• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN JUMLAH BAGASI TERTUKAR DENGAN BAGASI RUSAK DI UNIT LOST AND FOUND PT GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN JUMLAH BAGASI TERTUKAR DENGAN BAGASI RUSAK DI UNIT LOST AND FOUND PT GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 25

PERBEDAAN JUMLAH BAGASI TERTUKAR DENGAN BAGASI RUSAK

DI UNIT LOST AND FOUND PT GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA

INTERNASIONAL ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA

Abstrak

Salah satu faktor terjadinya kesalahan dalam mengambil bagasi/bagasi tertukar dan kerusakan bagasi yaitu karena banyaknya bagasi penumpang yang datang bersamaan atau banyaknya bagasi yang mirip dengan bagasi lain, sehingga terjadilah bagasi tertukar.Sedangkan penyebab Bagasi Rusak karena kesalahan dari petugas loading/unloading yang tidak berhati-hati dalam menaruh bagasi di conveyer Belt. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan Jumlah Bagasi Tertukar dengan bagasi Rusak di Unit Lost and Found PT Gapura Angkasa Bandar Udara Internasioanal Adi Sutjipto Yogyakarta.Penelitian ini menggunakan data sekunder, data berupa Jumlah Bagasi Tertukar dan Bagasi Rusak yang diambil dari Unit Lost and Found PT Gapura Angkasa cabang Yogyakarta, metode Analisis data menggunakan rumus rata-rata hitung dan Uji t. Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa to = 0,17 < 1,533 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bagasi tertukar dengan bagasi rusak dengan perbedaan sebesar 1:1,48.

Kata Kunci : Perbedaan, Bagasi Tertukar, Bagasi Rusak, lost and found, Uji t

Pendahuluan

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dan semakin luas, mengubah pola kehidupan manusia dalam berbagai kehidupan dan penyesuaian dengan zaman yang sudah semakin maju. Tidak terkecuali dalam memilih alat transportasi demi memenuhi keinginan untuk bepergian. Salah satu moda transportasi yang berkembang sangat pesat adalah moda transportasi udara, dengan meningkatnya permintaan masyarakat dalam menggunakan Jasa Transportasi Udara, membuat penumpang yang berdatangan bertambah banyak sehingga membuat Jasa Ground Handling kewalahan dalam menghandel bagasi penumpang di area kedatangan.

Unit lost and Found PT Gapura Angkasa adalah bagian yang bertugas menangani bagasi hilang, bagasi rusak maupun bagasi tertinggal. Salah satu faktor penyebab terjadinya salah mengambil bagasi karena banyak bagasi yang mirip dengan penumpang yang lain, dan bisa juga karena kesalahan petugas itu sendiri yang kurang teliti dalam mengecek label bagasi, disebabkan terlalu banyaknya penumpang yang berdatangan.

Penyebab bagasi rusak juga bisa saja terjadi karena kesalahan dari petugas loading/unloading yang tidak berhati-hati dalam menaruh bagasi di conveyer belt. Adanya kebutuhan yang semakin meningkat dalam menggunakan jasa transportasi udara dari para pemakai jasa menyebabkan banyak perusahaan yang berkecimpung pada jasa ground handling. Untuk memberikan pelayanan yang dapat di nikmati oleh para pengguna jasa, sebut saja Gapura Angkasa yaitu salah satu perusahaan ground handling yang memberikan pelayanan penumpang, bagasi, kargo. Berdasarkan urian diatas maka penulis mengambil Judul Penelitian “ Perbedaan Jumlah Bagasi Tertukar dengan Bagasi Rusak di Unit Lost And Found PT Gapura Angkasa Bandar Udara Internasional Adi Sutjipto Yogyakarta’’.

Anggradi1)

(2)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 26

Tinjauan Pustaka Bandar Udara

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomer 54 Tahun 2004 Bandar Udara adalah lapangan terbang yang di pergunakan untuk lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta di lengkapi fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.Menurut UU. RI No.1 (2009), Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi, yang di lengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

Ground Handling

Menurut Atmadjati (2012:02), Ground handling berasal dari kata’’ground’’ dan ‘’Handling’’. Ground artinya darat atau didarat, yang dalam hal ini bandara (Airport). Handling adalah berasal dari kata hand atau handleyang artinya tangan atau tangani. Secara sederhana Ground Handling atau tata operasi darat adalah pengetahuan dan keterampilan tentang penanganan pesawat di apron, penanganan penumpang dan bagasi nya di terminal dan kargo, serta pos di kargo area.

