• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2015"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERAN PSIKOLOGI KRIMINAL DALAM PROSES PENYIDIKAN (Studi: Polsek Lubuk Begalung Padang)

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

DIAN LUSI MARLINA SIMANJUNTAK 1110012111124

Bagian Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2015

(2)
(3)

1

PERAN PSIKOLOGI KRIMINAL DALAM PROSES PENYIDIKAN (Studi: Polsek Lubuk Begalung Padang)

Dian Lusi Marlina Simanjuntak1, Dr. Uning Pratimaratri1, Syafridatati1

1)

Progam Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta E-mail: lusimarlina124@yahoo.com

ABSTRACT

Description offender should not be under pressure from any parties in accordance with the provisions of Article 117 Criminal Procedure Code. Criminal psychology is the science that studies the development of the law as the embodiment of the human spirit. Criminal psychology as a science which studies human behavior as a study and see that the law is reflection human behavior. formulation of the problem 1) what is the role of psychology in the criminal investigation process that is associated with Article 117 Criminal Procedure Code in Polsek Lubuk Begalung Padang? 2) what obstacles encountered by investigators in the inspection process by applying criminal psychology associated with Article 117 Criminal Procedure Code in Polsek Lubuk Begalung Padang? This study uses a socio legal approach. data sources include primary data and secondary data. Data collection techniques used were interviews and document study. data were analyzed qualitatively. Conclusions research (1) the role of psychology in the criminal investigation process that is associated with Article 117 Criminal Procedure Code in Polsek Lubuk Begalung Padang which can determine a suspect is lying or not without any pressure, can determine the health of psychiatric suspect, and could find new evidence. (2) constraints encountered by investigators the inspection process by applying criminal psychology associated with Article 117 Criminal Procedure Code in Polsek Lubuk Begalung Padang is the lack of psychiatry in the police agencies, at least the examination time suspect in the investigation.

Keywords: Psychology, Criminal, Investigator, suspect. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi kriminal adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai perwujudan perkembangan jiwa manusia. Psikologi kriminal sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang prilaku manusia dalam

hubungannya sebagai studi dan melihat hukum itu merupakan pencerminan prilaku manusia. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku manusia dalam hubungan dengan studi hukum, dan melihat hukum itu merupakan pencerminan perilaku manusia, karena dalam masyarakat yang modern dengan hukum yang modern pula, menunjukkan bahwa manusia secara sadar

(4)

2

menggunakan hukum sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya.

Fenomena tersebut menjadi tanggung jawab dari aparat penegak hukum untuk mengatasi masalah tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa penegakan hukum adalah merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan, dan ketentraman dalam masyarakat baik usaha pencegahan maupun merupakan pemberantasan setelah terjadinya pelanggaran hukum.1 Dalam melakukan penegakan hukum terhadap kejahatan, maka peranan penyidik sangat dibutuhkan untuk menentukan hukuman apakah yang akan diterapkan terhadap tersangka yang mempunyai kelainan jiwa tetapi melakukan kejahatan dengan sadar dan kemauan yang didorong oleh batinnya sendiri.

Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan sitersangkanya. Dalam rangka proses penyidikan oleh aparat kepolisian untuk

1

. Chainur Arrasjid, 1998, Pengantar

Psikologi Kriminal, Yarni Corporation,

Medan,hlm.78.

menyidik tersangka maka peranan psikologi kriminal sangat diperlukan sekali, dimana selama proses penyidikan berlangsung maka penyidik akan meminta keterangan sesuai dengan pertanyaan yang di ajukan sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya.

Dalam hal memberikan keterangan pelaku tidak boleh mendapatkan tekanan dari pihak manapun sesuai dengan ketentuan Pasal 117 KUHAP yang berbunyi : “1.Keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan tampa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun.

