• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Jakarta, September 2015 Plt. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Terima kasih. Jakarta, September 2015 Plt. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan,"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Modul Diklat Pengadaan Tanah.Modul ini disusun agar peserta diklat dapat mempelajari dan memahami materi-materi yang diberikan. Pada kesempatan ini pula, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan jerih payah Saudara-saudara sekalian.

Semoga modul ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca, khususnya peserta diklat.Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penyusun menerima kritik dan saran membangun dari pembaca.

Terima kasih.

Jakarta, September 2015

Plt. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan,

Ir. Iwan Taruna Isa, MURP. NIP. 19580930 198303 1 001

(3)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 ii

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I LINGKUP PENUGASAN DAN SYARAT PENILAIAN PERTANAHAN ... 1

A. DEFINISI ... 1

B. LINGKUP PENUGASAN (MERUJUK KEPADA SPI 103 5.3) ... 4

C. PERSYARATAN ATAS PERSETUJUAN UNTUK PUBLIKASI ... 7

BAB IIPENDEKATAN PENILAIAN PERTANAHAN ... 10

A. OBJEK PENILAIAN ... 10

B. PENERAPAN DAN METODE PENILAIAN UNTUK MENGHITUNG KERUGIAN FISIK ... 11

C. PENERAPAN DAN METODE PENILAIAN UNTUK MENGHITUNG KERUGIAN NON FISIK ... 12

D. KERTAS KERJA PENILAIAN ... 17

E. STATUS PENILAI ... 17

BAB IIILAPORAN PENILAIAN ... 18

A. PEMBERI TUGAS DAN PENGGUNA LAPORAN ... 18

B. KESIMPULAN PENILAIAN ... 22

C. PERSETUJUAN PUBLIKASI ... 22

D.KETERBUKAAN INFORMASI ... 22

E. DISKRIPSI URAIAN PROPERTI ... 22

F. PERNYATAAN PENILAI (COMPLIANCE STATEMENT) ... 22

BAB IV P E N I L A I ... 24

A. DEFINISI ... 24

B. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH ... 25

C. PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR PENILAIAN ... 25

D. PROSES PENILAIAN ... 26

E. DATA YANG DIPERLUKAN SEBELUM KE LOKASI ... 27

F. DATA YANG HARUS DIKUMPULKAN SAAT TINJAUAN KE LOKASI ... 28

(4)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 iii H. METODE PENDEKATAN DATA PASAR(MARKET DATA APPROACH/DIRECT MARKET COMPARISON

METHOD) ... 28

I. METODE KAPITALISASI PENDAPATAN (INCOME APPROACH) ... 32

BAB V PERKEMBANGAN DEFINISI NILAI PASAR ... 35

A. DEFINISI NILAI PASAR DIATUR DI SPI 101-2013,3.1 ... 35

B. CARA PENILAI PROPERTI MENILAI SEBUAH BANGUNAN ... 37

C. PENILAIAN TANAH/LAHAN KOSONG ... 37

D. CARA PENILAI MENENTUKAN INDIKASI NILAI TANAH KOSONG ... 38

BAB VIPERAN ZONA NILAI TANAH DALAM PENGADAAN TANAH ... 40

A. ZONA NILAI TANAH ... 40

B. PENGAMBILAN SAMPEL DATA BERKAITAN DENGAN KEAKURATAN PETA. ... 43

(5)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 1

BAB I

LINGKUP PENUGASAN DAN SYARAT

PENILAIAN PERTANAHAN

Uraian dalam bab ini memberikan panduan mengenai Lingkup Penugasan dan syarat untuk tujuan penilaian pengadaan tanah sebagaimana diatur pada SPI 306 tahun 2013. Diharapkan Penilai dapat menerapkan secara konsisten sehingga memiliki pola yang seragam dalam praktek penilaian dan dapat menghasilkan penilaian yang dapat dipercaya.Penilai harus memiliki kompetensi didalam melaksanakan pekerjaan penilaian untuk pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam KEPI dan SPI. Dalam pemenuhan dasar kompetensi tersebut, Penilai secara terus menerus menjaga dan meningkatkan pengetahuannya melalui program CPD (Continuing Professional Development) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai dan lembaga kompeten lainnya yang diakui oleh Asosiasi Profesi Penilai. Sepanjang sesuai dan relevan, SPI 306 berikut petunjuk tehnisnya dapat digunakan sebagai rujukan dalam melaksanakan penilaian properti terkait dengan pengadaan tanah tidak wajib menggunakan ketentuan yang diatur UU No. 2 tahun 2012 berikut peraturan pelaksanaanya. Juknis SPI 306 sendiri diterbitkan dan dapat dipergunakan sejak tanggal 1 Oktober 2014 dan berlaku secara efektif pada tanggal 1 Januari 2015.

A. DEFINISI

1. Implementasi, merupakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh Penilai meliputi tahapan Investigasi, penerapan pendekatan penilaian dan penyusunan kertas kerja penilaian (SPI 104).

2. Laporan Penilaian, merupakan suatu dokumen yang mencantumkan instruksi penugasan, tujuan dan dasar penilaian, dan hasil analisis yang menghasilkan opini nilai. Suatu laporan penilaian dapat juga menjelaskan proses analisis yang

(6)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 2

dilakukan dalam pelaksanaan penilaian, dan menyatakan informasi penting yang digunakan dalam analisis (SPI 105).

3. Lingkup Penugasan, merupakan dasar dalam pengaturan kesepakatan penugasan penilaian, tingkat kedalaman investigasi, penentuan asumsi dan batasan penilaian (SPI 103).

4. Nilai Penggantian Wajar adalah nilai untuk kepentingan pemilik yang didasarkan kepada kesetaraan dengan Nilai Pasar atas suatu Properti, dengan memperhatikan unsur luar biasa berupa kerugian non fisik yang diakibatkan adanya pengambilalihan hak atas Properti dimaksud (SPI 102 3.10).

Nilai Penggantian Wajar (NPW) diartikan sama dengan Nilai Ganti Kerugian sebagaimana dimaksud dalam UU No. 2 tahun 2012. NPW dapat dihasilkan dari kombinasi kerugian fisik dan kerugian non fisik atas suatu objek penilaian.Kombinasi ini dapat digambarkan sebagai penjumlahan indikasi Nilai Pasar atas kerugian fisik ditambah indikasi nilai atas kerugian non fisik.

5. Nilai Pasar; didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang yang dapat diperoleh dari hasil penukaran suatu aset atau liabilitas pada tanggal penilaian, antara pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak, di mana kedua pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan (SPI 101 3.1).

6. Pemanfatan tertinggi dan terbaik (Higest and Best Use) yang selanjutnya disebut HBU, didefinisikan sebagai penggunaan yang paling mungkin dan optimal dari suatu aset, yang secara fisik dimungkinkan, telah dipertimbangkan secara memadai, secara hukum diizinkan, secara finansial layak, dan menghasilkan nilai tertinggi dari aset tersebut (KPUP-12.1).

7. Pendekatan Pasar. Pendekatan ini mempertimbangkan penjualan dari properti sejenis atau pengganti dan data pasar yang terkait, serta menghasilkan estimasi nilai melalui proses perbandingan. Pada umumnya, properti yang dinilai (objek penilaian) dibandingkan dengan transaksi properti yang sebanding, baik yang telah terjadi maupun properti yang masih dalam tahap penawaran penjualan dari suatu proses jual beli.

(7)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 3

8. Pendekatan Pendapatan. Pendekatan ini mempertimbangkan pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan properti yang dinilai dan mengestimasikan nilai melalui proses kapitalisasi. Kapitalisasi menghubungkan pendapatan (umumnya pendapatan bersih) dengan suatu definisi jenis nilai melalui konversi pendapatan menjadi estimasi nilai. Proses ini dapat menggunakan metode kapitalisasi langsung atau metode Arus Kas Terdiskonto (Discounted Cash Flow/DCF), atau keduanya.

9. Pendekatan Biaya menetapkan nilai properti dengan mengestimasi biaya perolehan tanah dan biaya pengganti pengembangan baru (sesuatu yang dibangun) di atasnya dengan utilitas yang sebanding atau mengadaptasi properti lama dengan penggunaan yang sama, tanpa mempertimbangkan antara lain biaya akibat penundaan waktu pengembangan dan biaya lembur. Untuk properti yang lebih tua, pendekatan biaya memperhitungkan estimasi depresiasi termasuk penyusutan fisik dan keusangan lainnya (fungsional dan eksternal). 10. Biaya konstruksi dan depresiasi seharusnya ditentukan oleh hasil analisis

perkiraan biaya konstruksi dan depresiasi sesuai dengan kelaziman yang ada di pasar atau dalam praktek penilaian.

Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak (UU No. 2 /2012, Pasal 1 Butir 2 Penilaian untuk keperluan ganti kerugian meliputi:

1. Ganti kerugian fisik (material) tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah

2. Ganti kerugian non fisik (immaterial) terdiri dari penggantian terhadap kerugian pelepasan hak dari pemilik tanah yang akan diberikan dalam bentuk uang (premium), serta kerugian lainnya yang dapat dihitung meliputi biaya transaksi, bunga (kompensasi masa tunggu), kerugian sisa tanah, dan jenis kerugian lainnya yang dinyatakan oleh pemberi tugas dalam surat perjanjian kerja. Juknis yang diikuti ini adalah sebagaimana dikeluarkan oleh Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI). Sebagaimana yang tercantum dalam bagian Pendahuluan SPI 2013. Objek Pengadaan Tanah yang dimaksud diatas diartikan sama dengan istilah Properti atau

(8)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 4

Properti Pertanahan sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia (SPI) 306 tahun 2013.

