coklat pada dasar warna jerami Ada galer coklat pada dasar warna jerami

Warna jerami Warna jerami

Hasil pengamatan genotip padi kamba asal Dataran Lore secara visual yang diamati berdasarkan morfologi bagian daun, batang dan gabah menunjukan bahwa terdapat keragaman pada bulu daun, muka daun, posisi daun, bulu pada gabah dan warna gabah diantara genotip padi kamba kecuali karakter warna daun, warna pelepah, warna lidah daun, warna leher daun, telingga daun, telingga daun, nodia, warna ruas batang. Genotip kamba, kamba mete, kamba wuasa kamba kolori memiliki struktur bulu daun dan muka

daun yang kasar sedangkan genotip kamba emas, dan kamba bulili memiliki struktur bulu daun dan muka daun yang halus. Pada posisi daun terkulai dimiliki genotip kamba emas dibandingkan dengan kamba, kamba mete, kamba wuasa, kamba bulili, kamba kolori

yang memiliki posisi daun yang

tegak,sedangkan pada gabah terdapat gabah yang sebagian berbulu dan tidak berbulu serta warna gabah yang beragam dari ke 6 genotip padi lokal kamba yang diamati.

(5)

150

Karakter Kuntitatif

Tabel 2. Rataan karakter kuantitatif tinggitanaman, luas daun, panjang daun, jumlah anakan Produktif 6 genotip Padi Kamba asal Dataran Lore.

Genotip Tinggi

Tanaman (cm)

Luas Daun Panjang Daun Jumlah anakan produktif

Kamba 177.67 59.13 72.67 4.33 Kamba mete 185.33 59.00 72.00 5.00 Kamba emas 184.00 61.33 79.33 3.53 Kamba wuasa 188.33 59.00 74.33 4.23 Kamba kolori 156.33 39.67 61.33 5.20 Kamba bulili 163.67 44.00 65.33 5.33 Rata-rata 175.89 53.69 70.83 4.61

Pengamatan kuantitatif terhadap tinggi tanaman yaitu genotip kamba wuasa memiliki nilai tertinggi untuk karakter tinggi tanaman dan terendah di miliki oleh genotip kamba kolori (Tabel 2), diameter batang terbesar dimiliki oleh genotip kamba emas sedangkan genotip yang lainnya memiliki diameter batang yang relatif sama (Tabel 2),

genotip kamba bulili memiliki jumlah anakan produktif terbanyak, disusul oleh genotip kamba kolori yang tidak memiliki perbedaan jauh dengan kamba bulili sedangkan jumlah anakan yang rendah dimiliki oleh genotip kamba emas (Tabel 2).

Tabel 3. Rataan karakter kuantitatif Sudut daun bendera, umur keluar malai, umur berbunga,panjang malai 6 genotip Padi Kamba asal Dataran Lore.

Genotip Sudut Daun

Bendera

Umur Keluar Malai (Hari)

Umur Berbunga (Hari) Panjang Malai (cm) Kamba 100.00 98.23 99.23 26.00 Kamba mete 116.67 97.10 98.10 31.33 Kamba emas 121.67 99.67 100.67 31.67 Kamba wuasa 84.67 101.80 102.57 31.67 Kamba kolori 112.33 132.67 133.67 25.33 Kamba bulili 118.33 132.43 133.43 25.67 Rata-rata 108.94 110.32 111.28 28.61

Pengamatan kuantitatif berdasarkan

sudut daun bendera, panjang malai, umur keluar malai, dan umur berbungga dintara 6 genotip yang diamati, diperoleh sudut daun bendera terbesar dimiliki oleh genotip kamba bulili dan terendah yaitu kamba wuasa (Tabel 3). Untuk panjang malai genotip kamba emas

dan kamba wuasa dengan panjang malai yang relatif sama dibandingkan dengan genotip lainnya (Tabel 3). Kecepatan keluar malai dari 6 genotip yang di amati memiliki rengs waktu yang tidak begitu berjauhan dengan umur berbungga dengan perbedaan rengs 1 hari antara umur keluar malai dan umur

(6)

151

berbungga yaitu genotip yang tercepat dimiliki oleh kamba mete dan terlambat dimiliki oleh

genotip kamba kolori dan kamba bulili (Tabel 3).

