• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT PADA KAWASAN STASIUN PALMERAH JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEKATAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT PADA KAWASAN STASIUN PALMERAH JAKARTA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDEKATAN TRANSIT ORIENTED

DEVELOPMENT PADA KAWASAN

STASIUN PALMERAH JAKARTA

Tri Apriliana, Doni Fireza, Bonny A. Suryawinata

Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, Kampus Syahdan Jl. K. H. Syahdan No.9,

Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, Telp. (62-21) 534 5830, triapriliana28@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine how the arrangement and planning of regional

commercial area with a mixed-use function around Palmerah Station Transit Oriented

Development approach to develop the comfort and value of the area. The method used is

descriptive qualitative research method by collecting primary data through observation and

secondary data from literature and documents studies. The analysis is done by looking at the

potential and constraints contained in the object of research is based on the principle of

TOD by Peter Calthrope. The results achieved are functions of mixed-use and pedestrian

paths rejuvenation as needed integrated with Palmerah Station. Conclusion obtained is a

function of a mixed-use building in the form of a trading house and guest house as well as

office space walkers. Everything will be inter-connected by pedestrian paths more

comfortable fit with the concept of TOD. (TA)

Keywords : Transit Oriented Development, Commercial Area, Pedestrian ways, Mixed-use,

Palmerah Station

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara penataan kawasan dan perencanaan

area komersial dengan fungsi mixed-use di sekitar Stasiun Palmerah dengan pendekatan

Transit Oriented Development untuk mengembangkan kenyamanan dan nilai kawasan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan

mengumpulkan data-data primer melalui observasi dan data sekunder dari studi literatur

dan studi dokumen. Analisis yang dilakukan adalah dengan melihat potensi dan hambatan

yang terdapat pada objek penelitian berdasarkan prinsip TOD oleh Peter Calthrope. Hasil

yang dicapai ialah fungsi mixed-use dan peremajaan jalur pejalan kaki sesuai kebutuhan

yang terintegrasi dengan Stasiun Palmerah. Simpulan yang didapatkan adalah fungsi

bangunan mixed-use berupa wisma dagang dan wisma kantor serta ruang pejalan kaki.

Semuanya akan saling terkoneksi dengan jalur pejalan kaki yang lebih nyaman sesuai

dengan konsep TOD. (TA)

Kata kunci : Transit Oriented Development, Area komersial, Ruang pejalan kaki,

(2)

2 PENDAHULUAN

Perhubungan sebagai kebutuhan untuk membantu pergerakan dari satu tempat ke tempat lainnya, merupakan salah satu sektor yang turut menentukan gerak laju pembangunan. Tingginya penggunaan energi di sektor transportasi terjadi seiring dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan di DKI Jakarta, dimana pada tahun 2012 jumlah kendaraan di Provinsi DKI Jakarta adalah 6.154.523 kendaraan. Hal ini juga berarti meningkatkan jumlah emisi pencemar di udara (SLHD Provinsi DKI Jakarta, 2012). Penggunaan kendaraan pribadi akan berkurang seiring dengan adanya sarana transportasi publik yang memadai. Memaksimalkan transportasi publik yang memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan atau yang disebut juga transportasi berkelanjutan.

Salah satu ‘action’ yang terdapat dalam United Nations Documents The Habitat Agenda: Chapter IV (1996), untuk mencapai transportasi berkelanjutan dalam permukiman manusia, adalah mengkoordinasikan penggunaan lahan dan perencanaan transportasi dalam rangka mendorong pola pemukiman spasial yang menfasilitasi akses ke kebutuhan dasar seperti tempat kerja, sekolah, pelayanan kesehatan, tempat ibadah, barang dan jasa, dan rekreasi sehingga mengurangi kebutuhan untuk melakukan perjalanan. Salah satu konsep yang sesuai dengan ‘action’ adalah Transit Oriented Development yang memiliki pengertian sebuah kawasan campuran yang berjarak 2.000 kaki dari terminal transit dan memiliki area komersial. Kawasan TOD juga memiliki fungsi hunian, pertokoan, kantor, ruang terbuka, dan ruang publik yang dapat diakses dengan berjalan kaki, serta kawasan ini mendukung aktifitas dengan menggunakan angkutan massal, sepeda, mobil, serta dapat ditempuh dengan berjalan kaki. (Peter Calthorpe, 1993)

