• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTIMASI NILAI KERUGIAN AKIBAT PENCEMARAN. 6.1 Dampak Adanya Industri Terhadap Kualitas Lingkungan di Kelurahan Nanggewer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ESTIMASI NILAI KERUGIAN AKIBAT PENCEMARAN. 6.1 Dampak Adanya Industri Terhadap Kualitas Lingkungan di Kelurahan Nanggewer"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

VI. ESTIMASI NILAI KERUGIAN AKIBAT PENCEMARAN

6.1 Dampak Adanya Industri Terhadap Kualitas Lingkungan di Kelurahan Nanggewer

Ada dua dampak yang diberikan akibat keberadaan industri diantara pemukiman warga Kelurahan Nanggewer yaitu bisa berupa manfaat dan kerugian. Manfaat yang diperoleh bisa berupa terbukanya lapangan pekerjaan. Namun manfaat dari keberadaan industri seperti kurang terasa oleh masyarakat Kelurahan Nanggewer, terutama warga RT 01/ RW 05. Hasil survei menunjukkan hanya lima orang dari 48 Kepala Keluarga yang terserap menjadi tenaga kerja. Hal ini tidak sebanding dengan dampak negatif yang diberikan dari keberadaan industri. Kerugian yang paling terasa adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang berupa pencemaran air dan udara.

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, pencemaran air terjadi akibat adanya kebocoran bak penampungan akhir (air limbah setelah pengolahan) dari perusahaan kabel. Setelah dilakukan survei sebagian besar warga meyakini kebocoran disebabkan oleh adanya ledakan pada bak penampungan akhir tersebut. Menurut Laporan Hasil Uji Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor (2011), air limbah mengandung zat-zat berbahaya yang telah melebihi kadar maksimum. Untuk Seng (Zn) kandungannya telah mencapai 2,14 mg/L, sedangkan kadar maksimumnya hanya sebesar 1,0 mg/L, Timbal 0,65mg/L sedangkan kadar maksimum hanya sebesar 0,1 mg/L. Hasil tersebut menggambarkan bahwa air limbah yang berada pada bak penampungan akhir sangat berbahaya, apalagi saat ini telah mencemari air sumur warga Kelurahan

(2)

Nanggewer. Laporan Hasil Uji terhadap kandungan air limbah yang telah mencemari sumur warga Kelurahan Nanggewer dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Air Limbah Setelah Pengolahan

No. Jenis Parameter Satuan Pemeriksaan Hasil Kadar Maksimum yang Dibolehkan

1 TSS mg/L 320* 20 2 Sianida Total mg/L 0,02 0,2 3 Krom Total mg/L 0,46 0,5 4 Krom Hexavalent mg/L 0,15* 0,1 5 Tembaga (Cu) mg/L 0,65* 0,6 6 Seng (Zn) mg/L 2,14* 1,0 7 Nikel (Ni) mg/L 0,72* 1,0 8 Cadmium (Cd) mg/L 0,08* 0,05 9 Timbal (Pb) mg/L 0,65* 0,1 10 pH mg/L 7,30 6,0-9,0

Sumber: Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor (2011) Keterangan: * parameter yang diperiksa melebihi kadar maksimal

Selain pencemaran air, pencemaran udara juga terjadi di Kelurahan Nanggewer. Pencemaran udara dihasilkan dari cerobong asap yang dikeluarkan hasil sisa pembakaran. Kerugian yang dialami masyarakat diestimasi dengan menggunakan dua metode yaitu biaya pengganti (Replacement Cost) dan biaya pengobatan (Cost of Illness). Biaya pengganti yang dihitung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk kembali mendapatkan air bersih setelah air yang biasa mereka gunakan tercemar, baik untuk konsumsi maupun untuk mandi, cuci, kakus (MCK). Biaya pengobatan yaitu biaya yang dikeluarkan karena terjadinya gangguan kesehatan akibat pencemaran air dan udara.