Tabel 4. Rataan karakter kuantitatif jumlah gabah berisi, jumlah gabah hampa, umur panen, bobot 1000 butir 6 genotip Padi Kamba asal Dataran Lore.

genotip Jumlah Gabah Berisi Jumlah Gabah Hampa Waktu Panen (Hari) Bobot 1000 butir (g) Kamba 183.00 18.33 127.90 23.00 Kamba mete 177.67 16.33 128.33 19.73 Kamba emas 178.00 18.33 129.33 20.27 Kamba wuasa 162.33 17.33 131.57 22.93 Kamba kolori 193.67 14.67 159.30 15.80 Kamba bulili 199.67 18.00 159.43 18.87 Rata-rata 182.39 17.17 139.31 20.10

Pengamatan terhadap jumlah gabah berisi, jumlah gabah hampa, waktu panen dan bobot 1000 butir dari 6 genotip padi kamba yaitu jumlah gabah berisi terbanyak terdapat pada genotip kamba bulili dan terendah kamba wuasa (Tabel 4),

pada pengamatan gabah hampa tertinggi terdapat pada genotip kamba dan kamba emassedangkan yang terendah pada genotip kamba kolori (Tabel 4). Bobot 1000 butir tertinggi terdapat pada genotip kamba dan terendah pada genotip kamba kolori (Tabel 4). Tabel 5. Nilai ragam genotipik, ragam fenotipik, koefisien keragaman genetik, dan heritabilitas

beberapa sifat genotip padi kamba asal dataran lore.

Sifat yang diamati h2

Tinggi tanaman 0.76 124.74 0.42 0.01 Luas daun Panjang Daun 0.87 0.42 35.41 73.75 1.61 0.59 0.02 0.01

Jumlah anakan produktif 0.54 1.20 11.74 0.45

Sudut Daun Bendera 0.09 61.26 0.82 0.01

Umur keluar malai (Hari) 1.00 1.82 0.91 0.55

Umur Berbunga (Hari) 1.00 2.86 0.90 0.35

Panjang malai 0.99 1.31 3.46 0.76

Jumlah gabah berisi 0.77 119.86 0.42 0.01

Jumlah gabah hampa 0.09 5.79 0.00 0.01

Waktu panen 1.00 1.49 0.72 0.70

Bobot 1000 butir 0.98 1.41 4.88 0.70

Keterangan :

= ragam genotipik

=ragam fenotipik

KKG = koefisien keragaman genetik h2 = heritabilitas

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian secara kulitatif pada 6 genotip padi kamba asal dataran lore pada pengamatan secara visual menunjukan

(7)

152

adanya tingkat keragaman pada bagian bulu daun, posisi daun, bulu pada gabah, ekor gabah, warna gabah, bentuk gabah, dan tipe endosperm

Pengamatan visual terhadap 6 genotip padi kamba asal dataran lore terhadap warna daun warna pelepah, warna lidah daun, warna leher daun, warna telingga daun, ketuaan daun, sudut batang, kekuatan batang, warna nodia dan warna ruas batang, tipe malai,

kerontokan gabah tidak menunjukan

perbedaan yang mendasar, warna daun (hijau). Hasil penelitian kuantitatif terhadap

tinggi tanaman menunjukan adanya

keragaman 6 genotip padi kamba asal dataran lore yaitu karakter tertinggi dimiliki oleh genotip kamba wuasa (188.33 cm), diikuti genotip kamba mete (185.33 cm), genotip kamba emas (184 cm), genotip kamba (177.67 cm), genotip kamba bulili (163.67 cm) dan terendah dimiliki oleh genotip kamba kolori (156.3 cm) dengan rata-rata tinggi tanaman (175.9 cm) (Tabel 2). Tinggi tanaman adalah suatu sifat baku (keturunan). Gardner dkk, (1991) mangatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikendalikan oleh faktor genotip dan lingkungan.

Jumlah anakan produktif 6 genotip kamba asal dataran lore menunjukan adanya

keragaman terhadap kemampuan suatu

genotip kamba menghasilkan anakan

produktif yaitu anakan terbannyak dihasilkan oleh genotip kamba bulili (5.33) dan terendah dimiliki oleh genotip kamba emas (3.53) dengan kisaran rata-rata (4.61) (Tabel 2).

Kemampuan suatu tanaman padi

menghasilkan anakan produktif berhubungan jumlah malai setiap rumpunnya yaitu anakan produktif yang tinggi akan menghasilkan jumlah malai yang tinggi sebaliknya anakan produktif rendah akan menghasilkan jumlah malai yang rendah. Menurut Gardner dkk (1991) jumlah anakan akan maksimal apabila tanaman memiliki sifat genetik yang baik ditambah dengan keadaan lingkungan yang

menguntungkan atau sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sudut daun bendera dari seluruh genotip

yang diamati menunjukan kisaran (84.67o)

genotip kamba wuasa sampai (121.67o)

genotip kamba emas dengan rata-rata

(108.94o) (Tabel 3). Malai terpanjang dimiliki

oleh kamba emas dan kamba wuasa (31.67 cm) dan terpendek dimiliki oleh genotip (25.33 cm) dengan rata-rata panjang malai (28.61 cm) (Tabel 3)