B. LINGKUP PENUGASAN (MERUJUK KEPADA SPI 103 5.3)

Penugasan penilaian pada tahap awal dimulai dengan memahami Lingkup Penugasan sesuai dengan tujuan penilaian yang akan dilaksanakan. Persyaratan dari Lingkup Penugasan sebagai mana dimaksud oleh SPI 103 5.3 harus digunakan Penilai secara konsisten, dimana sistematika dan isinya dijelaskan sebagai berikut :

1. Status Penilai

Identitas Penilai sebagai individu atau instansi/Kantor Jasa Penilai Publik. Sebuah pernyataan yang menyatakan apakah :

a) Penilai dalam posisi untuk memberikan penilaian; b) Objektif dan tidak memihak;

c) Penilai tidak mempunyai atau mempunyai potensi benturan kepentingan dengan subyek dan atau objek penilaian;

d) Penilai memiliki kompetensi untuk melakukan penilaian.

Jika Penilai memerlukan bantuan tenaga ahli atau Tenaga Penilai lainnya, maka sifat bantuan dan sejauh mana pekerjaan dilakukan akan disepakati dan diungkapkan dalam Lingkup Penugasan. Pemberi Tugas dan Pengguna Laporan. Bila tidak dinyatakan lain oleh peraturan dan perundangan yang berlaku, maka Pemberi tugas dan Pengguna Laporan adalah Lembaga Pertanahan (UU No. 2 tahun 2012).

Pemberi tugas dan pengguna laporan dapat berbeda sepanjang diperlukan dan dibenarkan oleh peraturan yang berlaku.Dalam hal penilaian dilakukan untuk tujuan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Maksud dan Tujuan Penilaian umum bukan ditujukan kepada Lembaga Pertanahan, maka ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam KEPI dan SPI harus diberlakukan, dan nama Pemberi Tugas dan Pengguna Laporan harus diungkapkan secara jelas serta dilengkapi dengan alamat resmi.

(9)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 5

Maksud dan Tujuan Penilaian adalah untuk memberikan opini Nilai Penggantian Wajar yang akan digunakan untuk tujuan pengadaaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

2. Objek penilaian

Penilai dapat melengkapi tujuan penilaian tersebut dengan menyebutkan spesifik pekerjaannya, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih jelas.

Penilai harus mendapatkan informasi secara jelas dari Pemberi Tugas mengenai objek penilaian yang akan dinilai. Objek penilaian yang dicantumkan dalam Lingkup Penugasan harus berdasarkan kepada Daftar Nominatif hasil inventarisasi dan identifikasi yang dilakukan Lembaga Pertanahan atau institusi lainnya sepanjang relevan dan diakui secara benar. Penilai akan melaksanakan penilaian sesuai dengan rincian objek penilaian tersebut. Penilai harus mengklarifikasi dan membatasi dirinya untuk tidak melakukan pekerjaan selain yang diatur oleh Lingkup Penugasan.

3. Bentuk kepemilikan

Bukti penguasaan dan/atau kepemilikan properti harus dinyatakan sesuai denganinformasi dari Lembaga Pertanahan berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi sebagaimana yang diatur dalam peraturan dan perundangan yang berlaku.Informasi tentang penguasaan dan/atau kepemilikan terdapat dalam Daftar Nominatif yang dilakukan Lembaga Pertanahan.

4. Dasar Nilai

Berdasarkan SPI 102 -3.10 dan SPI 306 5.2 dasar nilai yang digunakan adalah Nilai Penggantian Wajar.Dasar Nilai ini harus didefinisikan sesuai dengan SPI.Bila dianggap perlu, penjelasan tentang definisi dasar nilai yang digunakan dapat dilengkapi dengan penjelasan sepanjang merujuk kepada SPI 306.

5. Tanggal penilaian

Tanggal penilaian harus bersamaan dengan tanggal penetapan lokasi yang dilakukan oleh Gubernur atau pihak resmi lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

6. Mata uang yang digunakan

(10)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 6

7. Tingkat kedalaman investigasi

− Data dan informasi menyangkut fisik dan legal atas objek penilaian diperoleh dari hasil inventarisasi dan identifikasi yang dilakukan oleh Lembaga Pertanahan selaku pihak yang memiliki wewenang dalam pengadaan tanah sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku; Penilai harus mengungkapkan bahwa investigasi yang dilakukan dibatasi hal-hal sebagai berikut :

− Verififikasi yang dilakukan Penilai terhadap keseluruhan atau bagian dari objek penilaian, merupakan bagian dari keperluan dan kepentingan pelaksanaan penilaian;

− Pelaksanaan penilaian dibatasi penyelesaiannya dalam masa 30 (tiga puluh) hari kerja sebagaimana diatur oleh peraturan dan perundangan yang berlaku; − Bila ditemukan adanya batasan tingkat kedalaman investigasi, maka inspeksi

akan dilakukan secara sampling. Penilai harus mengungkapkan apabila penilaian dilaksanakan tanpa informasi yang biasanya tersedia dalam pelaksanaan penilaian.

8. Sifat dan sumber informasi yang dapat diandalkan

Data dan informasi lain yang dianggap dapat dipercaya dalam mendukung pelaksanaan penilaian dalam juknis ini dapat bersumber dari :

− Pemerintah Daerah sebagai instansi rujukan data dan informasi terkait dengan peraturan daerah

− Lembaga Pertanahan sebagai instansi pemberi tugas dan pengguna laporan sebagai sumber rujukan data, informasi dan hal-hal terkait kepada pertanahan − Bank Indonesia sebagai rujukan kurs bila ada

− Badan Pusat Statistik (BPS)

− Bank Pemerintah sebagai sumber suku bunga masa tunggu 9. Konfirmasi bahwa penilaian dilakukan berdasarkan KEPI dan SPI

Pernyataan bahwa pekerjaan penilaian dilakukan berdasarkan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan Standar Penilaian Indonesia (SPI) yang berlaku.

10. Laporan Penilaian

Laporan penilaian yang akan disampaikan adalah laporan terinci (lengkap) dalam bahasa Indonesia. Jumlah dan kelengkapan dokumen laporan penilaian

(11)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 7

disesuaikan dengan kesepakatan Pemberi Tugas dan seharusnya dicantumkan pada Lingkup Penugasan.

C. PERSYARATAN ATAS PERSETUJUAN UNTUK PUBLIKASI

Harus dinyatakan secara jelas kepada pemberi tugas pada saat penugasan diterima, bahwa persetujuan Penilai harus didapatkan atas setiap publikasi terhadap keseluruhan atau sebagian dari laporan, atau referensi yang dipublikasikan.

Lingkup Penugasan harus memuat persyaratan mengenai hal tersebut.Batasan atau\ pengecualian atas tanggung jawab kepada pihak selain pemberi tugas.Penilai dapat mencantumkan klausul bahwa Penilai tidak memiliki tanggung jawab kepada pihak ketiga, selama tidak menyimpang dari peraturan dan hukum yang berlaku.

1. Persyaratan Pernyataan tertulis berupa surat representasi

Penilai harus mensyaratkan adanya pernyataan tertulis berupa surat representasi dari pemberi tugas mengenai kebenaran dan sifat informasi yang diberikan oleh pemberi tugas (lampiran 7).

2. Asumsi dan asumsi khusus

Asumsi khusus harus dinyatakan secara jelas apabila terdapat ketidak pastian informasi berkaitan karakteristik fisik, legal atau ekonomi dari properti, atau mengenai kondisi eksternal properti seperti kondisi pasar atau tren atau integritas data yang digunakan dalam analisis.Apabila penilaian dilakukan dengan informasi yang terbatas, laporan harus memuat seluruh penjelasan mengenai keterbatasan tersebut.Seluruh penyimpangan dari standar dinyatakan dan dijelaskan (bila ada).Biaya jasa Penilaian diperhitungkan dengan merujuk kepada standar fee/biaya yang dibuat Asosiasi Profesi Penilai Biaya Jasa Penilaian Lingkup Penugasan sebagaimana dimaksud di atas harus dituangkan menjadi bagian dari kontrak atau perjanjian pekerjaan diantara Penilai dan Pemberi Tugas.

3. Investigasi

a. Implementasi (merujuk kepada SPI 104) Investigasi yang dilakukan dalam tugas penilaian harus didasarkan kepada tujuan penilaian sesuai dengan Lingkup Penugasan yang diatur dalam perjanjian tugas dan sesuai dengan

(12)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 8

Dasar Nilai yang akan dilaporkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur Investigasi ini antara lain :

b. Proses pengumpulan data yang cukup dapat dilakukan dengan cara inspeksi, penelaahan, penghitungan dan analisis yang dilakukan dengan cara yang benar. Penilai harus menentukan batasan, sejauh mana data yang dibutuhkan adalah cukup untuk tujuan penilaian.

c. Apabila setelah dilakukan Investigasi ternyata dijumpai hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang diatur dalam Lingkup Penugasan yang telah disepakati; seperti data dari pemberi tugas maupun pihak lain tidak sesuai atau tidak memadai yang akan mengakibatkan hasil penilaian tidak dapat diyakini dan dipercaya (credible), maka Lingkup Penugasan harus disesuaikan dan didiskusikan kepada pemberi tugas. Perubahan atau penyesuaian terhadap adanya perbedaan data dan informasi, harus dinyatakan dalam berita acara yang disetujui oleh pemberi tugas.