2. Dalam hal tersangka memberikan keterangan tentang apa sebenarnya ia telah lakukan sehubungan dengan tindak pidana yang dipersangkakan kepadanya, penyidik mencatat dalam berita acara seteliti-telitinya sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh tersangka sendiri.”

Penggunaan psikologi kriminal dalam proses penyidikan berguna untuk mengetahui jiwa seseorang apakah pada saat dilakukannya proses penyidikan pelaku dalam kondisi sehat apa tidak kejiwaannya, agar dapat di proses lebih lanjut. Akhir-akhir ini, sering kita dikejutkan oleh maraknya berbagai tindak kriminal yang membuat ketakutan terhadap masyarakat. Mulai dari pencurian motor yang memakai atau tidak memakai kekerasan terhadap fisik

(5)

3

maupun harta benda korban seperti begal yang marak-maraknya terjadi, pencopetan, pemerkosaan disertai pembunuhan, bahkan pembunuhan yang di kategorikan sadis seperti mutilasi. Hal inilah yang menjadi permasalahan hukum yang kita jumpai dalam masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan psikologi kriminal dalam proses penyidikan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat dalam sebuah tulisan berjudul “PERAN PSIKOLOGI

KRIMINAL DALAM PROSES

PENYIDIKAN DI POLSEK LUBUK BEGALUNG PADANG”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

1. Apa peran psikologi kriminal dalam proses penyidikan yang dikaitkan dengan Pasal 117 KUHAP di Polsek Lubuk Begalung Padang?

2. Apa kendala yang ditemui oleh penyidik dalam proses pemeriksaan dengan menerapkan psikologi kriminal yang dikaitkan dengan Pasal 117 KUHAP di Polsek Lubuk Begalung Padang?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang hendak dicapai penulis adalah:

1. Untuk mengetahui peran psikologi kriminal dalam proses penyidikan yang dikaitkan dengan Pasal 117 KUHAP di Polsek Lubuk Begalung Padang.

2. Untuk mengetahui kendala yang ditemui oleh penyidik dalam proses pemeriksaan dengan menerapkan psikologi kriminal yang dikaitkan dengan Pasal 117 KUHAP di Polsek Lubuk Begalung Padang.

C. Metode Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan menuju kesempurnaan penulisan ini sehingga berhasil mencapai sasaran dan sesuai dengan judul yang telah ditetapkan maka diusahakan memperoleh dan menyimpulkan data yang dianggap relevan. Dalam metode penelitian ini menyangkut beberapa hal diantaranya:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat yuridis sosiologis (Socio Legal Research), yaitu penelitian yang berupa studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat.2

2. Sumber Data

2 Bambang Sunggono, 2012, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali, Jakarta, hlm. 72.

(6)

4

Dalam penelitian ini mempunyai dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung di lapangan dengan melakukan wawancara dengan 5 orang penyidik di Polsek Lubuk Begalung Padang yaitu dengan Bapak Brigadir Mardiwan, Bapak Brigadir Betra Epidon, Bapak Brigadir Andri Hadi, Bapak Brigadir Amiruddin, Bapak Aiptu Agus dan psikiatri di SDM Polda Sumatra Barat yaitu dengan Bapak Akp Agung Aditama Psi. b. Data Sekunder

Merupakan data yang berupa BAP dan Statistik Kriminal di Polsek Lubuk Begalung Padang tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dipergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data untuk memperoleh keterangan dengan melakukan tanya jawab secara lisan yang disusun dalam suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan lebih dahulu.3 Wawancara ini dilakukan dengan wawancara semi terstruktur yaitu kombinasi dari wawancara tidak terstruktur dan wawancara terstruktur yang menggunakan pedoman wawancara dan ada yang tidak

3

Ibid ,hlm. 214.

menggunakan pedoman dalam melakukan wawancara untuk pengumpulan datanya.4 b. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan “content analysis” dengan cara mempelajari bahan kepustakaan atau literatur-literatur yang ada, terdiri dari peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan di teliti.5

4. Analisis Data

Analisis data merupakan penyusunan terhadaap data yaang telah diolah untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam penelusuran ini, maka cara analisis yang dilakukan penulis, setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis kualitatif yaitu uraian-uraian yang dilakukan dalam penelitian terhadap data yang terkumpul dengan tidak menggunakan angka dan rumus tetapi berdasarkan pada peraturan perundang-undangan lalu diambil kesimpulan.6

4 Kartini Kartono, 1996, Pengantar Metode dan Riset Sosial, Mandar, Bandung, hlm.

207.