Umur keluar malai dan umur berbungga 6 genotip padi kamba asal dataran lore tidak memiliki rengs hari yang tidak begitu jauh yaitu umur berbungga hanya berselang satu hari setelah keluarnya malai yang ditandai dengan keluarnya lema dan palea pada kulit

gabah padi kamba. Ismunaji (1998)

menyatakan bahwa didaerah tropik masa vegetatif memerlukan 60 hari, fase reproduktif 30 hari dan fase pemasakan 30 hari. Ini berarti keluar malai diperkirakan 30 hari sebelum panen. Malai yang keluar tercepat dimiliki oleh genotip kamba mete (98.10) hari setelah tanam (Tabel 3) dan terlambat dimiliki oleh genotip kamba kolori (132.67) hari setelah tanam (Tabel 3) dengan rata-rata (110.32 hari) (Tabel 3). Waktu penen tercepat dimiliki oleh genotip kamba mete (127.67) (Tabel 4) hari setelah tanam dan terlambat dimiliki oleh (159.43) (Tabel 4) hari setelah tanam dengan kisaran rata-rata (139.1 hari) (Tabel 8).

Panjang malai 6 genotip padi kamba menunjukan adanya keragaman dari genotip yang di amati yaitu malai terpanjang dimiliki oleh genotip kamba emas dan kamba wuasa dengan panjang 31.67 (Tabel 4) dan malai terpendek dimiliki oleh genotip kamba kolori dengan panjang 25.33 (Tabel 4) dengan kisaran rata-rata panjang malai 28.61 (Tabel 4). Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam ukuran, yaitu malai pendek (< 20 cm), malai sedang (20-30 cm), dan malai panjang (> 30 cm) (AAK. 1990)

Presentase jumlah gabah berisi tertinggi dimiliki oleh genotip kamba bulili (199.67%)

(8)

153

(Tabel 4) dan terendah dimiliki oleh genotip kamba wuasa (162.33%) (Tabel 4). Presentase jumlah gabah hampa menunjukan perbedaan dengan tingkat gabah berisi yaitu jumlah gabah hampa terbanyak dimiliki oleh genotip kamba kamba emas dan kamba (18.33%) (Tabel 4) dan terendah dimiliki oleh kamba kolori (14.67%) (Tabel 4). Salah satu faktor yang menentukan produksi tanaman adalah jumlah gabah. Jumlah gabah tergantung pada kegiatan fotosintesis tanaman selama fase produksi (Gardner, 1991).

Bobot 1000 butir gabah kering 6 genotip padi kamba asal dataran lore menunjukan genotip yang memiliki bobot gabah terberat yaitu genotip kamba (23.00 g) dan terendah dimiliki oleh genotip kamba kolori (15.80 g) dengan kisaran rata-rata (20.10 g).

Genotip padi lokal kamba asal dataran lore yang diamati memiliki keragaman genetik yang berfariasi pada koefisien keragaman

genetik (KKG) dan heretabilitas (h2) yaitu

koefisien keragaman genetik tertinggi terdapat pada pengamatan jumlah anakan produktif 11.74 (table 5) dan terendah pada pengamatan jumlah gabah hampa 0.00 (Tabel 5) koefisien keragaman genetik (KKG) relatif rendah (>0 - 25%), agak rendah (26% - 50%), cukup tinggi (51% - 75%) dan tinggi (76% - 100%) (Moedjiono dan Mejaya, 1994).

Pada pengamatan heritebilitas 6 genotip padi lokal kamba nilai heritabilitas tertinggi terdapat pada panjang malai dengan nilai heretabilitas 0.75 (Tabel 5) dan terendah terdapat pada tinggi tanaman, sudut daun bendera, gabah berisi dan gabah hampa dengan nilai heretabilitas 0.01 (Tabel 5).

Nilai heritabilitas yang tinggi sangat berperan dalam meningkatkan efektifitas

seleksi.Pada karakter yang memiliki

heritabilitas tinggiseleksi akan berlangsung lebih efektif karena pengaruh lingkungan kecil,sehingga faktor genetik lebih dominan

dalampenampilan genetik tanaman.Pada

karakter yang nilai dugaheritabilitasnya

rendah seleksi akan berjalan relative kurang

efektif, karena penampilan fenotipe tanaman

lebih dipengaruhi factor lingkungan

dibandingkandengan faktor genetiknya

(IGP Muliarta Aryana, 2007).