1. Penilai harus mempertimbangkan apakah informasi yang diperoleh dapat dipercaya atau diandalkan, tanpa mempengaruhi kredibilitas hasil penilaian. Pertimbangan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan review, jika memiliki keraguan atas kredibilitas atau keandalannya, maka informasi tersebut agar tidak digunakan. Hal- hal yang perludipertimbangkan Penilai dalam mereview data dan informasi yang ada, seperti :

a) Materialitas informasi terhadap kesimpulan nilai b) Kompetensi dari pihak ketiga

c) Indepedensi pihak ketiga terhadap objek penilaian atau pengguna penilaian

d) Sejauh mana informasi tersebut termasuk ke domain publik

2. Objek penilaian atau properti dalam penugasan ini diperhitungkan berdasarkan besarnya kerugian yang akan terkena kepada properti bersangkutan. Kerugian dimaksud terdiri dari kerugian fisik (lihat butir 4.2.2 Juknis SPI 306.) dan kerugian non fisik (lihat butir 4.2.3 Juknis SPI 306). Kebutuhan data masukan penilaian dalam menentukan besaran

(13)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 9

kerugian harus menjadi pertimbangan dan kehati-hatian Penilai, dimana penggunaan dan prosedurnya dapat merujuk kepada butir di atas.

(14)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 10

BAB II

PENDEKATAN PENILAIAN PERTANAHAN

Pendekatan penilaian dengan metode penerapan dan teknik perhitungan menjadi bagian yang dijelaskan pada bab ini.Pendekatan dan metode penilaian yang sesuai untuk digunakan tergantung kepada pertimbangan seperti, dasar nilai dan tujuan penilaian, tersedianya informasi dan data serta metode yang diterapkan oleh para pelaku dalam pasar yang relevan. Penilaian seperti yang dimaksud oleh SPI 306 dan Juknis ini adalah untuk pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, dimana objek penilaian dimaksud akan diganti rugi mencakup kerugian fisik dan kerugian non fisik.

• Tanah; dengan peruntukan seperti pertanian, permukiman, industri atau komersial • Ruang atas tanah dan bawah tanah; (lihat Hak Guna Ruang Atas Tanah meliputi hak

atas permukaan bumi tempat pondasi bangunan dan hak untuk menguasai ruang udara seluas bangunan tersebut serta hak kepemilikan bangunan, dan Hak Guna Ruang Bawah Tanah meliputi hak atas permukaan bumi yang merupakan pintu masuk/keluar tubuh bumi dan hak membangun dan memakai ruang dalam tubuh bumi, serta hak milik atas bangunan yang berbentuk ruang dalam tubuh bumi)

A. OBJEK PENILAIAN

1. Dalam penentuan kerugian fisik meliputi :

a. Bangunan; dapat terdiri bangunan residensial, industri, komersil

b. Tanaman; dapat terdiri dari tanaman semusim, hortikultura atau tanamankeras/tahunan

c. Benda yang berkaitan dengan tanah; seperti utilitas dan sarana pelengkap bangunan.

(15)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 11

a. Penggantian terhadap kerugian pelepasan hak dari pemilik tanah yang akan diberikan premium serta diukur dalam bentuk uang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penggantian ini dapat meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :

• adanya potensi kehilangan pekerjaan atau kehilangan bisnis termasuk alih profesi.

• kerugian emosional (solatium), merupakan kerugian tidak berwujud yang dikaitkan dengan pengambilalihan tanah yang digunakan sebagai tempat tinggal dari pemilik.

• hal-hal yang belum diatur pada butir a dan b diatas seharusnya ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak yang terkait.

b. Biaya transaksi, dapat meliputi biaya pindah dan pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Kompensasi masa tunggu (bunga), yaitu sejumlah dana yang diperhitungkan sebagai pengganti adanya perbedaan waktu antara tanggal penilaian dengan perkiraan tanggal pembayaran ganti kerugian.

d. Kerugian sisa tanah, adalah turunnya nilai tanah akibat pengambilan sebagian bidang tanah. Dalam hal sisa tanah tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan peruntukannya, maka dapat diperhitungkan penggantian atas keseluruhan bidang tanahnya.

e. Kerusakan fisik lain, misalnya bagian bangunan yang terpotong akibat pengadaan tanah sehingga membutuhkan biaya perbaikan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

B. PENERAPAN DAN METODE PENILAIAN UNTUK MENGHITUNG KERUGIAN FISIK 1. Penerapan pendekatan dan metode penilaian untuk menghitung kerugian fisik

atas objek penilaian, sebagai berikut :

OBJEK PENILAIAN PASAR PENDAPATAN BIAYA KETERANGAN

Tanah v v - HBU Tanah dan bangunan v v v HBU Bangunan dan SPL - v - Tanah dan tanaman v v v HBU tanaman v - v

(16)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 12

2. Penerapan pendekatan penilaian dalam konteks Nilai Pasar sangat terkait kepada pertimbangan Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (HBU). Pertimbangan HBU dapat dilihat dari kondisi tanah dalam keadaan kosong (as vacant) atau tanah dalam kondisi telah dikembangkan (as improved). Dalam analisisnya, Penilai harus mempertimbangkan kriteria yang meliputi :

• Secara hukum diizinkan; • Secara fisik dimungkinkan; • Secara finansial menguntungkan;

• Menghasilkan nilai tertinggi (produktifitas maksimum) dari properti.

C. PENERAPAN DAN METODE PENILAIAN UNTUK MENGHITUNG KERUGIAN NON FISIK

Penerapan penghitungan kerugian non fisik diatur sebagai berikut :

1. Seluruh aspek yang diperhitungkan sebagai bagian dari potensi kerugian non fisik harus didasarkan instruksi penugasan dari Pemberi Tugas. Bila Penilai tidak menerima atau ragu atas adanya instruksi tersebut, maka Penilai dapat melakukan konfirmasi tertulis atau membuat kesepakatan dalam suatu berita acara diantara Penilai dengan Pemberi Tugas.

2. Penghitungan besaran kerugian non fisik harus memperhatikan kesesuaian dan kewajaran pembebanan biaya secara ekonomi yang proporsional. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a. Penerapan kerugian kehilangan pekerjaan atau bisnis termasuk alih profesi berdasarkan :

− Kegiatan usaha atau bisnis yang dilakukan :

• Permanen, seperti seperti tempat jualan, warung, rumah makan atau sejenisnya.Kerugian non fisik dapat dihitung berdasarkan potensi pendapatan usaha (pendapatan bersih ditambah dengan kewajiban beban biaya usaha yang perlu ditanggung selama perpindahan, seperti biaya karyawan tetap) Bila tidak diatur lain, lamanya

(17)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 13

kehilangan potensi usaha tersebut dapat dipertimbangkan selama rata-rata 3 bulan.

• pribadi atau profesi, seperti penjahit pakaian, pertukangan, ahli potong rambut atau sejenis lainnya. Kerugian non fisik dapat dihitung didasarkan potensi penghasilan dari pekerja/profesi pada bulan terakhir, yang diperkirakan akan hilang selama kepindahan/mencari tempat baru. Bila tidak diatur lain, lamanya kehilangan potensi usaha tersebut dapat dipertimbangkan selama rata-rata 6 bulan.

− Keharusan pemilik usaha atau pekerja pindah ke tempat lain: b. Penerapan kerugian emosional (solatium) diatur sebagai berikut :

− Solatium merupakan kompensasi yang diberikan kepada pemilik rumah tinggal atas kerugian non- finansial dikarenakan harus pindah, akibat adanya pengambil alihan tanah untuk kepentingan umum.

− Besaran solatium dalam bentuk persentase dari indikasi Nilai Pasar rumah tinggal (tanah dan bangunan) sebagaimana diatur dalam juknis ini dengan kesepakatan dari pemberi tugas.

c. Dalam menilai jumlah kompensasi kerugian, kondisi yang relevan harus diperhitungkan, termasuk:

− kepentingan pemilik atas rumah yang dimiliki berhubungan dengan pemberian kompensasi yang wajar;

− jangka waktu pemilik telah memiliki dan/atau menempati rumah sepanjang disepakati para pihak yang terkait; dan

− ketidak nyamanan pemilik karena keharusan pindah rumah (bila ditempati sendiri).

d. Kriteria penghitungan solatium dapat dilakukan dengan memperhatikan: • kriteria lama masa tinggal dan/atau fungsi bangunan rumah sebagai

sarana hunian;

• luas tapak tanah yang wajar; • potensi HBU.

(18)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 14

• Masa Tinggal < 3 tahun 5% dari Nilai kerugian fisik 5% dari Nilai kerugian fisik

• Masa Tinggal 4-9 tahun 10% 10% • Masa Tinggal 10-19 tahun 15% 15% • Masa Tinggal 20-29 tahun 20% • Masa Tinggal >30 tahun 30% 30% f. Dasar Perhitungan

• Indikasi Nilai PasarRumah Tinggal (tanah dan bangunan) dengan luas tanah yang seimbang,peruntukan lokasi permukiman maupun non permukiman memenuhi HBU

• Indikasi Nilai Pasar Rumah Tinggal (tanah dan bangunan) dengan luas tanah yang berlebih, peruntukan lokasi permukiman maupun non permukiman memenuhi HBU

• Indikasi Nilai Pasar tanah berlebih tidak diperhitungkan Keterangan asumsi :

• RT-1 rumah tinggal dengan luas tanah yang seimbang (antara tapak tanah dan tapak bangunan), dengan peruntukan lokasi permukiman atau telah berkembang menjadi peruntukan lain;

• RT-2 rumah tinggal dengan luas tanah yang berlebih (memiliki luas tanah melebihi batas untuk rumah tinggal), dengan peruntukan lokasi permukiman atau telah berkembang menjadi peruntukan lain;

3. Penerapan kerugian non fisik lainnya diatur sebagai berikut :

a. Bila tidak dinyatakan berbeda maka biaya transaksi dapat meliputi biaya pindah dan pengosongan, pajak/BPHTB dan biaya PPAT. Pengenaan beban kerugian tersebut :

