• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI DENGAN MATERI POKOK MENGANALISIS ATMOSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DIMUKA BUMI

PADA SISWA KELAS X-C SMA NEGERI 7 KENDARI Asmira1, La Ode Amaluddin2

1

Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO

2

Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO ABSTRAK

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan

aktifitas mengajar guru, meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran geografi melalui penerapan metode demonstrasi. Jenis penelitian ini yaitu PTK yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan tahapan: perencanaan, pelaksanaaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-C SMAN 7 Kendari pada tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 28. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif. Berdasarkan hasil-hasil analisis data penerapan metode demonstrasi diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yang dilihat dari skor rata-rata aktivitas yang diperoleh pada siklus I sebesar 2,32 (cukup), mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 3,65 (baik); 2) Aktivitas mengajar guru mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yang dilihat dari skor rata-rata aktivitas yang diperoleh pada siklus I sebesar 2,57 (cukup), mengalami peningkatan pada siklus II Menjadi 3,57 (baik); 3) Hasil belajar Geografi siswa kelas X-CSMA Negeri 7 Kendari meningkat setelah menerapkan metode demonstrasi pada materi Menganalisis Atmosfer. Pada siklus I siswa yang tuntas 64% mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah yaitu ≥ 75 dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 89%.

Kata Kunci :Penerapan Metode , Pokok Bahasan, Hasil Belajar.

PENDAHULUAN

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yaitu dengan cara memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang pembelajaran di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa dituntut untuk terus belajar agar memiliki kemampuan bersaing sehingga mampu menghadapi tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon – calon pembangunan masa depan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap

menghadapi berbagai tantangan dengan tetap bertawakal terhadap sang pencipta-Nya.

Guru sebagai penanggung jawab utama dalam kegiatan pendidikan, dituntut untuk menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis agar terjadi proses belajar mengajar yang menyenangkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu masih banyak guru yang kurang memperhatikan kesesuaian antara metode pembelajaran dengan materi yang diajarkan, salah satu akibatnya adalah hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu menghendaki agar guru dapat merancang

(2)

dan menerapkan metode pembelajaran yang memungkinkan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru geografi kelas X-C SMAN 7 Kendari, maka diperoleh informasi bahwa sebagian besar hasil belajar siswa dikelas tersebut masih rendah. Selama dua tahun terakhir ini menunjukkan bahwa data hasil belajar geografi siswa kelas X-C semester genap tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 27 orang siswa, yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya 10 orang siswa yang tuntas atau 37% sedangkan siswa yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 17 0rang siswa yang tidak tuntas atau sekitar 63%. Pada tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa yang terdiri dari 25 orang siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya 11 orang siswa yang tuntas atau 44% sedangkan siswa yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 14 orang siswa atau sekitar 56%. Nilai tersebut masih tergolong rendah dari nilai KKM untuk mata pelajaran geografi yaitu ≥ 75 (KKM SMAN 7 Kendari).

Hal ini disebabkan oleh faktor dari diri siswa itu sendiri dan juga siswa kurang berani mengungkapkan pendapat serta rendahnya hasil belajar juga disebabkan siswa tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat proses belajar mengajar karena siswa tidak termotivasi untuk belajar. Selain itu metode pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional, dimana penyajian materi atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan dimuka bumi hanya berdasarkan buku ajar yang dijadikan materi siap pakai bagi siswa sehingga siswa bekerja secara procedural dan memahami pembelajaran geografi tanpa penalaran dan tindakan akibatnya siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran serta guru lebih mendominasi aktivitas pembelajaran dibanding siswa.

Salah satu metode pembelajaran yang menarik untuk diterapkan adalah dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran geografi. Hal ini untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran yang terjadi.

Berdasarkan masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa Dengan Materi Pokok Menganalisis Amosfer Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan DiMuka Bumi Pada Siswa Kelas X - C SMAN 7 Kendari”.

