• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN. Karakteristik Contoh. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL PENELITIAN. Karakteristik Contoh. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Contoh Jenis kelamin dan usia

Dewasa muda yang menjadi contoh dalam penelitian ini terdiri atas 32 orang laki-laki (29,10%) dan 78 orang perempuan (70,90%). Contoh laki-laki memiliki rentang usia antara 18-24 tahun, sedangkan contoh perempuan 18-23 tahun. Usia digolongkan kedalam tiga kategori menurut hasil sebaran data. Berdasarkan Tabel 5 lebih dari setengah contoh laki-laki (53,12%) dan lebih dari setengah contoh perempuan (51,28%) berusia 21-22 tahun. Rata-rata usia contoh laki-laki adalah 20,80 tahun dan contoh perempuan 20,60 tahun. Secara keseluruhan, contoh memiliki rata-rata usia 20 tahun.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia

Usia (tahun) Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110)

% % %

18-20 40,63 47,44 45,45

21-22 53,12 51,28 51,82

23-24 6,25 1,28 2,73

Uang saku

Uang saku perbulan dalam rupiah yang diperoleh keseluruhan contoh berjumlah minimal Rp250.000,00 dan maksimal Rp1.600.000,00. Uang saku contoh laki-laki memiliki rentang Rp350.000,00-Rp1.600.000,00 sedangkan contoh perempuan Rp250.000,00-Rp1.500.000,00. Lebih dari separuh contoh laki-laki (53,12%) memiliki uang saku yang rendah, sedangkan lebih dari separuh contoh perempuan (53,85%) memiliki uang saku yang tergolong sedang. Rata-rata uang saku contoh laki-laki adalah Rp745.000,00 dan rata-rata uang saku contoh perempuan adalah Rp717.000,00.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan uang saku

Uang saku perbulan ( Rp) Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) % % % Rendah (<700.000,00) 53,12 41,03 44,55 Sedang (700.000,00-1.150.000,00) 31,25 53,85 47,27 Tinggi (>1.150. 000,00) 15,63 5,13 8,18

(2)

Urutan lahir

Hampir setengah contoh laki-laki (40,63%) dan setengah contoh perempuan (50,00%) merupakan anak sulung atau anak pertama didalam keluarganya (Tabel 7). Santrock (2007) menyebutkan bahwa urutan kelahiran anak dapat mempengaruhi perilaku anak, karena urutan lahir dapat membedakan tugas dan tanggung jawab seorang anak. Pada umumnya anak sulung lebih dituntut untuk menikah paling awal dibandingkan adik-adiknya. Selain tugas, sikap orang tua dan kebudayaan masyarakat terkadang juga masih membedakan anak berdasarkan urutannya (Gunarsa & Gunarsa 2008).

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan urutan lahir

Urutan Kelahiran Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110)

% % % Sulung 40,63 50,00 47,27 Tengah 28,12 30,77 30,00 Bungsu 28,12 17,95 20,91 Tunggal 3,13 1,28 1,82 Saudara menikah

Contoh yang memiliki saudara kandung yang sudah menikah, laki-laki hanya seperempat (25,00%), dan perempuan hampir seperempatnya (22,73%). Pernikahan saudara kandung diasumsikan akan memberikan gambaran mengenai kehidupan pernikahan secara nyata kepada contoh, selain daripada pernikahan orang tua contoh, dengan memberikan simbol-simbol bermakna maupun interaksi baik secara verbal maupun nonverbal.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan kepemilikan saudara yang sudah menikah

Saudara menikah

Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110)

% % %

Tidak ada 75,00 78,21 77,27

Ada 25,00 21,79 22,73

Menurut Santrock (2007) hubungan saudara kandung merupakan hubungan yang sangat kuat setelah hubungan orang tua dengan anak. Dalam mendiskusikan beberapa hal saudara lebih dipercaya daripada orang tua, terutama hal-hal yang dianggap tabu untuk dibahas dengan orang tua seperti seks.

(3)

Status berpacaran

Kehidupan contoh sebagai dewasa muda, tak lepas dari hubungan dengan lawan jenis, atau secara khusus disebut “pacar”. Pacar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berdasarkan Tabel 9 lebih dari setengah contoh laki-laki (62,50%) tidak sedang berpacaran, dan lebih dari seperempatnya (37,50%) sedang berpacaran.

Untuk contoh perempuan lebih dari setengahnya (56,41%) tidak sedang berpacaran dan hampir setengahnya sedang berpacaran (43,59%). Pada usia dewasa muda yang memiliki tugas perkembangan untuk menikah, status berpacaran berpotensi mempengaruhi usia ingin menikah contoh. Keberadaan pacar diasumsikan akan mempermudah dewasa muda untuk mencapai tugas pernikahan, karena umumnya seseorang akan berpacaran dahulu sebelum menikah.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status berpacaran

Status berpacaran Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110)

% % %

Tidak sedang berpacaran 62,50 56,41 58,18

Sedang berpacaran 37,50 43,59 41,82

Kesiapan menikah dan alasannya

Dari keseluruhan contoh hanya tujuh orang contoh (6,36%) yang merasa sudah siap menikah, terdiri atas sebagian kecil contoh laki-laki (3,13%) dan contoh perempuan (7,69%). Hampir seluruh contoh baik laki-laki dan perempuan (93,63%) merasa tidak siap jika harus menikah dalam waktu dekat. Hasil penelitian ini menandakan bahwa banyak contoh yang masih belum mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas perkembangannya.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban kesiapan menikah

Kesiapan menikah Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110)

% % %

Tidak siap 96,87 92,31 93,64

(4)

Alasan tidak siap menikah yang paling banyak disebutkan contoh adalah belum siap secara materi dan belum memiliki pekerjaan (31,94%). Alasan kedua karena belum siap secara emosi atau mental, dan karena belum lulus kuliah (16,67%). Sebagian kecil contoh yang siap untuk menikah, mengatakan alasannya karena sudah siap secara emosi, memiliki pendidikan yang cukup, mampu menjalankan peran dalam rumah tangga, orang tua mengizinkan untuk menikah muda, dan sudah memiliki calon pasangan.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan alasan tidak siap menikah

Alasan tidak siap menikah

Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) Jawaban (n=216) % % % %

Belum siap secara materi dan belum

punya pekerjaan 78,13 56,41 62,73 31,94

Belum siap secara emosi atau mental 37,50 33,33 32,73 16,67

Belum lulus kuliah 21,88 37,18 32,73 16,67

Belum siap menjalankan peran suami

atau istri 9,38 17,95 15,45 7,87

Belum cukup dewasa 12,50 6,41 8,18 4,17

Belum siap secara fisik 6,25 8,97 8,18 4,17

Belum siap hidup mandiri atau

berpisah dari orang tua 3,13 8,97 7,27 3,70

Belum dewasa usia 9,38 6,41 7,27 3,70

Belum terpikirkan untuk menikah 9,38 6,41 7,27 3,70

Belum memiliki calon pasangan 9,38 6,41 7,27 3,70

Ingin membahagiakan orang tua

dulu, dan meraih cita-cita 0,00 7,69 5,45 2,78

Karena anak sulung, sehingga

bertanggungjawab kepada adik 0,00 2,56 1,82 0,93

Karakteristik Keluarga Contoh Besar keluarga

Keluarga terdiri atas anggota keluarga yang akan menentukan besar keluarga. Kategori besar keluarga dikelompokkan berdasarkan kategori besar keluarga oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Rata-rata besar keluarga contoh laki-laki adalah 5 orang, dan perempuan 4,9 orang. Rentang besar keluarga seluruh contoh adalah 3 sampai 9 orang. Lebih dari separuh contoh laki-laki (59,38%) dan contoh perempuan (51,28%) memiliki keluarga sedang. Keluarga contoh yang tergolong keluarga kecil atau Keluarga Berencana (KB) secara keseluruhan hanya 36,37 persen.

(5)

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan besar keluarga

Ukuran keluarga (orang) BKKBN

Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110)

% % %

Kecil (≤4 ) 31,25 38,46 36,37

Sedang (5-6) 59,38 51,28 53,63

Besar (≥7) 9,37 10,26 10,00

Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga contoh laki-laki berkisar antara Rp500.000,00-Rp8.000.000,00 sedangkan contoh perempuan antara Rp350.000,00-Rp7.000.000,00. Pada contoh laki-laki, lebih dari seperempatnya (37,35%) memilki pendapatan keluarga sebesar Rp2.000.000,01-Rp3.000.000,00. Contoh perempuan lebih dari seperempatnya (32,00%) memiliki pendapatan keluarga di atas empat juta rupiah. Rata-rata pendapatan keluarga contoh laki-laki adalah Rp3.630.000,00 dan keluarga contoh perempuan adalah Rp3.340.000,00.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga (Rp/perbulan)

Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) % % % < 1000.000,00 9,38 5,13 6,36 1000.000,00-2.000.000,00 12,50 28,21 23,64 2.000.000,01-3.000.000,00 37,50 19,23 24,45 3.000.000,01-4.000.000,00 9,38 15,38 13,64 > 4.000.000,00 31,25 32,00 31,81

Pendapatan per kapita

Penggolongan pendapatan per kapita keluarga perbulan menggunakan garis kemiskinan provinsi Jawa Barat tahun 2010. Berdasarkan Tabel 14 terdapat sebagian kecil contoh laki-laki (12,50%) dan contoh perempuan (10,26%) yang tergolong kedalam keluarga miskin. Hampir seluruh contoh laki-laki (87,50%) dan perempuan (89,74%) memiliki pendapatan per kapita keluarga diatas Rp212.210,00 sehingga tergolong keluarga tidak miskin.