6.2 Keadaan Masyarakat Akibat Pencemaran

Keberadaan industri di sekitar kawasan pemukiman warga RT 01/RW 05 Kelurahan Nanggewer tidak hanya menyebabkan kerugian atas penurunan kualitas air sumur, tetapi juga berdampak pada kesehatan masyarakat Kelurahan Nanggewer. Pencemaran yang terjadi berakibat pada timbulnya berbagai macam

(3)

penyakit, seperti gangguan pencernaan (mag dan diare), gatal-gatal, gangguan saluran pernafasan dan lain-lain. Menurut data Pusat Kesehatan Masyarakat Karadenan, penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat diantaranya Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan gatal (Dermatitis).

Kondisi ini menjelaskan bahwa pencemaran air dan udara yang diakibatkan dari keberadaan industri berdampak langsung pada gangguan kesehatan warga setempat. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menunjukkan adanya pencemaran udara yang terjadi, sedangkan gatal (Dermatitis) yang sebagian besar diderita oleh responden menujukkan adanya pencemaran air. Pencemaran udara seperti tidak dipedulikan oleh pihak industri, cerobong asap yang begitu dekat dengan pemukiman warga sangat mengganggu kesehatan. Pihak industri melakukan produksi pada tengah malam, dimana warga sedang tertidur, hal ini sengaja dilakukan untuk menghindar dari penglihatan warga.. Menurut Kamami, 50 tahun, salah satu responden yang berjarak sangat dekat dengan industri (≤ 100 m) mengatakan pihak industri menghasilkan asap hasil sisa produksi pada pukul 01.00 WIB hingga 03.00 WIB, hal ini bertujuan untuk menghindari penglihatan warga.

6.3 Sumber Air dan Volume yang Digunakan oleh Responden untuk MCK

Kualitas air sumur warga yang tercemar akibat keberadaan industri mendorong masyarakat untuk mencari sumber air baru baik untuk keperluan konsumsi maupun untuk mandi, cuci, kakus. Meskipun sudah ada bentuk tanggung jawab dari pihak industri dengan melakukan pemasangan air PDAM gratis untuk sumur warga yang tercemar, tetapi warga tetap dibebankan dengan tanggungan per bulan dari pemakaian air PDAM tersebut. Hal ini menjelaskan ada

(4)

biaya yang dikeluarkan oleh warga untuk mendapatkan sumber air bersih baru. Tanpa ada pencemaran, warga mendapatkan sumber air bersih secara gratis dari air sumur masing-masing, kondisi ini jelas merugikan masyarakat. Hal ini sangat terlihat dimana responden yang bertempat tinggal pada wilayah satu dan wilayah dua mengalami banyak kerugian.

Pada wilayah satu (jarak ≤ 100 m) masih banyak responden yang menggunakan air tanah utnuk memenuhi kebutuhan MCK. Responden sebenarnya menyadari bahwa air tanah mereka sudah tidak layak meskipun untuk MCK. Sebanyak 15 responden masih memanfaatkan air tanah untuk keperluan MCK, volume air tanah rata-rata per kepala keluarga per bulan sebesar 13,76 m3. Hal ini dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi responden di wilayah satu yang masih rendah. Ada dua responden yang memakai air PDAM untuk memenuhi kebutuhan MCK, jumlah maksimum volume air PDAM per bulannya mencapai 48,50 m3 yang hanya digunakan untuk keperluan MCK. Hal ini jelas merupakan kerugian, karena tanpa terjadi pencemaran responden seharusnya bisa menggunakan air tanahnya secara aman untuk memenuhi kebutuhan MCK. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 5.

