commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan cerita rakyat tradisional, melestarikan budaya tradisional, sebagai pemecah masalah kontemporer, sebagai media pengetahuan budaya, sebagai media pengetahuan sastra, sebagai promosi budaya sastra, dan sebagai wadah penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai cerita lisan yang memiliki nilai-nilai yang dapat menjadi daya pendukung kualitas suatu cerita yang perlu untuk di contoh dan tidak seharusnya diabaikan oleh masyarakat modern saat ini.
Cerita lisan merupakan bagian dari folklor, sementara itu pengertian
folklor itu sendiri Menurut Prof. Danandjaja (1996: 26), folklor adalah sebagian
kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional, dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Secara etimologis folk adalah sinonim dengan kolektif, yang juga memiliki ciri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama, serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat. Arti dari
lore adalah tradisi dari folk, yaitu sebagai kebudayaannya, yang diwariskan secara
turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device) ( Danandjaja, 1986:1 ).
Folklor lisan terdiri dari beberapa bentuk antara lain: (1) Bahasa rakyat,
yakni bentuk folklor Indonesia yang termasuk dalam kelompok bahasa rakyat, adalah logat atau dialek bahasa-bahasa Nusantara; (2) ungkapan tradisional adalah peribahasa (peribahasa sesungguhnya, peribahasa tidak lengkap kalimatnya, peribahasa perumpamaan) dan ungkapan (ungkapan-ungkapan yang mirip peribahasa); (3) pertanyaan tradisional yakni yang lebih dikenal sebagai teka-teki merupakan pertanyaan yang bersifat tradisional dan mempunyai jawaban yang tradisional pula; (4) sajak dan puisi rakyat yakni folklor lisan yang memiliki kekhususan, kalimatnya tidak berbentuk bebas, tapi terikat ( Danandjaja, 1997:21-22).
Sajak dan puisi rakyat merupakan kesusastraan yang sudah tertentu bentuknya, baik dari segi jumlah larik maupun persajakan yang mengakhiri setiap lariknya. Termasuk ke dalam jenis ini adalah parikan, rarakitan, wawangian, dan lain-lain; (5) cerita prosa rakyat, yakni jenis folklor yang paling banyak diteliti oleh para peneliti/ ahli folklor. Cerita prosa rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu: (1) mite (myth), (2) legenda (legend), (3) dongeng (folktale); (6) nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri atas kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional serta banyak mempunyai varian.
Cerita rakyat Onggoloco ini dapat digolongkan sebagai jenis folklor merupakan cerita prosa rakyat atau lebih dikenal dengan cerita rakyat. Cerita rakyat adalah suatu karya sastra yang lahir dan berkembang dalam masyarakat tradisional dan disebarkan dalam bentuk relatif tetap, atau dalam bentuk baku disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang lama. (James Danandjaja,
commit to user
1984: 4) Kesimpulan dari definisi cerita rakyat secara keseluruhan adalah sebagian dari kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar secara turun-temurun, diantara kolektif apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device) (James Danandjaja, 1984 :2)
Penggolongan cerita rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu mite, legenda, dan dongeng. Mite (myth ) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita, mite ditokohi oleh dewa atau makhluk setengah dewa, dan peristiwanya terjadi pada masa lampau (James Danandjaja, 1994:50).
Sastra lisan memiliki kelebihan untuk mempengaruhi suatu masyarakat melalui mitos yang muncul dari suatu cerita rakyat itu sendiri. Sehingga mitos dijadikan alat untuk masyarakat supaya lebih menghormati keberadaan sastra lisan. Menurut Van Peurseun, fungsi mitos ada tiga macam, yaitu menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan gaib, memberikan jaminan pada masa kini, dan memberikan pengetahuan pada dunia (Van Peursen, 1987: 37).
Alasan umum yang melatarbelakangi diambilnya mitos cerita rakyat
Onggoloco di Dusun Duren, Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Kabupaten
Gunungkidul adalah sebagai berikut: (1) banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai cerita rakyat itu sehingga hal ini menjadi langkah awal untuk merevitalisasi cerita lisan ke dalam bentuk dokumen sehingga peninggalan sastra lisan ini memiliki catatan dan tidak mudah hilang ditelan waktu; (2) cerita rakyat ini banyak mengandung nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai tentang kelestarian lingkungan alam.