Kisaran pendapatan per kapita keluarga contoh laki-laki adalah Rp85.714,00-2.000.000,00 dengan rata-rata Rp769.000,00. Pada contoh perempuan kisaran pendapatan per kapita keluarganya adalah antara Rp85.700,00-Rp1.750.000,00 dengan rata-rata Rp710.000,00.

(6)

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pendapatan perkapit keluarga

Pendapatan per kapita keluarga (Rp/perbulan) Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) % % % Miskin (≤ 212.210,00) 12,50 10,26 10,91 Tidak miskin (>212.210,00) 87,50 89,74 89,09

Jenis pekerjaan orang tua

Lebih dari seperempat contoh laki-laki (37,50%) dan hampir seperempat contoh perempuan (21,79%) memiliki ayah yang bekerja sebagai PNS. Pada contoh laki-laki jenis pekerjaan ayah yang banyak setelah PNS adalah wirausaha (25,00%), sedangkan pada contoh perempuan jenis pekerjaan ayah yang banyak setelah PNS adalah tidak memiliki pekerjaan atau tidak bekerja (20,51%).

Sebagian kecil ayah contoh laki-laki (12,51%) juga tidak bekerja. Penyebab ayah tidak bekerja adalah ayah sudah pensiun, sudah meninggal, dan usia yang sudah tua (>50 tahun), sehingga tidak mampu lagi bekerja. Secara kesleuruhan lebih dari seperempat (26,36%) ayah contoh bekerja sebagai pegawai negeri sipil, dan hampir seperempatnya (19,09%) bekerja sebagai wirusahawan.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan ayah

Pekerjaan Ayah Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) % % % PNS 37,50 21,79 26,36 Polisi/ABRI 0,00 5,13 3,64 Pegawai swasta 6,25 17,95 14,55 Wirausaha 25,00 16,67 19,09 BUMN 3,13 3,85 3,64 Dosen 3,13 6,41 5,45 Guru 3,13 2,56 2,73 Petani/buruh 6,25 3,85 4,55 Tidak bekerja 12,51 20,51 18,18 Lainnya

(notaris, industrial design) 3,13 1,28 1,82

Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan ibu tersaji pada Tabel 16. Lebih dari setengah contoh perempuan (56,41%), dan hampir setengah contoh laki-laki (37,50%) memiliki ibu yang tidak bekerja atau Ibu Rumah Tangga (IRT). Selain IRT, hampir setengah contoh ibu laki-laki (31,25%) adalah PNS, dan hampir seperempat ibu contoh perempuan (21,79%) juga PNS.

(7)

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan ibu

Pekerjaan Ibu Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110)

% % % PNS 31,25 24,36 26,36 Pegawai swasta 6,26 5,13 5,45 Wirausaha 9,38 8,97 9,09 Dosen 6,25 2,56 3,64 Guru 6,26 1,28 2,73 Petani/buruh 0,00 1,28 0,91 Pensiunan 3,13 0,00 0,91

Tidak bekerja (IRT) 37,50 56,41 50,91

Usia orang tua

Usia orang tua contoh digolongkan kedalam kategori tahapan perkembangan masa dewasa menurut Hurlock (1994). Usia ayah contoh laki-laki berkisar antara 40-66 tahun dengan rata-rata 51,80 tahun. Pada contoh perempuan, usia ayah berada pada rentang usia 41-77 tahun, dengan rata-rata usia 51,40 tahun. Hampir seluruh contoh laki-laki (81,25%) dan contoh perempuan (85,90%) memiliki ayah yang tergolong dewasa madya (Tabel 17). Hanya sebagian kecil ayah contoh laki-laki (6,25%) yang masih berusia dewasa muda. Terdapat sebaian kecil contoh secara keseluruhan (9,09%) yang tidak memiliki ayah karena sudah meninggal.

Usia ibu keseluruhan contoh memiliki rentang usia antara 38-58 tahun, pada contoh laki-laki rata-rata usia ibu adalah 48,60 tahun dan contoh perempuan 47,30 tahun. Hampir seluruh contoh laki-laki (96,88%) dan hampir seluruh contoh perempuan (93,59%) memiliki ibu yang tergolong dewasa madya. Hanya sebagian kecil contoh laki-laki (3,13%) dan contoh perempuan (6,41%) yang memiliki ibu berusia dewasa muda.

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia orang tua.

Usia (tahun) Hurlock (1994) Ayah Ibu Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) % % % % % % 18-40 (Dewasa muda) 6,25 0,00 1,82 3,13 6,41 5,45 41-60 (Dewasa Madya) 81,25 85,90 84,44 96,88 93,59 94,55 >60 (Dewasa lanjut) 6,25 3,85 5,55 0,00 0,00 0,00 Meninggal 6,25 10,26 9,09 0,00 0,00 0,00

(8)

Pendidikan orang tua

Lama pendidikan yang pernah ditempuh ayah dan ibu contoh secara keseluruhan adalah minimal 6 tahun dan maksimal 21 tahun. Rata-rata lama pendidikan ayah seluruh contoh adalah 14,07 tahun, dan rata-rata lama pendidikan ibu seluruh contoh adalah 13,12 tahun. Hampir seluruh contoh laki-laki (90,63%) dan hampir seluruh contoh perempuan (92,80%) memiliki ayah yang lama pendidikannya diatas sembilan tahun (Tabel 18). Lama pendidikan ibu, hampir seluruh contoh laki-laki dan perempuan (85,45%) adalah di atas sembilan tahun.

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan lama pendidikan orang tua

Lama pendidikan

(tahun)

Ayah, contoh: Ibu, contoh:

Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) % % % % % % ≤ 9 9,38 7,69 8,20 18,75 12,82 14,54 >9 90,63 92,31 91,80 81,25 87,18 85,45

Berdasarkan jenjang pendidikan formal (Tabel 19), lebih dari seperempat ayah contoh laki-laki (31,25%) memiliki jenjang pendidikan SMA, dan lebih dari seperempatnya S1 (31,25%). Ayah contoh perempuan lebih dari seperempatnya (35,90%), memiliki jenjang pendidikan SMA. Lebih dari seperempat ibu contoh laki-laki (34,38%) memiliki jenjang pendidikan S1, sedangkan hampir setengah ibu contoh perempuan (46,44%) memiliki jenjang pendidikan SMA. Untuk jenjang pendidikan terendah yaitu Sekolah Dasar (SD), persentase ibu contoh (9,09%) lebih besar dibandingkan ayah contoh (5,45%). Sedangkan jenjang pendidikan tertinggi (S2-S3), jumlah ayah contoh lebih besar (16,36%) dibandingkan ibu contoh (7,27%).

Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan formal orang tua

Pendidikan formal

Ayah, contoh: Ibu, contoh:

Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) % % % % % % SD 9,38 3,85 5,45 15,63 6,41 9,09 SMP 0,00 3,85 2,73 3,13 6,41 5,45 SMA 31,25 35,90 34,55 25,00 46,44 40,91 Diploma 12,50 21,79 19,09 12,50 11,54 11,82 S1 31,25 17,95 21,82 34,38 21,79 25,45 S2 atau S3 15,63 16,67 16,36 9,38 6,41 7,27

(9)

Kelengkapan orang tua

Pernikahan orang tua merupakan contoh kehidupan pernikahan yang paling sering dilihat dan dirasakan oleh contoh. Perceraian dalam keluarga, terutama perceraian orang tua, bisa menjadi salah satu faktor bagi anak untuk menunda bahkan menghindari pernikahan (Thornton 1989). Hal tersebut disebabkan rasa sakit akibat perceraian orang tua dapat menimbulkan keyakinan bahwa pernikahan tidak perlu selamanya, sehingga kemauan untuk menghadapi resiko dalam membangun komitmen pernikahan bisa berkurang. Berdasarkan Tabel 20, orang tua contoh laki-laki dan perempuan hampir seluruhnya (87,27%) masih utuh. Hanya sebagai kecil contoh (8,18%) yang ayahnya meninggal, dan sebagian kecil contoh (4,55%) yang orang tuanya bercerai.

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan kondisi pernikahan orang tua

Kelengkapan orang tua Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110)

% % %

Bercerai 3,12 5,13 4,55

Salah satu meninggal 6,25 8,97 8,18

Utuh 90,63 85,90 87,27

Usia menikah orang tua

Usia menikah orang tua dibagi kedalam enam kategori berdasarkan sebaran data (Tabel 21). Rata-rata usia menikah ayah keseluruhan contoh adalah 26,80 tahun. Rata-rata usia menikah ayah laki-laki adalah 26,50 tahun dengan kisaran 18-38 tahun. Rata-rata usia menikah ayah perempuan adalah 26,90 tahun dengan kisaran 20-45 tahun. Lebih dari seperempat ayah contoh laki-laki (37,50%) menikah pada usia 23-25 tahun, dan lebih dari seperempat ayah contoh perempuan (34,62%) menikah pada usia 26-28 tahun. Terdapat sebagian kecil ayah contoh laki-laki (3,12%) yang usia menikahnya dibawah 20 tahun.

Untuk usia menikah ibu, kisaran usia secara keseluruhan contoh adalah 16-31 tahun. Rata-rata usia menikah ibu contoh laki-laki adalah 22,80 tahun, sedangkan ibu contoh perempuan adalah 22,60 tahun. Lebih dari seperempat ibu contoh laki-laki (34,37%) dan ibu contoh perempuan (33,33%) menikah pada usia 20-22 tahun. Sebagian kecil ibu contoh laki-laki (6,25%) dan ibu contoh perempuan (5,13%) menikah di usia 29-31 tahun.

