• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI INDEKS K GEOMAGNET ANTARA STASIUN BIAK DENGAN MAGNETOMETER DIGITAL DAN STASIUN TANGERANG DENGAN MAGNETOMETER ANALOG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI INDEKS K GEOMAGNET ANTARA STASIUN BIAK DENGAN MAGNETOMETER DIGITAL DAN STASIUN TANGERANG DENGAN MAGNETOMETER ANALOG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI INDEKS K

GEOMAGNET ANTARA STASIUN BIAK

DENGAN MAGNETOMETER DIGITAL DAN

STASIUN TANGERANG DENGAN

MAGNETOMETER ANALOG

Anwar Santoso dan Sity Rachyany

Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN

ABSTRACT

There are two known K index calculation methods based on type of magnetometer used, i. e. computerized method such as in Biak station t h a t u s e s digital magnetometer a n d h a n d scale method s u c h as in Tangerang station t h a t u s e s analog magnetometer. In this paper we compare the K index distribution between Biak and Tangerang stations using the d a t a during 1993-1998. We obtained that K index distribution for K < 2 value more dominant in Biak station t h a n in Tangerang station. Otherwise, for K > 2 it is more dominant in Tangerang station than in Biak station. Furthermore, in general the K index amplitude in Tangerang station is more higher than that in Biak station. From this result, we conclude that the difference between K index distribution pattern in Biak and Tangerang stations is d u e to the difference of method used in the K index calculation.

ABSTRAK

Dalam kegiatan perhitungan indeks K dikenal a d a n y a 2 metode bergantung jenis/tipe magnetometernya yaitu metode komputerisasi u n t u k j e n i s / t i p e magnetometer digital, contohnya di stasiun Biak dan metode handscale u n t u k j e n i s / t i p e magnetometer manual, contohnya di s t a s i u n Tangerang. Dalam makalah ini dilakukan studi perbandingan distribusi harga indeks K a n t a r a stasiun Biak dengan Tangerang menggunakan d a t a sepanjang t a h u n 1993-1998. Dari analisis d a t a diperoleh bahwa di stasiun Biak, distribusi indeks K u n t u k nilai K < 2 lebih dominan. Sebaliknya di stasiun Tangerang, distribusi indeks K u n t u k nilai K > 2 lebih dominan. Selain itu, amplitudo indeks K di stasiun Tangerang relatif lebih besar daripada di stasiun Biak. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa pola distribusi indeks K a n t a r a stasiun Biak dan Tangerang sedikit berbeda diduga karena adanya perbedaan metode dalam perhitungan indeks K.

1 PENDAHULUAN

Indeks K diperoleh p a d a masing-masing stasiun yang menyatakan kondisi/variasi medan geomagnet lokal di sekitar stasiun tersebut. Dengan kata lain, indeks K m e r u p a k a n indeks yang menggambarkan perilaku medan geo-magnet lokal di sekitar stasiun tersebut.

di Indonesia dengan menggunakan data indeks K dari s t a s i u n Biak (koordinat geomagnet 207.30° BT; 12.18° LS) dengan jenis/tipe magnetometernya adalah digital dan stasiun Tangerang (koordinat geo-magnet 175.4° BT; 17.60° LS) dengan jenis/tipe magnetometernya adalah analog. Alasan menggunakan d a t a dari kedua stasiun adalah rnempertimbangkan kondisi

(2)

Tujuan penelitian ini adalah u n t u k mengetahui pola distribusi indeks K di Wilayah Indonesia yang dipertunjukkan oleh data indeks K stasiun Biak dan Tangerang.

2 DATA DAN METODOLOGI

Data yang digunakan adalah data indeks K harian stasiun (1 hari ada 8 data dengan interval per-3-jam) Biak dan Tangerang sepanjang t a h u n 1993 sampai

t a h u n 1998. Dari seleksi awal data didapatkan bahwa kondisi d a t a relatif c u k u p lengkap (ada beberapa data kosong tetapi tidak terlalu banyak).

Indeks K adalah indeks aktivitas medan geomagnet 3 jam-an yang menyata-kan kondisi dan ciri-ciri lokal setempat. Indeks ini pertama kali dibuat pada t a h u n 1938 b e r d a s a r k a n d a t a geomagnet dari stasiun Niemegk (52°04' N, 12°.40' E). Indeks ini mulai digunakan bulan September 1939 oleh IATME

(Internatio-nal Association of Terrestrial Magnetism and Electricity) yang s e k a r a n g b e r n a m a

IAGA (Intenational Association for

Geo-magnetism and Aeronomy). Dalam

pe-nentuan indeks K dikenal a d a n y a d u a metode, yaitu metode digital (komputerisasi atau FMI) dan metode analog (handscale). Kedua metode tersebut s a n g a t dipenga-ruhi oleh jenis/tipe magnetometer yang digunakan dalam p e n g a m a t a n variasi medan geomagnet.

