• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN DAKWAH RAHMATAN LIL ALAMIN DALAM STUDI MATERI PAI Oleh: Rima Umaimah. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEKATAN DAKWAH RAHMATAN LIL ALAMIN DALAM STUDI MATERI PAI Oleh: Rima Umaimah. Abstrak"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDEKATAN DAKWAH RAHMATAN LIL ‘ALAMIN DALAM STUDI MATERI PAI

Oleh: Rima Umaimah

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan mengetahui pendekatan dakwah rahmatan lil „alamin dalam studi materi PAI . Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu kepustakaan, dengan melalui data primer pembacaan buku-buku mutakhir. Kajian ini dengan melibatkan teman sejawat yaitu dosen-dosen Pendidikan Agama Islam dari di kampus STAINU Pacitan, dengan langkah-langkah: pengujian naskah melalui diskusi, kritik, saran, perbaikan, dan finalisasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: pendekatan dakwah rahmatan lil „alamin dalam studi materi PAI melalu dua cara yaitu, (1) Dakwah Islam rahmatan lil „alamin dengan cara mengejawantahkan dan menyebarkan Islam dengan cara santun, damai dan anti kekerasan, (2) Memberikan pemahaman kepada segenap umat Islam untuk menyikapi adanya perbedaan agama dan tafsir keagamaan secara arif dan anti kekerasan.

Kata kunci: Pendekatan dakwah, Rahmatan Lil „Alamin, Materi PAI

PENDAHULUAN

Islam adalah agama risalah yang harus diteruskan pengembangannya oleh seluruh kaum muslimin dan muslimat sejak Rasul Allah wafat. Pada dasarnya pengembangan agama Islam tidak hanya menjadi tanggung jawab para pendakwah saja yang terdiri dari Muballigh, da‟I, ulama, kyai, ustadz, guru pengajian. Amanat penyiaran, pengembangan pada hakikatnya menjadi tanggung jawab para pemeluknya. Tegasnya semua orang (pemeluk agama Islam) baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kewajiban yang sama menyiarkan agama Islam di mana pun dan kapan pun menurut kemampuan masing-masing.

(2)

2

Akan tetapi orang-orang sekarang sulit diajak menghabiskan waktu berjam-jam di sawah atau lapangan terbuka untuk mendengar dakwah. Di zaman ini orang-orang telah dilingkari oleh bermacam-macam hiburan, baik melalui pementasan panggung, layar perak atau melalui alat-alat elektronik. Hiburan-hiburan tersebut telah banyak menyita waktu masyarakat sekarang ini. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam penelitian ini.

METODE

Pendekatan atau metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Kajian ini dilakukan mulai tanggal 3 September 2017 sampai dengan 5 Januari 2018 dengan melibatkan teman sejawat dosen di STAINU Pacitan dari berbagai Program Studi. Pertama penulis menelaah materi-materi tentang Pendekatan dakwah Rahmatan lil „alamin dari berbagai literatur, kemudian ditulis dalam sebuah naskah teks yang telah siap untuk dikaji. Berdasarkan hasil diskusi interaktif dan berbagai masukan, kemudian konten teks direvisi untuk dikaji pada diskusi ke dua. Final dari diskusi ke dua naskah teks siap untuk dipublikasikan ke ruang terbuka yang lebih luas.

PEMBAHASAN

Pengertian Dakwah Dan Tujuannya

Kata „dakwah‟ berasal dari da‟a, yad‟u, du‟a-an dan dakwatan yang mengandung arti mengajak, mengundang. Dakwah merupakan kegiatan mengajak

(3)

3

manusia ke jalan Allah SWT untuk mengerjakan kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan buruk agar mereka memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Aktifitas ini tidak akan pernah berhenti selama manusia masih hidup mendiami planet bumi. Berkaitan dengan ini, Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 104 yang artinya:





















































“Dan hendaklah ada diantara kamu sekelompok umat yang mengajak (manusia) kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf, melarang dari kejahatan dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

Sesuai dengan terjemahan ayat yang disebutkan di atas, dalam hal ini dilahirkan beberapa analaisis berkaitan dengan istilah “al-khairu”, kata ini berarti juga “Al-Islamu”. Disamping itu kita percaya bahwa segala upaya dakwah bertujuan untuk mencapai yang lebih baik. Maka kata “ilal khairi” dari ayat tersebut di atas juga bermakna kepada yang lebih baik. Meskipun sesuatu keadaan hasil dari sesuatu ajakan sudah mencapai perbaikan-perbaikan, namun dakwah perlu diteruskan, sehingga kondisi yang telah baik meningkat kepada situasi yang lebih baik lagi. Demikian seterusnya hingga aktivitas dakwah benar-benar mencapai target sebagaiamana diharapkan yaitu memasuki seluruh dimensi kehidupan umat manusia.1

Secara terminologi, dakwah diartikan sebagai “usaha untuk mengajak umat manusia dengan hikmah kebijakan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya”.