Ruang lingkup atau batasan pekerjaan Ground handling adalah pada fase atau tahap sebagai berikut; 1. Pre-flight

Kegiatan penanganan terhadap penumpang berikut bagasinya dan kargo serta pos dan pesawat sebelum keberangkatan (di bandara asal/origin station )

2. Post-flight

Kegiatan penanganan terhadap penumpang beserta bagasinya dan kargo serta pos dan pesawat setelah penerbangan (di bandara tujuan/destination ). Dengan kata lain penanganan penumpang dan pesawat selama berada di bandara. Secara teknis operasional, aktivitas Ground Handling di mulai pada saat pesawat’’taxi’’ (parking stand ), mesin pesawat sudah di matikan, roda pesawat sudah di ganjal ( block on ) dan pintu pesawat sudah di buka (open the door ), serta para penumpang di persilakan untuk turun atau keluar dari pesawat. Pada sat itu staf udara sudah memiliki kewenangan untuk mengambil pekerjaan dari’’Pilot In Command(PIC)’’ beserta cabin crew-nya. Objek yang di tangani oleh Ground staffpada intinya meliputi : penumpang (pax ), barang bawaan penumpang (baggage ), barang kiriman (cargo ), benda-benda pos (mail ), ramp dan aircraft. Dari proses itu maka muncul istilah seperti Passanger handling, baggage handling, cargo and mail handling dan ramp handling.

Penumpang

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 54 Tahun 2004, penumpang adalah setiap orang yang di angkut dengan pesawat udara berdasarkan perjanjian angkutan udara, Sedangkan menurut Damadjadi (1995:70 ) penumpang adalah setiap orang yang di angkut ataupun yang harus di angkut di dalam pesawat udara ataupun alat pengangkut lainnya, atas dasar persetujuan dari perusahaan ataupun badan yang menyelenggarakan angkutan tersebut.

Penumpang adalah seseorang yang menggunakan jasa angkutan dengan membayar sejumlah uang untuk maksud tersebut kepadanya di berikan tanda bukti berupa tiket yang sah, diluar pilot dan

(3)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 27 awak kabin. Kewajiban perusahaan penerbangan adalah mengangkut dan melayani penumpang sesuai dengan kontrak dan perjanjian (berupa tiket) dengan sebaik- baiknya.

Secara umum penumpang dapat di kategorikan menjadi tiga jenis, yaitu penumpang biasa, penumpang khusus dan penumpang bermasalah. Dalam praktiknya tergantung bagaimana perusahaan penerbangan memperlakukan para penumpang sesuai dengan kondisi dan kebijakan perusahaan penerbangan tersebut. Sebagai standarisasi pelayanan penumpang, maka perusahaan penerbangan di tuntut untuk senantiasa meningkatkan pelayanan yang optimal kepada para penumpang.

Baggage Handling

Baggage handling adalah penanganan bagasi penumpang yang di lakukan pada saat pre-flight servicepada suatu penerbangan. Kegiatan pelaksanaannya di lakukan di stasiun yang di pimpin oleh station manager, untuk melaksanakan fungsi kontrol di lingkungan unit kerjanya dan berkoordinasi dengan jajaran yang terkait lainya baik dengan internal maupun externalperusahaan untuk menciptakan pelayanan sesuai dengan permintaan pelanggan.

1. Kegiatan yang di lakukan di depature area adalah penanganan bagasi mulai dari penumpang melakukan check-in, penimbangan barang dan pemberian label kemudian di angkat ke pesawat dan di simpan ke dalam compartment.

2. Kegiatan yang di lakukan di arrival area adalah penanganan bagasi penumpang mulai dari proses loading-unloading di pesawat sampai bagasi penumpang keluar dari area lost and found. 3. Proses penanganan bagasi penumpang di stasiun asal/keberangkatan, yaitu mulai dari baggage

labeling pada saat penumpang melakukan proses check-in, kemudian memuat bagasi tersebut ke container atau gerobak bagasi, melakukan baggage sorting dan transfer baggage, menarik bagasi ke pesawat (baggage loading ) dan sebaliknya hingga sampai kepada penyerahan bagasi ( baggage delivery) tersebut ke penumpang yang bersangkutan. Pada saat penumpang tiba di stasiun tujuan akhir, sehingga dapat di katakan bahwa baggage handlingadalah proses penanganan bagasi yang dilakukan pada saat pre dan post- flightservicepada suatu penerbangan.

Baggage Tag / label bagasi

Macam-macam baggage tag yang perlu di ketahui adalah sebagai berikut; 1. Normal Baggage Tag

Di gunakan untuk bagasi yang di angkut dari point ke point 2. Online Transfer baggage tag

Di gunakan untuk rute domestik, dan untuk bagasi yang di angkut melalui lebih dari satu stasiun transit, di mana terdapat 2 (dua ) flight numberyang berbeda tanpa stopover.