KERANGKA TEORITIS

Aktivitas belajar di antaranya sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran, di mana siswa bekerja atau berperan aktif dalam pembelajaran, pengalaman, pemahaman, dan aspek – aspek yang lain tentang apa yang ia lakukan. Menurut Slameto (2005:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian belajar dalam arti sehari- hari adalah sebagai penambahan pengetahuan, namun ada yang mengartikan bahwa belajar sama dengan menghafal karena orang belajar akan menghafal. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Disamping itu, kegiatan belajar juga dapat diamati oleh orang lain. Pengertian belajar ini masih sangat sempit , karena belajar bukan hanya membaca dan menghafal tapi juga penalaran. Berikut ini akan disajikan beberapa teori belajar menurut para ahli.

Menurut Ani (2004:2) Belajar merupakan proses dimana sesuatu organism mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus bisa menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berkuat dalam berbagai gagasan.

Umaedi (2000:1) mendefinisikan adanya dua definisi belajar yang berbeda. Definisi pertama menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen karena pengalaman. Sedangkan definisi kedua menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan mental yang relatif permanen karena pengalaman. Perubahan

(3)

perilaku yang terjadi dalam waktu relatif lama itu disertai usaha orang tersebut dari tidak mampu mengerjakan menjadi mampu mengerjakan sesuatu. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa adanya usaha, walaupun terjadi perubahan perilaku, itu bukanlah belajar.

Menurut Djamarah (2004:12–13) bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Belajar adalah suatu perubahan yang terus menerus pada aspek secara berfikir, emosi, dan sikap yang teratur dari akumulasi pengalaman, pelatihan dan aplikasi kehidupan. Belajar merupakan suatu kegiatan mental yang tidak dapat diamati dari luar. Apa yang terjadi dalam diri seseorang tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang tersebut. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang berkembang sebagai akibat dari belajar karena itu, seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri orang itu terjadi suatu usaha yang mengakibatkan perubahan perilaku yang relative permanen.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang sifatnya relatif permanen sebagai akibat dari latihan atau pengalaman. Dari beberapa pendapat di atas juga menunjukkan bahwa orientasi belajar tidaklah semata–mata pada hasil, tetapi juga pada proses yang dilakukan untuk memperoleh hasil tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan atau pengalaman.

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari

makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan.

Jihad (2008:11) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, dan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Karena itu baik konseptual maupun operasional konsep-konsep komunikasi dan perubahan sikap akan selalu melekat pada pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Djahiri bahwa dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh

atau sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya

bagi diri dan kehidupannya saat ini dan di masa yang akan datang (Kunandar, 2009:287).

Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Pendapat ini sejalan dengan Bruner (2000:63) mengatakan bahwa perlu ada teori

(4)

pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses kombinasi antar belajar dan mengajar yang dilakukan oleh individu atau peserta didik dan pendidik untuk meningkatkan kemampuannya dalam mendapatkan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran atau secara umum untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan.

Abdurrahman (2003:39)

mengemukakan bahwa hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas – tugas belajar. Hal ini berarti bahwa besarnya usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas – tugas belajar. Hal ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi. Sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.

Ibrahim dan Syaodin (2003:86) juga mengemukakan bahwa proses belajar mengajar akan diperoleh suatu hasil yang dibuat hasil pengajaran atau hasil belajar. Agar memperoleh hasil yang optimal, maka proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar serta terorganisasi dengan baik. Hudoyo (2003:21) mengatakan hasil belajar adalah penelitian efisien terhadap hasil belajar siswa, baik proses maupun hasil belajarnya.

Proses belajar mengajar merupakan proses yang bertujuan untuk melihat kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui tercapai atau tidak tercapainya tujuan pengajaran serta kualitas belajar mengajar yang telah dilaksanakan perlu dilakukan evaluasi atau tes hasil belajar siswa.