(5)

Tabel 5. Sumber dan Volume Penggunaan Air untuk MCK oleh Responden

Wilayah Sumber Air

Jumlah

Responden Volume Penggunaan Air (M3)

PDAM Air Tanah Total

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Sampel PDAM 2 1,30 48,50 24,90 - - - 49,80 1 Air Tanah 15 - - - 3,85 26,75 13,76 206,35 PDAM+ Air Tanah 1 10,40 10,40 10,40 10,70 10,70 10,70 21,10 PDAM 9 3,10 45 12,37 - - - 111,30 2 Air Tanah 14 - - - 4,70 23,80 11,23 157,25 3 PDAM 2 1,20 5 3,10 - - - 6,20 Air Tanah 5 - - - 6 13,19 10,84 54,19

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Untuk wilayah dua sebanyak sembilan responden memilih menggunakan air PDAM untuk memenuhi kebutuhan MCK. Volume rata-rata air PDAM yang dibutuhkan sebesar 12,37 m3. Masih banyak responden yang tetap menggunakan air tanah, yaitu sebanyak 14 responden. Sebagian besar responden menjelaskan bahwa mereka terpaksa tetap menggunakan air tanah karena tidak mendapatkan kompensasi pemasangan instalasi air PDAM dari pihak industri. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan volume yang dibutuhkan pada wilayah satu. Hal ini menjelaskan bahwa pencemaran air tanah lebih parah terjadi pada responden yang bertempat tinggal di wilayah satu (jarak ≤ 100 meter). Keadaan ekonomi responden di wilayah dua lebih baik dibandingkan responden di wilayah satu, faktor ini yang menyebabkan jumlah responden yang lebih banyak dalam penggunaan air PDAM di wilayah dua. Untuk wilayah tiga hanya sebanyak dua responden yang menggunakan air PDAM, sedangkan lima responden tetap menggunakan air tanah.

Secara umum responden yang berada pada wilayah satu menghabiskan volume air PDAM paling besar dibandingkan responden yang berada pada

(6)

wilayah dua dan tiga untuk keperluan MCK dengan pemakaian rata-rata 24,90 m3 per bulannya.

6.4 Sumber Air dan Volume yang Digunakan oleh Responden untuk Konsumsi

Selain untuk MCK, sumber air bersih sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Secara fisik maupun kimia kondisi air tanah di Kelurahan Nanggewer sudah tidak layak untuk di konsumsi. Hasil survey menunjukkan, pada wilayah satu (jarak ≤ 100 m) hanya dua kepala keluarga dari 18 kepala keluarga yang tetap menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Sebagian besar responden lebih memilih menggunakan air galon dan air PDAM untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yaitu masing-masing sebanyak lima kepala keluarga.

Volume rata-rata air PDAM yang digunakan oleh responden wilayah satu untuk konsumsi adalah sebesar 17,6 m3, sedangkan volume rata-rata air galon sebesar 0,2 m3. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan volume rata-rata air PDAM yang diperlukan untuk konsumsi oleh responden di wilayah dua yaitu sebesar 8,5 m3. Untuk air galon, volume rata-rata yang dihabiskan di wilayah dua lebih besar dibandingkan di wilayah satu yaitu sebesar 0,2 m3. Hal ini menjelaskan bahwa responden yang berada pada wilayah dua lebih memilih air galon sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

(7)

Tabel 6. Sumber dan Volume Penggunaan Air untuk Konsumsi oleh Responden

Wilayah Sumber

Air Responden Jumlah Volume Penggunaan Air (m3)

PDAM Air Tanah Air Galon Total

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata

PDAM 5 4,2 48,5 17,6 - - - - - - 87,3 Air Tanah 2 - - - 11 15,7 13,3 - - - 26,7 Air Galon 5 - - - 0,07 0,3 0,2 1,1 1 PDAM + Air Galon 5 4,2 13,7 7,2 - - - 0,09 2,6 0,6 39,1 Air Tanah + Air Galon 1 7,5 7,5 7,5 - - - 0,5 0,5 0,5 8 PDAM 8 1 27,9 8,5 - - - 68,3 Air Tanah 5 - - - 2 15 6,8 - - - 34 2 Air Galon 4 - - - 0,5 0,3 0,2 0,9 PDAM + Air Galon 5 4,2 5,6 4,9 - - - 0,1 0,2 0,4 0,7 PDAM 2 10 10 10 - - - 20 3 Air Tanah 4 - - - 3 10 7,7 - - - 31 Air Galon 1 - - - 0,3 0,3 0,3 0,3

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Hasil survey pada wilayah tiga menunjukkan hanya dua kepala keluarga yang menggunakan air PDAM untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, sedangkan yang memilih air galon hanya sebanyak satu kepala keluarga. Sebagian besar responden di wilayah tiga tetap menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yaitu sebanyak empat kepala keluarga. Hal ini menjelaskan bahwa kondisi air tanah di wilayah tiga tidak seburuk air tanah di wilayah satu dan dua.