5 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,

hlm. 21.

6

(7)

5

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Peran Psikologi Kriminal dalam Proses Penyidikan yang dikaitkan dengan Pasal 117 KUHAP.

Pentingnya psikologi kriminal dalam penyidikan membuat penyidik harus ikut mempelajari tentang psikologi. Psikologi sangat berguna dalam melancarkan proses penyidikan yang di lakukannya guna mendapatkan bukti lainnya.

Peran psikologi kriminal banyak sekali dan sangatlah penting dalam proses penyidikan, karena berfungsi untuk mencari kebenaran materil demi terciptanya suatu keadilan, terutama apabila tersangka sudah terbukti bersalah dengan bukti-bukti yang sudah ada maka tersangka tidak dapat menghindar lagi dan dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Untuk mengetahui sejauhmana peran psikologi kriminal terhadap proses penyidikan, maka penulis telah mewawancarai lima orang Penyidik pada Polsek Lubuk Begalung Padang dan mewawancarai satu orang Psikiatri di SDM Polda Sumatra Barat.

Menurut Brigadir Mardiwan selaku Penyidik yang menyatakan bahwa dalam proses penyidikan, penyidik haruslah mempertimbangkan apa yang

melatarbelakangi terjadinya suatu tindak pidana. Karena banyaknya kendala-kendala yang ditemukan oleh penyidik itu sendiri misalnya dalam proses pemeriksaan tersangka. Kadangkala tersangka dalam memberikan keterangan sering berbelit-belit bahkan tidak berbicara sama sekali hanya memberikan gerakan-gerakan aneh yang menyatakan adanya kelainan pada si tersangka, adanya kebohongan yang di berikan oleh tersangka yang membuat penyidik kesal.

Untuk itu dalam proses penyidikan maka peranan psikologi kriminal sangatlah dibutuhkan, karena penyidik harus mengetahui apakah tersangka dapat dituntut pertanggungjawabannyaatau tidak dapat dituntut pertanggungjawabannya. Dalam psikologi kriminal terhadap orang yang tidak dapat dituntut pertanggungjawabannya maka perlu lagi diselidiki sebab-sebab ia tidak dapat dituntut, misalnya tersangka memiliki kelainan jiwa sebelum ia melakukan kejahatan bukan sesudah melakukan kejahatan.7

Menurut Brigadir Betra Epidon selaku Penyidik, banyak perkara-perkara yang memerlukan psikologi kriminal dalam proses penyidikan. Perkara-perkara tersebut adalah :

7

Wawancara dengan Brigadir Mardiwan selaku penyidik di Polsek Lubeg Padang tanggal 28 mei 2015 , pukul 13.00 WIB.

(8)

6 1. Penganiayaan 2. Pengancaman 3. Pencabulan 4. Pembunuhan sadis 5. penganiayaan berat 6. pemerkosaan

7. dan penyalahgunaan narkoba. Tetapi tidak setiap kasus memakai psikologi kriminal karena adanya bukti-bukti yang memberatkan tersangka serta kejujuran sitersangka sendiri. Disinilah peran Psikologi Kriminal di butuhkan apakah pada saat tersangka melakukan kejahatan tersebut sehat kejiwaannya atau tidak.