Sampai saat ini, d a s a r p e n e n t u a n harga indeks K adalah dari selisih a n t a r a maksimum variasi komponen H dengan minimumnya dalam setiap interval waktu 3 jam-an. Selisih ini dinotasikan dengan R atau sering dikatakan beda m a k s i m u m dalam s a t u a n nT dan dikonversikan ke harga indeks K. Untuk jenis/tipe magneto-meter analog m a k a konversi dilakukan dengan b a n t u a n mistar skala konversi indeks K, seperti d i t u n j u k k a n pada Gambar 2 - 1 .

Sedangkan u n t u k jenis/tipe mag-netometer digital m a k a konversi

dilaku-kan melalui algoritma pemrograman ber-d as ar kan paber-da Tabel 2 - 1 , ber-dan Tabel 2-2.

Dari Tabel 2-2, apabila beda m a k s i m u m = 0 < R < 3 nT, m a k a K berharga 0, bila beda maksimum =12 < R < 24, m a k a K berharga 3 dan seterusnya K b e r h a r g a 9 d e n g a n b e d a m a k s i m u m = 300 < R < .... Berkenaan dengan K = 9, salah satu peristiwa gangguan magnet terbesar dalam sejarah geomagnet p a d a tanggal 16 April 1938 dalam interval 06 -09 UT dipakai sebagai b a t a s bawah R u n t u k harga K = 9 yaitu R = 300. Di samping indeks K, a d a indeks lain yang juga menyatakan kondisi variasi medan geomagnet di area tersebut dinamakan indeks Kp (indeks K planetari). Indeks ini diperoleh dari superposisi indeks K s t a s i u n - s t a s i u n yang terletak di sekitar lintang 45° - 60 belahan bumi u t a r a d a n selatan.

Gambar 2 - 1 : Contoh salah satu mistar skala konversi indeks K secara m a n u a l (Recopy from R u h i m a t d k k , 1992)

(3)

Tabel2-1:TABEL SKALA BATAS BAWAH-ATAS INDEKS K BERDASARKAN HARGA R (nT) UNTUK BEBERAPA STASIUN ACUAN DI BERBAGAI LINTANG (RECOPY FROM RUHIMAT DKK., 1992) O b s e r v a t o r i u m Godhavn S i t k a Huancayo F r e d e r i c k s b u r g Tucson H o n o l u l u K o o r d . G e o a a g n e t L l n t a n g 6 4 . 1 6 0 . 0 - 0 0 . 6 4 9 . 6 4 0 . 4 2 1 . 1 B u j u r 0 3 2 . 5 2 7 5 . 4 3 5 3 . 8 3 4 9 . 9 3 1 2 . 2 2 6 6 . 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 0 6 5 4 3 2 3 0 2 0 12 10 8 6 3 6 0 4 0 24 2 0 1 6 12 indeks-K 4. 1 2 0 8 0 4 8 4 0 3 0 2 4 5 6 210 360 140 240 85 145 TO 120 50 85 40 7 0 7 6 0 0 4O0 2 4 0 2 0 0 1 4 0 1 2 0 8 9 1000 1500 6 6 0 10OO 400 600 330 500 230 350 200 300

Tabel2-2:TABEL KONVERSI DARI HARGA R (nT) KE HARGA INDEKS DARI STASIUN HONOLULU YANG UMUMNYA DIPAKAI SEBAGAI ACUAN OLEH STASIUN DI DAERAH LINTANG RENDAH DALAM PENENTUAN INDEKS K (RECOPY FROM RUHIMAT DKK., 1992) K R 0 0 S t a s i u n A c u a n L i n t a n g R e n d a h - H o n o l u l u ( 1 1 , 7 8 ° N ; 9 3 , 5 ° E ) 1 2 3 4 5 6 7 8 3 6 12 2 4 4 0 7 0 120 2 0 0 9 3 0 0

Adapun langkah-langkah kerja dalam kegiatan ini sebagai berikut

• Pengumpulan data indeks K dari stasiun Biak dan Tangerang sepanjang tahun 1993 sampai t a h u n 1998.

• Menghitung j u m l a h k e m u n c u l a n tiap besar indeks K (K = 0, 1, ...., 9) dalam tiap interval waktu (3 J a m 1 = interval waktu pukul 00-02 UT, 3-Jam-2= interval waktu pukul 0 3 - 0 5 , , 3-Jam-8 = interval waktu pukul 21-23 UT) masing-masing t a h u n .

• Tabulasi hasil dari langkah b, kemudian membuat grafik dari hasil tersebut. • Analisis pola distribusi dari kedua

stasiun baik melalui hasil tabel maupun grafik.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengolahan data ditampilkan pada Gambar 3-1 dan G a m b a r 3-2.

Analisis t e r h a d a p Gambar 3-1 dan Gambar 3-2 diperoleh bahwa indeks K dengan K = 0 dan K = 1 lebih dominan terjadi di stasiun Biak daripada di stasiun Tangerang. Dari gambar tersebut tampak bahwa hampir seluruh pola dari indeks

pola dari indeks K stasiun Biak berada di sekitar nilai K < 2. Selain itu tampak bahwa hampir seluruh grafik indeks K dari stasiun Biak berawal di atas angka

10 sedangkan awal grafik indeks K dari stasiun Tangerang u m u m n y a berada di sekitar angka 0. Dengan kata lain bahwa distribusi indeks K di stasiun Biak dan stasiun Tangerang memiliki pola yang sedikit berbeda.

