• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi telah hadir dalam kehidupan masyarakat sejak dasawarsa terakhir di abad XX (Steger, 2008). Hal ini salah satunya ditandai dengan munculnya perdagangan bebas dalam perekonomian masyarakat, termasuk masyarakat di Indonesia. Tentu saja, globalisasi membawa pengaruh terhadap berbagai sendi kehidupan ekonomi masyarakat seperti munculnya persaingan bisnis yang sangat ketat. Seperti dinyatakan Sampurno (2010), globalisasi dan era pasar bebas telah menciptakan persaingan yang sangat tajam di hampir semua industri. Sebagai konsekuensinya, perusahaan-perusahaan harus melakukan aksi dan respons untuk menghadapi persaingan di pasar yang sangat dinamis ini di sepanjang waktu.

Dibebaskannya berbagai jenis usaha yang bermunculan, baik untuk bidang produk barang maupun jasa, membuat setiap perusahaan harus menyusun cara-cara tertentu yang responsif agar usahanya mampu memenangkan persaingan. Semua perusahaan harus mempersiapkan diri untuk mampu muncul, bersaing, bertahan, dan menjadi yang terdepan dalam bidangnya. Dengan kata lain, setiap perusahaan memerlukan suatu strategi bisnis yang tepat agar keberadaan usahanya terakui dan memiliki keunggulan saing dan keunggulan banding.

Kebutuhan terhadap strategi bisnis yang tepat ini dirasakan pula dalam usaha jasa penyiaran. Industri pertelevisian di Indonesia yang semakin berkembang pesat ditandai dengan muncul dan berkembangnya stasiun-stasiun penyiaran televisi. Di satu sisi hal ini memberi keuntungan bagi masyarakat dalam hal terbukanya akses informasi dan hiburan. Di sisi lain, munculnya sejumlah stasiun penyiaran televisi ini memunculkan persaingan yang semakin ketat. Dalam hal ini, setiap stasiun televisi berusaha meningkatkan daya saingnya agar dapat menjadi media tontonan pilihan bagi pemirsa (Lestari, 2008).

(2)

Catatan sejarah pertumbuhan industri televisi di Indonesia menunjukkan bahwa dunia televisi di Indonesia diawali dengan stasiun televisi nasional bernama TVRI (Televisi Republik Indonesia). Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan dari stasiun televisi swasta yakni RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia), TPI (Televisi Pendidikan Indonesia) dan ANTV (Andalas Televisi). Kehadiran RCTI, SCTV, TPI dan ANTV membawa perubahan dinamik dalam dunia kepenyiaran, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu penayangannya. Pada periode waktu selanjutnya, di Indonesia muncul sejumlah stasiun televisi swasta yang lain seperti Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, dan TV One (Ardianto, 2004).

Kemunculan stasiun-stasiun televisi diatas telah mengundang munculnya rumah-rumah produksi atau biasa disebut “production house” (PH) yang turut meramaikan arena pertelevisian. Menurut Persatuan Perusahaan Film Indonesia, rumah produksi merupakan sebuah badan usaha yang mempunyai organisasi dan keahlian dalam memproduksi program-program audio dan audio visual untuk disajikan melalui media elektronik. Hasil produksi suatu rumah produksi merupakan program-program yang ditayangkan baik untuk acara televisi, film layar lebar, video klip, maupun iklan media elektronik. Menurut Departemen Perdagangan Indonesia, rumah produksi termasuk ke dalam industri kreatif atau lebih tepatnya subsektor industri film, video, dan fotografi. Industri kreatif sendiri didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteran serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta dari individu tersebut (Larinka, 2012).

Beragam dan variasinya bentuk acara yang disiarkan oleh stasiun televisi, sebagian besar merupakan hasil karya kreativitas produk rumah produksi dengan bentuk acara yang dihasilkan misalnya adalah sinetron, reality show, program berita, film televisi, talk show, maupun iklan. Tercatat, saat ini telah muncul dan beroperasi di Indonesia antaranya seperti MD Enterteiment, Sinemart, Starvision, Multivision Plus, dan PT Layar Production.