Dalam mencapai transportasi berkelanjutan penting untuk melihat jenis-jenis moda transportasi beserta tingkat efektivitas dan efisiensinya. Berdasarkan studi yang dilakukan Djoko Setijowarno, et all (2010) yang dipresentasikan dalam Forum Studi Transportasi Antarperguruan Tinggi (FSTPT) ke 14 tahun 2011 menunjukkan bahwa moda kereta api rel listrik (KRL) memiliki sejumlah keunggulan dibanding angkutan umum dan Transjakarta pada rute jarak pendek. Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa moda transportasi kereta api mempunyai sejumlah keunggulan. Pertama, keandalan dan keselamatan moda kereta api sangat baik. Kedua, efisiensi biaya dan energi sangat baik. Ketiga, polusi yang ditimbulkan kereta api sangat sedikit.

Kawasan di sekitar Stasiun Palmerah yang semakin berkembang dengan berbagai pemanfaatan lahan untuk memenuhi kebutuhan, yaitu terdapat gedung-gedung perkantoran swasta dan pemerintah, pasar, sarana pendidikan serta adanya rencana pemerintah untuk membangun monorel dan halte busway di kawasan ini akan meningkatkan jumlah pengguna transportasi publik. Kawasan harus siap untuk mewadahi pertumbuhan dan memenuhi kebutuhan pengguna transportasi publik, disisi lain kawasan sekitar stasiun diharapkan menjadi tempat bermukim yang baik agar dapat menyediakan pelanggan bagi moda transportasi yang ada. Meningkatnya kawasan komersial tentunya juga akan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pemukiman dan pengguna transportasi. Agar berbagai fungsi lahan pada kawasan sekitar stasiun ini dapat terpadu dengan konektivitas pedestrian yang nyaman maka dibutuhkanlah pendekatan konsep Transit Oriented Development.

Implementasi TOD dapat menekan waktu tempuh dan biaya transportasi sehingga produktifitas masyarakat makin meningkat. Menurut Peter Newman dan Jeffrey Kenworthy dalam bukunya, Sustainability and Cities: Overcoming Automobile Dependence, investasi pada pengembangan kawasan transit akan memberikan manfaat dua kali lipat lebih banyak bagi sebuah kota dibandingkan investasi pembangunan jalan bebas hambatan. Selain manfaat ekonomi, implementasi TOD juga memberikan manfaat sosial. Diantaranya adalah meningkatkan kualitas hubungan sosial antar anggota masyarakat, menciptakan suasana lingkungan yang aman dan sehat, mengurangi polusi dan ketergantungan pada mobil, mengurangi konsumsi bahan bakar tak terbarukan, mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor, mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih. Disamping itu, dengan adanya kawasan transit, masyarakat memiliki ruang publik terbuka yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan berbagai aktifitas sosial bersama-sama.

Kawasan sekitar Stasiun Palmerah memiliki potensi untuk dikembangkan dengan pendekatan Transit Oriented Development, yaitu :

• Terdapat stasiun kereta api & listrik serta rencana pembangunan transjakarta dan monorel sebagai pusat transit

• Area sekitar stasiun terdiri dari berbagai fungsi lahan seperti hunian, perkantoran, dan komersil menengah ke bawah.

• Terdapat angkutan umum lainnya yang mendukung cakupan penumpang yang lebih luas seperti kopaja, mikrolet dan sebagainya.