1) Biaya pindah dan pengosongan dikenakan secara proporsional terhadap nilai kerugian fisik dari rumah tinggal, tempat usaha dan industri yang dihuni/digunakan. Tanah kosong dan tanaman tidak diperhitungkan. 2) Beban pajak/BPHTB dan biaya PPAT dikenakan secara proporsional

terhadap nilai kerugian fisik dari tanah dan bangunan (al. rumah tinggal, tempat usaha, industri, perkebunan). Untuk personal properti, seperti

(19)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 15

mesin dan peralatan tidak diperhitungkan. Beban pajak tersebut diasumsikan sebagai potensi biaya yang akan timbul pada saat pengadaan properti baru di tempat lain. Apabila ada beban pajak saatpengambil alihan hak properti eksisting, dapat diperhitungan bila sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku atau sesuai instruksi pemberi tugas.

b. Kompensasi masa tunggu (bunga) diperhitungkan karena adanya tenggang waktu antara tanggal penilaian (tanggal penetapan lokasi) dengan tanggal pembayaran ganti kerugian. Dalam memperhitungkan kompensasi atas masa tunggu, Penilai dapat memberitambahan biaya sebesar suku bunga deposito dari bank pemerintah atas kerugian fisik ditambah dengan kerugian non fisik (premium mencakup solatium, beban transaksi, dan kerugian lainnya bila ada), dengan asumsi masa tunggu selama 6 - 9 bulan atau sesuai dengan rencana jadwal pembayaran ganti kerugian akibat pengadaan tanah

c. Kerugian non fisik lainnya yang dapat diperhitungkanoleh Penilai untuk kepentingan umum, antara lain :dimana sisa tanah tidak lagi

• kerugian sisa tanah, dapat difungsikan sesuai dengan peruntukannya dan terjadi penurunan nilaiyang terpotong dan

• kerusakan fisik pada bangunan membutuhkan biaya perbaikan untuk dapat berfungsi kembali.

Penggantian sisa tanah dihitung menggunakan pendekatan pasar dengan asumsi luas bidang tanah sesuai dengan sebelum terpotong.Sedangkan penggantian kerusakan bangunan yang terpotong dihitung dengan pendekatan biaya untuk memperoleh besar biaya perbaikan.

d. Terdapat kondisi dimana pemilik tanah untuk rumah tinggal, juga memiliki : 1) tapak tanah yang tidak diusahakan;

2) tapak tanah yang diusahakan, seperti untuk lahan pertanian yang menghasilkan bagi pemilik.

Untuk kondisi di atas, Penilai dapat mengikuti pedoman sebagai berikut : 1) Tapak tanah yang tidak diusahakan, dinilai sebagai tanah kosong dengan

(20)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 16

2) Tapak tanah yang diusahakan sebagai lahan pertanian diperhitungkan sebagai berikut :

(a) tanaman keras/tanaman tahunan yang dibudidayakan secara komersial dapat dinilai sebagai satu kesatuan usaha perkebunan yang terdiri dari tanah, tanaman dan sarana pendukung lainnya (sebagai real properti) untuk satu periode siklus tanam;

(b) tanah dengan tanaman semusim yang dibudidayakan secara individu, tetapi HBU atas tanah dalam keadaan kosong (tanpa lahan pertanian) telah berkembang, maka tanah dapat dinilai terpisah sebagai tanah kosong dengan HBU sesuai tanggal penilaian, ditambah dengan nilai kini dari tanaman dengan asumsi diproyeksikan untuk satu periode siklus tanam atau tidak melebihi 1 (satu) tahun;

Contoh, tanaman semusim seperti padi dapat dihitung menggunakan metode perbandingan data pasar atau teknik penyisaan tanaman dengan asumsi diproyeksikan untuk satu periode siklus tanam atau selama-lamanya 1 (satu) tahun.

(c) tanah dengan tanaman semusim yang dibudidayakan secara individu, tetapi HBU atas tanah dalam keadaan kosong (tanpa lahan pertanian) tetap sebagai lahan pertanian atau penggunaan sesuai dengan peruntukan pada tanggal penilaian, maka tanah dapat dinilai terpisah sebagai tanah kosong dengan HBU sesuai dengan penggunaannya, ditambah dengan nilai kini dari tanaman dengan asumsi diproyeksikan lebih dari satu periode siklus tanam atau selama-lamanya 2 (dua) tahun; Contoh, tanaman semusim seperti padi dapat dihitung menggunakan metode perbandingan data pasar atau teknik penyisaan tanaman dengan asumsi diproyeksikan lebih dari satu periode siklus tanam atau atau selama-lamanya 2 (dua) tahun.

(d) dalam hal dijumpai kondisi di luar butir (b) dan (c) di atas, maka kompensasi penggantian dapat dihitung berdasarkan data yang relevan dan wajar, dengan menyampaikan sumber dan alasannya.

(21)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 17

Seluruh penggunaan asumsi dalam menghitung satuan biaya kerugian fisik atau kerugian non fisik harus dilakukan secara wajar dengan rujukan antara lain dari :

• Bersumber kewajaran yang ada di pasar;

• Studi kelayakan yang telah disetujui pada tahap perencanaan;

• Ketentuan dan peraturan yang berlaku (apakah di tingkat pusat maupun daerah). menentukan

Contoh, salah satu kerugian fisik yang menjadi objek penilaian adalah tegakan tanaman seperti durian dan tanaman sejenis lainnya, dimana asumsi harga satuan yang akan digunakan dalam menghitung indikasi kerugian atas tanaman tersebut dapat berasal dari harga satuan berdasarkan ketentuan pemerintah setempat.

Asumsi, Penilai dapat membuat kesepakatan awal Untuk dengan pemberi tugas yang dituangkan dalam Lingkup Penugasan atau berita acara tersendiri terkait biaya satuan dalam penghitungan kerugian fisik atau kerugian non fisik di atas.

D. KERTAS KERJA PENILAIAN

A. Kertas kerja penilaian harus disimpan untuk jangka waktu yang wajar sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, apakah dalam bentuk hardcopy atau softcopy.

B. Kertas kerja penilaian mencakup semua dokumen utama termasuk dokumen investigasi dan analisis yang digunakan untuk memperoleh kesimpulan akhir, serta salinan dari setiap draft atau laporan akhir yang diberikan kepada pemberi tugas.

E. STATUS PENILAI

Bila tidak ditentukan lain, maka status Penilai dalam kepentingan penugasan ini adalah Penilai independen dan profesional sebagaimana yang dimaksud oleh peraturan dan ketentuan yang berlaku (UU No. 2/2012).Penilai harus mencantumkan statusnya berikut dengan KJPP atau institusinya.

(22)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 18

BAB III

LAPORAN PENILAIAN

Uraian dalam bab ini memberikan panduan mengenai Pelaporan Penilaian untuk tujuan penilaian pengadaan tanah sebagaimana diatur pada SPI 306 tahun 2013. Bab ini tidak mengatur cara penulisan, namun memberikan gambaran terkait dengan hal-hal teknis dalam proses penilaian atas pendiskripsian Lingkup Penugasan.

Jenis, isi dan kedalaman Pelaporan Penilaian sesuai dengan yang dinyatakan di dalam Lingkup Penugasan yang disepakati dengan Pemberi Tugas dan tertuang di dalam kontrak perjanjian kerja.

Penugasan penilaian pada tahap akhir akan memberikan hasil dalam bentuk laporan penilaian. Uraian berikut ini merupakan penjelasan Pelaporan Penilaian yang merujuk kepada Lingkup Penugasan sebagaimana dimaksud oleh SPI yang harus digunakan Penilai secara konsisten.

Laporan penilaian ini wajib mencatumkan tanda tangan Penilai yang bertanggung jawab sesuai dengan pengaturan dalam KEPI dan SPI.Jika Penilai memperoleh bantuan tenaga ahli dan/atau Penilai lainnya dalam kaitannya penugasan penilaian untuk pengadaan tanah sebagaimana diatur oleh SPI, maka sifat bantuan dan sejauh mana pekerjaan dilakukan, disampaikan dalam laporan.

A. PEMBERI TUGAS DAN PENGGUNA LAPORAN

1. Laporan harus ditujukan kepada Pemberi Tugas dalam hal ini adalah Lembaga Pertanahan atau pihak terkait lainnya sesuai Lingkup Penugasan. Pencantuman nama Pemberi Tugas dan Pengguna Laporan harus jelas dan dilengkapi alamatnya.

2. Maksud dan Tujuan penilaian harus dinyatakan secara jelas.

a. Tujuan penilaian adalah alasan Pemberi Tugas membutuhkan penilaian, misalnya untuk tujuan pengadaan tanah bagi kepentingan umum.

(23)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 19

b. Maksud penilaian adalah memberikan dasar penilaian sesuai dengan tujuan penilaian dalam hal ini adalah opini Nilai Penggantian Wajar.

3. Objek penilaian.

Bila tidak dinyatakan lain maka kalimat lengkap yang dapat dikutip adalah sebagai berikut; ”memberikan opini Nilai Penggantian Wajar yang akan digunakan untuk tujuan pengadaaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum”.

Penilaian pengadaan tanah dapat dipahami sebagai penilaian atas objek properti yang dilihat secara individu atau bidang per bidang.Maka objek penilaian dimaksud dibuat dalam daftar yang mengidentifikasikan setiap unit properti dari objek penilaian, meliputi deskripsi fisik dan lokasi.Apabila mencakup penilaian terpisah untuk objek fisik dan objek non fisik lainnya, maka penjelasan atas objek dimaksud harus diidentifikasikan sebagaimana disepakati dan disetujui dengan Pemberi Tugas.