1M. Ja‟far Puteh,

Dakwah Di Era Globalisasi: Strategi Menghadapi Perubahan Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), 83-85.

(4)

4

Dakwah juga merupakan perintah mengadakan seruan kepada semua manusia untuk kembali dan hidup di jalan Allah, dilakukan dengan penuh kebajikan dan nasehat yang baik. Karena dakwah Islamiyah ini berupa kegiatan “mengajak orang untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syari‟at Islamiyah, maka terlebih dahulu harus diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri”.

Dengan demikian dakwah dapat dikatakan sebagai “aktualisasi dan realisasi salah satu fungsi kodrati seorang muslim, yaitu fungsi kerisalahan berupa proses pengkordinasian agar seorang masyarakat mengetahui, memahami, mengimani, dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup”. Dengan ungkapan lain, hakekat dakwah adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menuju keadaan lain yang lebih baik menurut tolak ukur ajaran Islam, sehingga seorang atau masyarakat dapat mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidupnya.2

Dakwah sebagai usaha mengajak manusia untuk berpegang teguh pada ajaran Allah ini merupakan kewajiban umat Islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125:

























































“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

2

(5)

5

Tujuan umum dakwah ialah mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah. Kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat merupakan titik kulminasi tujuan hidup manusia, sedangkan dakwah pun juga mengarah ke sana. Beberapa tujuan khusus secara lebih rinci adalah sebagai berikut:

1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah. Artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.

2. Membina mental agama Islam bagi kaum yang masih muallaf, ini karena Allah tidak akan membebani suatu kaum melainkan sesuai kemampuannya.

3. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar mau beriman kepada Allah atau memeluk agama Islam.

4. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.3

Metode Dakwah

Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da‟i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Di antara metode-metode dakwah yaitu:

1. Dakwah lisan

Dakwah dengan lisan berupa ceramah, seminar, diskusi, khutbah, sarasehan.

3

(6)

6

2. Dakwah tulisan

Dakwah dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk. 3. Dakwah bil hal

Dakwah bil hal berupa perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran al-Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama manusia. Misalnya mendirikan rumah sakit, mendirikan dan memelihara anak yatim piatu, mendirikan lembaga pendidikan, mendirikan pusat-pusat pencaharian nafkah seperti pabrik, pusat-pusat perbelanjaan.

4. Dakwah seni

Dakwah seni meliputi seni lukis, seni suara atau musik.4

Pendekatan Dakwah Rahmatan Lil Alamin

Setiap pelaksanaan dakwah harus menggunakan pendekatan yang tepat. Yang dimaksud pendekatan ialah penentuan langkah dakwah yang didalamnya terdapat metode untuk mencapai tujuan dakwah. Penentuan pendekatan dakwah didasarkan atas kondisi sasaran dakwah dan suasana yang melingkupinya. Terdapat tiga macam pendekatan dakwah yaitu:

1. Pendekatan Kebudayaan

Pendekatan ini berangkat dari kenyataan perkembangan pertumbuhan bangsa Indonesia sejak proses kehidupannya di tanah air ini. Pertumbuhan bangsa Indonesia dimulai sejak ratusan ribu tahun yang silam. Dengan bercampurnya bangsa pendatang

4

(7)

7

dengan bangsa asli ini akhirnya terjadi akulturasi etnis, tradisi budayanya bercampur sebagai perpaduan kultural dan daerah menurut sistem akulturasi. Yakni perpaduan berbagai unsur budaya rohaniah menjadi satu bentuk budaya baru yang isi, karakter, dan ciri-cirinya berkembang mengikuti watak pengaruh etnis dan lingkungan geografisnya. Berbagai budaya bangsa yang merupakan aset bangsa ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan pendekatan dakwah.

2. Pendekatan Pendidikan

Sejak manusia memulai kehidupannya dalam masyarakat sejak itu pula terjadilah proses pematangan dan pendewasaan melalui pendidikan. Penghayatan dan pengamalan ajaran agama merupakan salah satu aspek dari sikap batin yang berkembang dalam pribadi manusia secara bertahap sejalan dengan tingkat dan kematangan dan kedewasaan manusia.