Setiap penyidik harus tahu membedakan apakah tersangka itu jujur atau berbohong dengan memakai psikologi kriminal dalam proses penyidikannya. Sehingga sekarang penyidik tidak lagi menggunakan kekerasan dalam proses penyidikannya karena sejak adanya KUHAP. Maka dari itu tidak ada lagi kekerasan dalam proses penyidikan walaupun masih ada juga beberapa aparat yang melakukan itu, tetapi sekarang penyidik hanya boleh melakukannya di luar lingkungan kantor pada saat penangkapan pelaku kejahatan seperti tembak di tempat apabila pelaku kabur. Apabila sudah di lingkungan kantor penyidik harus bisa menjadi teman buat tersangka bahkan juga saksi dan keluarga

korban sendiri. Apabila penyidik mengetahui ada yang lain dari tersangka itu sendiri dari kelakuan yang diberikan tersangka pada proses penyidikan maka penyidik dapat meminta atau mengajukan surat ke Polresta terlebih dahulu untuk diberikan psikiatri yang lebih berwenang untuk mengetahui apakah tersangka itu mempunyai kelainan jiwa atau tidak. Jika sudah ada balasan dari pihak Polresta maka penyidik dapat membawa tersangka ke pihak psikiatri yaitu psikologi forensik. Jika psikiatri sudah memeriksa tersangka dengan ilmunya dan si tersangka tidak terbukti memiliki kelainan jiwa, maka penyidikan akan di lanjutkan dan hukumannya tetap dengan perbuatan yang di lakukan oleh si pelaku itu sendiri, lalu pelaku akan di proses oleh pihak kejaksaan. Jika sebaliknya tersangka terbukti memiliki kelainan jiwa maka tersangka tidak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya, sehingga tersangka dibebaskan atau di rehabilitasi di Rumah Sakit Jiwa sesuai putusan dari pengadilan.8

Sedangkan menurut Brigadir Andri Hadi selaku Penyidik tidak selalu tersangka yang di periksa itu memiliki kelainan jiwa. Ada tersangka yang sehat akalnya tapi kesadaran akan kesalahannya tidak ada sama sekali, itu terbukti jika di

8

Wawancara dengan Brigadir Betra Epidon selaku penyidik di Polsek Lubeg Padang tanggal 28 mei 2015, pukul 13.45 WIB.

(9)

7

introgasi hanya kebohongan saja yang diberikannya, tidak mau bicara, mengelak dari perbuatannya dan melawan penyidik. Itulah yang dihadapi oleh penyidik yang menyebabkan penyidik harus bersabar dan harus rela menunggu lama untu melakukan proses penyidikannya. Tetapi bukan hanya di karnakan oleh tersangka saja, kadang juga dikarnakan oleh saksi, dan korban. Dikarenakan kesadaran hukum dari saksi dan korban sendiri juga tidak ada. Banyak pemanggilan saksi yang sia-sia di karenakan saksi tidak mau datang untuk memberikan keterangan. Disinilah psikologi kriminal berguna untuk dapat membuat penyidikan berjalan dengan semestinya.

Tetapi jika ada tersangka yang memiliki kelainan jiwa maka penyidik akan mengetahui dari gerak-gerik si tersangka yang menunduk, diam, bahkan ketawa sendiri. Menurut bapak Birigadir Andri Hadi tersangka akan di periksa lebih lanjut oleh pihak Psikiatri dan apabila BAP nya sudah naik ke kejaksaan maka tinggal kejaksaan yang akan menentukan apakah tersangka akan di sidang, apabila tersangka di sidang maka Hakim lah yang mengetahui apa yang terbaik karena hakim memakai hati nurani dalam memutuskan suatu masalah hukum. Bukan hanya itu Hakim juga dapat memperkuat keyakinan bahwa apa benar terdakwa itu mempunyai kelainan

jiwa apa tidak dengan memanggil psikiatri ke persidangan.9

Menurut Aiptu Agus pelaku kejahatan yang di anggap sakit atau memiliki kelainan jiwa banyak jenisnya seperti :

1. Hipersex yang dapat di lakukan oleh

orang yang suka melakukan pencabulan bahkan pemerkosaan terhadap wanita yang di lihatnya ketika penyakitnya timbul.