Menurut data yang ada pada Direktorat Industri Perfilman jumlah usaha perfilman dari rumah produki di Indonesia terus mengalami perkembangan setiap tahun nya. Sampai pada tahun 2012 jumlahnya mencapai 1.661 perusahaan (lihat Gambar 4.1). Hal ini tentunya menimbulkan persaingan yang sangat ketat

(3)

antarrumah produksi di Indonesia, karena setiap rumah-rumah produksi selalu berlomba untuk membuat sebuah program acara atau film yang menarik agar unggul dari para pesaingnya.

Sumber: Direktorat Industri Perfilman, 2013.

Gambar 1.1 Total Perkembangan Usaha Perfilman Tahun 2007-2012

PT Layar Production yang merupakan perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang rumah produksi. PT Layar Production mengawali kiprahnya pada tahun 2002 dengan visi “realitas, integritas, dan akuntabilitas” yang diposisikan sebagai arah dan kekuatan perusahaan untuk meraih kemenangan dan keunggulan kompetitif. Visi ini dijabarkan dalam misi perusahaan yaitu meraih keberhasilan perusahaan melalui kerja kreatif, inovatif, dan kompetitif yang dikenal masyarakat serta mencapai karya tinggi dalam rangka mengantarkan nilai luhur untuk memberi edukasi, informasi, dan hiburan kepada masyarakat. Produk yang dihasilkan oleh PT Layar Production adalah sinetron, sitkom, infoteiment, reality show, iklan televisi, video clip, dan film layar lebar. Dilihat dari usianya, perusahaan memiliki usia yang telah matang dan telah berkiprah selama sebelas tahun di industri kreatif. Tentunya perusahaan ini dapat dipandang sudah mempunyai pengalaman dalam bidangnya. Namun demikian, usia matang perusahaan ini nampaknya belum membuat PT Layar Production menjadi salah satu rumah produksi terbaik di Indonesia. Hal ini disebakan karena produksi-produksi yang dihasilkan oleh perusahaan ini belum banyak yang berhasil.

(4)

Ketidakberhasilan ini di antaranya diakibatkan oleh kurangnya tim kreatif pada perusahaan dan belum adanya kontrol kualitas yang ketat antara tim kreatif dengan tim produksi. Padahal, sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri kreatif, tim kreatif dan produksi merupakan nyawa di dalam suatu produksi karena pengimplementasian kreatif program sangatlah penting untuk menghasilkan produk program-program acara yang menarik, inovatif, dan mampu menjadi program acara unggulan bagi penonton, sehingga bisa mencapai hasil yang maksimal dari bisnis rumah produksi itu sendiri untuk meraih sebuah keunggulan kompetitif terhadap para pesaingnya.

Rumah produksi dalam menjalankan kegiatan utamanya bergantung pada perusahaan-perusahaan pemasok bahan baku. Salah satu bahan baku vital yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah film adalah alat-alat shooting atau produksi film seperti kamera, pencahayaan (lighting). Dengan melihat kepentingan dari alat-alat shooting tersebut, PT Layar Production juga membuka penyewaan peralat-alatan shooting yang mulai beropeasi pada tahun 2005. Dalam hal ini, perusahaan telah menerapkan strategi integrasi ke belakang dengan mengupayakan kendali yang lebih besar atas pemasok untuk peralatan shooting, dimana hal ini merupakan salah satu kekuatan dari perusahaan. Namun demikian, dibukanya bisnis penyewaan peralatan shooting ini menyebakan perusahaan menjadi tidak fokus pada bisnis intinya yaitu rumah produksi. Menurut Direktur Utama PT Layar Production, hal ini dilakukan untuk menambah pendapatan perusahaan. Hasilnya dapat disebut memuaskan dan perusahaan berhasil memiliki pelanggan-pelanggan yang setia, apalagi jumlah perusahaan penyewaan alat-alat shooting belum banyak. Peralatan shooting PT Layar Production yang disewakan pun cukup lengkap. Dengan dibukanya usaha yang baru ini, bukan berarti tidak muncul masalah-masalah baru yang dihadapi perusahaan, karena mau tidak mau perusahaan juga harus memikirkan perkembangan dari berlangsungnya bisnis jasa penyewaan peralatan shooting nya. Masalah yang dihadapi dalam bagian penyewaan peralatan shooting ini seperti kurangnya kegiatan promosi yang intensif, dan adanya beberapa alat yang belum lengkap dan belum diperbarui dengan model terkini.

