• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6.1 Konsep Umum

Perancangan taman terapi di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini terutama diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Tapak akan dikembangkan menjadi taman yang dapat memberikan fungsi terapi dimana anak berkebutuhan khusus tersebut dapat belajar, tumbuh dan berkembang, serta memperoleh kesenangan seperti semua anak-anak lain yang tidak memiliki keterbatasan. Taman terapi yang akan dikembangkan ini merupakan taman terapi yang interaktif bagi anak-anak dan berorientasi pada alam.Taman terapi ini akan memotivasi anak untuk mengeksplorasi lingkungannya dan melakukan berbagai aktivitas seperti bermain dan lain-lain. Selain itu, taman terapi ini juga akan menstimulasi sensori anak baik penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan, melatih kemampuan motorik, keseimbangan, kemampuan kognitif serta sosial anak.

Taman terapi yang akan dikembangkan di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini terinspirasi dari proses metamorfosis yang terjadi pada kupu-kupu. Dalam biologi, metamorfosis dapat diartikan sebagai perubahan yang sangat besar dalam bentuk dari satu taraf atau tingkatan ke tingkatan selanjutnya dalam kehidupan suatu organisme. Secara filosofis proses metamorfosis ini memiliki makna bahwa setiap manusia harus mengalami perubahan dalam hidupnya ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Proses metamorfosis ini dianalogikan sebagai proses terapi anak berkebutuhan khusus dimana dalam prosesnya anak berkebutuhan khusus akan mengalami perubahan dari tidak bisa atau kurang bisa menjadi bisa atau lebih bisa. Perubahan tersebut dapat dilihat dari segi kemampuan sensorik, motorik, kognitif, dan sosial yang diperoleh melalui

treatment atau terapi yang diberikan, baik berupa terapi di dalam ruang maupun di

luar ruang. Filosofi konsep taman terapi tersebut dapat dilihat pada Gambar 34.

(2)

Proses Metamorfosis

Analogi

Gambar 34 Filosofi Konsep

Taman terapi dikembangkan berdasarkan program dan aktivitas terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan. Terapi anak berkebutuhan khusus yang dikembangkan pada tapak terdiri dari terapi di dalam ruangan (indoor) dan terapi di luar ruang luar (outdoor). Anak berkebutuhan khusus akan mendapatkan terapi baik di dalam maupun di luar ruangan. Terapi-terapi dalam ruangan seperti terapi okupasi, sensori integrasi , fisioterapi, terapi okupresur, dan terapi wicara akan dilengkapi dan ditunjang dengan terapi luar ruangan. Terapi yang dilakukan di luar ruangan terdiri dari terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial.

Konsep terapi ruang luar yang dikembangkan pada taman terapi ini terdiri dari terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Terapi-terapi tersebut disusun berdasarkan alur atau sekuens terapi anak berkebutuhan khusus, yaitu secara berurutan terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Alur atau sekuens terapi anak berkebutuhan khusus yang dibuat tersebut bersifat tidak mengikat seperti yang terlihat pada Gambar 35. Anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti alur atau skenario terapi yang dibuat ataupun dapat dengan bebas memilih dan melakukan aktivitas terapi yang dibutuhkan atau diinginkan. Hal tersebut disebabkan karena terdapat perbedaan kebutuhan terapi di antara anak berkebutuhan khusus.

Gambar 35 Bagan Terapi Anak Berkebutuhan Khusus

Telur Ulat Kepompong Kupu-Kupu

Tidak/

kurang bisa TERAPI

Bisa/lebih bisa ABK Terapi Outdoor Terapi Indoor Motorik Sosial Kognitif Sensorik

(3)

Berdasarkan alur atau sekuens terapi yang dibuat terapi sensorik merupakan fase pertama terapi. Terapi sensorik merupakan terapi yang berfungsi untuk stimulasi dan integrasi indera anak yang terdiri dari indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan. Sebagai tempat masuk dan diprosesnya informasi, indera tersebut sangat penting. Melalui indera-indera tersebut semua informasi yang berasal dari lingkungan masuk untuk kemudian diproses dan direspon. Fase terapi yang kedua merupakan terapi motorik dimana pada terapi ini fungsi motorik atau gerak anak berkebutuhan khusus distimulasi dan dilatih. Setelah dilakukan terapi pada fungsi sensorik dan motorik, terapi dilanjutkan pada terapi kognitif dimana pada terapi kemampuan brpikir anak akan distimulasi. Fase terapi yang terakhir merupakan terapi sosial dimana anak berkebutuhan khusus akan distimulasi dalam hal bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.