(10)

Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia menikah orang tua Usia nikah (tahun) Ayah Ibu Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) % % % % % % 16-19 3,12 0,00 0,91 18,75 17,95 18,18 20-22 6,25 14,10 11,82 34,37 33,33 33,64 23-25 37,50 21,79 35,45 25,00 29,49 28,18 26-28 25,00 34,62 31,82 15,63 14,10 14,55 29-31 18,75 19,23 19,09 6,25 5,13 5,45 >31 9,38 10,26 10,00 0,00 0,00 0,00

Pengelompokan usia menikah orang tua selanjutnya mengacu pada hukum perkawinan yang berlaku di Republik Indonesia yaitu UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Terdapat sebagian kecil (3,13%) ayah contoh laki-laki yang menikah dibawah usia minimal yang diizinkan oleh Undang-Undang (Tabel 26). Untuk contoh perempuan seluruh ayah (100,00%) menikah pada usia yang sesuai menurut Undang-Undang. Untuk usia menikah ibu contoh, seluruh contoh (100%) memiliki ibu yang menikah pada usia yang sudah diizinkan oleh aturan pemerintah, yaitu sudah berusia 16 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih ada orang yang menikah pada usia diluar aturan pemerintah.

Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia menikah orang tua menurut ketentuan Undang-Undang No.1 tahun 1974

Usia menikah (UU No 1 tahun 1974) Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) % % % Ayah

Tidak diizinkan menikah (< 19) 3,13 0.00 0,91

Dizinkan menikah (≥ 19) 96,88 100,00 99,09

Ibu

Dizinkan menikah (≥ 16 tahun) 100,00 100,00 100,00

Uji beda karakteristik

Berdasarkan uji statistik antara rata-rata karakteristik contoh berdasarkan jenis kelamin contoh mulai dari usia dan uang saku tidak terdapat perbedaan. Uji rata-rata karakteristik keluarga mulai dari besar keluarga, pendapatan keluarga, pendapatan per kapita, usia orangtua, usia menikah orangtua, dan lama pendidikan orang tua juga menunjukan tidak ada perbedaan antara contoh laki-laki dan contoh perempuan, dimana nilai signifikansi seluruh variabel karakteristik diatas 0,05.

(11)

Tabel 23 Rata-rata, standar deviasi, dan nilai uji beda karakteristik contoh dan keluarga contoh berdasarkan jenis kelamin

Variabel Karakteristik Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Uji beda (sig) Rata-rata ± SD Rata-rata ± SD Usia 20,80 ± 1,30 20,60 ± 1,00 0,48 uang saku 745.000±338.487 717.000±246.879 0,67 Besar keluargs 5,00 ± 1,30 4,90 ± 1,20 0,79 Pendapatan keluarga 3.630.000±2.147.382 3.340.000±1.782.247 0,49 Pendapatan per kapita 769.000 ± 483.430,5 710.000 ± 412.189,2 0,54

Usia ayah 51,80±6,00 51,40±5,50 0,71

Usia ibu 51,50±5,60 48,60 ± 4,80 0,17

Lama pendidikan ayah 14,00 ± 3,50 14,10 ± 3,10 0,93

Lama pendidikan Ibu 13,34 ± 3,93 13,03 ± 2,94 0,64

Usia menikah ayah 26,50 ± 4,10 26,90 ± 4,30 0,66

Usia menikah ibu 22,80 ± 3,70 22,60 ± 3,20 0,83

Kesiapan Menikah Definisi pernikahan

Lebih dari tiga perempat contoh laki-laki (81,25%) dan contoh perempuan (82,05%) mendefinisikan pernikahan sebagai ikatan yang sah laki-laki dan perempuan menurut hukum dan agama (Tabel 24). Definisi pernikahan yang paling banyak dijawab selanjutnya adalah pernikahan sebagai sarana membentuk keluarga (26,45%) dan pernikahan sebagai sarana untuk memperoleh cinta, kasih sayang, dan dukungan dari pasangan (11,73%). Sebagian kecil contoh (2,04%) menyebut pernikahan sebagai warisan budaya, dengan melakukan pernikahan sama artinya dengan melestarikan budaya kepada generasi selanjutnya.

Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban definisi pernikahan Definisi Pernikahan Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) jawaban (n=196) % % % %

Ikatan yang sah laki-laki dan perempuan

menurut hukum dan agama 81,25 82,05 81,82 45,41

Sarana membentuk keluarga dan

mendapat keturunan 37,50 53,84 48,10 22,45

Sarana memperoleh cinta, kasih sayang,

dan dukungan dari pasangan 15,63 23,08 20,91 11,73

Sarana beribadah kepada Tuhan 18,75 17,94 18,18 9,18

Sarana menciptakan kekerabatan dua

keluarga 6,25 8,97 8,18 4,59

Sesuatu yang membutuhkan

tanggungjawab dan kedewasaan 6,25 6,41 6,36 4,59

(12)

Beberapa jawaban contoh berisi pernyataan bahwa pernikahan merupakan sarana memenuhi kebutuhan dan kewajiban sebagai umat beragama. Penelitian Hall (2006) menyebutkan bahwa seseorang yang memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban dan sarana untuk mendapatkan kebutuhan baik fisik maupun kebutuhan psikologis, biasanya lebih memiliki pandangan “klasik ideal” (classically idealistic) mengenai pernikahan.

Tujuan Menikah

Seluruh contoh laki-laki (100,00%) menikah dengan tujuan ingin memiliki keluarga, pendamping, dan keturunan, dan selanjutnya menikah untuk beribadah (65,63%). Pada contoh perempuan, hampir sama dengan contoh laki-laki, seluruhnya (100,00%) menikah dengan tujuan ingin memiliki keluarga, pendamping, dan keturunan, dan lebih dari dua pertiga (71,79%) menikah karena ingin beribadah. Sebagian kecil contoh, laki-laki (3,13%) dan perempuan (1,28%) menikah karena ingin menjaga warisan budaya (Tabel 25).

Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan tujuan ingin menikah

Tujuan Menikah Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) Jawaban (n=295) % % % %

Untuk mendapatkan keluarga,

pendamping, dan keturunan. 100,00 100,00 100,00 37,28

Untuk beribadah kepada Tuhan. 65,63 71,79 70,00 26,10

Untuk memenuhi kebutuhan

psikologis (cinta dan dukungan) 18,75 37,18 31,82 11,86

Untuk memperoleh status sosial 28,12 16,67 20,00 7,46

Untuk mencukupi kebutuhan hidup 3,13 12,82 10,00 3,73

Untuk memenuhi kebutuhan sesksual 9,38 2,56 4,55 1,69

Untuk menjaga warisan budaya 3,13 1,28 1,82 0,68

Definisi Kesiapan Menikah

Defisini kesiapan menikah menurut contoh dikelompokan kedalam 21 kategori yang sesuai dengan jawaban contoh. Kategori diurutkan berdasarkan jawaban terbanyak disebutkan oleh contoh (Tabel 26). Kesiapan menikah adalah kesiapan psikologis, mental atau emosi, dijawab lebih tiga perempat contoh laki-laki (78,13%) dan lebih tiga perempat contoh perempuan (75,64%). Jawaban kedua kesiapan menikah adalah kesiapan fisik dan kesehatan, dijawab oleh hampir setengah contoh laki-laki (40,63%) dan lebih dari dua pertiga contoh perempuan (61,54%).

(13)

Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan definisi kesiapan menikah

Definisi kesiapan menikah

Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) Jawaban (n=320) % % % % Kesiapan psikologis/mental/emosi 78,13 75,64 76,36 26,25

Kesiapan Fisik dan kesehatan 40,63 61,54 55,45 19,06

Kesiapan materi 65,63 43,59 50,00 17,19

kesiapan menjalankan peran 15,63 21,79 14,55 6,25

Bertanggung jawab 12,50 12,82 12,73 4,38

Memiliki Pengetahuan agama dan

keimanan 9,38 11,54 10,91 3,75

Kesiapan membangun hubungan sosial 9,38 7,69 6,36 2,19

Memiliki pengetahuan pernikahan dan

pengasuhan 6,25 7,69 7,27 2,50

Kesiapan organ reproduksi (seksual) 6,25 7,69 7,27 2,50

Siap berkomitmen 0,00 5,13 5,45 1,88

Siap menghadapi dan memecahkan

masalah 3,13 6,41 5,45 1,88

Memiliki Kedewasaan 6,25 3,85 4,55 1,56

Kesiapan menerima kekurangan orang

lain 3,13 5,13 4,55 1,56

Kesiapan beradaptasi dengan

lingkungan 6,25 3,85 4,55 1,56

Kematangan usia 6,25 3,85 4,55 1,56

Memiliki calon pasangan dan restu

orang tua 3,13 3,85 3,64 1,25

Kemampuan merencanakan masa

depan 3,13 2,56 3,64 1,25

Kesiapan mencintai 3,13 3,85 2,73 0,94

Memiliki Pekerjaan 0,00 3,85 2,73 0,94

Kemandirian 0,00 2,56 1,82 0,63

Memiliki tabungan 0,00 1,28 0,91 0,31

Hasil jawaban contoh selanjutnya dimasukan kedalam faktor-faktor kesiapan menikah menurut ahli Tabel 27. Pemetaan dilakukan berdasarkan dengan melihat kedekatan konten-konten jawaban dengan faktor-faktor kesiapan menikah para ahli. Faktor-faktor yang terkonfirmasi berdasarkan jawaban contoh adalah kesiapan emosi oleh enam item jawaban, kesiapan sosial sebanyak tiga item, kesiapan peran sebanyak tiga item, kesiapan finansial dengan dua item jawaban, kesiapan spiritual, kesiapan seksual sebanyak dua item jawaban, terakhir menyatakan kesiapan usia. Faktor yang tidak terkonfirmasi oleh jawaban contoh adalah kemampuan komunikasi. Sedangkan jawaban memiliki calon dan restu dari orang tua tidak dipetakan kedalam faktor kesiapan menikah ahli.