Mirip dengan persoalan yang dihadapi PT Layar Production, Larinka (2012) menjelaskan, di dalam tesisnya yang berjudul “Analisis strategi bersaing PT Sinemart Indonesia” yang membahas tentang perusahaan rumah produksi, PT Sinemart menggunakan strategi diferensiasi. Perusahaan terus mencari ide-ide cerita

(5)

inspirasional yang sesuai dengan selera masyarakat, Larinka menyarankan agar PT Sinemart Indonesia perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing serta faktor eksternal lainnya dalam merumuskan strategi yang tepat. Selain itu, PT Sinemart juga perlu mengetahui sumber daya manusia mana yang dapat menjadi keunggulan bisnis peusahaan dengan melakukan analisis SWOT untuk mengetahui keadaan internal perusahaan. Hasil dari penelitian yang dilakukan Larinka menghasilkan bahwa strategi diferensiasi tidak dapat mencapai performa yang unggul dalam menciptakan keunggulan bersaing kecuali jika nilainya kepada konsumen melebihi biayanya. Strategi ini perlu didukung oleh strategi fungsional yang tepat sehingga memberi manfaat yang maksimal ke rantai nilai perusahaan.

Persoalan yang dihadapi PT Layar Production tentunya memerlukan suatu solusi agar keberadaan dan dinamika bisnisnya dapat diperhitungkan di tengah ketat nya persaingan yang ada, untuk meraih keunggulan kompetitif perusahaan serta tercapainya misi dari perusahaan. Dengan menyadari bahwa strategi bisnis merupakan kekuatan utama dalam menjalankan sebuah perusahaan. PT Layar Production membutuhkan strategi bisnis baru yang tepat yang dapat mencakup strategi pembenahan dan pengembangannya secara internal dan eksternal. Faktor-faktor internal dan eksternal inilah yang perlu diperhatikan dalam menyusun strategi bisnis baru untuk bisnis PT Layar Production ini sekarang dan di masa depan.

Untuk merumuskan strategi bisnis yang tepat dibutuhkan pendekatan manajemen yang tepat pula (Suryana, 2010). Proses perumusan strategi bisnis tersebut diawali dengan tahap dengan tahap masukan (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan selanjutnya dengan tahap keputusan (decision stage). Untuk usaha ini, PT Layar Production diharapkan bisa menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada agar dapat mengatasi kelemahan, kuat menghadapi ancaman dalam persaingan, serta memiliki keunggulan tersendiri.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang strategi bisnis dengan judul “Analisis Strategi Bisnis dalam Memperoleh Keunggulan Kompetitif Perusahaan Pada PT Layar Production”. Penelitian yang dijalankan ini kiranya nanti dapat menghasilkan strategi bisnis yang tepat untuk direkomendasikan kepada perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis yang ketat antara rumah produksi di Indonesia.

(6)

1.2 Formulasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal pada PT Layar Production? 2. Bagaimana kondisi lingkungan internal pada PT Layar Production?

3. Bagaimana rekomendasi strategi bisnis terbaik yang dapat diterapkan oleh PT Layar Production agar dapat memperoleh keunggulan kompetitif?