Menurut Poehlman (1983),

keberhasilansuatu program pemuliaan

tanaman padahakekatnya sangat tergantung kepada adanyakeragaman genetik dan nilai duga heritabilitas.Sementara itu Knight (1979) menyatakan bahwapendugaan nilai keragaman genetik, dan nilaiduga heritabilitas bervariasi tergantung kepada

faktor lingkungan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 6 genotip padi kamba asal dataran lore maka dapat disimpulkan bahwa

Karakter kualitatif genotip padi kamba asal dataran lore menunjukan adanya tingkat keragaman pada bentuk morfologi bulu daun, bulu gabah, warna gabah.

Karakter kuantitatif genotip padi kamba asal dataran lore menunjukan adanya tingkat keragaman genetik yang cukup tinggi, pada tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, luas daun, sudut daun bendera, panjang malai, dan bobot 1000 butir.

Genotip padi lokal asal dataran lore memiliki keragaman genetik yang cukup tinggi sehingga dapat menjadi acuan dalam pemuliaan tanaman.

Saran

untuk menjaga genotip lokal agar tidak mengalami kepunahan maka perlu dilakukan karakterisasi terhadap genotip lokal lainnya sehingga dapat bermanfaat untuk progam pemuliaan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1990. Definisi Tentang Tanaman Morfologi Tanaman Padi. rowse »

(9)

154

Tanaman » Morfologi Tanaman Padi. Diakses Pada Tanggal 3 November 2012.

Fox, 1991. dalam Irawan dan purbayanti, 2008. Karakterisasi dan Kekerabatan

Kultivar Padi LokalDi Desa

Rancakalong, Kecamatan

Rancakalong, Kabupaten Sumedang , hlm 1 – 40, Universitas Padjadjaran. Gardner, P, F, R,B, Pearce dan R,I, Michell.

1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Terjemahan oleh H, Susilo.

Universitas Indonesia Press. Jakarta.

IGP Muliarta Aryana, 2007.Uji Keseragaman,

Heritabilitas danKemajuan Genetik Galur Padi BerasMerah Hasil Seleksi Silang Balik di Lingkungan Gogo.

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Ismunaji, 1998. Padi Buku 2. Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor.

Moedjiono, M. J, dan Mejaya. 1994. Variabilitas genetik Beberapa Karakter Plasma Nutfa Jagung Koleksi Balittas Malang. Zuriat, Vol 5 (2) : 27-32

Poelhman,J.M.1983. Crop breeding a hungry word,in: D.R. Wol(Ed.). Crop Breeding.Am.Soc. of Agron. Crop. Sci. Of Amirica.Madicon.Wisconsin. P103-111 Knight, R. 1979. Quantitative genetics, statistics and plant breeding. In G.M. Halloran, R.

Knight, K.S. Mc Whirter and D.H.B. Sparrow (ed.) Plant breeding. Australia Vice Consellors Comite. Brisbane. p. 41-78

Gambar

Tabel  1.  Karakter  Kualitatif  6  genotip  padi  kamba  asal  Dataran  Lore  berdasarkan  (bulu  daun,  muka  daun,warna  daun,  warna  pelepah,  warna  lidah  daun,  warna  leher  daun,  telinga  daun, warna nodia, warna ruas batang, bulu pada gabah, wa

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan pada sembilan karakter yaitu jumlah sisik sebelum sirip dorsal (PreD), jumlah sisik sepanjang gurat sisi (LL), jumlah sisik awal sirip dorsal (AD), jumlah

Untuk besar perpindahan tiang terjadi pada setiap lokasi berdasarkan hasil analisis LPILE Plus dan metode broms, secara keseluruhan perpindahan yang didapat tidak masuk dalam

Hasil dari perhitungan rasio ekivalen digunakan untuk penentuan jenis campuran bahan bakar dan udara yang terjadi dalan ruang percampuran pada reaksi

Pada aspek sikap sebelumnya yaitu aspek kognitif yang mengukur tingkat pengetahuan masyarakat terhadap alasan Pemerintah Kota Palembang yang mengeluarkan kebijakan

Dilihat dari hasil Analisis tersebut terdapat kontribusi antara variabel motivasi kerja (x) terhadap Efektivitas kinerja guru (y) dengan bentuk hubungan linier dan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 2, maka dilakukan tindakan perbaikan ,yaitu guru lebih memotivasi, membimbing siswa yang pasif, untuk menyelesaikan masalah yang

Putri Cempo Mojosongo Surakarta merupakan tempat pembuangan akhir terbesar di Kota Surakarta dengan luas wilayah 17 hektar dan terletak sejauh 15 km dari pusat kota,

Upaya pemerintah dalam meningkatkan pertanian pangan dapat dilihat dari program yang dilakukan seperti Upaya Khusus (Upsus) dalam peningkatan produksi pangan yang