Tipologi kawasan ini, berdasarkan TOD Guidelines yang dikeluarkan oleh MARTA (2010), termasuk jenis urban core karena kawasannya yang mixed-use dan Stasiun Palmerah merupakan

(3)

3 stasiun yang digunakan oleh lebih dari 5000 penumpang setiap hari kerja dan hampir 1000 penumpang pada hari libur/weekend. Hal ini menunjukan bahwa Stasiun Palmerah merupakan titik transit yang penting. Menurut Peter Calthrope (1993), Urban TOD berpotensi untuk menjadi daerah komersial.

Namun untuk mencapai TOD tersebut masih terdapat beberapa permasalahan pada kawasan sekitar Stasiun Palmerah, yaitu :

• Sarana dan prasarana moda transportasi publik pada titik-titik transit yang dibutuhkan belum tersedia sehingga angkutan umum berhenti sembarangan dan menyebabkan kemacetan sementara. • Kondisi jalur pejalan kaki belum sesuai standar.

• Kurangnya aksesibilitas di sekitar kawasan karena adanya rel kereta yang membagi area tersebut menjadi dua.

• Kenyamanan secara visual masih kurang karena pertumbuhan bangunan di kawasan dan tenda pedagang kaki lima tidak beraturan.

• Penggunaan fungsi lahan sebagai area komersial saat ini belum maksimal jika dibandingkan dengan lembar rencana kota dimana area tersebut dapat dibangun setinggi 4 lantai dengan fungsi wisma dagang, wisma kantor atau perkantoran.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan cara merencanakan area komersial berfungsi mixed-use dengan pendekatan Urban Core Transit Oriented Development pada kawasan Stasiun Palmerah agar stasiun dengan kawasan sekitarnya dan rencana pembangunan kedepannya dapat berkembang secara terpadu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi pada objek penelitian, sikap serta pandangan yang terjadi didalam masyarakat, dan hubungan antarvariabel. Kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data, menganalisis data, menginterpretasikan data dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan data tersebut.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer akan disajikan dalam bentuk uraian, tabel dan atau diagram yang dianalisa, kemudian ditentukan kebutuhan pengguna objek penelitian. Data sekunder digunakan sebagai acuan, perbandingan dan pertimbangan analisa terhadap data primer dalam menjawab masalah yang dirumuskan di rumusan masalah. Acuan utama untuk analisis data adalah tujuh komponen Transit Oriented Development oleh Peter Calthrope, didukung dengan teori Figure Ground dan standar pemerintah.

Data primer : a. Observasi

• Keadaan kawasan sekitar stasiun • Waktu sibuk pasar dan stasiun

• Akses dari daerah sekitar ke objek penelitian

• Sirkulasi pembeli, pedagang, penumpang dan kendaraan • Sarana transportasi yang digunakan sebelum dan sesudah kereta • Foto lokasi

b. Wawancara

• Rata-rata jumlah penumpang kereta api dan listrik setiap hari • Jumlah PKL

• Rencana pengembangan pasar, stasiun dan kawasan mendatang • Jumlah penduduk di RT 03/01 dan RT 04/01

Data sekunder : a. Studi pustaka

• Jurnal penelitian sebelumnya mengenai penataan kawasan sekitar stasiun • Landasan teori

b. Study document dari lembaga pemerintahan

• Peraturan tata kota

(4)

4 HASIL DAN BAHASAN

Potensi dan hambatan yang terdapat pada kawasan sekitar Stasiun Palmerah dianalisa berdasarkan komponen/prinsip Transit Oriented Development (TOD) oleh Peter Calthrope dalam bentuk tabulasi. Didukung dengan analisa figure ground dan standar pemerintah hingga menghasilkan langkah desain.