1.3 Ruang Lingkup

Di dalam manajemen strategis ada tahap perumusan, implementasi, dan evaluasi. Namun ruang lingkup dalam penelitian ini hanya pada tahap perumusan strategi saja, yaitu dengan merumuskan tahap masukan, tahap pencocokan, dan tahap keputusan, maka bisa diberikan rekomendasi strategi bisnis kepada PT Layar Production. Sedangkan implementasi dari perumusan strategi tersebut diserahkan kepada kebijakan PT Layar Production. Kemudian ruang lingkup yang kedua dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuesioner kepada level manajemen atas di PT Layar Production.

1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian tentang Analisis Strategi Bisnis dalam Memperoleh Keunggulan Kompetitif Pada Perusahaan PT Layar Production ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan eksternal pada PT Layar Production. (T-1)

2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan internal pada PT Layar Production. (T-2)

3. Untuk memberikan rekomendasi strategi bisnis terbaik yang dapat diterapkan oleh PT Layar Production agar dapat memperoleh

(7)

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat dipetik dari dilakukannya penelitian ini dapat dirinci sebagai manfaat:

1. Bagi Penulis:

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam memahami konsep strategi bisnis serta dalam menganalisis strategi bisnis suatu perusahaan dan menambah pengetahuan di dalam membuat penelitian yang baik dan benar.

2. Bagi Perusahaan:

Memberikan informasi tentang strategi bisnis yang sebaiknya diterapkan oleh PT Layar Production dan membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan.

3. Bagi Pembaca:

Memberikan informasi dan pengetahuan dalam merumuskan strategi bisnis yang tepat dan sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu yang tersaji dalam berbagai jenis pustaka acuan merupakan landasan penting dalam menyusun kerangka permikiran suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kompleksitas, koneksitas, dan kontekstualitas penelitian-penelitian lain yang mirip dan telah dilakukan, sehingga darinya dapat ditarik suatu manfaat yang tepat untuk menyusun kerangka pemikiran yang lebih sesuai dan lebih tepat dengan persoalan yang diajukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah hasil-hasil dari penelitian sebelumnya yang diambil dari artikel jurnal ilmiah.

1. Journal “ Strategic Planning in Iran Milk Industries ” Penulis : Farangis Siavashan dan Ali Khari

Ket : World Applied Sciences Journal 17 (1): 66-74, 2012 ISSN 1818-4952

Industri susu di Iran merupakan salah satu industri utama dalam industri makanan yang dalam kehidupan industrinya dihadapkan pada berbagai masalah langsung maupun tidak langsung. Adanya faktor-faktor di luar organisasi, membuat Pegah, salah satu perusahaan susu di negara ini, perlu mengembangkan dan

(8)

melaksanakan perencanaan dan program pengelolaan yang efektif dan efisien guna memperoleh lebih banyak kesadaran dari dalam dan luar organisasi serta mempromosikan posisi saat ini di antara pesaing. Penelitian Siavashan dan Kari dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif. Analisis mereka lakukan dengan didasarkan pada Model Perencanaan Strategis Komprehensif David karena metode ini adalah salah satu yang paling umum dan merupakan metode perencanaan strategis yang dipandang paling unggul. Langkah penyusunan perencanaan strategis berdasarkan Model David yaitu 1) Input Stage yang terdiri dari Matriks IFE, Matriks CPM, Matriks EFE, 2) Matching Stage terdiri dari Matriks SWOT, Matriks SPACE Matriks IE, 3) Decision Stage yaitu Matriks QSPM. Hasil analisis yang dilakukan terhadap perusahaan susu Pegah mengantar pada rekomendasi strategi bahwa dalam meningkatkan produktivitas (efisiensi) organisasi perlu dilakukan penetrasi pasar, diversifikasi pasar, dan peningkatan kualitas produk sehingga kehadiran di pasar luar negeri menjadi mungkin.