Hasil belajar merupakn tingkat pencapaian hasil yang dicapai oleh siswa disekolah yang terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu tertentu di mana untuk mengetahui dengan

menggunakan alat tes berupa tes hasil belajar.

Hudoyo (2003: 21) mengatakan hasil belajar adalah penelitian efisien terhadap hasil belajar siswa, baik proses maupun hasil belajarnya. Winkel (2001: 71) mengemukakan hasil belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh seseorang berupa kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan kemungkinan seseorang itu melakukan sesuatu atau orang itu dapat memberi prestasi tertentu. Winkel (2001: 162) lebih lanjut menjelaskan bahwa hasil belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Oleh karena itu, hasil belajar merupakan ukuran yang melihat keberhasilan usaha belajar yang dilakukan seseorang. Dengan demikian, hasil belajar itu adalah hasil usaha belajar yang dicapai setelah ia melakukan kegiatan tersebut terhadap suatu bidang tertentu. Dimana hasil tersebut ditentukan setelah melakukan suatu tes pada bidang studi tertentu. Hasil belajar yang dihasilkan oleh siswa membawa perubahan-perubahan kemampuan pada aspek pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi belajar yang ditunjukkan oleh siswa terhadap pertanyaan dan tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat dijelaskan hasil belajar adalah kemampuan kognitif yang dimiliki siswa sebagai ukuran keberhasilan terhadap usaha belajar yang dilakukan oleh seorang siswa setelah melakukan kegiatan belajar.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2003 : 64) dimana faktor–faktor tersebut dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal meliputi: faktor Biologis (Jasmaniah) dan psikologis. Faktor eksternal meliputi: faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan yaitu yang pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik yang normal ini terutama harus meliputi keadaan otak,panca indera, anggota

(5)

tubuh. Kondisi yang kedua adalah kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal – hal berikut. Yang pertama adalah intelegensi dimana intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, adalah kemauan dimana kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama atau penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga adalah bakat yang dimiliki seseorang. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak – anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Lingkungan sekolah sangat diperlukan guna menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa di sekolah mencakup metode mengajar guru, kurikulum yang diterapkan, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya

adalah lembaga–lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja, dan lain – lain.

Dengan memperhatikan faktor – faktor di atas maka diharapkan agar seseorang dapat meningkatkan hasil belajarnya dan dapat mencegah tehambatnya pembelajaran seseorang.

Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi belajar seseorang. Namun, dari sekian banyak faktor–faktor yang mempengaruhi belajar, hanya dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu: stimuli belajar, metode belajar, dan individual.

Stimuli belajar adalah segala hal di luar yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau pembuatan belajar, misalnya panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal.

Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa, maka metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti dalam proses belajar mengajar, misalnya pada kegiatan berlatih atau praktek, menghafal atau mengingat, pengenalan tentang hasil–hasil belajar, dan bimbingan dalam belajar.

Faktor–faktor individual juga sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Misalnya tentang kematangan individu, usia, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, motivasi, dan kondisi kesehatan.

Situasi efektif, selain ketenangan dan ketentraman psikis juga motivasi untuk belajar. Belajar perlu didukung oleh motivasi yang kuat dan konstan. Motivasi yang lemah serta tidak konstan akan menyebabkan kurangnya usaha belajar yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Prestasi yang dicapai oleh siswa tersebut merupakan gambaran hasil belajar

(6)

mengajar dan merupakan interaksi antara berbagai faktor.

Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara– cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

Sanjaya (2006:147) mengemukakan pengertian metode yakni cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan yang nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal. Sedangkan menurut Pupuh (2001:15), metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan metode yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menguasai metode mengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru tidak akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak menguasai metode dengan tepat.

Menurut Sanjaya (2006:45) metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menerapkan rencana pembelajaran yang telah disusun guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pada prinsipnya tidak satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna atau cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap pelajaran.