Mitos adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita, ditokohi oleh para dewa atau mahkluk setengah dewa (Bascom dalam James Danandjaja, 1984: 2)
Masyarakat yang sebagian besar tidak peduli dengan alam dan berusaha untuk mengambil kekayaan alam di dalam hutan akan menyadari bahwa sastra lisan ini berperan untuk memaksa para perusak alam hutan Wonosadi untuk tidak melakukan perusakan besar-besaran. Mitos yang tersebar di dalam masyarakat tidak hanya dianggap sebagai angin lalu, karena berbagai mitos yang benar-benar terjadi dan dapat dibuktikan oleh masyarakat. Mitos adalah suatu cerita yang benar dan menjadi milik mereka yang paling berharga, karena merupakan suatu yang suci, bermakna dan menjadi contoh model bagi tindakan manusia. Mitos bukan hanya merupakan pemikiran intelektual dan hasil logika, tetapi terlebih dulu merupakan orientasi spiritual dan mental yang berhubungan dengan Illahi (Hari Susanto, 1987: 91)
Cerita rakyat Onggoloco sepengetahuan penulis belum pernah diteliti. Penelitian akan mengungkap tradisi nyadranan, aspek kultural, dan refleksi sosial. Berdasarkan aspek sejarah nya, sastra lisan ini mengisahkan tentang seorang tokoh yang bernama Onggoloco, yaitu putra dari Raden Brawijaya V yang melarikan diri bersama ibu nya Rara Resmi dan kakaknya Gading Mas ke Gunungkidul atas kekalahan kerajaan Majapahit ketika melawan Demak pada tahun 1478 M. Kisah dari sastra lisan Onggoloco ini merupakan sebuah potret dari kearifan lokal khususnya alam. Onggoloco adalah tokoh yang memperjuangkan kehidupan alam hutan Wonosadi. Ia melakukan pertapaan di hutan Wonosadi
commit to user
dusun Duren dibentuk oleh ki Onggoloco ketika membuka hutan alam Wonosadi, ia juga menanam sebuah pohon mangga sebagai prasasti berdirinya dusun Duren, dan sekarang dikenal dengan kaliendek. Onggoloco melakukan pertapaan untuk mensejahterakan masyarakat dusun Duren selama bertahun-tahun, melakukan penanaman tanaman herbal yang menyediakan obat bagi segala macam penyakit. Masyarakat sekitar mempercayai bahwa Onggoloco telah mati muksa atau dengan kata lain mati sempurna ketika bertapa di puncak gunung Wonosadi, sehingga tidak terdapat kuburan yang menyimpan jasad Onggoloco. Onggoloco mati muksa dengan meninggalkan banyak warisan yang dapat digunakan oleh anak cucu masyarakat sekitar mulai dari pertanian, tanaman herbal, padhepokan, ilmu
Kanuragan, dan lain sebagainya.
Onggoloco merupakan tokoh yang berjasa dalam mengolah hutan
Wonosadi dan mengajarkan masyarakat sekitar dalam mengolah pertanian, kesenian tradisional, serta olah Kanuragan yang ia dirikan disebuah padhepokan yang terletak di tengah hutan Wonosadi yang disebut dengan lembah Ngenuman.
Onggoloco berpesan pada masyarakat sekitar untuk terus melestarikan hutan alam
Wonosadi, karena pelestarian hutan Wonosadi diperuntukan bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Di akhir hayatnya, Onggoloco memberikan pesan/wasiat terakhir kepada anak cucunya. Pesannya yaitu (1) Agar hutan Wonosadi dijaga dan dilestarikan demi kemakmuran anak cucu. Dilarang merusak hutan, dan apabila ada yang merusak hutan maka akan mendapatkan musibah. (2) Apabila anak cucu terkena penyakit, maka telah tersedia tanaman-tanaman obat yang tumbuh di hutan Wonosadi. (3) Agar diadakan upacara tahunan untuk berkumpul
commit to user
setelah panen sawah, dikenal dengan upacara sadranan yang masih dilakukan sampai sekarang.