Secara umum, objek penilaian dapat diistilahkan properti” sebagaimana dimaksud pada SPI 306 tahun 2013.

a. Bentuk kepemilikan

Kepentingan hak kepemilikan atau penguasaan dari properti harus dinyatakan sesuai informasi dari Lembaga Pertanahan, sebagaimana yang diatur dalam peraturan dan perundangan yang berlaku.Penilai harus membedakan kepemilikan properti yang dinilai apakah merupakan hak pemilik, penguasaan, peminjaman, penggarapan dan sebagainya sebagaimana yang diinformasikan Lembaga Pertanahan.

b. Dasar Nilai

Tujuan penilaian akan menentukan dasar nilai yang digunakan. Dasar nilai harus dinyatakan dan didefinisikan secara lengkap di dalam laporan penilaian.Berdasarkan SPI 102 - 3.10 dan SPI 306 – 5.2 dasar nilai yang digunakan adalah Nilai Penggantian Wajar.

c. Tanggal penilaian

Tanggal penilaian harus dinyatakan di dalam laporan sebagaimana dimaksud dalam Lingkup Penugasan dan merupakan tanggal pada saat nilai

(24)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 20

diberlakukan, dimana seluruh parameter dan asumsi penilaian diambil pada tanggal tersebut.Tanggal penilaian untuk kepentingan pengadaan tanah sebagaimana diatur oleh peraturan dan perundangan yang berlaku didasarkan kepada tanggal penetapan lokasi yang dilakukan oleh Gubernur atau pihak resmi lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Penting bagi Penilai untuk memberikan pemahaman kepada Pemberi Tugas dan Pengguna laporan bahwa nilai properti dapat berubah dalam satuan waktu, sehingga nilai yang berlaku pada suatu tanggal tertentu mungkin tidak berlaku pada tanggal yang lain.

d. Mata uang yang digunakan

Hasil penilaian yang dinyatakan harus dalam mata uang Rupiah, sesuai dengan yang disebutkan pada Lingkup Penugasan.

e. Tingkat kedalaman investigasi

Investigasi yang dilakukan meliputi inspeksi, penelaahan, penghitungan dan analisis yang bertujuan untuk menghasilkan kesimpulan penilaian yang dapat dipercaya. Untuk itu, pelaksanaan investigasi sepanjang tidak diatur lain dapat dilakukan secara lengkap.

Beberapa hal terkait dengan investigasi yang perlu diketahui adalah :

• Data dan informasi menyangkut fisik dan legal dari objek penilaian diperoleh dari hasil inventarisasi dan identifikasi yang dilakukan oleh Lembaga Pertanahan selaku pihak yang memiliki wewenang dalam penyediaannya sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku;

• Verififikasi yang dilakukan Penilai terhadap keseluruhan dan/atau bagian dari objek penilaian, merupakan bagian dari keperluan dan kepentingan pelaksanaan penilaian;

• Pelaksanaan penilaian dibatasi penyelesaiannya dalam masa 30 (tiga puluh) hari kerja

Sebagaimana diatur oleh peraturan dan perundangan yang berlaku. Penilai harus mengungkapkan apabila penilaian dilaksanakan tanpa informasi yang biasanya tersedia dalam pelaksanaan penilaian.Penilai harus mengindikasikan

(25)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 21

di dalam laporan jikadibutuhkan verifikasi untuk informasi atau asumsi yang mendasari penilaian, atau apabila informasi penting tidak disediakan.

f. Sifat dan sumber informasi yang dapat diandalkan

1) Sebagaimana yang diatur pada tingkat kedalaman investigasi, seluruh informasi yang digunakan tanpa perlu diverifikasi dapat terdiri dari data yang diberikan oleh pemberi tugas yang berhubungan dengan pengadaan tanah. Data dimaksud bersumber dari hasil inventarisasi dan identifikasi oleh pihak Lembaga Pertanahan.

Data dan informasi lain yang dianggap dapat dipercaya bersumber dari : • Bank Indonesia

• Badan Pusat Statistik (BPS) • Bank Pemerintah

2) Asumsi dan asumsi khusus

a) Asumsi khusus harus dinyatakan secara jelas.

b) Asumsi khusus dibuat apabila terdapat ketidak pastian informasi yang antara lain berkaitan dengan karakteristik fisik, legal dan ekonomi dari properti, serta kondisi eksternal properti seperti kondisi/tren pasar atau integritas data yang digunakan dalam analisis. Apabila penilaian dilakukan dengan informasi yang terbatas, laporan harus memuat seluruh penjelasan mengenai keterbatasan. Seluruh penyimpangan dari standar dinyatakan dandijelaskan. Asumsi lain yang relevan untuk tujuan penilaian pengadaan tanah dapat diungkapkan Penilai. Contoh, terkait perbedaan waktu antara tanggal penilaian dengan tanggal pembayaran ganti kerugian, sepanjang relevan dan signifikan, Penilai dapat mengungkapkan masa berlakunya penggunaan laporan penilaian, meskipun telah diperhitungkan kompensasi masa tunggu.

3) Pendekatan Penilaian

Pendekatan penilaian yang digunakan dan alasan pemilihannya pada proses implementasi, harus diungkapkan secara jelas di dalam laporan penilaian.

(26)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 22

B. KESIMPULAN PENILAIAN

Pengutipan istilah dan rujukan penggunaannya mengikuti sebagaimana diatur oleh SPI dan teori yang relevan.Hasil penilaian dapat disusun per objek penilaian, dengan masing-masing dicantumkan jumlah nominal dalam mata uang rupiah.Kesimpulan penilaian ditampilkan secara jelas, mudah dimengerti dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.

C. PERSETUJUAN PUBLIKASI

Apabila terdapat kebutuhan akan pernyataan untuk dipublikasikan, hal ini harus dituangkan dalam dokumen terpisah yang dapat merupakan lampiran dari laporan penilaian (Consent Letter). Limitasi pengungkapan penilaian berdasarkan informasi atau instruksi yang terbatas seharusnya dimasukkan.

D. KETERBUKAAN INFORMASI

Keterbukaan informasi seharusnya dapat dilihat dari kesepakatan yang tercantum dalam Lingkup Penugasan. Konfirmasi bahwa penilaian dilakukan berdasarkan kepada KEPI dan SPI

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku Penilai wajib tunduk kepada KEPI dan SPI.Setiap penugasan dan pelaporan penilaian sebagaimana dimaksud oleh SPI 306 wajib dapat dikonfirmasi bahwa penilaian dimaksud dilakukan berdasarkan kepada KEPI dan SPI. E. DISKRIPSI URAIAN PROPERTI

Uraian properti didiskripsikan secara jelas dalam mendukung analisis, opini dan kesimpulan dalam laporan.

Tinjauan pasar Penilai harus memberikan gambaran mengenai tingkat permintaan/penawaran, tren harga dan indikator pasar lainnya untuk memberikan gambaran pasar dari properti yang dinilai.

F. PERNYATAAN PENILAI (COMPLIANCE STATEMENT)

Lembar Pernyataan Penilai harus mencantumkan nama semua Penilai dan tenaga ahli yang terlibat (termasuk penanggung jawab laporan), nomor izin Penilai Publik (bagi

(27)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 23

Penilai Publik), nomor keanggotaan asosiasi (bagi semua tim Penilai), kualifikasi profesional (bagi tenaga ahli) dan jabatan dalam penugasan (termasuk tim dari konsorsium bila ada).

Pernyataan Penilai dapat merujuk kepada SPI 105 dan/atau petunjuk teknis ini Kondisi dan Syarat PembatasMenyatakan ada batasan dalam penyampaian kesimpulan penilaian. Petunjuk teknis ini memberikan acuan rujukan yang dapat dijadikan dasar kutipan dalam menentukan Kondisi dan Syarat Pembatas .

Nama, kualifikasi profesional dan tanda tangan Penilai Lembar Surat Pengantar perlu mencantumkan nama penanggung jawab laporan, nomor izin Penilai Publik dan jabatannya. Lembar surat pengantar harus ditandatangani oleh penanggung jawab laporan (Penilai Publik) dan lembar Pernyataan Penilai harus ditandatangani oleh semua Penilai dan tenaga ahli yang terlibat (termasuk penanggung jawab laporan), yang merupakan bukti personal yang mengindikasikan keaslian penilaian yang dilaksanakan dan bersifat sebagai pernyataan tanggung jawab atas isi, analisis dan kesimpulan penilaian. Tanda tangan dimaksud berupa tulisan tangan (tanda tangan basah).

(28)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 24

BAB IV

P E N I L A I

A. DEFINISI

Terjemahan dari kata Appraisal/Valuation.Suatu proses pekerjaan yang dilakukan seorang penilai/appraiser dalam memberikan suatu estimasi dan pendapat (opini) tentang nilai ekonomis suatu properti baik berwujud maupun tidak berwujud berdasarkan analisisterhadap fakta-fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode penilaian tertentu serta mengacu kepada prinsip-prinsip penilaianyang berlaku.