(14)

Tabel 27 Pemetaan kesiapan menikah contoh kedalam faktor-faktor kesiapan menikah menurut ahli

Definisi kesiapan menikah contoh Faktor-faktor kesiapan menikah ahli 1. Kesiapan psikologis/mental/emosi/batin

Kesiapan emosi 2. Siap berkomitmen

3. Siap menghadapi dan memecahkan masalah 4. Kedewasaan

5. Kesiapan menerima kekurangan orang lain 6. Kesiapan mencintai

1. Kemampuan beradatasi dengan lingkungan

Kesiapan sosial 2. Kesiapan membangun hubungan sosial

3. Kemandirian

1. kesiapan menjalankan peran

Kesiapan peran 2. Pengetahuan tentang pernikahan dan

pengasuahan

3. Kemampuan merencanakan masa depan 4. bertanggung jawab

1.Pekerjaan atau penghasilan

Kesiapan finansial 2.Memiliki tabungan

3. Materi

Pengetahuan agama dan keimanan Kesiapan spiritual

1.Kesiapan Fisik dan kesehatan

Kesiapan seksual 2. Kesiapan organ reproduksi

Kematangan usia Kesiapan usia

- Kemampuan berkomunikasi

Kesiapan Menikah Menurut Jenis Kelamin Kesiapan menikah laki-laki

Menurut contoh laki-laki, seluruhnya (100,00%) menjawab kesiapan finansial sebagai faktor paling penting untuk dipersiapkan oleh laki-laki, tiga perempat (75,00%) menjawab kesiapan emosi, dan hampir setengahnya (40,62%) menjawab kesiapan menjalankan peran, lebih dari seperempatnya (34,38%) menjawab kesiapan fisik yang sehat, dan seperempatnya (25,00%) menjawab kesiapan sosial.

Sedangkan menurut contoh perempuan, seluruhnya (100%) menjawab faktor kesiapan menikah yang penting bagi laki-laki adalah kesiapan finansial, lebih dari tiga perempatnya (89,74%) menjawab mengelola emosi lalu hampir dua pertiganya (70,51%) menjawab kesiapan peran, lebih dari seperempatnya (30,77%) menjawab kesiapan spiritual, dan seperempatnya (26,92%) menjawab kesiapan fisik (Tabel 28).

(15)

Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin yang menyebut faktor kesiapan menikah untuk laki-laki

Faktor kesiapan menikah laki-laki

Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110)

% % %

Kesiapan finansial 100,00 100,00 100,00

Kesiapan emosi 75,00 89,74 85,45

Kesiapan peran 40,62 70,51 62,81

Kesiapan fisik (sehat) 34,38 26,92 29,10

Kesiapan spiritual 21,87 30,77 28,18

Kesiapan sosial 25,00 7,69 12,72

Kesiapan seksual 15,62 3,87 7,27

Kesiapan usia 3,13 1,28 1,82

Kemampuan komunikasi 0,00 0,00 0,00

Kesiapan menikah perempuan

Kesiapan menikah untuk perempuan menurut seluruh contoh lebih dari tiga perempatnya (84,55%) menjawab kesiapan emosi, lebih dari setenganya (53,63%) menjawab kesiapan menjalankan peran, hampir setenganya (45,45%) menjawab kesiapan finansial, lebih dari seperempatnya (29,10%) menjawab kesiapan secara fisik yang sehat dan lebih dari seperempatnya (25,45%) menjawab kesiapan seksual (Tabel 29).

Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin yang menyebut faktor kesiapan menikah untuk perempuan

Faktor kesiapan menikah perempuan

Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110)

% % %

Kesiapan emosi 84,38 84,62 84,55

Kesiapan peran 50,00 55,13 53,63

Kesiapan finansial 40,63 47,44 45,45

Kesiapan fisik (sehat) 37,50 25,64 29,10

Kesiapan seksual 34,38 21,79 25,45

Kesiapan spiritual 21,88 20,51 20,91

Kesiapan sosial 15,63 17,59 17,27

Kesiapan usia 0,00 2,56 1,82

Kemampuan komunikasi 0,00 0,00 0,00

Tugas suami dan istri

Stinnet (1969) percaya bahwa kesiapan menikah berhubungan dengan kompetensi menikah. Ia mendefinisikan kompetensi menikah sebagai kemampuan untuk melakukan peran dan tugas dalam rumah tangga. Kesimpulannya, kesuksesan pernikahan ditentukan oleh kesiapan individu untuk menjalankan peran atau tugasnya.

(16)

Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban tugas suami Tugas suami Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) % % % Memimpin keluarga. 100,00 93,59 95,45 Mencari nafkah. 87,50 94,87 92,73 Mengasuh anak. 37,50 30,77 32,73 Mendampingi pasangan, 18,75 12,82 14,55

Memberi cinta, kasih sayang, dan dukungan. 9,38 16,67 14,55

Melakukan pekerjaan rumah tangga. 3,13 19,23 14,55

Bertanggung jawab pada keluarga. 15,63 10,26 11,82

Memberi kebutuhan seksual. 3,13 12,82 10,00

Menjaga keharmonisan 6,25 10,26 9,09

Menjalin hubungan dengan lingkungan sosial. 3,13 6,41 5,45

Seluruh contoh laki-laki (100,00%) dan hampir seluruh contoh perempuan (95,45%) menyebut tugas suami adalah memimpin keluarga. Tugas suami selanjutnya adalah mencari nafkah, disebutkan oleh hampir seluruh contoh laki-laki (87,50%) dan perempuan (94,87%). Untuk tugas mengasuh anak dijawab hampir sepertiga contoh secara keseluruhan (32,73%). Sebagian kecil contoh (14,55%) menjawab tugas suami adalah mendampingi pasangan. Tugas melakukan pekerjaan rumah tangga sebagai tugas suami hanya disebut oleh sebagian kecil contoh laki-laki (3,13%) dan sebagain kecil contoh perempuan (19,23%).

Untuk jawaban tugas istri tersaji pada Tabel 31. Tugas isteri menurut lebih hampir seluruh contoh laki-laki dan perempuan (87,27%) adalah melakukan pekerjaan rumah tangga, hampir dua pertiga contoh (73,64%) menyebut mendampingi pasangan Lebih dari separuh contoh (65,45%) menyebut mengasuh anak, dan lebih dari seperempatnya (28,18%) menjawab mencari nafkah.

Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan jawaban tugas istri

Tugas istri Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) % % %

Melakukan pekerjaan rumah tangga. 68,75 94,87 87,27

Mendampingi pasangan, 78,13 84,62 73,64

Mengasuh anak. 75,00 61,54 65,45

Mencari nafkah. 28,13 28,21 28,18

Menjalin hubungan dengan lingkungan sosial. 21,88 17,95 19,09

Memberi cinta, kasih sayang, dan dukungan 15,63 14,10 14,55

Menjaga keharmonisan 9,38 6,41 7,27

(17)

Faktor-Faktor Kesiapan Menikah

Identifikasi faktor kesiapan menikah selanjutnya menggunakan uji statistik Analisis Faktor. Sebelum melakukan uji analisis faktor dilakukan uji reabilitas dan validitas kepada item-item pernyataan yang akan dianalisis. Hasil uji reabilitas (Lampiran 1) menghasilkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,907 (>0,6), artinya item-item pernyataan reliable. Hasil uji validitas menghasilkan nilai korelasi dari 57 item yang diuji terhadap total skor kesiapan menikah. Terdapat dua item yang tidak valid, dimana nilai korelasinya dibawah 0,3 (Lampiran 1). Sisa 55 item itulah yang digunakan kedalam uji lanjutan yaitu analisis faktor.

Kelayakan analisis faktor ditentukan oleh nilai KMO (Kiser Meyer Olkin) dan Barlett Test of Spherecity. Nilai KMO SMA adalah 0,712 (Lampiran 2), nilai ini diatas 0,5 sehingga pernyataan bisa dianalisis lebih lanjut. Sedangkan hasil perhitungan anti-image correlation pada masing-masing pernyataan, hanya terdapat dua pernyataan yang nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) dibawah 0,5 sehingga harus dikeluarkan, akhirnya tersisa 53 pernyataan. Nilai signifikasin pada Barlett’s Test of Sphericity adalah 0,000 (<0,05), angka ini menunjukan terdapat hubungan yang sangat kuat antara item pernyataaan. Hasil uji KMO,MSA, dan nilai signifikansi menyatakan analisis faktor layak dilakukan. Tahap selanjutnya adalah ekstraksi faktor dengan kriteria Latent Root, serta rotasi faktor. Hasil ekstraksi faktor menghasilkan 14 faktor (Lampiran 2). Faktor 1 memiliki nilai total eigenvalues sebesar 11,59 (21,87%), artinya faktor 1 mampu menjelaskan varian indikator 21,87 persen dari keseluruhan total indikator atau faktor kesiapan menikah. Total kumulatif dari ke empat belas faktor adalah 71,15 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa total varians atau informasi yang dapat digali dari empat belas faktor yang terbentuk adalah sebesar 71,15 persen (Tabel 32).