Analisa Potensi dan Hambatan Berdasarkan Komponen TOD

Berdasarkan komponen-komponen dari perencanaan Transit Oriented Development yang disimpulkan oleh Peter Calthrope, terlihat potensi kawasan Stasiun Palmerah dikembangkan menjadi kawasan TOD. Namun terdapat juga hambatan dalam mencapai konsep TOD tersebut. Potensi dan hambatan pada kawasan sekitar Stasiun Palmerah dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 1 Potensi, Hambatan dan Langkah Desain Berdasarkan Komponen TOD

No Komponen TOD Kondisi tapak Langkah desain Potensi Hambatan 1. Pedestrian ways Perencanaa n kawasan yang mempriorit askan pejalan kaki 80% penumpang kereta api Stasiun Palmerah umumnya berjalan kaki melewati Jl. Gelora 6 menuju Jl. Palmerah Barat Keadaan jalan yang digunakan belum memadai untuk berjalan kaki dari segi ukuran,

keamanan, kenyamanan dan fasilitas pejalan kaki.

Lahan antara jalan raya dan GSB dimanfaatkan menjadi pedestrian yang terbagi menjadi 4 zona, yaitu zona bagian depan gedung minimal 1 meter, zona bagi pejalan kaki minimal 2 meter, zona bagi tanaman/perabot jalan minimal 60 cm dan zona jalur sepeda minimal 1.5 m untuk 2 jalur. 2. Bike Ways Didesain untuk penggunaa n sepeda dalam kawasan Sudah ada beberapa commuter yang menggunakan sepeda untuk mencapai tujuan dari Stasiun Palmerah

Belum ada jalur khusus sepeda yang nyaman sehingga pengguna sepeda masih sedikit 3. Transit Center Pusat transit menjadi fitur penting dari pusat kota Stasiun Palmerah digunakan oleh lebih dari 5000 penumpang setiap harinya Kapasitas Stasiun Palmerah saat ini belum mewadahi pertumbuhan penumpang yang meningkat, selain itu fasilitas seperti ruang

Saat ini sudah mulai dilakukan pembangunan Stasiun Palmerah baru dengan terdapat jembatan yang menghubungkan antara jalan yang dipisahkan oleh rel kereta. Jembatan berfungsi sebagai penghubung dan juga sebagai akses untuk memasuki stasiun, karena letak loket tiket stasiun akan diletakan di lantai 2.

(5)

5 tunggu dan

penerangan pada malam hari masih kurang

Jembatan diperpanjang ke dalam kawasan untuk memudahkan pencapaian transportasi pendukung lainnya. 4. Mixed-use Sebuah node regional yang terdiri atas campuran kegunaan dari hunian, kantor, pertokoan, dan area publik Stasiun dikelilingi oleh bangunan perkantoran pemerintah, swasta, komersil menengah

kebawah (pasar & pertokoan 1-2 lantai) serta hunian (rumah 1-2 lantai & apartemen) Kondisi area komersil dan permukiman saat ini tidak tertata rapi dan belum memaksimalkan fungsi lahan. Selain itu tidak

ada ruang terbuka hijau yang dapat dinikmati seluruh masyarakat yang tinggal maupun melewati kawasan ini

Area komersial dan permukiman, RT 03/01(merah) dan RT 04/01(kuning) ditata rapi dan dibangun dengan fungsi sesuai lembar kerja kota yaitu soho atau ruko, serta dibuat ruang terbuka hijau dengan total luas lahan adalah ± 2 Ha, sedangkan yang akan diolah ±1.2 Ha dengan ketinggian bangunan 4 lantai 5. Connectivi ty Pengemba ngan berkualitas tinggi dimana dapat mengitari kawasan sekitar halte transit dengan waktu 10 menit Kawasan ini memiliki jalan-jalan sebagai jalan-jalan pintas kendaraan (Jl. Gelora 5,6 & 7) pada bagian barat Stasiun Palmerah Akses dari bagian barat menuju bagian timur stasiun sangat jauh apabila pejalan kaki menggunakan angkutan umum (M09, M11, Kopaja)

Masalah ini akan diatasi dengan

pembangunan jembatan

penyeberangan yang telah direncanakan. Akses masuk pejalan kaki ke dalam kawasan dibuat tidak lebih dari 10 meter dari titik naik turun penumpang. Titik pencapaian ke dalam site disesuaikan antara kebutuhan dengan hasil identifikasi figure ground.

