• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tertib administrasi bidang tanah di Indonesia diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah tersebut memuat pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah, mulai dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan, pelaksana kegiatan-kegiatan pendaftaran tanah, data yang diperlukan, pemeliharaan, hak, sistem pendaftaran tanah, objek pendaftaran tanah, sampai penerbitan sertipikat sebagai bukti kepemilikan tanah. Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan pendaftaran tanah yaitu kegiatan pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah yang direalisasikan dengan dilakukannya pengadaan titik dasar teknik nasional orde 0,1,2,3, dan orde 4 oleh suatu badan yang ditunjuk oleh pemerintah, yaitu BPN RI dan Bakosurtanal.

Dalam melaksanakan tugas pengukuran bidang tanah, BPN dihadapkan pada kendala dan masalah yang berakibat pada belum terdaftarnya seluruh bidang tanah di wilayah Indonesia. Sampai saat ini bidang tanah yang sudah terdaftar resmi dan dipetakan di BPN baru 30 juta dari total 80 juta bidang tanah di Indonesia [Sunarto,2007]. Target BPN saat ini adalah mampu mendaftar dan memetakan bidang tanah di seluruh wilayah Indonesia dalam waktu 18 tahun [Kompas, 2007]. Salah satu kendala dalam pekerjaan pengukuran bidang tanah tersebut adalah ketersediaan dan sebaran pilar yang digunakan sebagai referensi pengukuran bidang tanah yang jumlahnya belum mencakup seluruh wilayah Indonesia. Keterbatasan jumlah titik dasar ini salah satunya dipengaruhi oleh biaya pengadaan titik dasar yang tidak murah dan selanjutnya mempengaruhi waktu yang diperlukan BPN untuk melakukan sertifikasi seluruh bidang tanah di Indonesia.

Perkembangan teknologi penentuan posisi di dunia sangat pesat, terutama teknologi berbasis satelit. Saat ini telah berkembang dua buah sistem penentuan posisi berbasis satelit di dunia, yaitu GPS (Global Positioning System) dan Glonass yang diikuti oleh sistem Galileo dan Compass yang akan diluncurkan beberapa tahun

(2)

mendatang. Sistem-sistem satelit ini kemudian diintegrasikan dalam satu sistem bernama GNSS (Global Navigation Satellite System) yang diharapkan dapat memberikan kualitas data dan informasi posisi yang lebih baik. GPS CORS (Continuously Operating Reference Station) adalah salah satu teknologi berbasis GNSS yang dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi terkait penentuan posisi. CORS merupakan jaring kerangka geodetik aktif berupa stasiun permanen yang dilengkapi dengan receiver yang dapat menerima sinyal dari satelit GPS dan satelit GNSS lainnya, yang beroperasi secara kontinyu selama dua puluh empat jam. Dalam pemanfaatannya CORS dapat menyediakan data penentuan posisi secara real time ataupun post-processing dan menyediakan jaringan terbuka agar data-data posisi yang dihasilkan dapat diakses secara aktif oleh pengguna. Sistem serupa di seluruh dunia memiliki istilah yang berbeda untuk setiap negara. GPS CORS adalah istilah yang digunakan oleh salah satu perusahaan produsen receiver GPS yang merancang sistem ini. Meskipun demikian karena di Indonesia belum ada istilah penamaan yang seragam untuk sistem ini, maka dalam penulisan tugas akhir ini digunakan istilah GPS CORS.

Terkait pencapaian target pemerintah yang ingin memetakan seluruh bidang tanah di Indonesia, CORS diharapkan dapat menjadi titik dasar yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang tanah secara cepat, murah, dan memberikan kualitas data posisi yang baik, dengan jumlah titik yang harus dibangun tidak sebanyak titik orde 2, 3, dan 4. Dengan pemanfaatan CORS sebagai kerangka referensi diharapkan dapat menangani permasalahan yang timbul dari pelaksanaan pengukuran dengan titik-titik dasar sebelumnya, mulai dari masalah ekonomi, cakupan, dan waktu pengukuran yang kurang efektif. Selain itu, CORS dapat memberikan posisi bidang tanah yang terdefinisi dalam kerangka referensi global, sehingga setiap bidang tanah yang terdaftar memiliki satu sistem referensi yang sama.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah pengadaan titik dasar teknik yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia ditinjau dari cakupan

(3)

pengukuran antara titik dasar dengan bidang tanah, jumlah titik dasar yang diperlukan untuk seluruh Indonesia, dan biaya yang harus dikeluarkan oleh BPN untuk membangun titik-titik dasar tersebut.

Masalah berikutnya adalah kurangnya sebaran dan keberadaan titik dasar dapat menyebabkan pengukuran bidang tanah memerlukan waktu yang lebih lama, terutama bila titik bidang tanah yang akan diukur tidak terlihat dari titik dasar sebagai titik ikat pengukuran. Lamanya waktu pengukuran bidang tanah dapat mempengaruhi waktu pemetaan bidang tanah yang selanjutnya berimbas pada percepatan sertifikasi yang ditargetkan oleh BPN untuk seluruh wilayah Indonesia.