6.2 Pengembangan Konsep 6.2.1 Konsep Tata Ruang

Berdasarkan konsep umun yang direncanakan, tapak akan dikembangkan menjadi taman yang dapat memberikan fungsi-fungsi terapi kepada anak berkebutuhan khusus, dimana anak berkebutuhan khusus tersebut dapat belajar, tumbuh dan berkembang, serta memperoleh kesenangan seperti anak normal lainnya yang tidak memiliki keterbatasan. Berdasarkan konsep tersebut, fungsi-fungsi terapi akan dimaksimalkan dalam tapak. Taman terapi didesain untuk mengakomodir berbagai macam kebutuhan dan aktivitas terapi ruang luar yang akan dilakukan pada taman tersebut yaitu terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial.

Untuk mengakomodasi aktivitas terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial baik yang aktif maupun pasif, diperlukan ruang yang lebar. Tapak eksisting dengan bentuk memanjang seluas + 256 m2 dengan lebar 6,7 m dan panjang 38 m akan dimodifikasi bentuknya. Tapak yang memanjang tersebut dimodifikasi dengan mengubah bentuk serta ukuran panjang dan lebarnya tanpa mengubah luasannya. Tapak yang telah dimodifikasi memiliki luas yang sama dengan tapak eksisting namun dengan ukuran lebar sebesar 11 m dan panjang 23,26 m. Modifikasi bentuk tapak tersebut dilakukan untuk memudahkan pengaturan ruang

(4)

dan sirkulasi sehingga pemanfaatan tapak sebagai taman terapi dapat dioptimalkan. Selain untuk mengoptimalkan fungsi terapi, perubahan bentuk tapak tersebut juga memperhatikan kondisi lingkungan sekitar tapak. Bentuk tapak setelah dimodifikasi dapat dilihat pada Gambar 36.

Gambar 36 Modifikasi Tapak

Konsep ruang yang akan dikembangkan adalah untuk mengakomodasi aktivitas bagi penggunanya. Berdasarkan fungsinya, ruang di dalam tapak akan dibagi menjadi dua, yakni ruang terapi dan ruang non terapi. Konsep metamorfosis sebagai konsep umum dari taman terapi diterapkan pada setiap ruang dalam bentuk aktivitas atau kegiatan terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan. Melalui aktivitas terapi yang dilakukan inilah diharapkan anak berkebutuhan khusus dapat mengalami kemajuan atau perubahan ke arah yang lebih baik.

6.2.1.1 Ruang Terapi

Ruang terapi merupakan ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Ruang ini terbagi menjadi dua yaitu ruang terapi

(5)

dalam empat sub ruang yang terdiri dari ruang terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Penjabaran tiap-tiap ruang terapi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Ruang Terapi Indoor

Area ini merupakan area yang diperuntukkan bagi aktivitas terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan di dalam ruangan (indoor). Pada ruang terapi indoor terdapat fasilitas berupa gedung terapi dimana di dalamnya terdapat ruang-ruang terapi indoor, ruang staf, ruang konseling dan konsultasi, serta toilet. Seperti yang telah dijelaskan dalam konsep terapi, konsep metamorfosis pada setiap ruang diterapkan dalam bentuk aktivitas yang dilakukan. Begitu pula pada ruang terapi indoor ini, konsep metamorfosis diterapkan pada aktivitas terapi di dalamnya. Setelah mengikuti aktivitas

b. Ruang Terapi Outdoor

Area ini merupakan ruang yang diperuntukkan bagi aktivitas terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan di luar ruangan (outdoor). Ruang terapi

outdoor ini terbagi ke dalam empat sub ruang, yakni sebagai berikut.