Kebutuhan terhadap upaya pemecahan masalah yang dihadapi PT Layar Production pada umumnya sama dengan yang dihadapi perusahaan susu Pegah di Iran. Perbedaan antara bahan makanan yang dihasilkan perusahaan Pegah dan konten media yang dihasilkan PT Layar Production cenderung terjadi pada masalah jenisnya, sementara untuk kebutuhan akan kualitas produk, penetrasi pasar, dan diversifikasi pasar pada dasarnya memiliki kemiripan. Model Perencanaan Strategis Komprehensif David dengan tiga tahapnya dapat dipakai untuk menghasilkan rekomendasi strategi untuk PT Layar Production.

2. Journal “ Strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) analysis for farming system businesses management: Case of wheat farmers of Shadervan District, Shoushtar Township, Iran ”

Penulis : Ahmad Reza Ommani

Ket : African Journal of Business Management Vol. 5(22), pp. 9448- 9454, 30 September, 2011. ISSN 1993-8233

Dalam penelitiannya ini, Ommami menjelaskan bahwa di semua negara, praktek pertanian memainkan peran penting dalam keamanan makanan. Pertumbuhan penduduk menjadi alasan utama untuk peningkatan kebutuhan pangan dan menempatkan tambahan tekanan pada sumber daya alam. Negara-negara dengan pertumbuhan penduduk yang cepat menghadapi tantangan yang sangat sulit dalam menjamin keamanan pangan. Dengan demikian, perlu digunakan analisis SWOT

(9)

untuk mengidentifikasi strategi untuk pembangunan pertanian, terutama dalam sistem pertanian. Teknik analisis SWOT digunakan untuk menunjukkan kendala saat ini dan kemungkinan masa depan manajemen sistem bisnis pertanian di daerah pedesaan di kabupaten Shadervan, Shouahtar Township, Iran. Tahap-tahap analisis terdiri dari 1) merancang Matriks faktor eksternal (EFE) dan faktor internal (IFE), 2) menganalisis Matriks SWOT, 3) Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan (SPACE), merancang Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM), dan 4) mengidentifikasi Strategi Prioritas.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukannya, Ommami menjelaskan tentang strategi untuk manajemen sistem pertanian yang diprioritaskan, yang terdiri dari pengembangan dari peluang kemiskinan pasar lokal dan infrastruktur, penanaman tanaman dengan nilai ekonomi yang tinggi, pengembangan dukungan pemerintah, mempersiapkan rencana strategis untuk pengembangan pertanian organik, mempertimbangkan kualitas tanaman, mempertimbangkan keberlanjutan indeks pertanian, menggunakan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan pengembangan program penyuluhan berdasarkan kebutuhan petani.

Penelitian Ommami secara jelas menunjukkan langkah-langkah dalam melakukan analisis untuk penyusunan strategi pertanian. Langkah-langkah analisis ini kiranya dapat diadopsi untuk diterapkan dalam penelitian ini, meskipun objek penelitian yang dilakukan dalam studi ini adalah rumah produksi yang erat terkait dengan industri konten media massa dan industri pertelevisian.

3. Journal “ The Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Applied to a Retail Computer Store ”

Penulis : Meredith E. David, Forest R. David, dan Fred R. David

Ket : The Coastal Business Journal Spring 2009: Volume 8, Number 1 Penelitian ini menggunakan Matriks Kuantitatif Perencanaan Strategis (QSPM) sebagai alat analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi bagi perusahaan retail komputer. Secara jelas, penelitian mereka menyajikan tentang alasan dan cara QSPM digunakan perusahaan retail computer dalam membuat perencanaan strategis. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa penilaian eksternal dan internal untuk kegiatan bisnis retail computer memerlukan Faktor Eksternal Matriks Evaluasi (EFEM) dan Internal Factor Evaluation Matrix (IFEM) dalam mengevaluasi strategi alternatif dengan memanfaatkan informasi internal dan eksternal yang ada.

(10)

Kebutuhan untuk melihat faktor eksternal dan internal ini pun dipandang perlu diobservasi dalam mengatasi persoalan strategi bisnis perusahaan PT Layar Production. Kompetisi bisnis yang ketat antarrumah produksi yang dihadapi PT Layar Production pun perlu disidik faktor eksternal dan internalnya secara menyeluruh. Dalam pengertian ini, persoalan yang dihadapi PT Layar Production akan diteliti sisi internalnya guna memeroleh gambaran yang lebih pasti dan agar dapat digunakan untuk menciptakan kekuatan dalam menghadapi persoalan-persoalan yang timbul dari faktor eksternal.

4. Journal “ The Strategic Choice of Core Competitiveness in Power Generating Enterprises: Knowledge Management ”

Penulis : Qin Li, Xin Li, dan Ping Zhou

Ket : International Journal of Business and Management, Vol. 5, No. 8;

August 2010

Persaingan yang semakin tajam telah terjadi dalam industri pembangkit listrik sejak adanya reformasi sistematik Cina dalam penyediaan tenaga listrik. Dengan sendirinya, perusahaan pembangkit listrik di Cina perlu untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing inti usahanya untuk bertahan hidup pada persaingan pasar yang terjadi. Perusahaan pembangkit listrik sangat perlu menerapkan manajemen pengetahuan untuk meningkatkan daya saing utamanya agar dapat mempertahankan dan meningkatkan keunggulan kompetitifnya.

Dalam penelitian mereka, Qin Li, Xin Li dan Zhou menjelaskan konotasi dan karakteristik manajemen pengetahuan dan daya saing perusahaan listrik pembangkit inti. Kemudian mereka menganalisis lingkungan kompetitif dari perusahaan pembangkit listrik dengan mendasarkan analisis mereka pada Porter's Competition Model. Kemudian mereka membuat analisis SWOT pada pelaksanaan manajemen pengetahuan untuk meningkatkan daya saing utama perusahaan pembangkit listrik.

Berdasarkan analisis mereka, dalam rangka mempertahankan pembangunan berkelanjutan di lingkungan pasar dengan persaingan yang semakin tajam, perusahaan pembangkit listrik Cina diharuskan untuk belajar tentang lingkungan pasar dan daya saing inti yang unik. Kebanyakan perusahaan yang diteliti sepakat bahwa pengetahuan adalah dasar dari keunggulan kompetitif karena budidaya dan promosi daya saing perusahaan inti tergantung pada manajemen pengetahuan yang efektif. Analisis SWOT pada manajemen pengetahuan dalam penelitian ini sampai

(11)

batas tertentu memberi kontribusi dalam mempromosikan daya saing perusahaan dengan menggunakan manajemen pengetahuan.

Penelitian tentang strategi bisnis yang akan dilakukan terhadap PT Layar Production pada dasarnya memiliki lingkup persoalan yang mirip dengan ketatnya persaingan antarusaha penyedia tenaga listrik di Cina. Model Kompetisi Porter yang digunakan untuk menganalisis kiranya dapat pula diterapkan dalam analisis terhadap permasalahan yang dihadapi PT Layar Production. Dapat diduga, manajemen pengetahuan pun akan sangat diperlukan oleh PT Layar Production dalam membenahi strategi bisnisnya.