3. Inter line Baggage Tag.

Bagasi yang diangkut melalui lebih dari satu stasiun transit dari penerbangan domestik ke penerbangan internasional menggunakan 2 (dua ) flight number yang berbeda, tanpa stopover, baik dengan penerbangan yang sama maupun dengan carrier/airlines lain.

4. VIP/CIP/First class/Executive class Tag

Di samping dengan normal baggage tag, VIP/CIP/First class dan executive. Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam identifikasi serta proses pelayanan yang lebih cepat dalam proses penurunan / bongkar bagasi ( unloading ) dari container di pesawat udara.

5. Unaccompanied minor label

Sebagai label tambahan untuk penumpang dengan kategori unaccompanied minor (UM) atau penumpang anak-anak yang bepergian tanpa pengawal/ orang tua.

(4)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 28 6. Doorside tag (label dekat pintu)

Di gunakan sebagai tambahan pada normal baggage tag khusus untuk bagasi yang memerlukan penanganan lebih cepat ( domestic rute / manual loading pada pesawat norrow body

7. Checked baggage tag

Bila ada bagasi yang berbentuk kardus atau sejenisnya, agar tidak terjadi kekeliruan dengan barang kargo, maka checked baggage tag ini harus di tempelkan pada bagasi tersebut mengidentifikasikan bahwa barang tersebut adalah bagasi.

8. Limited Released tag

Di maksudkan adalah sebagai pengganti dari normal baggage tag, label ini harus di pergunakan untuk bagasi yang pada saat proses check-in menunjukkan kondisi sebagai berikut;

1. Perishables (mudah rusak )

2. Packing yang kurang baik/tidak semestinya 3. Mudah pecah (fragile)

4. Di terima dalam keadaan rusak (damage) 5. Pets (binatang)

6. Surfboard (papan selancar )

7. Bagasi yang diterima terlambat/terakhir pada saat proses check-in (late check-in) 8. Sweeping oversize cabin baggage

9. Fragile tag /sticker

Label/sticker tambahan yang di gunakan khususnya untuk bagasi-bagasi yang mudah pecah sebagai pemberitahuan kepada petugas loading/unloading pada saat bongkar/muat, agar penanganan bagasi tersebut di perlukan secara lebih hati-hati

10. Group tag

Di gunakan untuk penumpang yang merupakan kelompok/group, tujuannya adalah untuk mempermudah identifikasi dan untuk mempermudah petugas yang menangani.

11. Rush Tag / Expedite tag

Di gunakan untuk bagasi yang harus secepatnya dikirim kepenumpang/pemilik bagasi tersebut karena barang yang tertunda keberangkatan nya akibat off load.

12. Hand baggage tag / cabin baggage tag

Di gunakan sebagai tanda pengenal yang di gantungkan atau disematkan pada cabin baggage milik penumpang.

13. Wheel chair baggage tag

Di gunakan sebagai tanda tambahan dari normal baggage tag, digunakan untuk mengidentifikasi bahwa wheel chair tersebut milik penumpang dimana perlu penanganan yang cepat untuk penyerahannya di transfer area dan arrival area.

Lost and Found (LL)

Lost and found adalah bagian yang menangani keluhan penumpang jika terjadi masalah dengan barang-barang atau bagasi yang di bawa oleh penumpang di stasiun keberangkatan. Dalam menghadapi penumpang yang kehilangan bagasinya petugas lost and found harus menghadapi nya dengan ketenangan dan kesabaran serta keramahan, karena jika petugas tidak tenang, sabar, dan ramah maka akan memberikan kesan yang kurang baik bagi penumpang dan akan berdampak buruk pada pengguna jasa lainnya.

Petugas lost and found harus meyakinkan penumpang bahwa bagasinya akan ditemukan oleh pihak perusahaan dengan keahlian petugas untuk meyakinkan penumpang. Maka penumpang akan menerima alasan yang telah diberikan oleh petugas, untuk menangani kasus tersebut petugas lost and found akan menanyakan jenis barang yang hilang tersebut untuk memasukkan datanya kedalam sistem yang telah tersedia untuk di kirimkan ke stasiun lainnya agar dapat diketahui keberadaan

(5)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 29 bagasi tersebut. Petugas lost and found juga akan membuat daftar jumlah bagasi yang hilang dan bagasi yang rusak agar memudahkan dalam pencarian bagasi tersebut.