(6)

6 No Komponen TOD Kondisi tapak Langkah desain Potensi Hambatan 6. Transporta tion Support Terdapat angkutan pendukung seperti bus, kereta,dan lain-lain Stasiun Palmerah sebagai pusat transit dengan angkutan pendukung mikrolet dan kopaja. Selain itu adanya rencana pembangunan halte transjakarta dan monorail pada kawasan ini

Penyediaan sarana dan prasarana seperti halte tersedia di beberapa tempat namun tidak dimanfaatkan dan kendaraan umum berhenti di sembarang tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang. Hal ini menyebabkan kemacetan

sementara pada jalan-jalan di sekitar kawasan.

Ruang untuk pemberhentian dan halte bus, kopaja, taksi, angkutan umum dan sebagainya dibuat di lahan GSB dengan minimal luas 150 cm x 240 cm, setiap 300 meter. Letak trotoar akan berada dibelakang halte agar tidak terjadi crossing antara yang sedang berjalan dan akan menaiki kendaraan umum. Halte ini dilengkapi dengan informasi rute dan kendaraan umum yang lewat serta fasilitas lainnya seperti tempat duduk, kanopi dan akses penyandang cacat. 7. Parking Mengurang i dan mengelola parkir di dalam kawasan

Sudah ada tempat parkir khusus di Stasiun dan Pasar Palmerah

Pada area komersil (tidak termasuk pasar) tempat parkir tidak tersedia sehingga kendaraan diparkir di tepi jalan Terdapat toko-toko onderdil di pasar palmerah dan kawasan. Toko onderdil termasuk salah satu daya tarik dari Pasar Palmerah sehingga akan sulit untuk dihilangkan

Parkir pada kawasan disediakan untuk pemilik ruko karena melihat masyarakat saat ini pada umumnya memiliki kendaraan pribadi untuk mencapai tempat-tempat yang tidak dapat dicapai dengan kendaraan umum. Tempat parkir dibuat berbentuk basement sehingga dapat memanfaatkan ruang bawah tanah dan meminimalkan kontak langsung dengan pejalan kaki.

(7)

7 Analisa Figure Ground

Dari hasil identifikasi figure ground terdapat beberapa perubahan yang perlu dilakukan agar sesuai dengan lembar rancangan kota dan lebih seimbang antara void dan solid. Perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 Perubahan dari Hasil Identifikasi Figure Ground

No. Analisis Ilustrasi

1. Apabila figure ground saat ini dibandingkan dengan rencana tata kota kedepannya, terlihat massa bangunan melebihi garis sempadan bangunan (GSB). Massa bangunan akan dimundurkan sesuai ketentuan GSB.

2. Void berupa jalan dipertahankan dan diteruskan.

3. Konfigurasi tetap menggunakan figure dengan memaksimalkan massa untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal dan komersial penduduk namun dengan memperhatikan rancangan void.

4. Elemen solid tetap bersifat blok yang mendefinisi sisi karena fungsi bangunan komersial yang lebih baik jika berhubungan langsung dengan jalan dan pejalan kaki.

5. Letak void menjadi sistem terbuka yang linear karena dibuatnya jalan sebagai akses dari berbagai sisi, sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar serta diperbesar luasannya.

6. Tekstur tetap angular namun void dilebarkan dan konektivitasnya diperbaiki. Bentuk angular akan menghasilkan sirkulasi pejalan kaki yang tidak monoton yang cenderung membosankan.

(8)

8 Tabel 3 Proses Gubahan Massa

No. Proses Gubahan Massa

1.

Gubahan massa dihasilkan berawal dari analisa figure ground. 2.