Manusia memiliki kemampuan dasar untuk mengembangkan diri pribadinya sampai titik optimal melalui usaha pendidikan (proses belajar mengajar). Dan sebagai makhluq yang bernaluri sosial, individual, dan moral, manusia memiliki kelengkapan-kelengkapan potensi jasmaniah dan kejiwaan yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan hidup keluarga dan berlanjut dalam lingkungan masyarakat.

Dalam lingkungan hidup keluarga dan di luar keluarga terjadilah proses interaksi edukatif antara sesama masyarakat. Dan proses edukatif ini akan memiliki makna apabila dilakukan secara teratur baik didalam keluarga maupun di sekolah.

(8)

8

Sehubungan dengan pendekatan ini penghayatan dan pengalaman ajaran agama yang hendak kita tanamkan dalam jiwa manusia hendaklah dilakukan secara bertahap yang dimulai dari pemberian pengetahuan, kemudian dengan memberikan pengertian yang diikuti pemahaman dan kesadaran sampai timbulnya kemauan untuk mengamalkannya.

3. Pendekatan Psikologis

Dalam mengupayakan penghayatan dan pengamalan ajaran Islam kita tidak boleh melupakan tingkat-tingkat perkembangan kejiwaan sasaran. Secara psikologis manusia sejak kejadiannya di dalam rahim sang ibu telah dikaruniai oleh Allah suatu kemampuan dasar potensi hidupnya. Potensi kejiwaan yang berkembang dalam pribadi manusia senantiasa berlangsung secara interaktif dengan faktor-faktor lingkungan dan pengalaman. Antara faktor ajaran dan dasar terdapat kemungkinan perkembangan yang mengarah pada titik optimal, yang dapat dicapai melalui proses pendidikan dan dakwah.

Atas dasar pandangan ini maka proses penghayatan ajaran Islam ditentukan oleh faktor kemampuan dasar dan ajaran tersebut. Berkaitan dengan ini maka proses realisasi dan aktualisasinya dari ajaran Islam tidak lepas dari kemampuan dan pengetahuan yang ada pada manusia itu sendiri. Oleh karena itu, maka proses batin manusia dalam melaksanakan ajaran Islam baru akan mendapatkan bentuk yang aktual dan fungsional apabila proses tersebut berjalan menurut hukum perkembangan psikologis manusia.

(9)

9

Pendekatan dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang komunikator dakwah untuk mencapai tujuan tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain pendekatan dakwah harus mampu bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia. Dengan demikian pendekatan dakwah itu, berdiri di atas landasan yang sangat demokratis dan persuasif. Demokratis yang dimaksudkan bahwa seorang da‟I pada akhirnya menghargai keputusan final yang akan dipilih atau dilakukan oleh pihak mitra. Muballigh sebagai komunikator dalam proses dakwah tidak ada satu niat sedikit pun untuk melaksanakan kehendaknya, kendati hal itu mungkin saja dapat dilakukannya. Dalam kedudukannya sebagai juru penerang, maka seorang da‟I harus benar-benar hanya menyampaikan fakta terhadap audiennya dan tidak ada kewajiban atas dirinya untuk memaksa.5

Kehadiran dakwah Islam rahmatan lil „alamin menemukan momentumnya untuk mengejawantahkan dan menyebarkan Islam dengan cara santun, damai dan anti kekerasan. Dakwah Islam rahmatan lil „alamin diyakini mampu mengangkat kembali citra Islam yang akhir-akhir ini mengalami kemrosotan disebabkan oleh dakwah yang kurang tepat. Membangun Islam yang ramah, santun, dan anti kekerasan perlu menjadi skala prioritas di masa-masa yang akan datang. Diantaranya adalah memberikan pemahaman kepada segenap umat Islam untuk menyikapi adanya perbedaan agama dan tafsir keagamaan secara arif dan anti kekerasan. Dalam konteks inilah diharapkan kita mampu meminimalisasi kekerasan dan mengembangkan Islam

5

(10)

10

rahmatan lil „alamin. Dengan demikian eksistensi dan citra Islam sebagai agama yang santun dan ramah akan pulih kembali serta tidak akan merugikan umat Islam.