Lost and found sering mengalami kendala-kendala pada saat melayani setiap penerbangan yang datang, yang diakibatkan oleh keluhan-keluhan dari para penumpang sebagai berikut;

Maxing baggage dengan kode AHL (Advice and Handling Lost)

Pada suatu penerbangan sering terjadi kehilangan bagasi, kasus seperti ini terjadi pada saat penumpang datang atau telah sampai di bandara tujuan dan mereka ingin mengambil barang-barang bawaan mereka. Namun setelah barang-barang tersebut di tunggu di conveyor belt tidak muncul-muncul permasahan ini serimg terjadi di karenakan kesalahan di dalam kegiatan operasional maupun kesalahan dari penumpang itu sendiri, dan permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan cara-cara sebagai berikut;

1. Penumpang yang kehilangan barang harus melapor ke petugas bagasi monitoringbahwa barang bawaan tersebut tidak ada pada saat barang di conveyor belt.

2. Petugas bagasi monitoring mengarahkan penumpang yang kehilangan barang untuk datang ke kantor lost and found kemudian di serahkan kepada petugas counter untuk menangani nya. 3. Petugas counter akan menanyakan identitas dari barang yang hilang kepada penumpang.

4. Setelah itu penumpang yang kehilangan barang/bagasi tersebut akan di buatkan properti irregularity report (PIR) oleh petugas, apabila bagasi tersebut di temukan maka akan diberikan kepada penumapang.

Damage / pilfered baggage dengan kode DPR (damage pilfered Report)

Damage /pilfered baggage dapat terjadi apabila ada penumpang yang melaporkan bahwa barang bawaannya tersebut rusak karena penanganan pada proses bongkar muat di pesawat, kasus seperti ini akan di tangani oleh petugas lost and found dan akan di ganti kerugian nya sesuai dengan kerusakan yang terjadi pada bagasi tersebut.

Penumpang yang tiba di tempat tujuan dan menerima bagasi dalam keadaan telah rusak, maka penumpang tersebut harus melaporkannya ke kantor atau ke pada petugas lost and found, klaim bagasi yang rusak maka penyelesaiannya tergantung dari peraturan perusahaan penerbangan yang mengangkut bagasi itu sendiri. Klaim bagasi yang rusak harus di lengkapi dengan;

1. Copy property Irregularity (PIR) 2. Copy claim form

3. Copy passenger manifest

Tiket asli dan claim tag asli milik penumpang akan di tahan oleh petugas, dan jika penumpang melaporkan bahwa bagasi yang di kirimnya berkurang isinya, maka receiving yang menerima klaim tersebut akan melakukan tindakan sebagai berikut;

a. Menimbang ulang bagasi tersebut

b. Memasukkan claim tag bagasi dengan passenger manifest c. Membuat claim form

d. Memeriksa kondisi fisik bagasi

Mishandled Baggage

Pada umumnya kasus penyimpangan-penyimpangan yang selalu timbul dari hasil pelayanan bagasi akan tampak pada saat penumpang tiba di stasiun tujuan akhir atau pada saat post flight service. Dari sini dapat di ukur atau dinilai apakah kinerja atau ground handling company berhasil atau tidak, artinya bahwa factor safety, secure, reliability, punctuality dan customer satisfaction bisa

(6)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 30 dipenuhi.

Dapat di artikan apakah standar service requirement yang telah di temukan oleh perusahaan penerbangan dapat di penuhi atau tidak. Pada umum nya kasus-kasus yang timbul di area kedatangan atau arrival hall dapat di kelompokkan sebagai berikut:

1. Missing baggage (AHL)

Missing baggage (AHL) apabila penumpang kehilangan bagasinya pada saat tiba di tempat tujuannya, penumpang tersebut harus melaporkan kepada pengangkut atau airlines yang bersangkutan atau agent yang menangani nya. Dalam hal ini adalah lost and found di ruang ke datangan (arrival)

2. On hard baggage (OHD)

On hard baggage (OHD) adalah barang-barang yang tersisa pada saat pengambilan barang di conveyor belt.

3. Damage Baggage Report (DPR)

Damage baggage (DPR) apabila penumpang tiba di tempat tujuan dan menerima bagasi dalam kondisi rusak, maka penumpang tersebut harus melaporkannya ke kantor atau petugas lost and found.

4. Pilfered Baggage

Pilfered Baggage apabila ada penumpang yang melaporkan bahwa bagasi yang di terima nya berkurang isinya.

5. Delayed baggage

Delayed baggage adalah barang-barang yang mengalami keterlambatan pada saat datang di bandara tujuan dan dapat terjadi karena sesuatu hal.

Hipotesis

Hipotesis yang diambil dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan Jumlah bagasi tertukar dengan bagasi rusak di Bandar Udara Internasional Adi Sutjipto Yogyakarta periode Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015.

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan Jumlah bagasi tertukar dengan bagasi rusak di Bandar Udara Internasional Adi Sutjipto Yogyakarta periode Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Gapura Angkasa cabang Yogyakarta, aktivitas penelitian yang penulis lakukan selama dua Bulan terhitung Bulan Februari sampai dengan Maret 2015 di PT.Gapura Angkasa Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung,berupa data Damage / pilferet baggage dengan kode( DPR) selama periode Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini meliputi: 1. Dokumentasi

(7)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 31 Yaitu mengambil dokumen berupa data dan Jumlah bagasi tertukar dan bagasi rusak di Unit lost and Found PT. Gapura Angkasa Yogyakarta.