Menurut Zuhairini (2001:40), dalam memilih metode mengajar seorang guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: (1) Kesesuaian metode mengajar yang digunakan dengan kemampuan

pelajar. (2) Kemampuan pengajar dalam menggunakan metode tersebut. (3) Kesesuaian metode mengajar yang digunakan dengan fasilitas yang tersedia. (4)

Kesesuaian metode mengajar yang digunakan dengan lingkungan pendidikan.

Dalam proses belajar mengajar, penggunaan metode tidaklah sama untuk setiap mata diklat, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa metode mengajar tersebut harus sesuai dengan kondisi yang ada. Penggunaan metode yang tidak tepat dalam proses belajar mengajar akan menyebabkan siswa menjadi pelajar yang pasif, sehingga hasil belajarnya rendah. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperaggakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Menurut Muhibbin (2010: 205– 206), mengemukakan bahwa metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan (meneladani) cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat– alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, tabel, perangkat alat–alat laboratorium, dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi – purposes (serba guna). Dengan menggunakan papan tulis, guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema,membuat gambar, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan. Tujuan pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan suatu proses suatu peristiwa sesuai materi pelajaran, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran di kelas (Sagala, 2006 : 18).

Metode demonstrasi berasal dari kata metode dan demonstrasi menurut Sanjaya (2006:32) mengatakan bahwa “Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan”.

(7)

Menurut Sagala (2006:25), mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan dapat diketahuidan dipahami oleh peserta didikk secara nyata atau tiruannya.

Selanjutnya Djamarah (2000:19) mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pengajaran.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah suatu cara guru mengajar, dengan mempertunjukkan atau memperlihatkan kepada siswa tentang suatu proses atau cara kerja suatu benda baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan, secara nyata ataupun tiruan, untuk mencapai tujuan pengajaran dengan harapan siswa dapat memahami bahkan bisa melakukannya sendiri.

Tujuan pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan suatu proses suatu peristiwa sesuai materi pelajaran, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran di kelas (Sagala, 2006:18).

Dengan penerapan metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan pengamatan suatu benda yang sedang terlihat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan – kesimpulan yang diharapkan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap pembelajaran dari hal – hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dan dapat pula dimengerti yang diajarkan.

Penggunaan metode demonstrasi sangat menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas. Dalam penggunaan metode demonstrasi agar bisa berjalan efektif, menurut Mulyasa (2008:108) langkah – langkah yang dianjurkan sebagai berikut: (1) Lakukan perencanaan yang

matang sebelum pembelajaran dimulai, hal – hal tertentu dipersiapkan, terutama fasilitas yang akan digunakan untuk kepentingan demonstrasi. (2) Rumuskan tujuan pembelajaran dengan metode demonstrasi, dan pilih materi yang tepat untuk didemonstrasikan. (3) Buatlah garis besar langkah – langkah, akan lebih efektif jika yang dikuasai dan dipahami baik oleh peserta didik maupun dengan oleh guru. (4) Tetapkanlah apakah demonstrasi tersebut akan dilakukan guru atau oleh peserta didik, atau oleh guru kemudian diikuti oleh peserta didik. (5) Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik, dan ciptakanlah suasana tenang dan menyenangkan. (6) Upayakan agar semua peserta didik, terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan (7) Lakukanlah evaluasi pembelajaran terhadap peserta didik yang telah dilaksanakan, baik terhadap efektivitas maupun terhadap hasil belajar peserta didik.