Massa diangkat setinggi 4 lantai sesuai dengan Lembar Rencana Kota. 3.

Massa cenderung memenuhi tepi tapak setelah Garis Sempadan Bangunan karena fungsi bangunan adalah komersial yang mana perlu diorientasikan pada jalan dan pedestrian. 4.

(9)

9 2 bangunan eksisting yang dipertahankan yaitu sebuah masjid dan sebuah gereja. Oleh karena itu massa dimundurkan.

No. Proses Gubahan Massa

5.

Massa dibentuk seakan-akan menonjolkan kedua bangunan ibadah tersebut yang dapat menjadi ciri khas kawasan.

6.

Massa bangunan dibuat 1 lapis untuk memaksimalkan pertukaran udara alami dengan cross ventilation, sehingga kelembapan dan panas dalam bangunan dapat berkurang.

Zoning

Gambar 1 Zoning Kawasan dan Massa Bangunan

Hunian Toko Ruang Publik Ruang hijau privat Plaza Area servis Keterangan :

(10)

10 Zoning massa bangunan dan kawasan dibagi berdasarkan fungsi privasi, publik dan servis. Pada bagian bawah tentunya akan lebih sering dilewati oleh pejalan kaki (orang umum) karena itu komersial yang bersifat publik diletakan di lantai 1 agar dapat berhubungan langsung dan mudah diakses oleh calon konsumen yang merupakan pejalan kaki. Lantai 2 dapat difungsikan sebagai komersial maupun tempat tinggal tergantung kebutuhan penghuni. Hunian yang membutuhkan privasi dan ketenangan diletakan di lantai 3 dan 4.

Gambar 2 Letak Area Servis dan Plaza

Celah antar 2 massa bangunan memanjang difungsikan menjadi area servis dan jalur kendaraan loading dock. Letaknya yang di antara bangunan menjadikan area servis secara tidak langsung tersembunyi dari pandangan publik. Selain itu jalan untuk kendaraan di dalam kawasan lebih hemat karena hanya 1 jalur dan 1 pintu untuk masuk dan keluar. Agar lebih tersembunyi jalur ini diatapi dan dimanfaatkan menjadi ruang hijau privasi bagi penghuni. Jalan Gelora 6 sebagai jalan khusus pejalan kaki dijadikan plaza yang sekaligus menampung pedagang kaki lima.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Seperti yang disebutkan di landasan teori, kawasan TOD adalah kawasan mixed-use dengan rata-rata jarak 400 meter dari titik pusat transit atau 5 menit berjalan kaki. Tapak yang akan diolah secara khusus terletak di RT 03/01 & 04/01 kelurahan Gelora, kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Tapak ini dipilih karena berhubungan langsung dengan stasiun dan kegiatan transportasi pendukungnya. Dengan pemecahan masalah yang ada pada tapak, konsep TOD dapat diterapkan pada kawasan ini. Kawasan ini akan menjadi kawasan campuran komersial dan hunian yang menyediakan hiburan, tempat tinggal, kebutuhan sehari-hari dan akses yang menyambungkan transportasi pendukung dari berbagai sisi menuju stasiun dan sebaliknya melalui skybridge dan zebra cross yang sebelumnya melewati ruang-ruang terbuka hijau.

Saran

Penerapan TOD tetap membutuhkan pengelolaan yang baik dan masyarakat yang berkeinginan untuk menggunakan pedestrian dan transportasi publik agar berhasil. Bagi peneliti

Keterangan :

Area servis

Plaza

(11)

11 selanjutnya dapat menggunakan metode yang sama dengan penelitian ini untuk mendapatkan dan menganalisa data.