2. Studi Pustaka

Penelitian pustaka penelitian kepustakaan ini di maksudkan untuk mencari, membaca, mencatat dan mengumpulkan bahan bacaan dari literature yang terdapat di perpustakaan analisis deskriptif development data-data dari sumber-sumber tertentu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, Peneliti melakukan studi pustaka untuk mencari bahan bacaan Ground Handling yang menangani bagasi penumpang di Unit lost and found.

Langkah-langkah penelitian

Metode penelitian ini di awali dengan menggunakan beberapa langkah sebagai berikut;

1. Pengambilan data di unit lost and found PT. Gapura Angkasa Bandar Udara Internasional Adi sutjipto Yogyakarta data yang diambil adalah data bagasi penumpang yang tertukar dan bagasi penumpang yang rusak periode Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 PT Gapura Angkasa Cabang Yogyakarta.

2. Memilih data yang diperlukan sebagai bahan penelitian yaitu data jumlah bagasi penumpang tertukar dan jumlah bagasi penumpang rusak periode 6 bulan yaitu Bulan Oktober sampai dengan Maret 2015.

3. Memasukan data yang sudah di dapat tersebut kedalam aplikasi pengolah data Microsoft Excel. 4. Menganalisis perbedaan bagasi tertukar dengan bagasi rusak dengan Microsoft Excel.

5. Melakukan pembahasan dan uji coba hipotesis sehingga di dapatkan hasil yang tepat untuk dijadikan sebagai data pembantu dalam mengambil kesimpulan.

Teknik Analisis Data

1. Menghitung Nilai rata (mean)

Rata-rata hitung merupakan pusat nilai yang menunjukan pusat dari nilai data dan merupakan dapat mewakili dari keterpusatan data.Menurut William kebanyakan ukuran biasanya pada kecendrungan pusat atau lokasi data adalah rata-rata sampel, jika observasi sebuah sampel besarnya adalah x1,x2,x3..xn

Maka rata-rata sampel adalah sebagai berikut; = Dengan ; = rata-rata X1 data ke-1 X2= data ke-2 X3= data ke-3 Xn= datake-n n = banyanknya data

Dalam penelitian ini menggunakan sample kecil ( ), maka rumus yang dipakai dalam pengujian hipotesis satu rata-rata adalah sebagai berikut;

Penentuan nilai α (tarafnyata) dan nilai t–tabel db= (n+n)-1

maka,tα: (n-1)

dengan, α= besar batas toleransi menerima kesalahan hasil hipotesis terhadap nilai parameter populasi

(8)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 32 kriteria pengujian :

0 : = 2

𝐻1 : 𝟆

Kesimpulan :

Kesimpulan pengujian merupakan penerimaan atau penolakan Ho jika Ha diterima maka Ho ditolak

Jika Hoditolak maka Ha diterima,

2. Uji statistik

Simpangan baku (σ) σ =

x = nilai jumlah bagasi penumpang

=

Rata-rata jumlah bagasi penumpang n = jumlah data

mencari t0

t0=

t0 = pengujian dengan distribusi t

=

rata-rata jumlah bagasi penumpang σ = simpangan baku sampel

n = jumlah data

Hasil Dan Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian selama dua bulan di PT. Gapura Angkasa Bandar Udara Adi Sutjipto Yogyakarta, maka penulis mendapatkan data monthly report (laporan bulanan) PT. Gapura Angkasa selama periode bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015. Jenis data penumpang yang mengalami bagasinya tertukar dan rusak yaitu data penumpang Garuda Indonesia baik data perhari maupun perbulan, namun karna terbatasnya waktu penelitian, maka penulis hanya meneliti bagasi penumpang tertukar dengan bagasi rusak pada maskapai Garuda Indonesia.

Berdasarkan data yang didapat dari penumpang Garuda Indonesia yang mengalami masalah bagasi tertukar maupun rusak ,Penulis akan memaparkan tentang data jumlah bagasi tertukar dan bagasi rusak pada penumpang Garuda Indonesia dengan bantuan Microsoft office excel 2007, sebagai alat pengubah data sehingga dapat mengetahui perbedaan bagasi penumpang tertukar dan bagasi rusak periode Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 dari hasil pengolahan data didapatkan seperti table 1 dibawah ini.