2. Exhibitionism orang yang suka mempertontonkan tubuhnya tampa busana dan alat vitalnya yang membuat si pelaku merasa puas apabila tubuhnya di tonton orang. 3. Psikopat yang di kenal dengan

kerusakan kepribadian yang bersifat tetap dari wataknya yang mempengaruhi kekuatan kehendak baik perasaan maupun naluri.

4. Phedophilia yang dikenal dengan

perbuatan seks yang di lakukan oleh kakek-kakek kepada anak laki-laki yang bersifat homo seks.

5. Ktinomonia yang di kenal dengan

perbuatan keinginan untuk membunuh.

Apabila tersangka terbukti memiliki gangguan kejiwaan, menurut

9 Wawancara dengan Brigadir Andri Hadi

selaku Penyidik di Polsek Lubeg Padang tanggal 28 mei 2015, pukul 14.25 WIB.

(10)

8

Aiptu Agus orang tersebut dapat di hukum di karenakan sudah membahayakan orang banyak dan meresahkan masyarakat. Tersangka dapat di hukum tetapi setelah di rehabilitasi atau di sembuhkan dulu penyakitnya sehingga tersangka dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.10

Menurut Brigadir Amirruddin selaku Penyidik tidak semua kasus kejahatan memakai psikologi kriminal karena apabila bukti-bukti sudah mengacu pada perbuatan si tersangka, maka psikologi kriminal tidak di pergunakan. Maka dari itu tersangka tidak dapat berbohong untuk menyelamatkan dirimya dari hukuman, seperti kasus pencurian yang tidak mengacu pada kelainan jiwa seperti

klaptomania.11

Menurut Akp. Agung Aditama Psi, peran psikologi kriminal sangat membantu proses penyidikan bahkan juga membantu pihak psikiatri dalam pemeriksaan kejiwaan tersangka beserta korban. Perkara- perkara yang menempatkan tersangka memiliki kelainan jiwa menurut Akp. Agung Aditama Psi adalah pencurian dengan kekerasan, pembunuhan, pemerkosaan, pencabulan. Psikiatri dapat melihat kelainan pada

10

Wawancara dengan Aiptu Agus selaku Penyidik di Polsek Lubeg Padang tanggal 29 mei 2015, pukul 10.00 WIB.

11 Wawancara dengan Brigadir Amiruddin

selaku Penyidik di Polsek Lubeg Padang tanggal 29 mei 2015, pukul 11.00 WIB

tersangka apabila didatangkan oleh penyidik yang berwenang untuk di periksa. Tetapi sebelum itu penyidik harus mengirim surat pernyataan ke POLDA yang menyatakan membutuhkan psikiatri untuk melihat keadaan tersangka. Ciri-ciri tersangka yang memiliki kelainan jiwa adalah:

1. Tidak ada kontak dengan realita atau kenyataan.

2. Berhalusinasi.

3. Sifat yang berubah-rubah. 4. Kontak mata yang selalu

menghindar dengan kontak mata oorang lain.

5. Suka mengamuk sendiri

Psikiatri bertugas memberikan empati terhadap subjek, entah itu pasien, korban dan tersangka. Itu dapat dilihat seperti : mendampingi korban di pengadilan, membantu penyidik dan hakim untuk kepastian bukti yang di dapat. Peran psikiatri terhadap tersangka adalah memberikan bantuan untuk mengetahui kejiwaannya apakah sehat atau tidaknya dan itu tergantung pada tersangkanya sendiri apakah mau bekerja sama dan terbuka kepada psikiatri dan hasil keterangannya dapat dilihat oleh penyidik.12

B. Kendala yang ditemui oleh Penyidik dalam Proses Pemeriksaan dengan

12

Wawancara dengan Akp. Agung Aditama Psi selaku Psikiatri di SDM Polda Sumbar tanggal 9 juni 2015, pukul 14.30 WIB.

(11)

9 menerapkan Psikologi Kriminal dengan dikaitkan dengan Pasal 117 KUHAP .

Kejahatan merupakan perbuatan manusia yang abnormal yang bersifat melanggar hukum yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dari sipelaku perbuatan tersebut. Inilah yang menjadi tanggung jawab dari aparat penegak hukum khususnya penyidik sehingga tercipta rasa aman, tentram dan tertib dalam bermasyarakat. Tetapi banyak kendala-kendala yang dirasakan oleh penyidik dalam proses penyidikan.

Menurut Aiptu Agus selaku Penyidik, berdasarkan hasil wawancara kendala-kendala dalam proses pemeriksaan itu banyak sekali, seperti:

1. Kurangnya kesadaran akan hukum pada tersangka, dalam memberikan keterangan guna mendapatkan bukti baru. Akibatnya proses penyidikan harus di hentikan dulu.

2. Tersangka memberikan keterangan yang berbelit-belit.

3. Kurang memadainya anggaran untuk penyidikan

4. Tersangka berbohong dan jawabannya tidak sinkron.13

Menurut Brigadir Betra Epidon selaku penyidik kendala-kendala dalam proses pemeriksaan terletak pada kurangnya waktu dalam proses penyidikan apabila tersangka tidak mau bekerja sama dengan penyidik maka penyidikan akan di tunda.14.

Menurut Brigadir Amirruddin selaku penyidik dari hasil wawancara mengatakan bahwa kendala-kendala dalam proses pemeriksaan sama dengan hasil wawancara dengan Brigadir Betra Epidon dan di tambah lagi tidak adanya tenaga ahli yang tersedia di setiap Polsek seperti Psikiatri.15

Menurut Brigadir Andri Hadi selaku penyidik dari hasil wawancara mengatakan kendala-kendala dalam proses pemeriksaan itu banyak sekali dan itu terletak dari sisi tersangka, saksi dan korban. Kendala nya kadangkala saksi tidak mau memberikan keterangan secara rinci hanya setengah-setengah, disebabkan karna pihak saksi takut dengan keluarga tersangka. Kalau dengan korban kendalanya

13 Wawancara dengan Aiptu Agus selaku

Penyidik di Polsek Lubeg Padang taanggal 29 mei 2015, pukul 10.00 WIB.

14 Wawancara dengan Brigadir Betra

Epidon selaku Penyidik di Polsek Lubeg Padang tanggal 28 mei, pukul 13.45 WIB..

1515 Wawancara dengan Brigadir

Amirruddin selaku Penyidik di Polsek Lubeg Padang tanggal 29 mei, pukul 11.00 WIB.

(12)

10

terletak pada kasus-kasus yang merugikan seperti penganiayaan, pemerkosaan, pencurian, pencabulan. Kendalanya adalah tidak maunya korban bekerja sama dengan penyidik dalam memberikan keterangan yang baik dan tidak mau di periksa karena alasan malu, serta harus banyaknya prosedur permintaan psikiatri yang harus diberikan kepada pihak Polresta terlebih dahulu baru ke pihak Polda setelah disetujui oleh pihak Polresta barulah tersangka di bawa ke psikiatri.16

Sedangkan menurut Brigadir Mardiwan selaku penyidik dari hasil wawancara mengatakan kendalanya tidak lepas dari kesadaran tersangka. Tersangka yang tidak mau memberikan keterangan dalam membantu penyidik mendapatkan bukti yang memberatkan tersangka itu sendiri. Penyidik juga tidak diperbolehkan memberikan tekanan kepada tersangka, maka dari itu penyidik lebih banyak harus bersabar menghadapi pemeriksaan sehingga pemeriksaan dapat cepat selesai.17

Sedangkan menurut Bapak Akp. Agung Adiitama. Psi yang berperan sebagai psikiatri mengatakan kendala-kendala dalam pemeriksaan tersangka yang di duga memiliki kelainan jiwa itu tidak lepas dari

16 Wawancara dengan Brigadi Andri Hadi

selaku Penyidik di Polsek Lubeg Padang tanggal 28 mei 2015, pukul 14.25 WIB.

17 Wawancara dengan Brigadir Mardiwan

selaku Pentidik di Polsek Lubeg Padang tanggal 28 mei 2015, pukul 13.00 WIB.

kerja sama antara tersangka itu sendiri. Kadangkala tersangka tidak mau memberikan keterangan yang meyakinkan dan kadangkala tersangka juga berbohong. Kebanyakan dari tersangka-tersangka yang diperiksa oleh Bapak agung aditama ini selama bekerja kondisinya normal-normal saja tidak ada idenkasi adanya kelainan jiwa, itu di dapat dari ciri-ciri yang diberikan oleh tersangka sendiri seperti:

1. Kondisi tersangka baik-baik saja.

2. Tidak ada unsur-unsur kelainan, seperti ketawa-ketawa sendri, tatapannya yang selalu menghindar apabila di tanya. 3. Dan tidak adanya penyakit

yang berunsur kelainan yang di derita oleh tersangka.

Kendala-kendala lain juga disebutkan oleh psikiatri, yaitu:

1. Bahwa dalam pemeriksaan banyaknya informasi yang minim dari tersangka yang menyebabkan psikiatri susah menentukan tersangka memiliki kelainan jiwa atau tidak.

2. Adanya data yang kurang dari penyidik yang di dapat oleh psikiatri tentang tersangka. 3. Dan minimnya waktu yang

(13)

11

tersangka sedangkan dalam pemeriksaan tersangka harus ada prosedur-prosedur yang harus dilewati minimal 10 kali pertemuan antara psikiatri dengan tersangka sehingga tersangka dapat di ketahui sakit atau sehat kejiwaannya.

Prosedur pemeriksaannya adalah : 1. Observasi

Observasi di arahkan untuk melihat dan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena apa yang muncul dan mempertimbangkan aspek yang muncul itu.

Tujuan obsevasi ini adalah untuk mendeskripsikan aktivitas-aktivitas yang berlangsung, mengamati kegiatan-kegiatan dari orang-orang yang terlibat.

2. Wawancara

Wawancara diarahkan untuk mendapatkan data dari orang yang ditanyai secara langsung .

3. Test psikologi

Test psikologi diarahkan untuk mendapatkan kelainan yang ada pada diri seseorang, memastikan bahwa pelaku tidak pada gangguan mental dan membuktikan pelaku kejahatan hanya berpura-pura mengalami gangguan jiwa.

Kebanyakan pihak-pihak yang mengajukan surat untuk pemeriksaan tersangka itu adalah pihak dari kepolisiaan dan kejaksaan, dan pihak-pihak itu memeriksakan tersangka yang kebanyakan normal saja tidak ada kelainan. Pada tahun 2015 ini hanya 1 orang saja yang dinyatakan mempunyai kelainan jiwa yang ditangani oleh penyidik Polsek Lubeg Padang dan selebihnya normal-normal saja.18

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dari penelitian yang dituliskan oleh penulis, maka penulis

menyimpulkan sebagai berikut :

1. Peranan psikologi kriminal dalam proses peyidikan adalah

a. untuk menemukan bukti baru dari keterangan tersangka dalam proses penyidikan.

b. untuk memudahkan penyidik mengetahui mengetahui bahwa tersangka memiliki kelainan jiwa atau tidak.

c. untuk mengetahui apakah tersangka berbohong atau tidak, serta untuk memudahkan proses penyidikan.

18 Wawancara dengan Akp. Agung Aditama

Psi selaku Psikiatri SDM Polda Sumbar tanggal 9 juni 2015, pukul 14.30 WIB.

(14)

12

2. Kendala yang ditemui oleh penyidik dalam proses pemeriksaan:

a. Sedikitnya psikiatri yang bekerja untuk memeriksa kejiwaan tersangka di instansi kepolisian.

b. Sedikitnya waktu pemeriksaan tersangka yang dilakukan oleh psikiatri karena terkait pada kurangnya waktu penyidikan. c. Terkendalanya prosedur yang

panjang untuk permintaan psikiatri memeriksa tersangka yang di duga memiliki kelainan jiwa.

B. Saran

Berdasarkan dari penelitian tersebut maka penulis memberikan saran yang

berkaitan dengan penelitian penulis, antara lain:

1. Penyidik sebaiknya harus lebih mengetahui bagaimana menggunakan psikologi kriminal untuk mempermudah proses penyidikan

2. Untuk memudahkan penyidik dalam mendapatkan bukti sebaiknya penyidik memakai psikologi kriminal.

3. Sebaiknya dalam setiap kantor polisi menyediakan ahli psikologi

4. Dalam pemeriksaan tersangka yang di duga memiliki kelainan jiwa, sebaiknya pemeriksaannya harus lebih rinci.

(15)

13 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Abdul Mun’in Idris, 1979, Ilmu

Kedokteran Kehakiman,

Pelita Kasin, Jakarta.

Bambang Sunggono, 2012,

Metodologi Penelitian

Hukum, Rajawali, Jakarta.

B.Simanjuntak, 1980, Pengantar

Kriminologi dan Patologi Sosial, Tarsito, Bandung

Chainur Arrasjid, 1998, Pengantar

Psikologi Kriminal, Yarni

Corporation, Medan.

H. Hari Saherodji, 1980,

Pokok-Pokok Kriminologi, Aksara

Baru, Jakarta.

Hendra Akhdhiat, 2011, Psikologi

Hukum, CV.Pustaka Setia,

Bandung.

Kartini Kartono, 1996, Pengantar

Metodologi dan Riset Sosial,

Manjar, Bandung.

L. Moeljatno, 1982, Kriminologi, PT. Bina Aksara, Jakarta. , 1978, Asas-Asas

Hukum Pidana, Ghalia

Indonesia, Jakarta

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar

Penelitian Hukum,

Universitas Indonesia, Jakarta.

Yetisma Saini, 2011, Hukum Acara

Pidana, Bung Hatta

University Press, Padang. W.A. Bonger, 1955, Pengertian

tentang Kriminologi, PT. Pembangunan, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946)

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981)

Referensi

Dokumen terkait

Penanggung jawab bertugas untuk mengawasi seluruh kegiatan berburu sehingga berjalan lancar serta memberikan penjelasan yang diperlukan kepada para detektif pengajar..

Dari pengisian angket tersebut diperoleh informasi antara lain: (1) sebanyak 95,24% responden cenderung berpendapat bahwa blog matematika bermanfaat bagi siswa;

Dosen & mahasiswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui Internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh

101 trend area philoshopy doctrine intimacy section clinic text motive inspect accumulate saturate rely evaluate attained subsequent homogeneous inherent 102 trend

Perantis bukan sahaja membantu dalam menjaga keperluan diri warga emas malah berperanan dalam memastikan warga emas mendapat keperluan emosi, fizikal, rohani yang baik serta

dimana mobilisasi dini sangat penting dalam membantu mempercepat respon peristaltik usus untuk dapat kembali berfungsi, maka setiap perawat diharapkan melakukan

Metode Analisis Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan pada Pijat Refleksi CERIA... HASIL

Berdasarkan survey, kondisi yang dialami dalam pelaksanaan SLPTT di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember adalah masih adanya petani yang belum menggunakan bibit