(8)

6.5 Sumber Air dan Biaya Penggunaan Air oleh Responden untuk MCK

Air PDAM merupakan sumber air bersih utama yang digunakan oleh responden di ketiga wilayah untuk memenuhi kebutuhan MCK. Pada wilayah satu, terdapat tiga kepala keluarga yang memanfaatkan air PDAM untuk kebutuhan MCK dan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk mendapatkan distribusi air PDAM adalah sebesar Rp 71.666 per bulan. Jumlah ini cukup besar jika dibandingkan dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan pada wilayah dua, yaitu sebesar Rp 50.444 dari sembilan kepala keluarga yang menggunakan air PDAM untuk keperluan MCK. Hal ini menjelaskan kerugian yang ditanggung responden wilayah satu lebih besar dibandingkan dengan responden yang berada di wilayah dua. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sumber dan Biaya Penggunaan Air untuk MCK oleh Responden

Wilayah Sumber Air Responden Jumlah Biaya Penggunaan Air per bulan (Rp)

PDAM Air Galon Total

Biaya Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata /bulan 1 PDAM 3 20.000 150.000 71.666 - - - 215.000 2 PDAM 9 25.000 140.000 50.444 - - - 454.000 3 PDAM 2 20.000 30.000 25.000 - - - 50.000

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Kerugian yang diterima responden di wilayah tiga tidak sebesar dengan responden yang berada pada wilayah satu dan dua dalam hal memenuhi kebutuhan MCK. Biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh responden di wilayah tiga hanya sebesar Rp 25.000 per bulan dengan biaya maksimum yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 30.000 per bulan.

(9)

6.6 Sumber Air dan Biaya Penggunaan Air oleh Responden untuk Konsumsi

Selain untuk keperluan MCK, biaya untuk keperluan konsumsi pun menjadi tanggungan untuk responden. Responden menilai air sumur mereka sudah tidak layak, jangankan untuk konsumsi digunakan untuk MCK pun sudah tidak layak karena menyebabkan pakaian mereka berubah warna dan terjadi iritasi kulit. Hasil survei menunjukkan pada wilayah satu, sebanyak lima kepala keluarga menggunakan air PDAM dan enam kepala keluarga menggunakan air galon untuk kebutuhan konsumsinya, sedangkan lima kepala keluarga menggunakan keduanya. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk mendapatkan air PDAM dan air galon yang dipakai untuk kebutuhan konsumsi mencapai Rp 74.200 dan Rp 38.500 per bulannya atau mengeluarkan biaya sebesar Rp 371.000 dan Rp 231.000 per bulannya. Pada wilayah dua biaya maksimum yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan distribusi air PDAM mencapai Rp 93.000 per bulannya, sedangkan biaya terbesar dikeluarkan responden adalah untuk mendapatkan air galon yaitu biaya maksimum dari lima kepala keluarga mencapai Rp 165.000 dengan biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 54.600 atau total memerlukan biaya Rp 273.000 per bulannya. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 8.