(9)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 33

Table 1

Jumlah Bagasi Penumpang Tertukar dan Rusak dari Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 Bulan BagasiTertukar BagasiRusak Oktober 40 30 November 60 40 Desember 80 70 Januari 70 50 Februari 50 20 Maret 65 35 Total 365 245 Rata-rata 60,833333 40,833333

Sumber data : PT Gapura Angkasa cabang Yogyakarta, 2015.

1. Rata-rata Jumlah Bagasi Penumpang Tertukar dan Persentase Jumlah Bagasi Tertukar Periode Oktober 2014 sampai Maret 2015.

Jumlah bagasi penumpang tertukar pada Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 akan dikelompokan dalam table terlebih dahulu untuk mempermudah dalam perhitungan rumus. Untuk mengetahui persentase jumlah bagasi penumpang tertukar selama periode 6 Bulan dari Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 adalah sebagai berikut:

Jumlah Bagasi Penumpang Tertukar Setiap Bulan Total Penumpang

Table 2

Jumlah Bagasi Penumpang Tertukar dan Persentase pada Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015. Bulan Bagasitertukar Persentase (%) Oktober 40 10,95 November 60 16,43 Desember 80 21,91 Januari 70 19,17 Februari 50 13,69 Maret 65 17,80 Jumlah 365 100

Sumber data : PT Gapura Angkasa cabang Yogyakarta, 2015. Rumus untuk mengetahui Jumlah bagasi tertukar adalah:

Jumlah Bagasi Penumpang Tertukar =

=

60,83

Jumlah Bulan

Didapat rata-rata jumlah bagasi penumpang tertukar dari Bulan Oktober 2014 sampai dengan Bulan Maret 2015 sebesar 60,833333 bagasi perbulan.

(10)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 34 0 50 100 150 200 250 300 350 400

Okt-14 Nop-14 Des-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 jumlah

bagasi tertukar persentase (%)

Sumber data : PT Gapura Angkasa cabang Yogyakarta, 2015.

Pada gambar grafik di atas di jelaskan bahwa jumlah bagasi tertukar pada Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 adalah sebagai berikut;

1. Bulan Oktober tahun 2014 jumlah bagasi penumpang yang tertukar adalah 40 bagasi 2. Bulan November tahun 2014 jumlah bagasi penumpang yang tertukar adalah 60 bagasi 3. Bulan Desember tahun 2014 jumlah bagasi penumpang yang tertukar adalah 80 bagasi 4. Bulan Januari tahun 2015 jumlah bagasi penumpang yang tertukar adalah 70 bagasi 5. Bulan Februari tahun 2015 jumlah bagasi penumpang yang tertukar adalah 50 bagasi 6. Bulan Maret tahun 2015 jumlah bagasi penumpang yang tertukar adalah 65 bagasi

Rata-rata Jumlah Bagasi Penumpang Rusak dan Persentase Jumlah Bagasi Rusak Periode Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015.

Jumlah bagasi penumpang rusak pada Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 akan di kelompokkan ke dalam table terlebih dahulu untuk mempermudah dalam perhitungannya. Rumus untuk mengetahui jumlah bagasi penumpang rusak setiap bulannya adalah sebagai berikut;

Jumlah Bagasi Penumpang Rusak Setiap Bulan Jumlah Bagasi Rusak Selama 6 Bulan

Table 3

Jumlah Bagasi Penumpang Rusak Periode Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015.

Bulan ∑ Bagasi Rusak Persentase (%)

Oktober 2014 30 12,24 November 2014 40 16,32 Desember 2014 70 28,57 Januari 2015 50 20,40 Februari 2015 20 8,16 Maret 2015 35 14,28 Jumlah 245 100

(11)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 35 Sumber data : PT Gapura Angkasa cabang Yogyakarta, 2015.

Jumlah Bagasi Rusak= 245 Jumlah Bulan= 6 Bulan

Maka rata-rata jumlah bagasi penumpang rusak dari Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 adalah 40,833333 bagasi perbulan

Gambar 1

Grafik Data Jumlah Bagasi Penumpang Rusak Dari Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015

Sumber data : PT Gapura Angkasa cabang Yogyakarta, 2015.

Pada gambar Grafik diatas di jelaskan bahwa jumlah bagasi penumpang rusak dari Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 adalah sebagai berikut;

1. Bulan Oktober 2014 jumlah bagasi penumpang rusak adalah 30 bagasi 2. Bulan November 2014 jumlah bagasi penumpang rusaka dalah 40 bagasi 3. Bulan Desember 2014 jumlah bagasi penumpang rusak adalah 70 bagasi 4. Bulan Januari 2015 jumlah bagasi penumpang rusak adalah 50 bagasi 5. Bulan Februari 2015 jumlah bagasi penumpang rusak adalah 20 bagasi 6. Bulan Maret 2015 jumlah bagasi penumpang rusak adalah 35 bagasi

(12)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 36

Gambar 2

Grafik Perbedaan Jumlah Bagasi Tertukar Dengan Bagasi Rusak Dari Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015.