Selain itu, ia juga dapat dijadikan sebagai landasan „agen perubahan sosial‟ melalui dakwah bil hal (dakwah dengan perbuatan nyata). Dakwah memang mempunyai potensi untuk dilakukan dengan cara kekerasan, khususnya dalam kaitan dengan dakwah untuk mencegah perbuatan buruk atau kemungkaran. Dakwah mencegah kemunkaran yang ditempuh dengan cara kekerasan juga sering didasarkan pada sebuah hadits :

“Barang siapa melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tangan, apabila tidak mampu cegahlah dengan lisan, dan apabila tidak mampu cegahlah dengan hati, dan ini (dengan hati) adalah selemah-lemahnya iman”.

Dalam kaitan mencegah kemunkaran, mereka yang sering berdakwah dengan kekerasan dan pengrusakan merasa mampu melakukannya dengan menggunakan tangan atau kekuatan, dan mereka juga tidak ingin dianggap sebagai orang yang lemah imannya, sehingga jalan merubah kemungkaran dengan kekuatan tangan tidak dapat mereka redam. Dan seakan-akan, dakwah dengan cara kekerasan mendapatkan legitimasi dari hadist tersebut. Telah dijelaskan dalam al-Quran Surat an-Nahl ayat 125 :

“Hendaklah engkau ajak orang ke jalan Tuhanmu dengan Hikmah (kebijaksanaan) dan dengan petunjuk-petunjuk yang baik serta ajaklah mereka berdialog (bertukar pikiran) dengan cara yang sebaik-baiknya. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

(11)

11

lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Dengan berdasarkan ayat di atas, dakwah tidak harus dengan kekerasan, melainkan melakukan pendekatan dengan penuh hikmah dan menunjukkan keindahan serta ketinggian akhlaq Islami. Ketinggian akhlaq Islami yang mereka tonjolkan di antaranya adalah kesamaan derajat manusia dihadapan Allah SWT. Karena di hadapan Allah itu derajat manusia semuanya sama, yang membedakan hanyalah ketaqwaannya.

Jadi, dakwah Islam rahmatan lil „alamin sesuai dengan arti etimologisnya, Islam berarti “damai” dan rahmatan lil „alamin berarti “kasih sayang bagi semesta alam”, maka dakwah Islam rahmatan lil „alamin yang berarti dakwah dengan menghadirkan Islam yang mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi semua umat manusia di muka bumi, yakni berdakwah dengan kedamaiaan, bukan dengan kekerasan dan pengrusakan.

Oleh karena itu, membumikan dakwah Islam rahmatan lil „alamin menjadi sebuah keharusan, sehingga Islam yang identik dengan kekerasan dan pengrusakan dapat segera dihapuskan, dan sembari memulihkan kembali wajah Islam yang ramah dan penuh kedamaian. Dakwah Islam rahmatan lil „alamin selain berarti menyebarkan Islam dengan penuh kedamaian secara lisan (dakwah bil qaul), ia juga berarti dakwah yang mencakup segala bentuk usaha membantu manusia melaksanakan kewajiban-kewajiban hidup dengan sebaik-baiknya (dakwah bil hal). Ia harus mencakup dakwah

(12)

12

dengan amal perbuatan nyata. Oleh sebab itu, sudah saatnya para juru dakwah dituntut untuk tidak hanya pandai beretorika, bepidato, atau memberikan tausiyah (wejangan) saja, tetapi mereka diharapkan juga dapat memberikan tauladan dalam bertindak, bertingkah laku, dan berbuat. Tindakan nyata untuk melakukan perubahan sosial juga harus mulai digerakkan demi terciptanya masyarakat Islam yang damai dan sejahtera. Inilah wujud dari dakwah Islam rahmatan lil „alamin.6

Dakwah merupakan kegiatan mengajak manusia ke jalan Allah untuk mengerjakan kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan buruk agar mereka memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dakwah bukan sekedar menjelaskan ajaran Islam secara lisan, tetapi ia mencakup segala bentuk usaha membantu manusia melaksanakan kewajiban hidup sebaik-baiknya. Dakwah Islam ialah undangan dan seruan kepada Islam dengan menempuh cara dan strategi yang lentur, kreatif, dan bijak. Intisari dakwah ialah amar makruf nahi munkar. Dakwah merupakan tugas setiap muslim. Berdakwah berati melanjutkan tugas risalah.7

Tidak ada paksaan memasuki agama Islam, karena iman merupakan pernyataan “kesadaran” dan “kepatuhan”. Keduanya tidak dapat dilakukan dengan perintah dan paksaan, tetapi dengan hujjah dan bukti-bukti kebenaran. Islam tidak membenarkan pemaksaan beragama kepada siapapun, seperti halnya ia tidak pula membenarkan seseorang atau suatu pihak memaksa orang Islam keluar dari agamanya. Berdakwah membuka dialog keyakinan di tengah manusia, membuka

6

http://sarmidihusna.blogspot.com/2007/12/membumikan-dakwah-rahmatan-lil-alamin.html

7

Muhammad Chirzin, Kontroversi Jihad Di Indonesia Modernis Vs Fundamentalis (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), 82.