Penilai:Perorangan yang telah lulus Ujian Sertifikasi Penilai serta memiliki lisensidari Menteri Keuangan untuk menjalankan kegiatan penilaian.Penilai memerlukan multi disiplin ilmu, artinya seorang penilai harusmempunyai pengetahuan tentang bermacam-macam disiplin ilmu.Contoh:Seorang Penilai Properti (Tanah dan Bangunan) harus memahami tentang:

• Hukum Pertanahan • Hukum Pranata Bangunan • Teknologi Bangunan • Konstruksi Bangunan • Perancangan Arsitektur

• Perencanaan dan Perancangan Kota • Bahan Bangunan

• Ekonomi Bangunan • Manajemen Keuangan • Manajemen Properti • Manajemen Pemasaran

(29)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 25

Dalam penilaian, hasil penilaian dinyatakan dengan menggunakan istilah “Nilai. Dalam penilaian, Nilai (Value) tidak selalu sama dengan Harga (Price) dan Biaya (Cost).Pengertiannya:Nilai adalah hasil guna dari suatu properti yang dinyatakan dalam suatu mata uang yang diperoleh melalui proses penilaian pada tanggal tertentu. Harga adalah sejumlah uang yang disepakati oleh penjual dan pembeli di pasar.Biaya adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam melakukan pengadaan atau pembangunan suatu properti.

Tidak semua benda memiliki Nilai. Ada beberapa persyaratan agar suatu benda dapatmemiliki Nilai, yaitu:

• Memiliki daya guna • Ketersediaan terbatas

• Pemilikannya dapat dipindahkan Contoh:

Tanah berguna bagi manusia, ketersediaan tanah terbatas, untuk dapat mendayagunakan harus membayar, maka tanah memiliki nilai ekonomis.Namun bila tanah itu merupakan jalur hijau, maka tanah tidak dapat didayagunakan, jadi tanah dikatakan tidak memiliki nilai.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

Faktor-faktor yang berpengaruh pada nilai suatu Properti baik internal maupun eksternal:

1. Faktor fisik, alam dan lingkungan.

2. Faktor sosial, yang mencakup populasi penduduk, perubahankepadatan, distribusi geografis kelompok ras masyarakat, perkembangan pendidikan dan aktifitas sosial.

3. Faktor politik dan kebijaksanaan Pemerintah, yang mencakupperuntukan, rencana tata kota, peraturan dan pembatasan pendirian bangunan, kredit pemilikan properti.

4. Faktor ekonomi, ekonomi mikro dan makro, perubahan gaji, perluasan sektor industri, perubahan suku bunga.

(30)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 26

Principle of Highest and Best Use (Prinsip penggunaan yang terbaik dan tertinggi) • Principle of Supply and Demand (Prinsip persediaan dan permintaan)

• Principle of Substitution (Prinsip pengganti)

• Principle of Anticipation (Prinsip keuntungan yang diharapkan properti) • Principle of Change (Prinsip adanya perubahan-perubahan)

• Principle of Conformity (Prinsip kesesuaian) • Principle of Competition (Prinsip persaingan)

• Principle of Increasing and Decreasing Return (Prinsip penambahan dan pengurangan pendapatan)

• Principle of Consistent Use (Prinsip penggunaan yang tepat) Dalam penilaian dikenal beberapa macam nilai antara lain: • Nilai Pasar

• Nilai Likuidasi • Nilai Asuransi • Nilai Pengganti Baru

Definisi dari macam-macam nilai ini harus sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia 2002.Nilai Pasar didefinisikan sebagai perkiraan jumlah uang pada tanggal penilaian, yang dapat diperoleh dari transaksi jual-beli atau hasil penukaran suatu aset antara pembeli yang berminat membeli dan penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang penawarannya dilakukan secara layak, dimana kedua pihak masing-masing mengetahui, bertindak hati-hati dan tanpa paksaan. Nilai Likuidasi didefinisikan sebagai sejumlah uang yang mungkin diterima dari penjualan suatu properti dalam jangka waktu yang relatif pendek untuk dapat memenuhi jangka waktu pemasaran.

D. PROSES PENILAIAN

Proses penilaian terdiri dari lima langkah dasar yaitu: 1. Memperjelas Tugas Penilaian.

2. Mengumpulkan dan menganalisa data. 3. Penggunaan 3 (tiga) metode/pendekatan.

(31)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 27

5. Membuat kesimpulan nilai dan laporan penilaian. Memperjelas Tugas Penilaian meliputi:

1. Identifikasi properti.

2. Kepemilikan properti yang dinilai. 3. Tujuan dan tanggal penilaian.

4. Asumsi-asumsi dan syarat-syarat yang membatasi

E. DATA YANG DIPERLUKAN SEBELUM KE LOKASI 1. Sertifikat Tanah

• Sertifikat Hak Guna Bangunan (dicek masa berlaku sertifikat) • Bila sertifikat lebih dari satu (dicek apakah tanah berdampingan) • Hubungan pemilik dengan calon debitur (bila untuk tujuan jaminan) 2. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

• Tahun dibangun. • Luas dibangun.

Tujuan penilaian

Jenis penilaian Metode penilaian

Tujuan penilaian Penjualan atau pembelian

Data tersedia

Jenis penilaian

Nilai pasar

-menentukan pendekatan peniulaian pendekatan data pasar Pendekatan kalkulasi biaya

(32)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 28

• Bila direnovasi/IMB sesudah renovasi. • Peruntukan Tanah (bila diperlukan). • Gambar-gambar bangunan.

• Foto copy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir. • Gambar situasi bangunan (lay out) terutama untuk pabrik. F. DATA YANG HARUS DIKUMPULKAN SAAT TINJAUAN KE LOKASI

Catatan letak tanah yang dapat dengan jelas dipahami oleh pembacalaporan • Bentuk tanah

• Kontour tanah (bila tanah kosong)

• Letak tanah sebagai tusuk sate atau tidak, tanah sudut • Batas tanah yang dinilai

• Cek ukuran tanah bila secara fisik meragukan (minimal cek panjangdan lebar) • Pengambilan gambar atau foto properti dan foto data pembanding.

G. INFORMASI LAINNYA YANG DIPERLUKAN • Akses jalan menuju lokasi

• Lingkungan disekitarnya

• Komplek perumahan/perkantoran/kawasan industri yang telahberkembang dengan baik

• Kondisi pasar setempat (baik atau buruk) • Periksa rencana kota atas daerah sekitarnya • Kelebihan dan kekurangan properti yang dinilai.

H. METODE PENDEKATAN DATA PASAR(MARKET DATA APPROACH/DIRECT MARKET

COMPARISON METHOD)

Membandingkan langsung antara properti yang dinilai dengan data properti yang sejenis yang sebanding (data dapat data penjualan atau data penawaran)

Nilai Indikasi = Harga Jual/Penawaran +/(-) Penyesuaian 1. Langkah-langkah yang diperlukan

(33)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 29

Data dicatat, sumber data b. Analisa data

Data transaksi bagaimana? Tanpa paksaan! Data harus ada kesamaan dengan yang dinilai

c. Penyesuaian

Data disesuaikan dengan properti yang dinilai. Penyesuaian, misalnya waktu, lokasi, sifat fisik

2. Teknik penyesuaian

Penilaian dengan Metode Perbandingan Data Pasar (Market Data Approach), diperlukan penyesuaian dari data yang dijadikan pembanding untuk menilai.Penyesuaian data penting untuk dapat menghasilkan hasil penilaian yang akurat dan dapat dipercaya. Dari data pembanding yang diperoleh dilapangan, jarang sekali diperoleh data yang sama dengan properti yang dinilai. Data pembanding biasanya diperoleh dengan kondisi yang berbeda dari properti yang dinilai.

Penyesuaian data pembanding, yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: • Waktu transaksi dari data yang digunakan untuk menilai

• Kualitas dari properti data pembanding

• Luas tanah dan luas bangunan data yang diperoleh • Spesifikasi properti data pembanding

• Lokasi data pembanding • Lingkungan data pembanding • Perlengkapan properti pembanding

• Kondisi data yang diperoleh, data transaksi atau data penawaran • Kondisi transaksi yang terjadi

Ada 3 (tiga) macam metode yang dikenal untuk melakukan penyesuaian, yaitu: a. Metode tambah kurang (Pluses and Minuses Method)

b. Metode jumlah rupiah (Rupiah Ammount Method) c. Metode Persentasi (Percentage Method)

(34)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 30

Catatan:(Dari data yang diperoleh, bobot/pembebanan yang lebih besar dilakukan bagi pembanding yang mempunyai perbedaan yang paling sedikit dengan properti yang dinilai)

3. Kesimpulan nilai

Nilai indikasi dari beberapa data pembanding dicari korelasinya hinggadiperoleh Nilai dengan metode Perbandingan Data Pasar.

4. Pendekatan biaya

Menggunakan Pendekatan Biaya, Nilai Properti (Tanah dan Bangunan) diperoleh dengan menganggap tanah sebagai tanah kosong dan nilai tanah diperoleh dari data pasar. Nilai bangunan dihitung dengan pendekatan biaya

Nilai Properti = Nilai Tanah + (R. Cost New – Depresiasi) Langkah-langkah yang diperlukan:

1. Dari Metode Perbandingan Data Pasar dicari nilai tanah (tanah dianggap tanah kosong).

2. Hitung biaya pembuatan baru (R. Cost New) bangunan dan sarana pelengkap lainnya.

3. Hitung depresiasi bangunan terdiri dari: • Kerusakan fisik (Physical Deterioration)

• Kemunduran Fungsional (Functional Obsolescence) • Kemunduran Ekonomi (Economic Obsolescence)

4. Nilai Pasar Bangunan = Biaya Pembuatan Baru – Penyusutan 5. Nilai Pasar (Tanah) + Nilai Pasar (Bangunan) = Nilai Pasar Properti 5. Penyusutan/depresiasi

Penyusutan/Depresiasi didefinisikan sebagi Pengurangan Nilai dari Nilai Pembuatan.Baru Pengurangan Nilai dapat dari pemakaian, kerusakan, atau keadaan yang kurang baik.Mungkin juga faktor luar yang menyebabkan pengurangan nilai. Penyusutan adalah jumlah penyusutan dari waktu membangun sampai saat penilaian Penyusutan meliputi:

(35)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 31

Rusak, lapuk, retak, mengeras atau kerusakan pada strukturnya.Pertimbangan disesuaikan dengan umur kondisi fisik yang ada.