Pada tabel hasil Rotasi terdapat factor loading, yaitu korelasi antara item pernyataan dengan faktor yang terbentuk. Semakin tinggi nilai factor loading maka semakin kuat ikatan item dengan faktor. Dari 53 item yang memiliki factor loading diatas 0,5 sebanyak 44 item. Setelah diperoleh faktor dengan item-item pernyatan yang valid. Tahap selanjutnya yaitu interpretasi atau penamaan faktor sesuai dengan karakteristik masing-masing pernyataan yang membentuk faktor.

(18)

Tabel 32 Item pernyataan, statistik, dan penamaan 14 faktor

Item pernyataan Faktor

loading Faktor

Keragaman (%)

1. Tidak suka membesarkan masalah yang kecil 0,72

Mengelola

emosi 21,88

2. Tidak pendendam 0,60

3. Tidak melampiaskan amarahnya ke orang-orang

terdekat 0,57

4. Tahu kelebihan dan kekurangan diri sendiri 0,57 5. Tidak mengeluarkan kata-kata kasar ketika marah 0,56 6. Tidak minum minuman beralkohol 0,55 7. Mengetahui apa yang dibutuhkan oleh orang lain 0,75

Empati 7,64 8. Bersedia berkorban untuk orang lain 0,63

9. Mengetahui alasan penyebab timbulnya perasaan

senang, sedih, dll 0,62

10. Mampu membedakan perasaan yang dirasakan 0,60 11. Tidak memotong pembicaraan orang lain 0,54 12. Bisa bekerja didalam tim 0,78

Ketermpilan

Sosial 6,13 13. Mudah bergaul dengan teman sebaya 0,77

14. Senang mengikuti kegiatan masyarakat 0,60 15. Berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi

dengan sabar 0,59

16. Mampu menyelesaikan persoalan dengan orang

lain 0,54

17. Sudah berusia 19 tahun bagi laki-laki 0,87

Kematangan

usia 5,28 18. Sudah berusia 21 tahun bagi wanita 0,84

19. Sudah berusia 21 tahun bagi laki-laki 0,84 20. Sudah berusia16 tahun bagi wanita 0,84

21. Memiliki pekerjaan 0,71

Kesiapan

finansial 5,01

22. Tidak merokok 0,71

23. Memiliki tabungan untuk masa depan 0,71 24. Mencari informasi cara berumah tangga 0,58 25. Memiliki tempat tinggal terpisah dari orang tua 0,57 26. Perempuan sudah mampu hamil 0,89

Kesiapan

seksual 4,02 27. Lak-laki sudah mampu membuahi 0,88

28. Siap berhubungan seksual 0,79 29. Hubungan seksual penting dalam pernikahan 0,70

30. Pendengar yang baik 0,78

Kemampuan

komunikasi 3,39 31. Memberikan respon positif ketika berkomunikasi 0,77

32. Mengkritik seseorang dengan cara yang baik 0,51 33. Tahu tugas dan peran suami 0,85

Kesiapan

peran 3,25 34. Tahu tugas dan peran istri 0,84

35. Mampu mengambil keputusan sendiri 0,76 36. Memiliki pengalaman hidup sendiri

(terpisah dari orang tua) 0,72 Kognisi

Sosial 2,98 37. Siap tinggal dengan keluarga pasangan (mertua) 0,53

38. Harus memiliki figure pernikahan yang dapat 0,52 39. Memberi tanpa mengharapkan balasan 0,81

Toleransi 2,72 40. Tidak bersenang-senang diatas penderitaan orang 0,71

41. Melaksanakan ibadah agama dengan teratur 0,72 Keagamaan 2,38 42. Mencintai diri sendiri (self esteem) 0,73 Self esteem 2,34 43. Mementingkan kepentingan bersama diatas

kepentingan pribadi

0,62 Tidak egois

2,15 44. Berfikir positif terhadap orang lain 0,59 Berfikir

Positif 1,98

(19)

Penamaan faktor dilakukan berdasarkan item yang diwakilinya. Faktor pertama terdiri atas pernyataan tidak suka membesarkan masalah yang kecil, tidak pendendam, tidak melampiaskan amarahnya ke orang terdekat, tahu kelebihan dan kekurangan, tidak mengeluarkan kata-kata kasar ketika marah, dan tidak minum minuman beralkohol, diberi nama Mengelola Emosi. Faktor kedua terdiri atas item mengetahui apa yang dibutuhkan orang lain, bersedia berkorban untuk orang lain, mengetahui alasan penyebab timbulnya perasaan, mampu membedakan perasaan yang dirasakan, dan tidak memotong pembicarran orang lain, sehingga diberi nama Kemampuan Empati. Empati adalah mampu menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain, sehingga bisa merasakan yang dirasakan orang lain. Faktor yang ketiga terdiri atas pernyataan bisa bekerja dalam tim, mudah bergaul dengan teman sebaya, senang mengikuti kegiatan masyarakat, berusaha menyelesaikan masalah dengan sabar, dan mampu menyelesaikan masalah dengan orang lain, faktor ini dinamai Keterampilan Sosial. Faktor keempat terdiri atas item yang berhubungan dengan usia menikah sehingga diberi nama Kesiapan Usia. Faktor kelima terdiri atas pernyataan memiliki pekerjaan, tidak merokok, memiliki tabungan untuk masa depan, mencari infromasi cara berumah tangga, dan memiliki tempat tinggal yang terpisah dari orang tua, sehingga dinamai Kesiapan Finansial. Faktor keenam dinamai Kesiapan Seksual karena terdiri atas pernyataan wanita sudah mampu hamil, laki-laki sudah mampu membuahi, siap berhubungan seksual, dan hubungan seksual penting dalam pernikahan.

Faktor ketujuh terdiri atas item pernyataan pendengar yang baik, memberikan respon positif ketika berkomunikasi, dan mengkritik seseorang dengan cara yang baik, sehingga dinamai Kemampuan Komunikasi. Faktor kedelapan terdiri atas pernyataan tahu tugas dan peran suami, tahu tugas dan peran istri, dan mampu mengambil keputusan, dinamai faktor Kesiapan Peran. Faktor kesembilan terdiri atas item pernyataan memiliki pengalaman hidup sendiri, siap tinggal dengan keluarga pasangan, dan memiliki figure pernikahan yang bisa ditiru, faktor ini dinamai Kognisi Sosial. Kognisi sosial adalah pengetahuan serta kemampuan menganalisis bagaimana dunia sosial bekerja serta mengetahui apa yang diharapkan dalam kebanyakan situasi sosial (Goleman 2007).

(20)

Faktor yang kesepuluh terdiri atas dua item pernyataan yaitu memberi tanpa mengharapkan balasan dan tidak bersenang-senang diatas penderitaan orang lain, faktor ini disebut Toleransi. Toleransi adalah menghargai perbedaan kualitas pada diri seseorang, berpandangan terbuka terhadap sudut pandang dan keyakinan orang lain, serta menghargai dan menghormati orang lain. Pada hasil analisis faktor yang pertama ini terdapat empat faktor yang hanya terdiri atas satu pernyataan. Faktor tersebut sebaiknya dihilangkan dengan pertimbangan dalam penelitian biasanya data yang diperoleh merupakan data sampel (bukan populasi), maka kemungkinan akan terjadi kesalahan pengukuran (tidak valid atau tidak reliabel), jika hanya ada satu item pada satu faktor maka jika satu item tersebut tidak valid, maka faktor tidak bisa diuji lanjut. Oleh karena itu dilakukan analisis faktor yang kedua, dengan teknik ekstraksi apriori criterion, yaitu jumlah faktor ditentukan sendiri. Jumlah faktor yang ditentukan adalah 10 faktor, sesuai jumlah faktor valid yang diperoleh melalui kriteria latent factor.

Pada Tabel 33 tersaji hasil analisis faktor pengelompokan item pernyataan kedalam faktor-faktor yang terbentuk. Jumlah item pernyataan yang tersiolasi menjadi lebih kecil yaitu 36 item. Penamaan faktor dilakukan berdasarkan item yang diwakilinya, penamaan sama dengan penamaan pada faktor 14 faktor, hanya urutan faktornya saja yang berbeda. Faktor pertama diberi nama Mengelola Emosi. Faktor kedua Kesiapan Peran. Faktor ketiga Empati. Faktor keempat Kesiapan Usia. Faktor kelima Kemampuan Komunikasi. Faktor yang keenam Keterampilan Sosial. Faktor ketujuh dinamai Kesiapan Seksual. Faktor kedelapan disebut Kesiapan Finansial, yang menarik adalah masuknya item tidak merokok pada faktor Kesiapan Finansial. Faktor Kesembilan dinamai Kognisi Sosial. Faktor yang kesepuluh dinamai Toleransi.

Beberapa item pernyataan yang terhapus pada analisis faktor ini adalah empat item yang merupakan empat faktor dengan satu item pernyataan, pada analisis faktor sebelumnya (14 faktor). Item mencari informasi cara berumah tangga dan memiliki tempat tinggal yang terpisah dari orang tua pada faktor kesiapan finansial, tahu kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan tidak melampiaskan amarahnya ke orang-orang terdekat pada faktor mengelola emosi. Kedua item tersebut diganti dengan item tidak putus asa ketika menghadapi

(21)

masalah yang sangat berat dan berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan sabar. Item senang mengikuti kegiatan masyarakat pada faktor keterampilan sosial digantikan dengan menikmati waktu ketika bersama orang lain. Item siap tinggal dengan keluarga pasangan pada faktor kognisi sosial.Model analisis faktor yang kedua ini memiliki total kumulatif 62,29 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa total varians atau informasi yang dapat digali dari empat belas faktor yang terbentuk adalah sebesar 62,29 persen.