5. Journal “ Porter’s Model of Generic Competitive Strategies ” Penulis : Orges Ormanidhi dan Omer Stringa

Ket : Business Economics; Jul 2008; 43, 3; ProQuest Research Library pg. 55

Penelitian ini menjelaskan tentang perilaku kompetitif suatu perusahaan yang merupakan topik penting bagi para praktisi, teoris, dan pembuat kebijakan. Di antara penjelasan perilaku perusahaan yang mereka kemukakan adalah Model Michael Porter. Mereka telah menyajikan model ini bersama dengan beberapa pendekatan alternatif yaitu terdiri dari Struktur-Perilaku-Kinerja, Organisasi Baru Industri dan Teori Permainan, Sumber Daya Berbasis Perspektif, dan Proses Pasar Ekonomi. Dalam diskusi komparatif, mereka mendukung penggunaan model Porter untuk mengevaluasi perilaku kompetitif perusahaan dan telah memilih untuk berkonsentrasi pada model Porter karena mereka melihat model Porter sebagai sebuah wawasan dan pendekatan nyaman untuk analisis perilaku kompetitif perusahaan. Alasan Ormanidhi dan Stringa untuk popularitas model ini karena model ini memiliki struktur yang jelas, kelayakan, kejelasan, kesederhanaan, umum, dan saling melengkapi untuk dua pendekatan utama lainnya. Mereka menemukan model Porter untuk menjadi pendekatan yang mudah untuk keunggulan kompetitif perusahaan dan strategi. Strategi yang direkomendasikan adalah “lower cost” atau “cost leadership”.

Model Michael Porter dalam studi yang dilakukan Ormanidhi dan Stringa dapat membantu mereka untuk menunjukkan keunggulan kompetitif perusahaan dan pemilihan strategi bisnis yang sesuai. Dengan menerapkan pilihan model yang sama, penelitian ini akan mencoba mengkaji strategi bisnis dalam atmosfir persaingan yang ketat seperti yang dihadapi PT Layar Production dalam bisnis industri kontennya.

(12)

Titik tekan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Ormanidhi dan Stringa adalah situasi persaingan bisnis yang ketat yang ada dalam bisnis rumah produksi di Indonesia.

6. Jurnal ” Strategi Bisnis pada PT Wirapati Garuda Paksi” Penulis : Rina Astini dan Rizcky Adhiprasetyo

Ket : Journal The Winners, Vol. 11 No. 1, Maret 2010: 66-80

Penelitian ini membahas Strategi Bisnis pada PT Wirapati Garuda Paksi. Secara fisik, PT Wirapati Garuda Paksi (WGP) adalah perusahaan swasta yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di Bidang Usaha Jasa Pengamanan dan Penyelamatan (BUJPP) dalam penjagaan (guarding). Banyak tantangan timbul dari lingkungan eksternal seperti kondisi politik dan ekonomi yang tidak stabil, persaingan sesama perusahaan, dan masuknya perusahaan asing. Untuk menghadapi persoalan-persoalan ini, strategi bisnis yang tepat dan efektif dipandang dapat menjadi alat yang tepat untuk menghadapi tantangan yang ada. Perencanaan strategi bisnis merupakan syarat mutlak bagi perusahaan yang ingin tetap bertahan di masa mendatang.Metode penelitian yang mereka lakukan adalah deskriptif dengan menerapkan teknik pengumpulan data berupa penyebaran kuesioner dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait di dalam perusahaan. Data yang mereka peroleh dianalisis melalui tiga tahap, yakni tahap masukan, pencocokan, dan keputusan. Hasil akhir penelitian ini mengantar pada kesimpulan bahwa usulan strategi bisnis yang efektif untuk PT Wirapati Garuda Paksi berdasarkan Matriks QSPM adalah Strategi Penetrasi Pasar yang dinilai dapat mengurangi risiko bisnis perusahaan yang timbul akibat adanya perubahan yang signifikan pada lingkungan eksternal perusahaan. Upaya pengembangan strategi bisnis yang perlu dilakukan PT Layar Production kiranya perlu pula memikirkan tentang usaha mengurangi risiko bisnis perusahaan akibat adanya perubahan pada lingkungan eksternal saat PT Layar Production.

7. Jurnal “ Evaluasi dan Rekomendasi Strategi Bisnis pada Divisi LPP-TVRI ” Penulis : Hartiwi Prabowo, Pona Nurhanka, Sri Budi Utami Nur Hasanah

Ket : BINUS Business Review Vol.1 No.1 Mei 2010: 233-244

Seperti diketahui, TVRI merupakan stasiun televisi yang pertama di Indonesia yang pada saat ini justru dipandang kurang mampu dalam menyuguhkan beragam acara yang diminati masyarakat. Dalam upaya meningkatkan kembali daya saing stasiun TVRI di sektor industri pertelevisian, diperlukan strategi bisnis yang