Langkah untuk menentukan kerusakan fisik:

a) Tentukan terlebih dahulu umur/masa manfaat bangunan

b) Tentukan umur efektif bangunan (effective age) berdasarkan kondisibangunan.

Kondisi bangunan sangat dipengaruhi pemeliharaannya.

a) Pemeliharaan yang jelek menyebabkan kondisi bangunan cepat menjadijelek.

b) Pemeliharaan yang baik menyebabkan kondisi bangunan tetap baik.

Jadi dapat dikatakan adanya korelasi antara pemeliharaan dan umur efektifbangunan;

a) Pemeliharaan jelek, umur efektif nampak lebih tua. b) Pemeliharaan baik, umur efektif nampak lebih muda

c) Pemeliharaan normal, umur efektif sama dengan umur sebenarnya Contoh:

Bangunan dibangun tahun 1989 dinilai tahun 1994.Pemeliharaan jelek,umur bangunan tampak seperti telah berumur 10 tahun. (umur manfaatdiambil 40 tahun). Penyusutan Fisik: 10/40 x 100% = 25%

b. Kemunduran Fungsional (Functional Obsolescence)

Perencanaan yang kurang baik, ketidakseimbangan yang berhubungan dengan ukuran, model, bentuk, dan umur

Kemunduran fungsional disebabkan karena ketidakseimbangandari properti itu sendiri.

Contoh:

Bangunan contoh diatas yang luasnya 300 m2, memiliki 3 kamar tidur yang ukurannya 2 x 2 m2.Kemunduran fungsi diperkirakan 5%.

Penyusutan Fisik = 25%

Kemunduran Fungsional = 5/100 x (100% - 25%) = 3,75% Jumlah Penyusutan = 25% + 3,75% = 28,75%

(36)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 32

c. Kemunduran Ekonomis (Economic Obsolescence)

Faktor-faktor luar yang mempengaruhi seperti: Perubahan sosial, peraturan-peraturan pemerintah, dan peraturan-peraturan-peraturan-peraturan lain yang membatasi peruntukan dan lain-lain.

Dengan kata lain Kerusakan Fisik dan Kemunduran Fungsional adalah kerugian karena faktor-faktor internal yang terjadi atas properti yang dinilai. Sedangkan Kemunduran Ekonomis adalah kerugian karena faktor-faktor eksternal yang terjadi atas Properti yang dinilai.

Menghitung Kemunduran Fungsional dan Kemunduran Ekonomis Contoh:

Sebuah bangunan gudang yang dibangun 1988, dinilai tahun 1994, tetapi pada nanti tahun 1999 semua bangunan daerah tersebut tidak diijinkan digunakan sebagai gudang. Masa manfaat bangunan : 40 tahun

Umur bangunan : 6 tahun

Kemunduran Fungsional : 10 tahun Kemunduran Ekonomis : 10 tahun Kerusakan Fisik : 6/40 x 100% = 15%

Kemunduran Fungsional : 10/100 x (100% - 15%) = 8,5% Kemunduran Ekonomis : 10/100 x (100% - 15%) = 8,5% Rumus:

I. METODE KAPITALISASI PENDAPATAN (INCOME APPROACH)

Metode ini digunakan untuk menilai suatu harta tetap/properti yang dapatmenghasilkan pendapatan karena sewa.Apabila harta tetap/properti yang akan kita nilai tidak disewakan, kita dapat mengambil data sewa dari perbandingan sewa harta tetap/properti yang sejenis dilokasi dimana harta tetap/properti yang dinilai atau data sewa dilokasi yang sejenis

Kemunduran fungsional dan/atua ekonomis = % kemunduran fungsional/ekonomis x (100 % - % kerusakan fisik)

(37)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 33

Dengan demikian dasar pemikiran dari Metode Kapitalisasi Pendapatan (Income Approach) yaitu:Nilai pasar dari suatu harta tetap/properti kurang lebih sama dengan suatu modal yang mempunyai potensi untuk mendatangkan Pendapatan.

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat digunakan Metode Kapitalisasi Pendapatan (Income Approach), dalam menilai suatu harta tetap/properti komersial adalah:

• Pendapatan bersih pertahun tidak pernah berubah jumlahnya selama masa investasi

• Lamanya investasi sifatnya tak terhingga.

Dari pendapatan tahunan yang didiskontokan dapat disimpulkan bahwa: Nilai Investasi = Pendapatan Bersih Tahunan ÷ i

Dari formula diatas, dapat dijabarkan Formula untuk Metode Kapitalisasi Pendapatan (Income Approach). Formula ini dikenal dengan IRV Formula sebagai berikut:

V = I ÷ I

Bila i adalah tingkat pengembalian yang diwajibkan (Required Rate of Return) yang dalam IRV formula disebut R atau Tingkat Kapitalisasi (Capitalization Rate)

Maka rumus umum dalam Metode Kapitalisasi Pendapatan adalah sebagai berikut: I = R x V

Keterangan:

I = Pendapatan bersih dari properti/harta tetap (Rp) R = Tingkat Kapitalisasi/Capitalization Rate (%) V = Nilai harta tetap/properti (Rp)

1. Langkah-Langkah Dasar yang Diperlukan

Ada 4 (empat) langkah dasar yang diperlukan untuk menerapkan MetodeKapitalisasi Pendapatan (Income Approach), yaitu:

a. Menghitung pendapatan kotor dari properti, termasuk pendapatan tahunan dari sumber lainnya

b. Menghitung biaya operasional dari properti, meliputi biaya variabel/variable expenses, beban tetap/fixed expenses dan beban cadangan untuk penggantian/reserves for replacement

(38)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 34

c. Menghitung pendapatan bersih dari properti yakni pendapatan kotor dikurangi biaya operasional

d. Proses Kapitalisasi dari properti yaitu proses memilih tingkat kapitalisasi yang sesuai untuk properti yang dinilai. Secara garis besar Skema Metode Kapitalisasi Pendapatan dapat diikuti pada Skema Metode Kapitalisasi Pendapatan.

2. Tingkat Kapitalisasi

Tingkat Kapitalisasi (Capitalization Rate) adalah gabungan dari tingkatsuku bunga (Interest Rate) atau Return on an Investment dan TingkatPengembalian (Recapture Rate)

Ada 3 (tiga) Metode yang telah dikembangkan untuk membantu Penilaimenentukan besarnya Tingkat Kapitalisasi (Capitalization Rate)

a. Comparative Sales Method/Metode Perbandingan Data Jual dan Sewa

b. Band of Investment Method/Metode Pengembalian modal sendiri dan modal pinjaman

(39)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 35

BAB V

PERKEMBANGAN DEFINISI NILAI PASAR

Definisi nilai pasar di SPI 1-2007, 3.1 nilai pasar didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang pada tanggal penilaian yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu properti, antara pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat dalam suatu transaksi bebas ikatan yang pemasarannya dilakukan secara layak dimana kedua belah pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya,kehati-hatian dan tanpa paksaan.

A. DEFINISI NILAI PASAR DIATUR DI SPI 101-2013,3.1

Nilai pasar didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang yang dapat diperoleh dari hasil penukaran suatu aset atau kewajiban pada tanggal penilaian, antara pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual dalam suatu transaksi bebas ikatan yang pemasarannya dilakukan secara layak, dimana kedua belah pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan ( komite penyusunan standar penilaian Indonesia)

Nilai Pasar merupakan nilai yang sering disebut dalam berbagai kepentingan ekonomi, Nilai Pasar dianggap dan dipercaya sebagai nilai yang menggambarkan potensi terkini dan riil pada suatu aset. Dalam SPI 2013 definisi Nilai Pasar mengalami perkembangan dari definisi Nilai Pasar di SPI 2007, yaitu penambahan kata Aset dan Kewajiban yang dimaksudkan dapat lebih mengambarkan perkembangan dunia penilaian yang semakin luas lingkup tugasnya.

Penerapan Nilai Pasar untuk kepentingan real properti, mengasumsikan bahwa properti yang dinilai harus dianggap seolah-olah diperjualbelikan di pasar, tanpa memperhitungkan keuntungan khusus tertentu sebagai bagian dari bisnis yang berjalan (going concern) atau tujuan lainnya (SPI 101-2013, 2.1).

(40)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 36

Yang Penilaian tanah untuk kepentingan umum 1. Legalitas UU Nomor 2 tahun 2012

2. Standar penilaian yang digunakan SPI 306-2013

3. Definisi khusus penilaian pertanahan berdeasarkan UU No. 2 tahun 2012 penilai pertanahan (pasal 1 butir 1) adalah orang perseorangan yang melakukan penilaian secara independen dan propesional yang telah mendapatkan izin praktek penilaian dari menteri keuangan dan telah mendapatkan lisensi dari lembaga pertanahan untuk menghitung nilai/harga obyek pengadaan tanah (SPI 306-2013)

Nilai yang dipergunakan

1. Nilai pergantian wajar yang memiliki definisi adalah nilai untuk kepentingan pemilik yang didasarkan kepada kesetaraan dengan nilai pasar atas suatu properti, dengan memperhatikan unsur luar biasa berupa kerugian non fisik yang diakibatkan adanya pengambilalihan hak atas properti yang dimaksud

2. Nilai pengantian yang wajar diartikan sama dengan nilai ganti kerugian sebagai mana dimaksud dalam UU No. 2 tahun 2012

Sesuai dengan UU No.2 tahun 2012 maka Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah dengan tetap memberikan perlindungan dan melaksanakan prinsip penghormatan terhadap pihak-pihak yang terkena pengadaan tanah. Penetapan besarnya ganti kerugian dilakukan oleh penilai publik sebagai penilai independen yang profesional yang telah mendapatkan ijin praktek dari Menteri Keuangan dan Lisensi dari Lembaga Pertanahan (BPN).