Hal inilah yang kemudian menjadi mitos dan menjadikan masyarakat semakin peduli dan mempercayai nilai-nilai yang ada di dalam suatu cerita rakyat itu sendiri. Cerita rakyat Onggoloco mitos yang berkembang yaitu adanya gugon
tuhon bahwa akan terjadi musibah paceklik yang berpanjangan apabila tidak
diadakan sadranan setelah panen raya. Kemudian barang siapa yang mengambil / menebang bahkan merusak hutan Wonosadi, maka akan terkena musibah.
Mitos adalah suatu sistem komunikasi yang memberikan pesan berkenaan dengan masa lalu, ide, ingatan, dan kenangan atau keputusan yang diyakini (Barthes, 1981: 193). Menurut Van Peursen mitos berpijak pada fungsi mitos tersebut dalam kehidupan manusia. Mitos bukan sekedar cerita mengenai kehidupan dewa-dewa, namun merupakan cerita yang mampu memberikan arah dan pedoman tingkah laku manusia sehingga bisa bersikap bijaksana (Van Peursen, 1976: 42).
Objek dalam penelitian ini adalah cerita rakyat Onggoloco Dusun Duren, Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Yogyakarta. Sampai saat ini cerita rakyat Onggoloco masih sangat populer di kalangan masyarakat dusun Duren sebagai tokoh yang sangat dihormati.
commit to user
B. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan agar penelitian lebih jelas dan terarah. Batasan masalah diperlukan untuk mengatisipasi meluasnya objek tinjauan, penelitian ini menitikberatkan pada tinjauan folklor. Nilai-nilai kultural dan kearifan lokal dilihat dari tokoh utama dan refleksi sosial sastra lisan pada jamannya serta refleksi sosial masyarakatnya saat ini.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah profil masyarakat Desa Beji sebagai pemilik Cerita Rakyat
Onggoloco?
2. Bagaimanakah bentuk dan isi Cerita Rakyat Onggoloco?
3. Bagaimanakah aspek-aspek kultural dalam Cerita Rakyat Onggoloco? 4. Bagaimanakah refleksi sosial masyarakatnya dalam Cerita Rakyat
Onggoloco?
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan mengenai tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan profil masyarakat dusun Duren sebagai pemilik cerita rakyat Onggoloco.
2. Mendeskripsikan bentuk dan isi Cerita Rakyat Onggoloco.
3. Mendeskripsikan aspek-aspek kultural dalam Cerita Rakyat
Onggoloco.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan manfaat yang dapat ditinjau dari manfaat praktis dan manfaat teoritis.
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dalam penelitian cerita lisan di nusantara.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang
Folklor, khususnya cerita rakyat Onggoloco di Dusun Duren,
Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi DIY. c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penelitian
yang dapat mengungkap berbagai nilai-nilai yang terkandung dalam sastra melalui penelian sastra lisan ini.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat mendokumentasikan cerita rakyat Onggoloco di Dusun Duren, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi DIY.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi kepada peneliti-peneliti selanjutnya mengenai adat istiadat, kebudayaan, dan sebagainya.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan dokumen perpustakaan / dokumen revitalisasi pariwisata di hutan Wonosadi.
commit to user
d. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi sosial masyarakat mengenai pentingnya manfaat sastra lisan untuk kehidupan manusia.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini terdiri atas lima bab. Kelima bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN. Bab ini mendeskripsikan mengenai uraian tentang
latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI. Bab ini merupakan kajian teori yang akan
mendeskripsikan tentang pengertian mengenai sastra lisan, nilai-nilai kearifan lokal, dan mengenai ilmu tentang pendekatan antropologi sastra beserta teori yang akan digunakan dalam penelitian ini.
BAB III. METODE PENELITIAN. Bab ini menguraikan bentuk penelitian dan
jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV. PEMBAHASAN. Dalam bab iv yaitu pembahasan penelitian mengenai
aspek historis, aspek penokohan, nilai kearifan lokal yang dapat di lihat melalui tokoh utama serta respon / refleksi sosial masyarakat.
BAB V. PENUTUP. Berisi kesimpulan dan saran, pada bagian akhir