0 50 100 150 200 250 300 350 400

Okt-14 Nop-14 Des-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 JUMLAH

Bagasi Tertukar Bagasi Rusak

Sumber data: PT Gapura Angkasa cabang Yogyakarta, 2015

Dalam mencari seberapa besar perbandingan antara jumlah bagasi penumpang tertukar dengan bagasi rusak, maka digunakan pembagian antara jumlah tersebut, dimana keduanya dapat digunakan sebagai bilangan pembilang dan penyebut.Oleh karena itu ditentukan dengan menghitung jumlah bagasi tertukar sebagai pembilang dan jumlah bagasi rusak sebagai penyebut. Rata-rata Jumlah Bagasi Tertukar Bulan Oktober 2014-Maret 2015 adalah 60,83

Rata-rata Jumlah Bagasi Rusak Bulan Oktober 2014-Maret adalah 40.83

=

1,48 Perbedaan 1:1,48

Dari perhitungan diatas dapat diperoleh perbedaan, bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah bagasi tertukar dengan jumlah bagasi rusak dengan perbedaan sebesar (1:1,48)

Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara kedua variable yaitu tingkat jumlah bagasi tertukar (satu) dan tingkat jumlah bagasi rusak dalam penelitian ini akan digunakan uji hipotesis untuk sampel yang independen, dan dalam pembahasan ini akan digunakan pengujian dua sisi kanan dan kiri untuk mempermudah dalam penghitungannya, terlebih dahulu dibuat analisis data jumlah bagasi tertukar dan bagasi rusak periode Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 seperti table 5 dibawah ini;

(13)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 37

Table 5

Perbedaan tingkat Jumlah Bagasi Tertukar dan Bagasi Rusak periode Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 Bulan BagasiTertukar (X1) X12 BagasiRusak (X2) X22 OCT 2014 40 1600 30 900 NOV 2014 60 3600 40 1600 DEC 2014 80 6400 70 4900 JAN 2015 70 4900 50 2500 FEB 2015 50 2500 20 400 MAR 2015 65 4225 35 1225 JUMLAH 365 23225 245 11525 Rata-rata 60,833 40,833 ( )2 3700,6539 1667,3339

Sumber data : PT Gapura Angkasa cabang Yogyakarta, 2015.

Sebelum melakukan pengujian hipotesis satu rata-rata ada beberapa hal yang perlu diketahui diantaranya; n = 6 ƩX1 = 365 ƩX12 = 23225 ƩX2 = 245 ƩX22 = 11525 X̅1 = X̅2 = = = = 60,833 = 40,833

Dari table 4.5 dapat ditentukan 1. Menentukan Formula Ho dan Ha

2. Ho ; Tidak ada perbedaan yang signifikan Jumlah bagasi tertukar dengan bagasi rusak di Bandar Udara Internasional AdiSutjipto Yogyakarta periode Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015.

3. Ha ; Terdapat perbedaan yang signifikan Jumlah Bagasi Tertukar dengan Bagasi Rusak di Bandar Udara Internasional Adi Sutjipto Yogyakarta periode Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015.

4. Menentukan level of significance α = 0,1

t = (α, n1+n2-2)

t = (6+6-2)

t (0,1,10 ) maka harga t adalah 1,533

bila taraf kesalahan di tetapkan 0,1, maka t table adalah 1,533 HO diterima apabila t0 1,533

Ha ditolak apabila t0 1,533

Untuk menghitung nilai t dalam uji hipotesis pada sampel independen, terlebih dahulu menghitung nilai rata-rata dan varians (s), selanjutnya di formulasikan kedalam rumus t hitung 5. Menentukan simpangan baku (σ) masing-masing variable (x) selanjutnya di formulasikan

(14)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 38 a. Simpangan baku (σ) bagasi tertukar

= = = = = = 67,24

b. Simpangan baku (σ) bagasi Rusak

=

=

= =

= = 47,42

c. Menentukan nilai t hitung, yaitu dengan rumus t hitung.

t0 = = = = = =

=

t

0

= 0,17

(15)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 39 Maka nilai t sebesar 0,17 yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kesimpulan terhadap hipotesis.

Kesimpulan H0 diterima atau Ha ditolak

Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa t0 = 0,17 yang berarti t0 <1,533 maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Jumlah bagasi

tertukar dengan bagasi rusak di Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta periode Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015.