(13)

13

kemungkinan bagi kemanusiaan untuk menetapkan pilihannya sendiri. Sepanjang keimanan itu ditunjukkan di bawah faktor-faktor yang dapat memuaskan pemikiran dan kesadaran, yang tidak mungkin dapat ditundukkan oleh kekuatan, maka tak seorang pun dapat menembus masuk ke dalam kalbu manusia untuk memaksakan keimanan. Metode yang alami untuk itu adalah ucapan yang baik yang mencakup hikmah, nasehat yang baik serta dialog dengan kepala dingin. Allah menghendaki agar manusia memiliki keimanan yang diperoleh melalui kebebasan memilih, sesudah Dia menyediakan sarannya.

Kegiatan dakwah dapat dikategorikan dalam tiga macam bentuk, yakni dakwah secara lisan, dakwah secara tertulis dan dakwah secara praktik dalam bentuk perbuatan. Ketiga macam cara dakwah tersebut digunakan Rasulullah, dipraktikkan dan dicontohkan untuk umatnya. Pada saat ini dakwah secara lisan dilakukan melalui mimbar, siaran radio, televisi, dan lain-lain. Dakwah Islam secara tertulis dilakukan kaum muslimin melalui media cetak, semisal buletin, majalah, buku maupun melalui website di internet.8

PENUTUP

Kehadiran dakwah Islam rahmatan lil „alamin menemukan momentumnya untuk mengejawantahkan dan menyebarkan Islam dengan cara santun, damai dan anti kekerasan. Dakwah Islam rahmatan lil „alamin diyakini mampu mengangkat kembali citra Islam yang akhir-akhir ini mengalami kemrosotan disebabkan oleh dakwah yang

8

(14)

14

kurang tepat. Membangun Islam yang ramah, santun, dan anti kekerasan perlu menjadi skala prioritas di masa-masa yang akan datang. Diantaranya adalah memberikan pemahaman kepada segenap umat Islam untuk menyikapi adanya perbedaan agama dan tafsir keagamaan secara arif dan anti kekerasan. Dalam konteks inilah diharapkan kita mampu meminimalisasi kekerasan dan mengembangkan Islam rahmatan lil „alamin. Dengan demikian eksistensi dan citra Islam sebagai agama yang santun dan ramah akan pulih kembali serta tidak akan merugikan umat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Aziz, Muhammad. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2004. Amir Aziz, Ahmad. Pola Dakwah. Mataram: Larispa, 2011.

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997.

Chirzin, Muhammad. Kontroversi Jihad Di Indonesia Modernis Vs Fundamentalis. Yogyakarta: Pilar Media, 2006.

Ja‟far Puteh, Muhamad. Dakwah Di Era Globalisasi: Strategi Menghadapi Perubahan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat performansi struktur T (21) yang berbentuk kalimat tanya dengan menggunakan intonasi tanya; dicermati juga preposisi praanggapan yang terdapat di

Goleman (2016) juga mengemukakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan emosional individu yang meliputi kemampuan mengendalikan diri, mengendalikan impuls, mengatur suasana

penambahan NaOH terhadap transmisi cahaya lapisan MoS 2 pada kaca diperlihatkan oleh Gambar 3.7.b. Penambahan NaOH pada lapisan meningkatkan transmisi cahaya.

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan dengan menentukan nilai penggantian wajar meliputi nilai fisik dan nilai non-fisik agar nilai yang dihasilkan

serangga “garen gpu ng”, variabel terikat yaitu pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan diameter batang), produktivitas (berat basah dan berat umbi), Patogen "Phytophthora

gelombang suara dengan intensitas bunyi yang berbeda tidak berpengaruh nyata pada parameter pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai yang diukur dari jumlah daun dan

Hal ini ternyata efektif dilakukan sebab dampak dari adanya restocking kepiting rajungan dapat dirasakan secara langsung oleh nelayan bubu anggota KUB Berkah Samudra

Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada Gambar 13A terlihat bahwa pada populasi kotak berlalat buah paling rendah yaitu 0,25% pada buah apel, jeruk, dan pir terlihat