(10)

Tabel 8. Sumber dan Biaya Penggunaan Air untuk Konsumsi oleh Responden

Wilayah Sumber

Air Responden Jumlah Biaya Penggunaan air/bulan

PDAM Air Galon

Total

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Biaya/bulan

PDAM 5 28.000 150.000 74.200 - - - 371.000 1 Air Galon 6 - - - 12.000 72.000 38.500 231.000 PDAM+ Air Galon 5 28.000 38.000 32.000 15.000 63.000 33.400 327.000 PDAM 8 15.000 93.000 52.800 - - - 264.000 2 Air Galon 5 - - - 12.000 165.000 54.600 273.000 PDAM+ Air Galon 5 28.000 32.000 30.000 12.000 36.000 21.600 258.000 3 PDAM 2 60.000 60.000 60.000 - - - 120.000 Air Galon 1 - - - 176.000 - 176.600 176.000

Sumber: Data Primer Diolah , 2011

Secara umum, biaya yang dikeluarkan responden pada wilayah satu dan dua lebih besar dibandingkan dengan responden yang berada pada wilayah tiga (>500 meter). Biaya yang dikeluarkan responden wilayah tiga untuk mendapatkan air PDAM hanya sebesar Rp 60.000. Total biaya yang dikeluarkan per bulannya akibat menggunakan air PDAM untuk konsumsi sebesar Rp 120.000.

6.7 Biaya Pengobatan Akibat Pencemaran

Jumlah kerugian terbesar yang dialami responden akibat menderita gangguan pencernaan dan kulit terjadi pada wilayah dua atau jarak 101-500 m dari industri yaitu sebesar Rp1.525.000 per bulan, dengan biaya rata-rata sebesar Rp 169.444 per bulan. Jumlah kerugian ini jauh lebih besar dibandingkan pada wilayah satu atau jarak ≤ 100 m dari industri yang menderita kerugian akibat biaya pengobatan gangguan pencernaan dan kulit sebesar Rp 178.000 per bulan, dengan biaya rata-rata sebesar Rp 22.250 per bulan. Perbedaan jumlah biaya pengobatan ini lebih disebabkan responden yang berada di wilayah dua memiliki

(11)

tingkat perekonomian lebih baik dari responden yang berada pada wilayah satu, sehingga responden yang berada pada wilayah dua lebih memilih pengobatan ke rumah sakit yang tentunya memerlukan biaya yang lebih besar dibandingkan responden pada wilayah satu yang lebih memilih berobat ke PUSKESMAS dengan biaya lebih murah. Besarnya biaya pengobatan responden akibat pencemaran yang menimbulkan penyakit pencernaan atau kulit dan gangguan pernafasan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Biaya Pengobatan Akibat Pencemaran

Wilayah Gangguan Responden Jumlah Biaya Pengobatan/bulan (Rp)

Pernafasan Pencernaan/kulit Total

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Biaya/ Bulan

1 Pernafasan 12 5.000 700.000 81.166 - - - 974.000 Pencernaan/ Kulit 8 - - - 15.000 65.000 22.250 178.000 2 Pernafasan 10 5.000 1.000.000 164.000 - - - 1.640.000 Pencernaan/ Kulit 9 - - - 5.000 1.000.000 169.444 1.525.000 3 Pernafasan 6 5.000 70.000 20.833 - - - 125.000 Pencernaan/ kulit 5 - - - 5.000 150.000 49.000 245.000

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Selain gangguan pencernaan (maag, diare) atau gangguan kulit, penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara akibat adanya industri seperti Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan Paru-paru juga menyebabkan kerugian bagi masyarakat. Perbedaan biaya pun terjadi untuk biaya pengobatan gangguan pernafasan, pada wilayah dua biaya rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 164.000, jauh lebih besar dibandingkan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh responden di wilayah satu yaitu sebesar Rp 81.166 per bulan. Responden yang menderita gangguan pernafasan terbanyak terdapat pada wilayah satu yaitu sebanyak 12 responden atau sekitar 66,67% dari keseluruhan responden wilayah

(12)

satu. Untuk total biaya pengobatan terbesar yang dikeluarkan akibat gangguan pernafasan terdapat pada wilayah dua, yaitu sebesar Rp 1.640.000 per bulan. Hal ini lebih dipengaruhi oleh keadaan ekonomi responden pada wilayah dua lebih baik dibandingkan pada wilayah satu, sehingga responden pada wilayah dua lebih mempercayai rumah sakit sebagai tempat berobatnya. Berbeda dengan responden yang berada pada wilayah satu yang lebih memilih PUSKESMAS sebagai tempat berobatnya dengan alasan biaya yang lebih murah.