Penetapan besarnya ganti kerugian didasarkan pada azas kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian, keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaaan, kesejahteraan, keberlanjutan dan keselarasan.Apakah sebuah bangunan/segala pengembangan di atas permukaan tanah (Real Estate) dapat begitu saja ditentukan nilainya tanpa memperhatikan lahan (Land) dimana bangunan tersebut berdiri? Apabila demikian adanya, apakah anda rela membayar bangunan yang dijual diatas lahan sengketa atau bangunan yang sebentar lagi akan dirubuhkan karena menyalahi tata kota sementara anda belum tahu akan hal tersebut dan sudah terlanjur bertransaksi?

(41)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 37

Atau..cukuppuaskah anda membayar sebesar biaya perolehan tanah dan biaya mendirikan bangunan (dikurangi penyusutan) untuk sebuah bangunan bertingkat yang akan anda jadikan sebuah hotel sementara kawasan sudah berubah fungsi (zona) – nya? Penilai Properti mencoba melihat secara utuh fenomena tersebut, mengumpulkan sebanyak mungkin informasi, menganalisis data dan memberikan opini obyektif tentang nilai properti.

B. CARAPENILAI PROPERTI MENILAI SEBUAH BANGUNAN

Bangunan merupakan sebuah pengembangan fisik yang berdiri diatas permukaan tanah, oleh karena itu untuk menilai sebuah bangunan selain harus mengerti akan karakteristik bangunan ( teknologi membangun, RAB, teknologi bahan dll) juga harus memperhatikan faktor dimana bangunan tersebut berdiri, dalam hal ini lahan sebagai satu kesatuan ( sesuai konsep Land, real estate dan real properti)

Analisis Harga bangunan umum (HBU) dengan kondisi lahan terbangun akan melihat tanah dan bangunan dari sisi-sisi sebagai berikut :

1. Legaliatas ( tataguna lahan, status kepemilikan-kontrak ) 2. Fisik( kontur lahan, daya dukung tanah, dll)

3. Financial ( potensi pendapatan dan potensi biaya) 4. Produktivitas ( tingkat pengembalian investasi dll)

Keempat faktor diatas akan sangat membantu seorang penilai properti dalam menjadikan nilai sebuah properti riil ( dalam hal ini tanah dan bangunan sebagai satu kesatuan ) menjadi valid dan mencerminkan potensi sesunguhnya dari bangunan maupun tanah itu sendiri. Selain kemampuan dalam melakukan analisis HBU, seorang penilai juga harus memahami betul konsep harga, biaya, pasar untuk menghindari kerancuan dalam estimasi nilai, mampu mencari dan mengolah data yang baik, secara statistik-matematis serta memahami konsep dasar ilmu penilaian yang didalamnya terdapat prinsip-prinsip penilaian universal. Pendekatan/metodelogi penilaian dan kemampuan melakukan analisis pasar properti yang mendalam.

(42)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 38

Selain Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) sebagai pendekatan utama menilai tanah, terdapat pendekatan lain untuk menilai tanah terutama dalam skala yang besar (Luas), yaitu dengan Pendekatan Pendapatan (Income Approach) melalui metode Land Development Analysis (LDA). Didalam metode LDA seorang Penilai harus membuat beberapa simulasi kemungkinan jenis pengembangan terbaik dan tertinggi (HBU) atau pengembangan yang paling optimal supaya menghasilkan indikasi nilai tanah yang mencerminkan potensi optimal lahan kosong yang menjadi obyek penilaian

Didalam Penilaian Properti, Obyek Penilaian dibagi menjadi 4 jenis sebagai berikut. 1. Properti Riil (Real Property), adalah tanah (bumi) dan segala pegembangan yang

tertanam di bumi dan tidak dapat dipindahkan (immobile)

2. Properti Personal, adalah segala obyek (aset) yang dapat dipindahkan (mobile). 3. Bisnis, adalah aset keseluruhan yang membentuk sebuah usaha (satu kesatuan). 4. Hak kepemilikan financial (HKF) , adalah segala hak (mis yang dicatatkan dalam

bentuk dokumen) yang menunjukkan kepemilikan financial. D. CARA PENILAI MENENTUKAN INDIKASI NILAI TANAH KOSONG

Salah satu metode penentuan indikasi nilai tanah kosong yang paling menantang adalah dengan metode Land Devolopment Analisis ( LDA) medtode LDA menuntut pengetahuan seorang penilai akan ilmu multidisiplin seperti, ekonomi ( makro-mikro- marketing-akuntansi managemen resiko, hukum properti, teknik, arsitektur, sipil ( desain tapak bangunan, arsitektur kota, tata ruang/wilayah dan RAB ) serta ilmu properti ( analisis HBU, analisis pasar dll ).

Dalam metode ini, seorang penilai harus dapat mensimulasikan beberapa jenis alternatif pengembangan properti yang akan berdiri diatas lahan kosong yang menjadi obyek penilaian sampai tahap akhir kemudian membuat strategi pemesarannya sampai properti terjual habis, kemudian seorang penilai harus dapat mengidentifikasi ( mem-breakdown secara rinci setiap variabel potensi pendapatan dan pembiayaan dalam sebuah metode Discounted cash Flow ( DCF ) dengan tingkat resikob (disc rate ) yang mencerminkan resiko investasi properti sata penilaian, bahkan saat ini DCF LDA harus dilengkapi dengan analisis montecarlo untuk menghitung potensi resiko investasi dengan ratusan potensi gangguan yang mungkin timbul.

(43)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 39

Dari analisis DCF, seorang penilai akan mendapatkan Nett Operating Income (NOI) yang nilainya harus dikinikan (present value) dengan disc factor (disconto) yANGg mencerminkan tingkat resiko investasi saat penilaian sehingga menjadi nett present

value(NPV) yang merupakan indikasi nilai tanah kosong saat penilaian. Tahap paling

menantang dalam metode LDA ini adalah ketika seorang penilai diharuskan menjadi ( seolah-olah ) seorang pemilik modal sekaligus sebagai manager proyek pengembangan properti yang harus merealisasikan secara nyata (dilengkapi dengan simulasi 3 D) alternatif rencana pengembangan yang dibuat berdasarkan analisis HBU, hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa alternatif pengembangan yang dibuat dapat direalisasikan diatas obyek penilaian.

(44)

Pusdiklat Kementerian ATR/BPN 2015 40

BAB VI

PERAN ZONA NILAI TANAH

DALAM PENGADAAN TANAH

Terbitnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berimplikasi pada semakin menguatkan kewenangan pemerintah daerah dalam mengelola pajak dan retribusi daerah. Berdasarkan regulasi ini daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat dan menempatkan perpajakan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pendapatan dari sektor pajak yang sangat potensial bagi daerah.Pengelolaan PBB oleh daerah harus sudah dilakukan selambat-lambatnya pada tahun 2013, sementara itu penerapan BPHTB berdasarkan regulasi ini selambat-lambatnya satu tahun setelah diundangkan.Persoalannya adalah apakah kewenangan tersebut sudah didukung oleh instrumen yang memadai, khususnya instrumen penilaian?

Badan Pertanahan Nasional (BPN) berdasarkan PP 13/2010 tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional dan Perpres 10/2006 tentang BPN telah menginisiasi terwujudnya informasi nilai tanah, nilai properti, nilai ekonomi kawasan, serta nilai total aset pertanahan sebagai rujukan nasional untuk mewujudkan fungsi tanah bagi sebesar-besar kemakmuran. Salah satu yang sudah diwujudkan adalah Zona nilai Tanah (ZNT).

A. ZONA NILAI TANAH

ZNT dimaknai sebagai area yang menggambarkan nilai tanah yang relatif sama dari sekumpulan bidang tanah di dalamnya, yang batasannya bersifat imajiner ataupun nyata sesuai dengan penggunaan tanah dan mempunyai perbedaan nilai antara satu dengan yang lainnya berdasarkan analisis perbandingan harga pasar dan biaya. Mengingat ZNT berbasis nilai pasar, maka ZNT dapat dimanfaatkan untuk: (1)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Gubernur Sulaweis Utara Nomor 30 Tahun 2019 tentan Petunjuk

Pada dasarnya jual-beli melalui media internet diperbolehkan, dengan syarat penjual harus menjelaskan mengenai barang yang dijualnya baik itu berupa spesifikasi

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kontrol diri remaja dalam menggunakan smartphone ditinjau dari aspek Work Ethic (Etika dalam mengerjakan sesuatu) pada umumnya berada

Dalam menganalisa data yang terkumpul penulis menggunakan metode analisis deskriptif yang bertujuan untuk memahami data dengan cara mengumpulkan,

Dengan mengikuti tahapan proses pengadaan ini, Pelaku Usaha mengakui dan menyatakan bahwa BPKH berhak sewaktu-waktu membatalkan atau menunda proses pengadaan dan atas tindakan

Connectivi ty Pengemba ngan berkualitas tinggi dimana dapat mengitari kawasan sekitar halte transit dengan waktu 10 menit Kawasan ini memiliki jalan- jalan

Hal ini dikarenakan alasan perusahaan melakukan pembelian kembali adalah untuk meningkatkan harga saham perusahaan yang cenderung rendah pada periode sebelum

Adapun tahapan pengukuran yang harus dilakukan dengan cara ini adalah sebagai berikut; Tentukan jalur pengukuran dan letak titik-titik yang aka diukur. Buatlah