1. Sub ruang terapi sensorik

Sub ruang terapi sensorik merupakan ruang yang didesain untuk melakukan kegiatan terapi sensori indera anak yang meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan. Indera penglihatan akan distimulasi melalui variasi bentuk, warna, dan cahaya dari elemen keras maupun elemen lunak di dalam taman. Indera pendengaran anak akan distimulasi dengan suara-suara alami seperti suara gemerisik daun, gemericik air, atau suara hewan. Indera penciuman anak akan distimulasi melalui aroma berbagai elemen yang terdapat di taman, seperti aroma bunga, rumput, dan tanah. Indera perabaan anak akan distimulasi melalui variasi tekstur elemen-elemen yang terdapat pada taman seperti tekstur rumput, semak, bunga, kayu, batu, tanah, dan air. Dengan stimulasi pada indera-indera tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahaman tentang konsep gelap-terang, besar-kecil, halus-kasar, dan lain-lain. Untuk memberikan fungsi-fungsi terapi tersebut, pada sub ruang terapi sensorik

(6)

ini terdapat fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung kegiatan terapi sensorik. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya seperti sensory garden,

texture table, jalur refleksi, arbor, dan wind chimes.

2. Sub ruang terapi motorik

Sub ruang terapi motorik merupakan ruang yang didesain untuk menstimulasi kemampuan motorik kasar, keseimbangan, koordinasi, serta pergerakan anak berkebutuhan khusus. Pada ruang ini anak akan dirangsang untuk mengembangkan kemampuan geraknya dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan adanya pergerakan atau latihan fisik sekaligus menantang bagi anak untuk bereksplorasi terhadap diri dan lingkungannya. Untuk mendukung fungsi terapi tersebut, pada sub ruang motorik ini terdapat fasilitas-fasilitas seperti undulating

grassy slope, stepping log, jembatan lengkung, balok keseimbangan, dan

permainan anak (play equipment). 3. Sub ruang terapi kognitif

Sub ruang terapi kognitif merupakan ruang yang didesain untuk menstimulasi kemampuan berpikir anak. Selain untuk menstimulasi kemampuan berpikir, anak-anak juga dapat belajar mengenai ilmu alam dan lingkungan. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di dalam sub ruang terapi kognitif ini diantaranya seperti outdoor stage dan potting area berupa

planter box.

4. Sub ruang terapi sosial

Sub ruang terapi sosial merupakan ruang yang didesain untuk memfasilitasi interaksi dan sosialisasi anak dengan teman sebaya, terapis,

shadow teacher, maupun orang tua. Pada ruang ini terdapat

fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang kegiatan interaksi dan sosialisasi serta bermain anak yang terdiri dari plaza, pergola, dan bangku taman.

6.2.1.2 Ruang Non Terapi

Ruang non terapi merupakan ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan selain terapi. Pada ruang non terapi ini terdapat welcome area yang merupakan pintu masuk menuju taman terapi. Sebagai welcome area atau ruang penerimaan,

(7)

area ini terletak di bagian depan tapak. Ukuran atau proporsi runag yang direncanakan untuk ruang ini kecil karena tidak ada aktivitas khusus didalamnya selain berfungsi sebagai pintu masuk menuju taman terapi. Pada ruang ini terdapat fasilitas berupa pintu gerbang taman. Gambar 37 berikut menyajikan gambaran konsep ruang pada taman terapi tersebut.

Gambar 37 Konsep Ruang

6.2.2 Konsep Sirkulasi

Sirkulasi yang direncanakan di dalam tapak merupakan sirkulasi penghubung antar ruang di dalam taman dan hanya diperuntukkan bagi manusia. Sirkulasi tersebut dibuat dengan pola organik yang menghubungkan antara ruang satu dengan ruang lainnya. Sirkulasi berupa pathway tersebut akan dibuat dari kombinasi material yang berbeda-beda, seperti misalnya perkerasan yang berupa

concrete, batu kerikil, kayu, atau elemen lunak seperti rumput. Material-material dengan variasi tekstur yang berbeda tersebut memiliki nilai-nilai terapi yang dapat dimanfaatkan dan dieksplorasi oleh anak berkebutuhan khusus.

Konsep sirkulasi dikembangkan berdasarkan konsep terapi yang telah dibuat. Sirkulasi dibuat berdasarkan alur atau skenario terapi, yaitu terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Ruang terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial dihubungkan melalui jalur sirkulasi. Namun berdasarkan konsep terapi bahwa anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti atau tidak mengikuti alur terapi, maka jalur sirkulasi tersebut dibuat bercabang sehingga pengguna (ABK) dapat mencapai ruang yang diinginkan sesuai dengan terapi yang ingin dilakukan.

(8)

Berikut ini merupakan gambar konsep sirkulasi di dalam tapak yang akan disajikan dalam Gambar 38.