Daerah Ha ditolak DaerahHoDiterima Ha ditolak

-1,53 0 1,53

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut :

1. Pelayanan Penerangan dan Informasi di Bandara Domine Eduard Osok yang diberikan kepada maskapai telah terlaksana dengan baik hal ini terlihat pada koordinasi yang baik antara maskapai dengan informasi dan informasi dengan Air Traffic Control, Briffing Office dan komunikasi penerbangan yang saling bekerjasama guna kelancaran operasional setiap penerbangan sehingga informasi yang disiarkan, diperlihatkan serta diberikan kepada seluruh pengguna jasa merupakan informasi yang cepat dan tepat yang dapat dilihat pada monitor keberangkatan dan kedatangan sehingga tidak membuat pengguna jasa menunggu informasi terlalu lama.

2. Pelayanan Penerangan dan Informasi di Bandara Domine Eduard Osok yang diberikan terhadap kehilangan atau penemuan benda milik penumpang masih belum terlaksana dengan baik, hal ini dapat dilihat dari penyiaran informasi kehilangan berulang kali sehingga menjadi tidak efisien.

Saran

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Rata-rata jumlah bagasi tertukar dari Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 sebesar

60,83 sedangkan rata-rata jumlah bagasi rusak dari Bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret

2015 sebesar 40,83

2. Berdasarkan hasil perbedaan antara bagasi penumpang tertukar dengan bagasi penumpang yang mengalami kerusakan di bandar udara Internasional Adi sutjipto Yogyakarta dari Bulan Oktober

t

hitung

(16)

Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 2, Desember 2015 | 40 2014 sampai dengan Maret 2015 dapat disimpulkan bahwa bagasi tertukar lebih banyak di bandingkan dengan bagasi rusak dengan perbandingan 1:1,48 dengan total jumlah bagasi tertukar sebanyak 365 bagasi, sedangkan total jumlah bagasi rusak sebanyak 245 bagasi.

3. Berdasarkan hasil uji hipotesis, Ho diterima dan Ha ditolak sehingga tidak terdapat perbedaan antara bagasi tertukar dengan bagasi rusak yang menghasilkan 60,83 bagasi tertukar sedangkan bagasi rusak 40,83 di unit lost and found PT Gapura Angkasa Bandar Udara Internasional Adi Sutjipto Yogyakarta.

Daftar Pustaka

Abdurrahman. 2013. Perhitungan Nilai Rata-rata Jumlah Kehilangan Bagasi Antara Maskapai Garuda Indonesia dan Citilink. Indriyana. 2006. Prosedur Penanganan Bagasi Penumpang Di Unit Lost and Found Yogyakarta.

Imatullah. 2004. Perbandingan Bagasi Yang Hilang dan Rusak di Unit Lost and Found Yogyakarta. Azwar, S. 2004. Metode Penelitian. Cetakan V. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia. Penerbit BPFE UGM. Yogyakarta. Nasution, M. Noor. 2004. Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2004.Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Mulyanto, R. Felix Hadi. 1999. Ground Handling Tata Operasi Darat. Jakarta.

Suwarno, F.x. Widadi A.2001. Tata Operasi Darat. Jakarta: Grasindo Gramedia Widiasarana Indonesia.

Wisjnoe, Fx Soetomo. 2009. Modul service excellent, Program Studi Manajemen Transportasi, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan,Yogyakarta. …., 2001.Direktorat keselamatan penerbangan. Keputusan Menteri Perhubungan Nomer : KM 77 2001 Tentang Penyelenggaraan Bandara

Gambar

Grafik Perbedaan Jumlah Bagasi Tertukar Dengan Bagasi Rusak Dari Bulan Oktober 2014  sampai dengan Maret 2015

Referensi

Dokumen terkait

artherogenesis (Kesmarky et al ., 2008). Namun, viskositas darah telah menjadi faktor risiko yang jarang diukur dalam praktek klinis. Berdasarkan latar belakang di atas

di bidang penyediaan data dan informasi statistik yang berkualitas, sedangkan Program PSPA BPS bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan sarana dan prasarana

pembelajaran yang kurang menarik dan kurang variatif dapat menjadikan proses pembelajaran itu menjenuhkan. Akibatnya prestasi siswa tidak dapat menjadikan proses pembelajaran

Dalam masalah klaim Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera nasabah harus mengetahui prosedur dan syarat-syarat klaim agar tidak kebingungan dalam mengajukan klaim.Oleh karena

12 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2007 tentang Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli, penulis menyimpulkan yang dimaksud dengan motivasi adalah daya dorong yang ada dalam diri untuk menggerakkan seseorang

MTs Negeri 10 Sleman, Wawancara Peserta Didik, Sleman, 11 Oktober 2018.. belum bisa memenuhi secara keseluruhan standar proses pembelajaran yang telah ditentukan

Fishery, biology and population dynamics of the marine crabs, Portunus Portunus sanguinolentus Herbst and Portunus Portunus pelagicus Linnaeus along the Karnataka Coast.. PhD