Adapun langkah–langkah pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran geografi dalam kelas yaitu diuraikan sebagai berikut: (1) Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa. (2) Guru mengajak siswa berdoa untuk mengawali kegiatan belajar. (3) Guru mengabsen atau mengecek kehadiran siswa. (4) Guru memperhatikan kesiapan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran dan mengatur tempat duduk yang memungkinkan siswa dapat memperhatikan apa yang didemonstrasikan. (5) Guru menayakan pelajaran. (6) Guru merangsang motivasi siswa dengan mengemukakan kasus dalam kehidupan sehari – hari yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas. (7) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis dalam mengikuti proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya mengenai hal–hal yang belum dipahami. (8) Guru membagi siswa dalam kelompok diskusi yang terdiri dari 5–6 orang dalam satu kelompok. (9) Guru memberikan LKS pada masing – masing kelompok agar mudah memahami materi yang di ajarkan. (10) Guru melakukan pengawasan dan bimbingan kepada masing – masing kelompok dengan

(8)

mengarahkan cara pengisian LKS. (11) Guru memberikan kesempatan kepada perwakilan tiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya dan meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan. (12) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyakan hal – hal yang belum dipahami. (13) Guru memberikan soal – soal latihan. (14) Guru meminta siswa merangkum atau menyimpulkan materi yang sedang dipelajari. (15) Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah yang akan di kumpul pada pertemuan berikutnya. (16) Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam.

Menurut Khosim dan Lubis (2007 : 3) secara harfiah geografi adalah ilmu yang melukiskan keadaan bumi. Kata melukiskan mempunyai makna yang lebih dalam, mencangkup unsur – unsur menggambarkan dan menerangkan fenomena (alam dan manusia) sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan terhadap hubungan (interelasi, interaksi, dan interdepedensi) antara fenomena tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa konsep geografi yang diketengahkan di atas secara jelas menegaskan yang menjadi objek studi geografi tidak lain adalah geosfer, yaitu permukaan bumi yang hakikatnya merupakan bagian dari bumi yang terdiri atas atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer (Sumaatmadja, 1997:11).

Mata pelajaran geografi mempunyai fungsi dan tujuan yaitu sebagai berikut: (1) Mengembangkan pengetahuan tentang pola– pola keruangan dan proses yang berkaitan. (2) Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi. (3) Menumbuhkan sikap, kesadaran, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan sumber daya serta toleransi terhadap keragaman sosial budaya masyarakat.

Tujuan pembelajaran Geografi meliputi tiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pengetahuan meliputi: (1) Mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan pola keruangan dan proses – prosesnya. (2) Mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang dan keterbatasannya untuk

dimanfaatkan. (3) Mengembangkan konsep dasar geografi yang berhubungan dengan lingkungan sekiar, dan wilayah negara/dunia.

Keterampilan meliputi: (1) Mengambangkan keterampilan mengamati lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan binaan. (2) Mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data dan informasi yang berkaitan dengan aspek– aspek keruangan. (3) Mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan, dan hasil–hasil dari interaksi berbagai gejala geografis.

Sikap meliputi: (1) Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan fenomena geografi yang terjadi di lingkungan sekitar. (2) Mengembangkan sikap melindungi dan tanggungan jawab terhadap kualitas lingkungan hidup. (3) Mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam pemanfaatan sumber daya. (3) Mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan sosial dan budaya. (4) Mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa.

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Jumairah dan Indriyani. Jumriah (2009) dengan judul “Meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode demonstrasi pada mata pelajaran pelayanan prima di SMK Negeri I Kolaka kelas X P1 “.Hal ini dapat ditunjukkan pada tes tindakan siklus I yang mengalami ketuntasan belajar yaitu 16 orang atau 53, 3 % dan yang tidak tuntas yaitu 14 orang atau 46,7 % dengan nilai rata–rata 64,83. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas yaitu 29 orang atau 96,7% dan yang tidak tuntas yaitu 1 orang atau 3,3% dengan nilai rata-rata 85,2.