Gambar 38 Konsep Sirkulasi Dalam Tapak

6.2.3 Konsep Vegetasi

Vegetasi merupakan elemen yang penting dalam perencanaan dan perancangan tapak. Konsep vegetasi yang dikembangkan adalah vegetasi yang dapat mendukung aktivitas pengguna dan memberikan kenyamanan bagi pengguna tapak. Pada tapak, konsep vegetasi tersebut di bagi ke dalam dua jenis, yaitu vegetasi terapi dan vegetasi non terapi.

6.2.3.1 Vegetasi terapi

Vegetasi terapi merupakan vegetasi yang dapat berfungsi atau memiliki nilai terapi. Nilai-nilai terapi dari vegetasi tersebut antara lain adalah berupa tekstur, warna, dan aroma yang bervariasi yang dapat menstimuli setiap indera pada anak. Selain untuk stimulasi indera, vegetasi yang beraneka ragam tersebut dapat merangsang kemampuan kognitif anak dalam mengenali bentuk dan jenisnya.

6.2.3.2 Vegetasi non terapi

Vegetasi non terapi merupakan vegetasi yang tidak dimaksudkan untuk kegiatan terapi, namun vegetasi ini dapat menunjang tapak dan memberikan kenyamanan bagi pengguna tapak. Vegetasi non terapi tersebut dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:

a. Vegetasi estetis

Vegetasi estetis merupakan vegetasi yang digunakan untuk memberikan nilai estetika pada tapak. Penataan vegetasi estetik ini terdapat di sekitar bangunan-bangunan atau elemen-elemen taman lainnya.

Motorik Kognitif Sosial

Sensorik Ruang Terapi

Indoor Ruang Terapi Outdoor

(9)

b. Vegetasi penyangga

Vegetasi penyangga merupakan vegetasi yang berfungsi untuk melindungi aktivitas serta fasilitas yang ada di dalam tapak dari gangguan luar. Gangguan luar yang dimaksud antara lain berupa kebisingan yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas di luar tapak, gangguan keamanan, atau juga gangguan pemandangan yang kurang baik. Vegetasi penyangga juga digunakan untuk memberikan kenyamanan pada pengguna tapak dengan menciptakan iklim mikro yang baik.

Tabel 8. Konsep Vegetasi, Fungsi,dan Kriteria

Konsep Vegetasi

Fungsi Kriteria Vegetasi

Vegetasi Terapi Memberikan fungsi terapi berupa stimulasi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan 1. Vegetasi memiliki variasi warna pada daun atau bunga 2. Beraroma 3. Vegetasi memiliki variasi tekstur daun atau batang 4. Tidak berduri 5. Tidak beracun atau memiliki getah 1. Tanaman berbunga 2. Tanaman aromatik 3. Tanaman berdaun indah Vegetasi Non Terapi 1. Estetika 2. Memberikan kenyamanan (mengatur iklim mikro) 3. Pembatas atau barier 1. Memiliki penampakan visual yang menarik (bentuk/arsitektur tajuk,

bunga, dan warna) 2. Berbunga

3. Tajuk lebar sehingga dapat memberikan keteduhan 1. Tanaman peneduh 2. Tanaman pembatas 3. Tanaman berbunga 6.2.4 Konsep Aktivitas

Konsep aktivitas yang akan dikembangkan pada tapak disesuaikan dengan konsep umum tapak sebagai taman terapi. Aktivitas yang akan dikembangkan di tapak bersifat aktif dan pasif. Aktivitas-aktivitas tersebut terdiri dari aktivitas terapi, yaitu terapi sensorik; motorik; kognitif; dan sosial; bermain, duduk-duduk, dan mengobrol atau bercakap-cakap. Aktivitas terapi yang direncanakan tersebut merupakan modifikasi dan penambahan dari terapi dalam ruangan yang telah dilakukan. Berikut ini adalah penjabaran dari setiap aktivitas yang dapat dilakukan di tapak.

(10)

1. Terapi

Aktivitas terapi merupakan aktivitas utama yang dilakukan di tapak. Aktivitas terapi yang dapat dilakukan di tapak di antaranya adalah melakukan stimulasi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan melalui sensory

garden, texture table, wind chimes; berjalan di jalur refleksi; melatih

pergerakan dan keseimbangan dengan berjalan di atas stepping log, balok keseimbangan, dan jembatan lengkung; dan stimulasi kemampuan motorik kasar anak dengan berjalan dan mendaki bukit berumput (undulating grassy

slope), belajar bersama di outdoor stage dan melakukan kegiatan hortikultur

pada potting area. 2. Bermain

Aktivitas bermain merupakan salah satu aktivitas yang terdapat pada tapak yang dikembangkan untuk mengakomodasi kegiatan bermain bagi anak berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dapat bermain di area permainan dimana di dalamnya terdapat fasilitas berupa permainan anak (play equipment) yang merupakan penggabungan antara tangga horizontal, tangga, dan panjatan tali (rope). Fasilitas ini selain mengakomodasi kegiatan bermain anak juga merupakan salah satu sarana terapi untuk melatih kemampuan motorik dan ketangkasan anak.