6.8 Rata-rata kerugian akibat Pencemaran yang Dihasilkan oleh Industri

Pencemaran yang terjadi di Kelurahan Nanggewer menyebabkan kerugian yang harus diterima oleh masyarakat. Kerugian yang diterima masyarakat diestimasi dengan menghitung besar biaya yang dikeluarkan untuk kembali mendapatkan sumber air bersih (untuk konsumsi maupun MCK) dan menghitung besar biaya pengobatan atas gangguan kesehatan akibat pencemaran air dan pencemaran udara. Rata-rata kerugian terbesar dirasakan pada wilayah dua yaitu sebesar Rp 191.913 per bulan/responden, hal ini dikarenakan keadaan ekonomi responden di wilayah dua lebih baik dibandingkan keadaan ekonomi responden di wilayah satu, hal ini mempengaruhi pemilihan tempat pengobatan, responden di wilayah dua yang lebih banyak ke rumah sakit sehingga lebih mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan oleh responden di wilayah satu yang lebih memilih PUSKESMAS sebagai tempat berobatnya. Rata-rata kerugian akibat pencemaran yang dihasilkan dari keberadaan industri dapat dilihat pada Tabel 10.

(13)

Tabel 10. Rata-rata Kerugian Akibat Pencemaran oleh Industri

Wilayah Responden Jumlah

Rata-rata Biaya yang Dikeluarkan Untuk Air Galon, Air Tanah, dan Air PDAM per bulan/responden

(Rp) Rata-rata Biaya Pengobatan per bulan/ responden (Rp) Total Rata-rata Biaya per bulan/ responden (Rp) 1 18 63.555 64.000 127.555 2 23 54.304 137.608 191.913 3 7 49.428 52.857 102.285 Total 48 167.288 254.465 421.754

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Hasil survey dari 48 responden (Kepala Keluarga) menunjukkan total rata-rata biaya kerugian dari ketiga wilayah akibat pencemaran oleh industri di Kelurahan Nanggewer adalah sebesar Rp 421.754 per bulan. Sebagian besar kerugian tersebut adalah untuk biaya pengobatan atas gangguan kesehatan yang diterima akibat adanya pencemaran air dan udara yaitu sebesar Rp 254.465 per bulan.

Gambar

Tabel 5. Sumber dan Volume Penggunaan Air untuk MCK oleh Responden
Tabel 6. Sumber dan Volume Penggunaan Air untuk Konsumsi oleh  Responden
Tabel 7. Sumber dan Biaya Penggunaan Air untuk MCK oleh Responden
Tabel 8. Sumber dan Biaya Penggunaan Air untuk Konsumsi oleh  Responden
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa karakteristik berdasarkan kadar air total dan kapasitas adsorpsi air pada silika gel hasil sintesis yang paling mirip dengan kiesel

Sistem usulan untuk persediaan barang di Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta terdiri dari 3 proses, yaitu proses barang masuk, proses barang keluar dan proses cetak

[r]

Oleh karena munculnya pemahaman yang menyatakan bahwa praja tidak lebih dari sebatas perkara bid‟ah yang tidak ada contohnya dari Rasulullah S.a.w., ditambah

3 Pelajar-pelajar Tahun Akhir Sarjana Muda Teknologi Serta Pendidikan (Kemahiran Hidup) Sebagai bakal pendidik pada masa akan datang, ia adalah perlu untuk membantu pelajar

Cara pengumpulan data dengan mengajarkan pada subyek penelitian 1 kelompok masase perineum dan 1 kelompok kegel exercise dimulai dari kehamilan trimester III sampai

Pada bagian akhir disimpulakan bahwa KATCOM (Karang Taruna competition) akan menjadi sebuah wadah yang akan menjadi alat untuk melakukan pencegahan

Mengetahui hasil belajar keterampilan menulis karangan sederhana dengan menggunakan model Think Talk Write (TTW) kelas XI Bahasa jerman di SMAN 1 Krian dengan