Tabel 33 Item pernyataan, statistik, dan penamaan 10 faktor

Item pernyataan loading Faktor Faktor Keragaman (%) 1. Tidak putus asa ketika menghadapi masalah t berat 0,66

Mengelola

emosi 21,88 2. Berusaha menyelesaikan masalah dengan sabar 0,64

3. Tidak melampiaskan amarahnya ke orang- terdekat 0,62 4. Tidak suka membersarkan masalah yang kecil 0,61 5. Tidak mengeluarkan kata-kata kasar ketika marah 0,57 6. Tidak minum minuman beralkohol 0,53 7. Tahu tugas dan peran istri 0,89

Kesiapan

peran 7,64 8. Tahu tugas dan peran suami 0,85

9. Mampu mengambil keputusan sendiri 0,63 10.Mengetahui apa yang dibutuhkan oleh orang lain 0,74

Empati

6,13 11.Mengetahui alasan penyebab timbulnya perasaan 0,62

12.Mampu membedakan perasaan yang dirasakan 0,58 13.Bersedia berkorban untuk orang lain 0,56 14.Tidak memotong pembicaraan orang lain 0,50 15.Sudah berusia 19 tahun bagi laki-laki 0,87

Kesiapan usia

5,28 16.Sudah berusia16 tahun bagi wanita 0,85

17.Sudah berusia 21 tahun bagi wanita 0,84 18.Sudah berusia 21 tahun bagi laki-laki 0,83

19.Pendengar yang baik 0,78

Komunikasi

5,01 20.Memberikan respon positif ketika berkomunikasi 0,77

21.Mengkritik seseorang dengan cara yang baik 0,55 22.Mudah bergaul dengan teman sebaya 0,62

Keterampilan

sosial 4,02 23.Bisa bekerja didalam tim 0,61

24.Mampu menyelesaikan persoalan dengan orang

lain 0,59

25.Menikmati waktu ketika bersama orang lain 0,57 26.Lak-laki sudah mampu membuahi 0,87

Kesiapan seksual

3,39 27.Perempuan sudah mampu hamil 0,86

28.Siap berhubungan seksual 0,79 29.Hubungan seksual penting dalam pernikahan 0,73

30.Tidak merokok 0,54

Kesiapan

finansial 3,25 31.Memiliki tabungan untuk masa depan 0,87

32.Memiliki pekerjaan 0,84

33.Memiliki figure pernikahan yang dapat ditiru 0,84

Kognisi Sosial 2,98 34.Memiliki pengalaman hidup sendiri (terpisah dari

orang tua) 0,84

35.Tidak bersenang-senang diatas penderitaan orang

lain 0,71 Toleransi 2,72

36.Memberi tanpa mengharapkan balasan 0,71

(22)

Ekstraksi faktor selanjutnya adalah delapan faktor, sesuai dengan jumlah faktor-faktor kesiapan menikah menurut ahli (Tabel 34). Jumlah item yang terisolasi 36 item dengan total kumulatif sebesar 56,58 persen. Penamaan faktor sesuai dengan item pembentuknya.

Tabel 34 Item pernyataan, statistik, dan penamaan 8 faktor

Item pernyataan Faktor

loading Faktor

Keragaman (%)

1. Tidak putus asa ketika menghadapi masalah berat 0,68

Mengelola

Emosi 21,88 2. Tidak melampiaskan amarahnya ke orang-orang

terdekat 0,66

3. Berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi

dengan sabar 0,64

4. Tidak suka membersarkan masalah yang kecil 0,62 5. Tidak minum minuman beralkohol 0,58 6. Tidak mengeluarkan kata-kata kasar ketika marah 0,54 7. Mengetahui apa yang dibutuhkan oleh orang lain 0,81

Empati komsniksi

7,64 8. Bersedia berkorban untuk orang lain 0,64

9. Mengetahui alasan penyebab timbulnya perasaan

senang, sedih, dll 0,63

10. Tidak memotong pembicaraan orang lain 0,61

11. Pendengar yang baik 0,58

12. Memberikan respon positif ketika berkomunikasi 0,54

13. Orang yang penyayang 0,54

14. Mengkritik seseorang dengan cara yang baik 0,50 15. Tahu tugas dan peran istri 0,87

Kesiapan peran

6,13 16. Tahu tugas dan peran suami 0,85

17. Mampu mengambil keputusan sendiri 0,60 18. Melaksanakan ibadah agama dengan teratur 0,55 19. Sudah berusia 19 tahun bagi laki-laki 0,86

Kesiapan Usia

5,28 20. Sudah berusia16 tahun bagi wanita 0,86

21. Sudah berusia 21 tahun bagi wanita 0,85 22. Sudah berusia 21 tahun bagi laki-laki 0,83 23. Memiliki tabungan untuk masa depan 0,75

Kesiapan Finansial

5,01

24. Tidak merokok 0,69

25. Memiliki tempat tinggal yang terpisah dari orang tua 0,61

26. Memiliki pekerjaan 0,58

27. Mencari informasi cara berumah tangga 0,52 28. Perempuan sudah mampu hamil 0,87

Kesiapan

seksual 4,02 29. Laki-laki sudah mampu membuahi 0,86

30. Siap berhubungan seksual 0,81

31. Hubungan seksual penting dalam pernikahan 0,68

32. Bisa bekerja didalam tim 0,56

Keterampil

an sosial 3,37 33. Mudah bergaul dengan teman sebaya 0,53

34. Menikmati waktu ketika sendiri maupun ketika

bersama orang lain 0,50

35. Harus memiliki figure pernikahan yang dapat 0,59 Kognisi

Sosial 3,25 36. Memiliki pengalaman hidup sendiri 0,57

(23)

Faktor pertama diberi nama Mengelola Emosi. Faktor kedua Kemampuan Empati dan Komunikasi. Faktor ketiga Kesiapan Peran, keempat Kesiapan Usia. Faktor kelima Kesiapan Finansial. keenam Kesiapan Seksual. Faktor ketujuh Keterampilan Sosial, dan Faktor kedelapan dinamai Kognisi Sosial. Terjadi penambahan pernyataan melaksanakan ibadah agama, pada kesiapan peran dan berkurangnya item pernyataan mampu menyelesaikan persoalan dengan orang lain, pada keterampilan sosial, serta bertambahnya item orang yang penyayang pada empati, dan muncul item memiliki tempat tinggal yang terpisah dari orang tua pada kesiapan finansial.

Pada uji 8 faktor, terdapat faktor yang akhirnya melebur dengan faktor lain adalah kemampuan komunikasi yang menyatu dengan faktor empati, dan menghilangnya faktor toleransi. Perbandingan hasil analisis faktor 14,10, dan 8 dilakukan untuk memiliih faktor-faktor yang akan digunakan pada pengujian regresi usia menikah. Faktor 14 tidak digunakan, walaupun kumulatifnya cukup besar namun terdapat empat faktor yang tidak valid. Pada faktor delapan item yang terisolasi sama dengan pada 10 faktor, namun mempertimbangkan nilai kumulatif maka yang memberikan informasi lebih banyak mengenai kesiapan menikah adalah faktor 10.

Tabel 35 Perbandingan kesiapan menikah hasil analisis faktor 14 faktor, 10 faktor, dan 8 faktor

Faktor (14) Faktor (10) Faktor (8)

Mengelola emosi (6 item) Mengelola emosi(6 item) Mengelola emosi (6 item) Empati (5 item) Kesiapan peran (3 item) Empati & komunikasi

(8 item)

Keterampilan Sosial (5 item) Empati (5 item) Kesiapan peran (4 item) Kesiapan usia (4 item) Kesiapan usia (4 item) Kesiapan usia (4 item) Kesiapan finansial (5 item) Komunikasi (3 item) Kesiapan finansial (5 item) Kesiapan seksual (4 item) Keterampilan sosial (4 item) Kesiapan seksual(4 item) Kesiapan Komunikasi (3 item) Kesiapan seksual (4 item) Keterampilan sosial (3item) Kesiapan peran (3 item) Kesiapan finansial (3 item) Kognisi sosial (2 item) Kognisi Sosial (3 item) Kognisi sosia (2 item)

Toleransi (2 item) Toleransi (2 item) Keagamaan ( 1 item)

Self esteem ( 1 item) Tidak egois( 1 item) Berfikir Positif ( 1 item)

Total item =44 Total item =36 Total item =36

(24)

Pada Tabel 35 faktor yang konsisten terbentuk dari hasil analisis faktor adalah Mengelola emosi, Kemampuan Empati, Keterampilan Sosial, Kognisi Sosial, Kesiapan peran, Kesiapan finansial, Kesiapan usia, Kesiapan Seksual, dan Kemampuan komunikasi. Perbandingan faktor kesiapan menikah menurut para ahli, identifikasi, dan hasil analisis faktor (10 faktor) dapat dilihat pada Tabel 36. Jika dibandingkan hasil kesiapan menikah menurut para ahli, identifikasi jawaban contoh, dan analisis faktor, maka terlihat bahwa beberapa faktor sebenarnya mewakili suatu faktor besar, misalnya Mengelola Emosi dan Kemampuan Empati tergolong kedalam kesiapan emosi, lalu Keterampilan Sosial, Kognisi sosial, dan Toleransi tergolong kedalam kesiapan sosial (Tabel 36).