Indriyani Tadjuddin (2012) dengan judul “Penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa materi daur air kelas V SDN Tinobu kecamatan lasolo kebupaten konawe utara. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan ketuntasan belajar siswa, dimana pada siklus I dari 28 orang siswa yang menjadi subyek penelitian, siswa yang tuntas sebanyak 21 orang siswa dengan persentase ketuntasan 75% dan pada siklus II siswa yang tuntas

(9)

sebanyak 26 orang siswa dengan persentase 92,85%.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X-C SMA Negeri 7 Kendari pada semester genap tahun ajaran 2015/2016, mulai tanggal 5 April sampai 26 April 2016. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X-C SMA Negeri 7 Kendari yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Jumlah siswa yang terdaftar pada kelas tersebut adalah 28 orang siswa yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Kelas ini dipilih karena perolehan skor siswa yang mencerminkan hasil belajar geografi siswa masih tergolong rendah.Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Karakteristik yang khas dari

penelitian ini adalah adanya tindakan yang berulang untuk melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar. PTK ini dilakukan dengan menerapkan metode demonstrasi sebagai alternatif tindakan untuk meningkatkan hasil belajar Geografi siswa kelas X-C SMA Negeri 7 Kendari pada materi atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah: (1) Hasil belajar, yaitu dengan melihat apakah hasil belajar siswa meningkat atau menurun dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi pokok Atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan dimuka bumi.(2) Faktor Guru, yaitu melihat bagaimana materi pelajaran disiapkan serta bagaimana penggunaan metode demonstrasi di kelas.(3) Faktor Siswa, yaitu melihat apakah cara belajar siswa sudah baik atau belum melalui metode demonstrasi pada materi atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan dimuka bumi. Penelitian tindakan ini memiliki beberapa tahapan meliputi 1) perencanaan; 2) pelaksanaan tindakan; 3) observasi dan evaluasi; dan 4) refleksi dalam setiap siklus.Tehnik yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penetian ini yaitu: observasi (Pengamatan Langsung) yakni mengamati aktivitas mengajar dan mengamati aktivitas belajar geografi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan dan Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa sebagai salah satu indikator keberhasilan siswa. Data yang diperoleh dalam penelitian ini, dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi: rata-rata hasil belajar, persentase ketuntasan belajar siswa, rata-rata aktivitas belajar siswa dan rata-rata aktivitas mengajar guru.

HASIL

Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Perencanaan

Adapun hal-hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan penerapan metode demonstrasi untuk setiap pertemuan siklus I dan pertemuan siklus II.2) Menyiapkan lembar kerja siswa.3) Mempersiapkan sumber, bahan, media, dan alat bantu yang dibutuhkan.3) Menyiapkan lembar observasi pembelajaran, yaitu format observasi guru dan format observasi siswa yang terdiri atas observasi aktivitas mengajar guru dan observasi aktivitas belajar siswa.4) Menyusun soal evaluasi tes hasil belajar siswa berupa esay yang digunakan pada pertemuan kedua pada siklus I dan pertemuan keempat pada siklus II.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I di laksanakan dalam dua kali pertemuan, yang dilakukan sesuai dengan RPP.

Hasil Analisis Data Aktivitas Siswa Pertemuan I dan II pada Siklus I

Gambaran rata-rata aktivitas belajar siswa melalui penerapan metode demonstrasi pada siklus I setiap aspek aktivitas yang diamati dengan memberikan skor dapat dilihat pada grafik berikut ini:

(10)

Gambar 1 Grafik Skor Rata-Rata Tiap Aspek Aktifitas belajar Siswa Pada Siklus I

Keterangan:

1. Siswa menjawab salam dan berdoa bersama. 2. Siswa mendengarkan guru mengabsen.

3. Siswa siap untuk belajar dan mengatur posisi duduk. 4. Keterlibatan siswa dalam menjawab pertanyaan guru. 5. Siswa termotivasi untuk belajar.

6. Siswa menulis dan menyimak tujuan pembelajaran yang dikemukakan dan ditulis oleh guru. 7. Siswa memperhatikan demonstrasi yang dijelaskan oleh guru.

8. Siswa aktif dan kritis saat mengikuti proses demonstrasi termasuk menanyakan hal – hal yang belum dipahami.

9. Siswa membentuk kelompok.

10. Siswa menyelesaikan LKS yang diberikan secara berkelompok.

11. Siswa mempersentasekan hasil diskusinya dan kelompok lain memberikan tanggapan. 12. Siswa menayakan hal –hal yang belum dipahami terkait materi.