3. Duduk-duduk

Duduk-duduk merupakan salah satu aktivitas yang terdapat dalam tapak. Aktivitas duduk-duduk ini dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan yang memerlukan pengerahan tenaga. Untuk mendukung aktivitas tersebut disediakan fasilitas berupa bangku taman yang dilengkapi dengan pergola untuk memberikan keteduhan dan kenyamanan pada pengguna.

4. Mengobrol atau bercakap-cakap

Aktivitas mengobrol atau bercakap-cakap dapat dilakukan pada area sosial dimana pada area tersebut terdapat fasilitas berupa tempat duduk dan pergola. Aktivitas mengobrol atau bercakap-cakap ini dapat dilakukan antara anak berkebutuhan khusus, terapis, shadow teacher dan orang tua.

(11)

6.2.5 Konsep Fasilitas

Konsep fasilitas yang dikembangkan dalam tapak mengakomodasi fungsi dan aktivitas terapi anak-anak berkebutuhan khusus. Fasilitas yang dikembangkan dalam taman terapi tersebut adalah fasilitas yang mendukung seluruh aktivitas baik yang bersifat aktif maupun pasif, seperti aktifitas terapi sensorik; motorik; kognitif; dan sosial, bermain, duduk-duduk, dan mengobrol atau bercakap-cakap. Konsep program, aktivitas, dan fasilitas terapi yang disediakan di dalam tapak akan dijelaskan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Konsep Program, Aktivitas, dan Fasilitas Terapi

Ruang Program

Terapi Aktivitas Terapi

Fasilitas/Elemen Terapi Ruang Terapi

Sensorik

Terapi Sensorik 1. Stimulasi indera penglihatan, perabaan, penciuman

Sensory garden

2. Stimulasi perabaan (mengenali berbagai macam tekstur)

Texture table

3. Berjalan di atas jalur refleksi, stimulasi perabaan, memperlancar sirkulasi darah

Jalur refleksi

4. Stimulasi persepsi gelap-terang Pergola 5. Stimulasi indera pendengaran Wind chime Ruang Terapi Motorik

Terapi Motorik 1. Melatih otot motorik kasar dengan berjalan atau

mendaki bukit berumput

Undulating grassy slope

2. Melatih otot dan keseimbangan dengan berjalan atau meniti stepping

log

Stepping log

3. Melatih keseimbangan dengan meniti balok keseimbangan

Balok keseimbangan

4. Berjalan, stimulasi persepsi terhadap posisi

Jembatan lengkung 5. Melatih otot motorik kasar

dan ketangkasan, bermain

Play equipment

6. Melatih otot motorik kasar dengan menaiki atau

menuruni tangga

Tangga

7. Melatih kemampuan otot motorik kasar, menaiki atau menuruni ramp

(12)

8. Stimulasi persepsi gelap-terang

Arbor

Ruang Terapi Kognitif

Terapi Kognitif 1. Berkumpul atau belajar bersama di luar ruangan

Outdoor stage

2. Melakukan kegiatan

hortikultur

Potting area (planter box)

Ruang Terapi Sosial

Terapi Sosial 1. Bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman sebaya, orang tua, guru, atau terapis, mengobrol

Bangku taman

2. Stimulasi persepsi gelap-terang

Pergola

3. Berkumpul Plaza kupu-kupu

Untuk mengakomodasi aktivitas dan fasilitas terapi yang akan dikembangkan tersebut perlu diketahui kebutuhan ruang dari setiap fasilitas. Kebutuhan ruang setiap fasilitas akan dijelaskan pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Fasilitas dan Kebutuhan Ruang