Tabel 36 Perbandingan Faktor kesiapan menikah berdasarkan ahli, identifikasi dan analisis faktor

Faktor kesiapan menikah para ahli

Faktor kesiapan menikah Identifikasi

Faktor kesiapan menikah (Analisis Faktor)

Kesiapan Emosi Kesiapan Emosi Mengelola emosi

Empati

Kesiapan sosial Kesiapan sosial Keterampilan sosial

Kognisi sosial Toleransi Kesiapan reproduksi (seksual) Kesiapan reproduksi (seksual) Kesiapan seksual

Kesiapan peran Kesiapan peran Kesiapan peran

Kesiapan finansial Kesiapan finansial Kesiapan finansial

Kesiapan usia Kesiapan usia Kesiapan usia

Kemampuan komunikasi - Kemampuan komunikasi

Kesiapan spiritual Kesiapan spiritual -

Oleh karena itu dilakukan suatu uji analisis faktor kembali untuk membentuk faktor yang lebih kecil guna melihat apakah ada faktor lain yang memiliki kesamaan sehingga dapat digabungkan menjadi satu faktor. Hasil analisis faktor 10 dan 8 selanjutnya diuji lanjut menggunakan ekstraksi faktor Apriori Criterion, ditentukan sebanyak 4 faktor. Hasil analisis 4 faktor menghasilkan gabungan faktor Kesiapan Emosi dan Kemampuan Komunikasi bergabung membentuk satu faktor, selanjutnya Kesiapan Peran dan Kesiapan Finansial juga melebur menjadi satu faktor (Tabel 37), artinya antara kesiapan finansial dan kesiapan peran memiliki kedekatan. Faktor yang tetap konsisten berdiri sendiri adalah kesiapan seksual dan kesiapan usia.

(25)

Tabel 37 Perbandingan analisis faktor 10 faktor dan analisis faktor 4 faktor

10 faktor 4 faktor dari 10 faktor

Mengelola emosi(6 item) Kesiapan emosi dan komunikasi (15 item)

Kesiapan peran (3 item) Kesiapan peran dan finansial (5 item) Kemampuan Empati (5 item) Kesiapan seksual (4 item)

Kesiapan usia (4 item) Kesiapan usia (4 item)

Kemampuan komunikasi (3 item) Keterampilan sosial (4 item) Kesiapan seksual (4 item) Kesiapan finansial (3 item) Kognisi sosial (2 item) Toleransi (2 item)

Total item=36 Total item=28

Total Kumulatif=62,29 Total Kumulatif=48.80

Total kumulatif untuk 4 faktor ini hanya 48,80 artinya, keempat faktor tersebut hanya memberikan informasi sebanyak 48,80 persen tentang kesiapan menikah. Semakin tinggi nilai kumulatif maka semakin baik, oleh karena itu penggunaan 10 faktor tetap lebih baik memberikan informasi tentang kesiapan menikah karena nilai kumulatifnya lebih tinggi dan seluruh faktornya valid.

Usia Menikah Dewasa Muda Usia ideal menikah

Rata-rata usia ideal menikah bagi laki-laki menurut contoh laki-laki dan perempuan adalah 26,30 tahun dengan kisaran 23-30 tahun, sedangkan rata-rata usia ideal menikah perempuan menurut contoh laki-laki adalah 23,70 tahun dan menurut contoh perempuan adalah 23,98 tahun dengan kisaran 20-27 tahun. Usia ideal menikah bagi laki-laki menurut lebih dari setengah contoh (59,09%) berada pada 26-28 tahun, sedangkan usia menikah ideal bagi perempuan menurut lebih dari setengah contoh (81,82%) adalah 23-25 tahun. Uji statistik menunjukan tidak terdapat perbedaan usia ideal menikah berdasarkan jenis kelamin (sig>0,05).

Tabel 38 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia ideal menikah

Usia ideal menikah

(tahun)

Laki-laki menurut contoh: Perempuan, menurut contoh: Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total (n=110) % % % % % % 20-22 0,00 0,00 0,00 25,00 8,97 13,64 23-25 40,63 38,46 39,09 65,63 88,46 81,82 26-28 56,25 60,26 59,09 9,38 2,56 4,55 29-31 3,13 1,28 1,82 0,00 0,00 0,00

(26)

Usia ingin menikah

Usia ingin menikah untuk contoh laki-laki memiliki rentang antara 24-30. Menurut Tabel 43 Lebih dari setengah contoh laki-laki (53,13%) ingin menikah pada usia 26-28 tahun, dan hampir setengahnya (43,47%) ingin menikah pada usia 23-25 tahun. Rentang usia ingin menikah contoh perempuan adalah 22-28 tahun. Hampir seluruh contoh perempuan (84,62%) ingin menikah pada usia 23-25 tahun, dan sebagian kecil contoh perempuan (10,26%) yang ingin menikah pada usia 26-28 tahun (Tabel 39)

Tabel 39 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia ingin menikah

Usia ingin menikah (tahun)

Laki-laki (n=32) Perempuan (n=78) Total

% % %

20-22 0,00 3.64 3,63

23-25 43,75 84,62 72,72

26-28 53,13 10,26 22,72

29-31 3,13 0.00 9,09

Perbandingan usia ideal dengan usia ingin menikah

Rata-rata usia ideal menikah laki-laki menurut contoh laki-laki adalah 26,31 tahun dan rata-rata usia ingin menikah contoh laki-laki adalah 26,15 tahun. Pada contoh perempuan, rata-rata usia ideal adalah 23,98 tahun, dan rata-rata usia ingin menikah adalah 24,24 tahun. Terdapat perbedaan antara rata-rata usia ideal dengan usia ingin menikah berdasarkan jenis kelamin (sig<0,01). Laki-laki ingin menikah lebih muda dibandingkan dengan usia idealnya, sedangkan perempuan usia ingin menikah lebih tua dibandingkan usia idealnya.

Tabel 40 Rata-rata, standar deviasi, dan nilai uji beda antara usia ideal dan usia ingin menikah berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Usia ideal Usia ingin menikah Uji beda (sig)

Laki-laki 26.31 ± 1.50 26.15 ± 1.50 0,000

Perempuan 23,98 ± 1.20 24.24 ± 1.10 0,000

Pengaruh Faktor Kesiapan Menikah dan Karakteristik Contoh terhadap Usia Menikah

Uji pengaruh faktor-faktor kesiapan yang mempengaruhi usia menikah menggunakan beberapa model untuk mengetahui model terbaik yang mampu menjelaskan usia menikah. Pada Tabel 41 merupakan rekapan seluruh model regresi yang telah dilakukan.

(27)

Tabel 41 Faktor kesiapan menikah dan kakarteritsik yang berpengaruh terhadap usia menikah pada berbagai model regresi dan nilai adjusted R2

Faktor kesiapan menikah

Model regresi (Y)

Usia ingin menikah Usia ideal menikah bagi Seluruh contoh (N=110) laki-laki (N=32) perempuan (N=78) laki-laki (N=110) perempuan (N=78) Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Mengelola emosi √ Kesiapan peran √ Empati √ √ √ √ Kesiapan usia √ √ √ √ √ √ Kemampuan komunikasi √ √ √ √ Keterampilan sosial Kesiapan seksual √ √ Kesiapan finansial √ √ √ √ √ Kognisi sosial Toleransi √ Karakteristik Jenis Kelamin √ Uang saku √ √ √ √ √ Urutan anak √ Jlh anggota keluarga √ Saudara menikah Status pacar √ √

Usia menikah ayah √ √

Usia menikah ibu

Lama pendidikan ayah √ √

Lama pendidikan ibu √ √ √

Pekerjaan ayah √ Pekerjaan ibu √ √ Pendapatan ayah Pendapatan ibu √ Pendapatan perkapita √ √ Kelengkapan orangtua √ Adj R2 0,12 0,53 0,21 0,57 0,13 0, 54 0,05 0,13 0,13 0,26 Keterangan

Y

1 (usia ingin menikah n=110)=

f

(faktor-faktor kesiapan menikah)

Y

2 (usia ingin menikah n=110)=

f

(faktor-faktor kesiapan menikah dan karakteristik)

Y

3 (usia ingin menikah laki-laki n=32)=

f

(faktor-faktor kesiapan menikah)

Y

4 (usia ingin menikah laki-laki n=32)=

f

(faktor-faktor kesiapan menikah dan karakteristik)

Y

5 (usia ingin menikah perempuan n=78)=

f

(faktor-faktor kesiapan menikah)

Y

6 (usia ingin menikah perempuan n=78)=

f

(faktor-faktor kesiapan menikah dan karakteristik)

Y

7 (usia ideal menikah laki-laki n=110)=

f

(faktor-faktor kesiapan menikah)

Y

8 (usia ideal menikah laki-laki n=110)=

f

(faktor-faktor kesiapan menikah dan karakteristik)

Y

9 (usia idealn menikah perempuan n=110)=

f

(faktor-faktor kesiapan menikah )

(28)

Berdasarkan Tabel 41, faktor kesiapan menikah yang mempengaruhi usia ingin menikah seluruh contoh pada model Y1 adalah kesiapan peran dan kesiapan

usia, sedangkan pada model Y2 faktor kesiapan menikah yang mempengaruhi usia

ingin menikah adalah empati, kesiapan usia, kesiapan seksual, dan kesiapan finansial. Pada usia ingin menikah laki-laki, faktor yang konsisten berpengaruh pada model Y3 dan Y4 adalah kesiapan finansial. Pada usia ingin menikah

perempuan, pada model Y5 faktor yang berpengaruh adalah kesiapan usia dan

kemampuan empati, sedangkan pada model Y6 faktor yang muncul berepngaruh

adalah mengelola emosi dan kemampuan komunikasi, dan kesiapan usia.