(13)

mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perubahan perkembangan teknologi yang terjadi secara cepat dan globalisasi ekonomi. Penelitian mereka dilakukan untuk memberi usulan pada divisi pengembangan dan penyiaran dengan mengevaluasi strategi bisnis yang telah dilakukan dan mengusulkan strategi bisnis yang dapat memperbaiki daya saing perusahaan. Teknik analisis yang mereka gunakan adalah matriks Internal Eksternal, matriks SWOT, matriks Grand Strategy, dan matriks QSPM. Hasil penelitian dengan mengevaluasi kondisi internal perusahaan dan menganalisis faktor eksternal yang terkait menunjukkan bahwa strategi bisnis yang sesuai untuk LPP TVRI adalah strategi pengembangan produk, di antaranya dengan menambah acara-acara baru yang lebih inovatif dan kreatif sehingga mampu menjadi program acara unggulan bagi pemirsa TV.Persoalan yang dihadapi TVRI pada dasarnya mirip dengan persoalan yang dihadapi PT Layar Production. Stagnasi produksi PT Layar Production tak berbeda jauh dengan kemandegan kreativitas yang dilakukan TVRI dalam menghasilkan program acara siaran. Penelitian strategi bisnis PT Layar Production setidaknya dapat mengadopsi penggunaan matriks yang sama dalam melakukan analisis nantinya.

Berdasarkan keseluruhan gambaran penelitian terdahulu di atas mengantar pada landasan yang dipakai untuk penelitian strategi bisnis PT Layar Production. Beberapa butir penting yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah pertimbangan tentang perlunya model perumusan strategis komprehensif David dengan input stage, matching stage, dan decision stage. Penulis akan melakukan penelitian dengan metode yang sama, yaitu metode analisis SWOT. Yang kemudian menggunakan model perumusan strategis komprehensif David, yaitu tahap pertama adalah tahap input yang terdiri dari Matriks EFE, Matriks CPM, dan Matriks IFE. Kemudian tahap kedua adalah tahap pencocokan terdiri dari Matriks SWOT, Matriks BCG, Matriks IE, dan Matriks Strategi Besar. Selanjutnya tahap ketiga adalah tahap keputusan yaitu Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM). Peneliti menggunakan ketujuh matriks tersebut untuk memformulasikan strategi pada PT Layar Production dalam rangka memperoleh keunggulan kompetitif dalam menghadapi persaingan industri.

Gambar

Gambar 1.1 Total Perkembangan Usaha Perfilman Tahun 2007-2012

Referensi

Dokumen terkait

Namun kemudahan strategi penjualan ini ternyata masih belum dimanfaatkan oleh banyak pedagang kecil dan menengah, sehingga dibutuhkan pelatihan singkat untuk memahami strategi

Konsekuensi yang diharapkan klien dapat memeriksa kembali tujuan yang diharapkan dengan melihat cara-cara penyelesaian masalah yang baru dan memulai cara baru untuk bergerak maju

Menentukan bobot latihan setiap jenis keterampilan berdasarkan hasil analisis terhadap respons yang muncul dan tingkat kesulitan yang dialami mahasiswa dalam mempraktikkan

Implementasi untuk sistem pengukuran demikian dapat dilakukan cukup dengan mempergunakan dua mikrokontroler, yaitu satu master I2C yang melakukan pengukuran dosis radiasi

Motivasi belajar siswa sangat penting dalam pembelajaran, sebab pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak dapat ditransfer begitu saja tetapi harus siswa sendiri

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR

Dari area bisnis yang ada, ditemukan beberapa hal menyangkut permasalahan yang ada, yaitu: (1) Pihak manajemen dalam melakukan perencanaan penjualan dan produksi memperoleh data dari

Hasil uji reliabilitas instrumen variabel motivasi belajar (Y) akan diukur tingkat reliabilitasnya berdasarkan interpretasi reliabilitas yang telah ditentukan pada