Fenomena ini diduga ditimbulkan oleh lingkungan lokal masing-masing stasiun yang sangat berbeda dan jenis/ tipe magnetometer y a n g berbeda. Secara teori, s e h a r u s n y a pola distribusi kedua stasiun tersebut tidaklah j a u h berbeda k a r e n a k e d u a n y a terletak p a d a selisih lintang yang tidak j a u h berbeda, walaupun beda bujur k e d u a n y a relatif c u k u p besar. U n t u k b a h a n tambahan analisis, selanjutnya dilakukan penge-plotan total indeks K harian (bukan per 3-jam-an). Hasilnya ditampilkan pada Gambar 3-3.

Dari G a m b a r 3-3, terlihat bahwa amplitudo nilai K stasiun Tangerang berada di a t a s stasiun Biak. Hal ini semakin mempertegas bahwa terdapat

(4)

Gambar 3 - 1 : Grafik pola distribusi indeks K di stasiun Biak dan Tangerang pada masing-masing interval waktu per-3-j a m - a n (3-Jam-l : pukul 00-02UT, 3-Jam-2 : p u k u l

03-05UT, ..., 3-Jam-8 : pukul 21-23UT) dari t a h u n 1993 sampai 1995

(5)

Gambar 3-2: Grafik pola distribusi indeks K di s t a s i u n Biak dan Tangerang pada masing-masing interval waktu per-3-jam-an ( 3 - J a m - l : pukul 00-02UT, 3-.Jam-2: pukul 03-05UT, ..., 3-Jam-8 : pukul 21-23UT) dari t a h u n

(6)

Gambar 3-3: Pola distribusi indeks K total harian a n t a r a s t a s i u n Biak dan Tangerang sepanjang t a h u n 1993 sampai 1998

4 KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpul-kan bahwa distribusi indeks K u n t u k nilai K < 2 lebih dominan terjadi di stasiun Biak daripada di stasiun Tangerang. Sedangkan u n t u k nilai K > 2 distribusi indeks K lebih dominan terjadi di stasiun Tangerang. Selain itu disimpulkan bahwa pola distribusi indeks K di stasiun Biak dan stasiun Tangerang sedikit berbeda. Faktor lokal (stasiun Biak dikenal sebagai daerah anomali) d a n j e n i s / t i p e magneto-meter diduga sebagai s u m b e r perbedaan.

DAFTAR RUJUKAN

Bitterly ML, Menvielle ML, Bitterly J., Berthelier A., 2006. A Comparison

between computer derived (FMI method) and Hand scale K indices at Port Aux Francais and Port Alfred French Observatories, dari h t t p : / /

www.cetp.ipsl.fr/ tanggal 27 Maret. Ruhimat ML, Sobari O, Indra Satria E.,

1992. Menentukan Indeks-K untuk

Stasiun Geomagnet Watukosek,

Gambar

Gambar  2 - 1 : Contoh salah satu mistar  skala konversi indeks K  secara  m a n u a l (Recopy from  R u h i m a t d k k , 1992)
Gambar  3 - 1 : Grafik pola distribusi indeks K di stasiun Biak dan  Tangerang pada masing-masing interval waktu  per-3-j a m - a n (3-Jam-l : pukul 00-02UT, 3-Jam-2 :  p u k u l
Gambar 3-2: Grafik pola distribusi indeks K di  s t a s i u n Biak dan  Tangerang pada masing-masing interval waktu  per-3-jam-an  ( 3 - J a m - l : pukul 00-02UT, 3-.Jam-2: pukul  03-05UT, ..., 3-Jam-8 : pukul 21-23UT) dari  t a h u n
Gambar 3-3: Pola distribusi indeks K total harian  a n t a r a  s t a s i u n Biak dan Tangerang  sepanjang  t a h u n 1993 sampai 1998

Referensi

Dokumen terkait

Dan jika mengklik “tidak setuju”, maka akan calon mahasiswa harus mengisi kelengkapan data pokok mahasiswa Unila yang akan menjadi dasar dalam penetapan UKTnya, dan kemudian

Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,

Alasan kenapa skema pengembangan oleh Sugiono disederhanakan sehingga menjadi 6 tahap.. adalah karena selain menghemat waktu juga menyesuaikan dengan kondisi saat ini

Sehingga dapat diketahui bahwa variabel dependen yaitu luas pengungkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2011-2013

Untuk melihat ada tidaknya pengaruh kelompok acuan terhadap perilaku konsumen maka dalam penelitian ini akan dilihat apakah ada teman-teman atau anggota keluarga responden

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); Peraturan Daerah

Seperti pada data training, dalam pengenalan wajah menggunakan algoritma Local Binnary Pattern Histogram (LBPH). Informasi di data training yang sudah tersimpan di file .yml

intervening dari variabel pendapatan orang tua terhadap alokasi biaya pendidikan anak. Hal tersebut dapat terjadi karena orang tua berkeinginan