REFERENSI

Bbpc associates. (2009). Transit Oriented Development Strategy for the Peninsula Rapid Transit Project. Newsport News LRT A3 Corridor Long Term Planning Support Task 6.4, diakses pada 20 Maret 2013 dari http://www.gohrt.com/

Bruce, C. (2012). Transit Oriented Development in China: Designing a New Transit Oriented Neighbourhood in Hexi New Town, Nanjing, Based on Hong Kong Case Studies, diakses pada 20 Maret 2013 dari http://www.bth.se/

Canada Mortage and Housing Corporation. (2009). Transit Oriented Development Case Study: Port Credit Village, Missisauga, Ontario, diakses 31 Maret 2013 dari www.cmhc-schl.gc.ca/ Ernst., Neufert, Peter. (2012). Architects’s Data Forth Edition. German: Lockwood

Ginn, S. (2009). The Application of the Park & Ride and TOD Concepts to Develop a New Framework That Can Maximise Public Transport Patronage, diakses pada 20 Maret 2013 dari http://eprints.qut.edu.au/

Marta. (2010). Transit Oriented Development Guidelines, diakses pada 1 April dari http://www.itsmarta.com

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum.

Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum, No.032/T/BM/1999 Lampiran No.10 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999. Peraturan Menteri Perhubungan. Nomor : PM 9 Tahun 2011. Tentang Standar Pelayanan Minimum

untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api

Petunjuk Perencanaan Trotoar, No. 007/T/BNKT/1990. Direktorat Jenderal Bina Marga.

UN Documents. (1994). The Habitat Agenda: Chapter IV: C. Sustainable human settlements development in an urbanizing world. Diakses 14 Januari 2014 dari http://un-documents.net/ha-4c.htm

Widodo, C. E., T. Kidokoro. (2012). Implementing Transit-Oriented Development (TOD) in a Developing City: Resident’s Perception on TOD in Jakarta, Indonesia. AESOP 26th Annual Congres, diakses 14 Januari 2014 dari www.arber.com.tr/

Zahnd. M. (2006). Strategi Arsitektur 2: Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta: Kanisius.

RIWAYAT PENULIS

Tri Apriliana lahir di kota Tegal pada tanggal 28 April 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Arsitektur pada tahun 2014.

Gambar

Tabel 1 Potensi, Hambatan dan Langkah Desain Berdasarkan Komponen TOD
Tabel 2 Perubahan dari Hasil Identifikasi Figure Ground
Gambar 1 Zoning Kawasan dan Massa Bangunan
Gambar 2 Letak Area Servis dan Plaza

Referensi

Dokumen terkait

Ello lleva a que debamos considerar el conflicto de Chechenia no como un mero problema de orden interno o como un enfrentamiento aislado entre un Estado y

Simulasi Jaringan Pada Packet tracer | 11 Di bawah panel Font, pengguna dapat memilih font yang berbeda dan ukuran font untuk Dialog, Workspace / Kegiatan Wizard, dan Interface

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek protektif ekstrak daun sirsak terhadap gambaran histopatologi kerusakan ginjal dan mengetahui hubungan peningkatan dosis

Penelitian ini ditujukan terutama untuk memberikan bukti secara empiris mengenai pengaruh konvergensi IFRS, kompleksitas akuntansi, dan status probabilitas kebangkrutan

3HQHOLWLDQ LQL EHUWXMXDQ XQWXN PHPSHODMDUL PDUND PROHNXOHU \DQJ WHUSDXW GHQJDQ VLIDW WROHUDQVL WDQDPDQ SDGL JRJR KDVLO SHUVLODQJDQ 6LWX 3DWHQJJDQJ [ % ) - 7% WHUKDGDS $O

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Julia (2014) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara promosi susu formula terhadap pemberian

Analisa dan Perancangan Sistem Ekstrakurikuler Pada SMP NU Al Ma’ruf Kudus Berbasis Web ini membahas mengenai sistem pendataan siswa ekstrakurikuler, absensi

Spektrum FT-IR dari produk oksidasi D- sorbitol (Gambar 1) menunjukkan pita serapan pada derah 3600-3200 cm -1 yang melebar ( broad ) menunjukkan adanya gugus OH alkohol sekunder dan