Pada usia ideal menikah bagi laki-laki menurut seluruh contoh, faktor kesiapan menikah yang mempengaruhinya adalah kesiapan usia dan finansial (model Y7) dan toleransi (model Y8). Untuk faktor kesiapan menikah yang

mempengaruhi usia ideal menikah bagi perempuan menurut seluruh contoh adalah pada model Y9 dan Y10 adalah kemampuan empati dan kemampuan komunikasi,

serta kesiapan usia dan finansial (model Y9).

Berdasarkan nilai adjusted R2, model yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel independen terhadap usia menikah adalah model Y2, Y4, dan Y6 karena ketiga model tersebut memiliki nilai adjusted R2 diatas 50 persen, sehingga bisa menjelaskan lebih dari setengah informasi mengenai usia menikah. Pada ketiga model tersebut variabel independen yang dimasukan adalah faktor kesiapan menikah dan karakteristik contoh serta keluarga.

Pengaruh faktor kesiapan menikah dan karakteristik terhadap usia ingin menikah seluruh contoh.

Model Y2 merupakan uji regresi pengaruh faktor kesiapan menikah dan karakteristik terhadap usia menikah keseluruhan contoh. Untuk faktor kesiapan menikah yang berpengaruh adalah semakin tinggi Kemampuan Empati dan Kesiapan Finansial, maka semakin tua usia ingin menikah sedangkan semakin tinggi Kesiapan Usia dan Kesiapan Seksual maka semakin muda usia ingin menikah. Berdasarkan hasil regresi karakteristik yang berpengaruh adalah jenis kelamin, dimana usia ingin menikah laki-laki lebih tua dari perempuan, selanjtnya uang saku, yaitu semakin tinggi uang saku maka semakin tua usia ingin menikah.

(29)

Tabel 42 Sebaran koefisien regresi karakteristik dan faktor kesiapan menikah yang berpengaruh terhadap usia ingin menikah contoh (n=110)

Variabel Bebas ß (terstandarisasi) Sig

Konstanta 0,000 Kemampuan empati 0,179 0,030* Kesiapan usia -0,211 0,004* Keterampilan sosial -0,116 0,144 Kesiapan seksual -0,185 0,014* Kesiapan finansial 0,178 0,021* Jenis kelamin 0,668 0,000* Uang saku 0,204 0,006*

Urutan anak (1=pertama, 0=tidak) -0,122 0,082

Status pacar (1=ada, 0=tidak ada) -0,149 0,036*

Usia nikah ayah -0,108 0,195

Lama pendidikan ayah -0,227 0,009*

Usia menikah ibu 0,133 0,137

Lama pendidikan ibu 0,276 0,007*

Pekerjaan ibu (1=kerja, 0=tidak bekerja) -0,184 0,018*

R2 0,59

Adjusted R2 0,53

Sig 0,00

Keterangan *= signifikansi 95%

Contoh yang memiliki pacar memiliki usia ingin menikah lebih muda dibandingkan yang tidak memiliki pacar. Pendidikan orangtua baik ayah dan ibu yang semakin tinggi membuat usia ingin menikah contoh semakin tua. Contoh yang ibunya bekerja memiliki usia ingin menikah lebih muda dibandingkan contoh yang ibunya tidak bekerja.

Model regresi memiliki nilai adjusted R2 sebesar 0,53. Angka tersebut artinya sebesar 53 persen usia ingin menikah contoh dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel yang berpengaruh yang telah disebutkan, Sedang sisanya yaitu 47 persen dipengaruhi variabel bebas lain yang tidak diteliti. Regresi usia ingin menikah selanjutnya dipisahkan antara contoh laki-laki dan perempuan. Pengaruh faktor kesiapan menikah dan karakteristik terhadap usia ingin menikah laki-laki.

Regresi selanjutnya menguji pengaruh kesiapan menikah dan karakteristik contoh terhadap usia ingin menikah contoh laki-laki tersaji pada Tabel 43. Semakin tinggi Kemampuan Komunikasi, dan Kesiapan Finansial, dan uang saku, maka semakin tua usia ingin menikah laki-laki. Semakin tinggi jumlah anggota keluarga maka semakin muda usia ingin menikah laki-laki (Tabel 43).

(30)

Tabel 43 Sebaran koefisien regresi karakteristik contoh dan keluarga dan faktor- faktor kesiapan menikah terhadap usia ingin menikah laki-laki (n=32)

Variabel Bebas ß (terstandarisasi) Sig

Konstanta 0,000 Kemampuan empati -0,361 0,171 Kesiapan usia -0,284 0,105 Kemampuan komunikasi 0,590 0,036* Kesiapan seksual -0,308 0,134 Kesiapan finansial 0,356 0,058* Kognisi sosial 0,213 0,297 Uang saku 0,360 0,027*

Urutan anak (1=pertama,0=bukan pertama) -0,452 0,015*

Jumlah anggota keluarga -0,439 0,030*

Status pacar (1=ada, 0=tidak ada) -0,219 0,183

Usia menikah ayah -0,328 0,089

Usia menikah ibu 0,299 0,106

Lama pendidikan ibu 0,263 0,108

Pendapatan perkapita (1=tidak miskin, 0=miskin) -0,541 0,006*

Orang tua (1=lengkap, 0=tidak lengkap) 0,245 0,155

R2 0,77

Adjusted R2 0,57

Sig 0,01

Keterangan *= signifikansi 95%

Contoh laki-laki yang merupakan anak pertama memiliki usia ingin menikah lebih muda dibandingkan yang bukan anak pertama, contoh laki-laki yang berasal dari keluarga miskin memiliki usia menikah yang lebih tua. Model memiliki nilai Adjusted R-square yang cukup baik yaitu 0,57, artinya usia ingin menikah laki-laki dapat dijelaskan oleh model sebesar 57 persen, sedangkan sisanya 43 persen dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.

Pengaruh faktor kesiapan menikah dan karakteristik terhadap usia ingin menikah perempuan.

Pengaruh karakteristik dan faktor-faktor kesiapan menikah terhadap usia ingin menikah perempuan disajikan pada Tabel 44. Faktor kesiapan menikah yang mempengaruhi usia ingin menikah contoh perempuan adalah Mengelola emosi, semakin tinggi maka usia ingin menikah semakin tua. Semakin tinggi Kesiapan Usia dan Kemampuan Komunikasi maka semakin rmuda usia ingin menikah. Semakin tinggi uang saku, dan pendidikan ibu maka semakin tua usia ingin menikah perempuan, tetapi semakin tinggi pendidikan ayah semakin muda usia ingin menikah perempuan.

(31)

Tabel 44 Sebaran koefisien regresi karakteristik contoh dan keluarga dan faktor- faktor kesiapan menikah terhadap usia ingin menikah perempuan (n=78)

Variabel Bebas ß (terstandarisasi) Sig

Konstanta 0,000 Mengelola emosi 0,271 0,022* Kemampuan empati 0,168 0,122 Kesiapan usia -0,194 0,056* Kemampuan komunikasi -0,268 0,030* Kesiapan seksual -0,149 0,131 Uang saku 0,356 0,001*

Status pacar (1=ada, 0=tidak ada) -0,250 0,009*

Usia menikah ayah -0,141 0,166

Lama pendidikan ayah -0,438 0,000*

Pekerjaan ayah (1=kerja, 0=tidak bekerja) -0,142 0,191

Lama pendidikan ibu 0,509 0,000*

Pekerjaan ibu (1=kerja, 0=tidak bekerja) -0,463 0,000*

Pendapatan perkapita (1=tidak miskin, 0=miskin) 0,273 0,014*

Orang tua (1=lengkap, 0=tidak lengkap) -0,275 0,023*

R2 0,54

Adjusted R2 0,44

Sig 0,00

Keterangan *= signifikansi 95%

Contoh perempuan yang memiliki pacar memiliki usia ingin menikah lebih rendah. Contoh yang ibunya bekerja ingin menikah lebih cepat. Contoh perempuan yang berasal dari keluarga miskin ingin menikah lebih muda. Perempuan dengan orang tua yang tidak lengkap ingin menikah lebih tua dibandingkan yang orang tuanya lengkap.

Gambar

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status berpacaran  Status berpacaran  Laki-laki (n=32)  Perempuan (n=78)  Total (n=110)
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan alasan tidak siap menikah  Alasan tidak siap menikah
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan pendapatan keluarga  Pendapatan keluarga (Rp/perbulan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam perusahaan ini belum terdapat adanya suatu perencanaan distribusi produk yang terkoordinasi dengan baik, sehingga permintaan untuk semua jenis produk yang datang

Program KK Dampingan yang dilaksanakan oleh mahasiswa dimaksudkan untuk membantu pemberdayaan keluarga dengan meningkatkan kepedulian dan kemampuan mahasiswa dalam

Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh team work , insentif, dan tunjangan terhadap kinerja, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) ada

OM Berasal dari Kata AUM atau singkatan dari kata ANG UNG dan MANG yang merupakan aksara suci dari Tuhan yang Maha Esa dalam wujud Dewa Trimurti (Brahma = Ang, Wisnu = Ung, dan Siwa

Obstruktif Kronik (PPOK): Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Fisiologi Manusia dari Sel ke

Bab III berisi tentang proses pembelajaran biola pada remaja di Gereja Pugeran yang meliputi pelaksanaan pembelajaran, materi yang harus diajarkan, cara

Lampiran III Pengumuman Nomor :PENG-.

Berdasarkan survey awal di SMK Titayasa 3 yang dilakukan bulan februari 2016 tentang hasil belajar PAI pada siswa SMK, menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar