• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies Gigi

Karies gigi adalah lesi gigi destruktif, progresif, yang jika tidak diobati akhirnya mengakibatkan destruksi total gigi yang terkena. Ini merupakan penyakit multifaktorial dengan 4 faktor utama yang saling mempengaruhi: hospes (terutama ludah dan gigi), mikroflora, subtrat atau diet, dan waktu. Demineralisasi yang memulai pembentukan karies disebabkan oleh sekresi asam oleh bakteri yang mengkolonisasi gigi yang rentan dan fermentasi diet karbonhidrat (Rudloph, dkk., 2006). Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang saling mempengaruhi individu pada segala usia; karies gigi merupakan masalah oral yang utama pada anak dan remaja (Wong, dkk., 2008). Perkembangan karies gigi tergantung dari hubungan yang kritis antara permukaan gigi, diet karbonhidrat, dan bekteri mulut yang spesifik (Behrman, dkk., 2000).

Ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karies gigi adalah penyakit kronik, deskrutif dan progresif yang merupakan penyakit multifaktorial dengan 4 faktor yang saling mempengaruhi: hospes (ludah dan gigi), mikroflora, subtrat atau diet, dan waktu yang terjadi pada individu pada segala usia; merupakan masalah oral pada anak dan remaja. Faktor pendukung yang penting lainnya menurut (Rudloph, dkk., 2006) adalah praktik oral higien, aliran saliva, dan adanya florida di dalam air dan odol. Satu pernyatan penting dari suatu pengamatan eksperimental adalah bahwa karies gigi mempunyai spesifitas pada bakteri; di mana potensi kariogenik terdapat pada golongan streptokokus mulut secara kolektif disebut Streptococcus mutans (Behrman, dkk., 2000)

Anatomi gigi sangat penting atau mempengaruhi kejadiaan karies yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Gigi

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran penghasil air ludah (Tarigan, 1992).

(2)

6 a. Bentuk Gigi

1) Gigi seri (insisivus)

Gigi seri ada 4 buah di atas dan 4 buah di bawah, seluruhnya ada 8. Tugasnya yaitu memotong dan menggiling makanan.

2) Gigi taring (kaninus)

Gigi taring ada 4 buah, di atas 2 dan di bawah 2. Terletak di sudut mulut, bentuk mahkota meruncing, berfungsi untuk merobek makanan.

3) Gigi geraham kecil (premolar)

Geraham merupakan pengganti gigi geraham sulung, letak gigi ini di belakang gigi taring, berjumlah 8, 4 di atas dan 4 di bawah, yaitu 2 kanan dan 2 kiri. Fungsinya membantu bersama dengan geraham besar menghaluskan makanan.

4) Gigi geraham Besar (molare)

Gigi geraham besar terletak di belakng gigi geraham kecil, jumlahnya 12 buah, atas 6 dan bawah 6, masing-masing 3 buah (permukaan tebal dan bertonjol-tonjol), berfungsi untuk menggiling makanan (Machfoedz & Zein, 2005).

(3)

7 b. Susunan Gigi

Gigi terdiri atas:

1) Mahkota gigi (mahkota klinis) yaitu bagian yang menonjol diatas gusi. Sedangkan mahkota anatomis adalah bagian gigi yang dilapisi email.

2) Akar gigi yaitu bagian yang terpendam dalam alveolus pada tulang maksila/mandibula.

3) Leher gigi (serviks) yaitu tempat bertemunya mahkota anatomis dan akar gigi (Mansjoer, 2000).

c. Lapisan-lapisan gigi

Bila gigi dibelah, maka akan tampak lapisan-lapisan gigi, yaitu: 1) Email

Lapisan terluar gigi yang meliputi seluruh corona, dalam bahasa Inggris disebut Crown artinya mahkota. Email merupakan bagian paling keras dari seluruh bagian gigi bahkan lebih kersa dari tulang. Email tersusun atas air 2,3%, bahan organik 1,7%, bahan anorganik 96%.

2) Dentin

Bagian yang terletak di bawah email, merupakan bagian terbesar dari seluruh gigi. Dentin lebih lunak dari email. Dentin tersusun atas 13,2 % air, 17 % bahan organik, dan 69 % bahan anorganik.

3) Jaringan pulpa

Jaringan benak gigi/sum-sum gigi, yaitu jaringan lunak yang terdapat di dalam kamar pulpa/ ruang dan seluruh saluran akar. Jaringan ini terdiri dari atas: a) Jaringan limfe.

b) Pembuluh darah arteri/ vena. c) Urat syaraf.

4) Sementum

Bagian yang meliputi seluruh lapisan luar gigi, kecuali pada bagian lubang pucuk/ ujung akar gigi disebut foramen apikalis. Sama seperti email dan dentin, sementum terdiri atas air 32 %, bahan organik 12 % dan bahan anorganik 56 % (Machfoedz & Zein, 2005).

(4)

8 Gambar 2.2. Anatomi gigi manusia (Anonim, 2010)

d. Fungsi Gigi

Gigi memiliki banyak fungsi sebagaimana organ-organ keras lainnya. Diantara fungsi gigi adalah:

1) Penguyah

Pertama kali makanan dipotong dan diremuk dengan gigi. Kemudian dikunyah lalu ditelan.

2) Penyangga

Gigi memberikan sandaran yang kuat dengan bantuan tulang rahang pada struktur wajah.

3) Perlindungan dan Pengendalian

Gigi melindungi dari debu, kuman, dan benda-benda luar yang masuk dalam mulut dengan bantuan bibir.

4) Penampilan

Lapisan berwarna putih seperti mutiara, gigi memperlihatkan penampilan yang indah.

5) Pemegang

Gigi berguna untuk memegang benda seperti pipa, cerutu dan lain-lain (Srigupta, 2004).

(5)

9 2. Lapisan-lapisan Karies

Secara histologis, pada karies gigi yang tidak begitu dalam, dapat dibedakan dari luar ke dalam lima daerah (Schuurs, 1992):

a. Lapisan dentil yang lunak tidak dapat dikenali lagi. Dalam lapisan ini terdapat floura campuran yang mengeluarkan enzim hidrolik yang akan merusak komponen organik dentil.

b. Lapisan infeksi, di sini akan dijumpai bakteri-bakteri di dalam tubuli. Tubuli melebar dan saling menyatu. Selain itu terlihat juga celeh-celah yang mengikuti jalanya garis-garis pertumbuhan toluen.

c. Lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit dimana dentin pertibular diserang. d. Lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan

membentuk rintangan terhadap mikroorganisme. 3. Bentuk Penampilan Khusus Karies

Menurut Houwink, dkk., (1993) bentuk penampilan khusus karies antara lain :

a. Karies sika (sicca)

Suatu bentuk yang mendapat sebutan karies sika, dijumpai dalam sebenarnya keadaan khusus.

b. Karies botol

Karies yang berkembang sangat cepat pada anak-anak balita yang selalu minum susu atau minuman manis lainnya (ditempat tidur) dari botol, biasanya banyak elemen yang terserang.

c. Karies tulang roti

Salah satu kelaianan di dalam mulut yang timbul akibat pekerjaannya yang hanya sedikit dijumpai.

d. Karies sementum atau karies leher

Terjadi bila gingiva terletak pada batas email sementum, dan adalah suatu bentuk karies yang timbul pada usia 40-50 tahun terutama pada permukaan bukal, sedang pada orang tua juga banyak dilihat pada permukaan aproksimal.

(6)

10 4. Jenis karies gigi berdasarkan tempat terjadi dan kedalamannya:

a. Karies Insipiens

Merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkeras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email.

b. Karies Superfisialis

Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan kadang-kadang terasa sakit.

c. Karies Media

Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.

d. Karies Profunda

Merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit secara tibatiba tanpa rangsangan apapun. Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya (Koerniati, 2006; Schuurs, 1993).

5. Faktor-faktor Terjadinnya Karies Gigi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies, yaitu (Mansjoer, 2000; Schuurs, 1992):

a. Bakteri

Tiga bakteri yang sering mengakibatkan karies,yaitu:

1) Streptococcus

Bakteri Streptococcus gram positif ini adalah penyebab utama karies dan jumlah terbayak dalam mulut. Salah satu spesiesnya yaitu Streptococcus mutans, lebih asidurik dibandingkan yang lain, dapat menurunkan pH medium hingga 4,3.

Streptococcus mutans terutama terdapat pada populasi yang banyak

(7)

11

2) Actinomyces

Semua spesies Actinomyces memfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam laktat, asetat, suksinat, dan asam format. Actinomyces viscosus

dan Actinomyces naeslundi mampu membentuk karies akar, fisur dan merusak

periodotionium.

3) Lactobacillus

Genus bakteri gram-positif, anaerobik fakultatif atau mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok bakteri asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat mengubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat (Anonim, 2011). Populasinya dipengaruhi kebiasaan makan. Tempat yang paling disukai adalah lesi dentin yang dalam,

lactobacillus hanya dianggap faktor pembantu proses karies.

b. Makanan yang mengadung Karbohidrat

Karbohidrat yang sangat merusak adalah sukrosa (gula), yang akan diubah oleh kuman menjadi glukosa dan fruktosa. Selanjutnya karbohidrat tersebut akan mengalami fermentasi sehingga timbul asam laktat, maka asam inilah yang bertanggung jawab atas proses dekalisifikasi.

c. Kerentanan permukaan gigi, meliputi:

1) Morfologi, dimana daerah gigi yang mudah terjadi plak sangat mungkin terjadinya karies.

2) Lengkungan gigi, meliputi jumlah dan isi saliva (ludah, derajat keasaman, kekentalan, dan kemampuan buffer yang berpengaruh pada terjadinya karies. Ludah melindungi jaringan dalam rongga mulut dengan cara pelindungan sebagai berikut :

a) Pembersihan mekanis yang dapat mengurangi akumulasi plak.

b) Pelumuran elemen gigi yang mengurangi keausan okulasi yang disebabkan karena pengunyahan.

c) Pengaruh buffer sehingga naik turunnya pH dapat ditekan dan dekalisifikasi elemen gigi dihambat.

d) Agregasi bakteri yang merintangi kolonisasi mikroorganisme. e) Aktivitas bakterial.

(8)

12 3) Posisi gigi yang abnormal seperti posisi keluar, rotasi, dan lain-lain menyebabkan kesulitan pembersihan dan cenderung membuat makanan dan debris terakumulasi.

d. Waktu

Saliva mampu mereminalisasi selama proses karies sehingga bila saliva berada dalam lingkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau mingu, melainkan dalam bulan atau tahun.

B. Pola Perawatan Gigi

Pola adalah bentuk atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu itu dikatakan memamerkan pola (Anonim, 2010). Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan agar gigi tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya. Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa adanya lubang. Namun tidak hanya itu, gigi yang sehat juga akan memancarkan energi positif sehingga pemiliknya menjadi sangat menarik.

Begitu pentingnya gigi bagi manusia sehingga gigi perlu dirawat dengan benar. Berikut pentingnya gigi dirawat, antara lain:

a. Gigi merupakan salah satu organ penting pencernaan. Gigi digunakan untuk mengunyah makanan sebelum masuk ke saluran pencernaan. Jika gigi mengalami gangguan, akan terganggu pula proses pencernaannya.

b. Gigi yang bermasalah dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

c. Gigi yang tidak terawat sehingga terkena infeksi dapat menimbulkan penyakit yang lainnya seperti: Penyakit jantung dan pembuluh darah, Paru-paru, Gula, Stroke, Kanker.

d. Sisa makanan yang masih ada di gigi menyebabkan aktivitas bakteri berlebihan sehingga mulut mengeluarkan bau yang kurang sedap.

e. Gigi juga berfungsi sebagai keindahan. Gigi adalah komponen lain dalam kecantikan selain kulit tubuh, kulit wajah, mata, bibir, dll.

(9)

13 Oleh karena itu, setiap orang ingin punya senyum memikat dengan gigi yang sehat (Ahira, 2008).

Pola perawatan gigi adalah suatu bentuk upaya yang di lakukan agar gigi tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya. Berikut ini adalah pola atau bentuk perawatan gigi yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Bentuk Perawatan Gigi

Penatalaksanaan perawatan gigi dilakukan dengan (Behrman, dkk., 2000; Wong, dkk., 2008) :

a. Pemeriksaan Gigi Secara Teratur

Idealnya anak harus mengunjungi dokter gigi (atau pedodontis, seorang dokter gigi anak) segera setelah gigi pertama muncul dan tidak lebih dari usia dua setengah tahun, ketika pertumbuhan gigi primer telah selesai (Anonim cit, 1996). Kunjungan pertama ke dokter gigi tidak boleh menjadi pengalaman trumaik. Karena todler bereaksi negative terhadap pengalaman yang baru dan berpotensi menakutkan, kunjungan awal dapat dipusatkan pertemuan dengan dokter gigi, melihat peralatan, dan duduk di kursi. Apabila anak bisa bekerja sama, dokter gigi hanya perlu melihat gigi tetapi menahan pemeriksaan menyeluruh untuk dilakukan pada kunjungan berikutnya. Meniru model, yaitu anak mengobservasi prosedur yang dilakukan pada orang tua atau sibling yang dapat bekerja sama, dapat juga efektif.

b. Pembersihan Plak (higiene mulut)

Tujuan hygiene mulut adalah membersihkan plak, deposit bakteri lunak yang melekat pada gigi dan menyebabkan karies gigi (pembusukan gigi atau gigi berlubang) dan penyakit periodontal (gusi). Metode paling efektif untuk pembersihan plak adalah menyikat gigi dan membersihkankan gigi dengan menggunakan benang gigi. Beberapa teknik menyikat gigi muncul, meskipun tidak ada kesempakatan universal mengenai metode yang baik. Salah satu metode yang paling cocok untuk membersihkan gigi primer adalah metode mengosok. Ujung bulu sikat diletakan dengan kuat pada sudut 45 derajat pada gigi dan gusi dan gerakan ke depan dan ke belakang dengan gerakan mengetar (vibrasi). Ujung buli sikat harus bergerak lembut tetapi tidak bergerak maju dan mundur dengan

(10)

14 sekuat tenaga, yang dapat merusak gigi dan enamel. Semua permukaan gigi dibersihkan dengan cara ini kecuali permukaan lingual (bagian dalam) gigi depan. Untuk membersihkan permukaan ini, sikat gigi diletakan vertikal terhadap gigi dan digerakan ke atas dan ke bawah. Membersihkan gigi yang efektif, direkomendasikan sikat gigi kecil berbulu halus, bulat, nilon dengan banyak serabut pendek dan panjangnya seragam. Setelah gigi dibersihkan, membersihkan menggunakan benang gigi dilakuakn untuk mengangkat plak dan debris di antara celah gigi dan dibawah batas gusi, yang tidak efektif jika dibersihkan dengan sikat gigi.

c. Pemberian Flourida

Flurida suatu mineral yang ditemukan dalam air, makanan, atau minuman yang menggunakan air berfluorinasi sebagai bagian dari sistem pemrosesan. Karena proses fluoridasi dan produksi pasta gigi berfluorinasi hampir tidak mungkin distandarisasi, maka dosis suplemen fluorida telah diturunkan untuk menggurangi insidensi fluorosis. Semakian banyak menelan fluorida mengakibatkan retensi protein enamel, hipomineralisasi enamel dan dentin, dan gangguan pembentukan Kristal gigi. Efek yang disebabkan oleh perubahan ini berkisar dari garis seperti serat putih yang mudah dilihat dengan mata telanjang sampai bercak abu-abu-cokelat atau daerah cekung.

d. Diet Rendah Kariogen

Diet sangat kritis dalam perkembangan gigi yang baik karena proses karies terutama pada gula yang dapat mengalami fermentasi, terutama sukrosa. Gula meja yang telah dimurnikan, madu, gula tetes/sirup, sirup jagung, dan buah kering seperti kismis sangat bersifat kariogenik. Idealnya, makanan seperti itu harus dihilangkan. Namun, karena itu sulit dipraktikan, beberapa saran dapat membantu. Pertam, frekuensi konsumsi gula lebih penting dari jumlah total yang dikonsumsi. Maksudnya adalah mengurangi lamanya gula didalam mulut. Kedua, bentuk gula juga penting. Makanan semakin bersifat kariogenik jika makanan tersebut lengket atau keras, karena lebih lama tinggal didalam mulut dan juga membaca lebel makanan dan minuman sangat penting dalam mengurangi suber sukrosa.

(11)

15 2. Pengobatan Gigi

Dewasa ini pengobatan gigi dapat menyelamatkan sebagian besar karies gigi yang berat. Bila pencabutan diindikasikan, terapinya juga harus mengarah pada masalah bahwa gigi disekitar tempat pencabutan akan berubah posisinya pada lengkungan gigi. Hal ini terutama penting pada pertumbuhan gigi sulung (primer) dan campuran dalam usaha mencegah terjadinya impaksi atau malposisi gigi-gigi tetap pengantinya.

Penanganan klinis terhadap nyeri dan infeksi akibat karies gigi yang tidak diobati bervariasi, seiring dengan tingkat/perluasan keterlibatan dan status medis penderita. Pada umumnya, infeksi gigi yang terlokalisasi di unit dentoalveolar dapat dikelola dengan cara-cara lokal (misalnya pencabutan, pulpektomi). Antibiotika tidak diindikasikan, kecuali pada penderita dengan daya tahan tubuh yang terganggu, penyembuhan luka terganggu, atau berisiko endokarditis. Sebaliknya, antibiotika diberikan secara rutin pada infeksi gigi yang menyebar ke struktur-struktur di luar dentoalveolar. Penisillin merupakan antibiotik pilihan, kecuali pada penderita dengan riwayat alergi terhadap penisilin; klindamisin dan vankomisin merupakan alternatif yang sesuai dengan penderita yang demikian. Cara-cara pengendalian rasa sakit disesuaikan dengan kebutuhan penderita. Kombinasi asetaminofen dengan kondein yang diberikan per oral biasanya adekuat (Behrman, dkk., 2000).

(12)

16 C. Kerangka Teori

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Behrman, dkk., 2000, Mansjoer, 2000, Schuurs, 1992, Wong, dkk., 2008 Pola perawatan gigi:

a. Pemeriksaan gigi secara teratur.

b. Pembersihan plak (higiene mulut).

c. Pemberian Fluorida. d. Diet rendah kariogen Faktor-faktor terjadinya karies:

a. Bakteri.

b. Makanan yang mengandung karbohidrat.

c. Kerentanan permukaan gigi. d. Waktu.

Karies gigi

(13)

17 D. Kerangka Konsep

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Area yang diteliti yaitu pola perawatan gigi sebagai variabel bebas dan karies gigi sebagai variabel terikat.

E. Variabel Penelitian

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau independent merupakan suatu variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya suatu variabel terikat dan bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2003). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola perawatan gigi

2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dapat dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini dapat tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan (Hidayat, 2003). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah karies gigi.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas maka hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan pola perawatan gigi dengan penyebab kejadian karies gigi pada anak usia sekolah.

Variabel terikat Variabel bebas Pola Perawatan gigi Karies gigi

Gambar

Gambar 2.1. Bentuk gigi manusia (Anonim, 2009).
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Jika imbalan tersebut kurang dari nilai wajar aset bersih Entitas Anak yang diakuisisi, selisih tersebut diakui sebagai keuntungan dari pembelian dengan diskon pada

Cangkang trochospiral sangat rendah, biconvex, equatorial periphery lobulate , periphery axial dengan jelas oleh keel, dinding cangkang berpori, permukaan pada

Pada contoh ini, data kontinyu yang akan diberi keterangan skor adalah jumlah SD (nama kolom JML_SD).. Untuk mempermudah, saya

Upaya-upaya untuk membuktikan peran farmasis klinik dalam meningkatkan outcome terapi bagi pasien harus terus dilakukan, sehingga akan semakin membuka peluang

V. M.Endang M.Endang Sri Sri Purwadmi Ra Purwadmi Ra hayu hayu.. ODHA Stigma & diskriminasi SOSIAL Proses penerimaan PSIKO Infeksi  oportunistik BIO.. STIGMA . * Suatu

Keempat risk level tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor seperti jenis kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi sebuah link berbeda-beda, menggunakan mesin atau alat yang

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan memudahkan dalam memahami pembahasan perlu terlebih dahulu dijelaskan mengenai istilah yang dipakai dalam penelitian yang

Dari data tersebut menunjukkan bahwa pengembangan e-learning mata kuliah Apli- kasi Komputer 2 mempunyai efek yang po- sitif untuk digunakan dalam pembelajaran dikampus,