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

o Mengkaji pemanfaatan sistem GPS CORS dalam mengatasi permasalahan pengadaan titik dasar dari segi jumlah dan biaya yang harus dikeluarkan. o Menganalisis percepatan pemetaan dan sertifikasi bidang tanah yang

dilakukan pemerintah yang didukung dengan teknologi CORS. 1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan tugas akhir ini adalah bagaimana sistem GPS CORS dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam rangka pelaksanaan pengukuran bidang tanah di BPN, dari segi ekonomi, waktu pengukuran, dan cakupan pengukuran. Dalam tulisan ini tidak akan dilakukan pembahasan mengenai masalah yang bersifat teknis.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penulisan tugas akhir ini adalah : • Studi literatur mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997,

kondisi titik dasar di Indonesia, target BPN dalam mendaftar seluruh bidang tanah di wilayah Indonesia, permasalahan dan kendala yang

(4)

dihadapi BPN, konsep dasar CORS, dan pengukuran bidang tanah yang mengacu pada CORS.

• Pengumpulan data dan informasi pendukung yang dilakukan dengan mengikuti presentasi dan kuliah umum, komunikasi personal dengan pihak BPN dan Bakosurtanal, dan contoh pengukuran bidang tanah di Lapangan Brigif Cimahi.

• Perbandingan pengukuran bidang tanah yang mengacu pada kerangka klasik dengan pengukuran bidang tanah yang mengacu pada kerangka CORS dengan parameter cakupan, akurasi, dan referensi yang digunakan oleh masing-masing kerangka.

• Analisis pemanfaatan CORS untuk pengukuran bidang tanah di Indonesia ditinjau dari aspek ekonomi, cakupan, dan waktu.

• Kesimpulan dan saran.

Metodologi penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini disajikan dalam Gambar 1.1

(5)

Gambar 1. 1 Metodologi Penelitian Tugas Akhir

Pengukuran bidang tanah dengan mengacu pada kerangka CORS Studi Literatur :

• PP No 24 Tahun 1997

• Konsep kerangka dasar klasik

• Konsep kerangka dasar modern (CORS) • Kondisi titik dasar di Indonesia

• Target BPN untuk mendaftar bidang tanah seluruh Indonesia dalam 18 tahun

Pengumpulan Data : • Presentasi, kuliah umum • Komunikasi personal • Pengukuran lapangan

Pengukuran bidang tanah dengan mengacu pada kerangka klasik

Perbandingan dan Analisis Aspek Ekonomi, Waktu, dan Cakupan Pemanfaatan CORS dalam Pengukuran Bidang Tanah di Indonesia

(6)

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi 5 bab, dimana Bab I, Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan ditulisnya laporan tugas akhir ini, ruang lingkup, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab selanjutnya yaitu Bab II, CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia akan membahas tentang konsep umum kadaster, pelaksanaan pendaftaran tanah dan pengukuran bidang tanah di Indonesia, permasalahan pengukuran bidang tanah di Indonesia, sistem referensi spasial, teknologi GNSS, konsep dasar CORS, dan pengukuran bidang tanah yang mengacu pada kerangka CORS.

Bab III akan menjelaskan tentang studi pemanfaatan sistem GPS CORS dalam rangka pengukuran bidang tanah yang ditinjau dari berbagai aspek,mulai dari aspek ekonomi, cakupan, target BPN, dan perbandingan antara sistem kerangka klasik dengan sistem GPS CORS dengan menggunakan parameter-parameter aspek tersebut. Uraian mengenai Analisis akan disampaikan di Bab IV. Pada bagian ini akan dikemukakan analisis pemanfaatan CORS dalam pengukuran batas bidang tanah yang ditinjau dari aspek ekonomi, cakupan, waktu pengukuran yang berpengaruh pada pemetaan bidang tanah dan program percepatan sertifikasi pemerintah untuk seluruh bidang tanah di Indonesia, serta persiapan yang harus dilakukan oleh BPN untuk dapat memanfaatkan sistem GPS CORS.

Tulisan ini ditutup oleh Bab V yang berisi kesimpulan dan saran dari seluruh pelaksanaan dan penelitian tugas akhir ini.

Gambar

Gambar 1. 1  Metodologi Penelitian Tugas Akhir

Referensi

Dokumen terkait

Usahatani caisin di Kecamatan Nagrak secara ekonomis belum efisien hal ini dapat dilihat dari rasio NPM terhadap BKM tidak ada yang bernilai 1, faktor produksi pupuk kimia,

Berangkat dari masalah yang ditemukan, penulis mengadakan penelitian dengan metode studi pustaka, observasi, perancangan, instalasi, uji coba serta implementasi untuk menemukan

Proses pengeringan daun kelor yang ideal terdapat pada beban 600 gram karena pada kondisi ini Qevap yang dihasilkan lebih besar yaitu 63.642 Watt, begitupula

pendidikan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang, 2) Pekerjaan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam

ABSTRAKSI : Pengolahan data penerimaan siswa baru di SMK PGRI Donorojo masih dilakukan secara konvensional yaitu calon pendaftar harus datang langsung ke tempat

Tahapan karakterisasi variasi konsentrasi enzim dilakukan untuk menentukan pH optimum dan parameter kinetik V maks dan K M, dengan cara sebagai berikut, dilakukan penambahan 2

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan

Fungsi speaker ini adalah mengubah gelombang listrik menjadi getaran suara.proses pengubahan gelombag listrik/electromagnet menjadi gelombang suara terjadi karna