Lokasi Ruang Fasilitas Unit Dimensi

R. Penerimaan R. Penerimaan Pintu gerbang 1 buah 1,1 m²

R. Terapi Indoor R.Terapi Indoor Gedung terapi

indoor

1 buah 46 m² R.Terapi Outdoor R. Terapi Sensorik Sensory garden 1 buah 15 m2

Texture table 1 buah 1,2 m²

Jalur refleksi - 8 m²

Pergola 1 buah 8 m²

Wind chime 2 buah -

R. Terapi Motorik Undulating grassy slope

- 19 m²

Stepping log 1 buah 2 m2

Balok keseimbangan 1 buah 0,2 m2 Jembatan lengkung 1 buah 1,6 m²

Play equipment 1 buah 4,5 m²

Tangga 1 buah 1,7 m²

Ramp 1 buah 2,5 m²

Arbor 1 buah 3,8 m²

R. Terapi Kognitif Outdoor stage 1 buah 8,4 m²

Planter box 1 buah 2 m²

R. Terapi Sosial Pergola 1 buah 9 m²

Bangku taman 1 buah 2 m²

Plaza kupu-kupu - 12,6 m²

(13)

6.3 Diagram Konsep

Konsep tata ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas, dan fasilitas yang telah dijabarkan akan digambarkan dalam bentuk diagram konsep. Diagram konsep tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 39 Diagram Konsep

Ruang penerimaan terdapat di bagian tapak. Kemudian terdapat ruang terapi sensorik yang terletak dekat dengan ruang penerimaan. Pengguna dapat langsung mengakses ruang terapi sensorik ini setelah memasuki taman. Proporsi ruang terapi sensorik cukup besar. Hal ini disebabkan terapi sensori integrasi masih kurang dilakukan. Setelah ruang terapi sensorik terdapat ruang terapi motorik dengan proporsi ruang yang paling besar. Proporsi ruang terapi ini paling besar karena aktivitas terapi yang dilakukan pada ruang terapi ini meliputi aktivitas-aktivitas aktif yang berfungsi untuk menstimulasi otot dan pergerakan anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu ruang terapi ini membutuhkan ruang yang besar. Terdapat pula ruang terapi kognitif dimana di dalamnya direncanakan terdapat outdoor stage dengan proporsi ruang ini tidak terlalu besar. Ruang terapi

(14)

sosial terletak bersebelahan dengan ruang terapi kognitif dan berdekatan dengan ruang terapi indoor yang terdapat di bagian pojok tapak.

Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan hubungan kedekatan antar ruang di taman tersebut.

Tabel 11. Matriks Hubungan Kedekatan Ruang

R . P e n er imaan R . T . S e n sor ik R . T . M ot or ik R . T . K ogn iti f R . T . S os ial R . T . In do or R. Penerimaan ● O ● O O R. T. Sensorik ● ● ● O O R. T. Motorik O ● ● O ● R. T. Kognitif ● ● ● ● O R. T. Sosial O O O ● ● R. T. Indoor O O ● O ● Keterangan : ● Sangat dekat O Kurang dekat

Gambar

Gambar 35 Bagan Terapi Anak Berkebutuhan Khusus
Gambar 37 Konsep Ruang
Gambar 38 Konsep Sirkulasi Dalam Tapak
Tabel 8. Konsep Vegetasi, Fungsi,dan Kriteria
+3

Referensi

Dokumen terkait

Di antara karakteristik pengikut ke- lompok Salafi yang bisa diidenttifikasi ada- lah: (1) anggota jamaah kelompok Salafi pada umumnya memakai jubah dan celana congklang

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah dikumpulkan dan diproses untuk digunakan oleh para pemakai sesuai

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jumlah alokasi tenaga kerja yang sesuai setiap elemen pekerjaan di unit galangan kapal (UGK) dengan metode human factor

Kemampuan yang di miliki aplikasi ini adalah Dengan menggunakan sistem absensi yang menggunakan sidik jari, proses absensi menjadi lebih efisien sehingga pengolahan

Berkaitan dengan teori ini, kesadaran seseorang untuk mengambil sertifikasi profesi dipengaruhi oleh expectancies yaitu jika seorang memiliki gelar sertifikasi profesi,

Perusahaan membutuhkan perencanaan strategik untuk pengembangan sumber daya teknologi informasinya dengan beberapa alasan (Jogiyanto, 2006) diantaranya adalah (1)

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 108 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan untuk mengkoordinasikan wadah peran serta masyarakat

Hal ini terlihat dari jumlah responden yang menjawab menarik simpati mereka sebanyak 55 orang atau 68,8%, 6,3% di antaranya sangat menarik, sedangkan responden yang