13. Siswa mengerjakan soal – soal latihan yang telah diberikan. 14. Siswa merangkum atau menyimpulkan materi yang telah dibahas. 15. Siswa mengerjakan tugas rumah yang telah diberikan.

Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa dari 15 aspek aktivitas siswa, terdapat 14 aspek aktivitas siswa yang masuk dalam kategori cukup dan terdapat 1 aspek yang termasuk dalam kategori baik yaitu pada aspek nomor 10 Siswa menyelesaikan LKS

yang diberikan secara berkelompok yang memperoleh nilai 3,0.

Rata-rata aktivitas belajar siswa tiap pertemuan pada siklus I dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Grafik Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa tiap Pertemuan Siklus I 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 2,52,72,62,5 2,4 2,2 2,6 2 2,2 3 2,5 2 2 2 2,4 Sko r A kti vi tas Si swa

Aspek yang dinilai

SIKLUS I 1,8 2 2,2 2,4 2,6 2,17 2,57 2,52 S k or Rat a -Rat a Aktivi tas S isw a Siklus I Pertemuan I Pertemuan 2 Rata - Rata

(11)

Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,52 yang berada dalam kategori cukup. hal ini menunjukan aktivitas belajar siswa belum menjawab hipotesis tindakan.

Hasil Analisis Data Aktivitas Guru Pertemuan I dan II pada Siklus I

Gambaran rata-rata aktivitas mengajar guru melalui penerapan metode demonstrasi pada siklus I setiap aspek aktivitas yang diamati dengan memberikan skor dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini:

Gambar 3 Grafik Skor Rata-Rata Aktivitas Guru Pertemuan I Dan Pertemuan II Pada Siklus I Berdasarkan analisis data yang terlihat

pada gambar 4.3 di atas, menunjukan bahwa aktivitas guru belum mencapai keberhasilan karena belum menjawab hipotesis tindakan, dimana skor rata-rata aktivitas mengajar guru pada pertemuan 1 siklus I sebesar 2,15 yang berada dalam kategori cukup dan skor rata-rata aktivitas mengajar guru pertemuan II siklus I Sebesar 3,05 yang berada dalam kategori baik, tetapi pada siklus I ini setelah dirata-ratakan antara pertemuan I dan pertemuan II aktivitas mengajar guru masih berada dalam kategori cukup yakni dengan skor sebesar 2,57.

Analisis Data Hasil Belajar Siswa Pertemuan I dan Pertemuan II pada Siklus I

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai rata-rata sebesar 70,75. Pada Test siklus I . Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 45 dan nilai tertinggi sebesar 87,5.Persentase ketuntasan hasil belajar geografi siswa kelas X-C SMA Negeri 7 Kendari dengan menerapkan metode demonstrasi pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 1 Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Pada Evaluasi Siklus I

Ketuntasan Jumlah Persentase

Tuntas 18 64%

Tidak Tuntas 10 36%

Jumlah Total 28 100 %

Refleksi

Pada tahap Refleksi peneliti mencari kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan dan memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil pengamatan dan evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I baik pertemuan I dan pertemuan II masih jauh dari harapan yang telah ditetapkan

sebelumnya, hal ini berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan observer (guru kelas) dimana terlihat beberapa kekurangan saat proses pembelajaran berlangsung baik itu dilakukan oleh guru maupun siswa. Dari hasil observasi, maka beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah faktor guru dan faktor siswa. Faktor guru meliputi: (1) Dalam menyajikan materi pelajaran guru masih 0 1 2 3 4 2,15 3,05 2,57 Sko r A kt iv itas Si swa Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata - Rata

(12)

kurang lengkap menyediakan media pengajaran yaitu berupa tabel dan gambar sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai belum dapat terlaksana semaksimal mungkin. (2) Guru masih kurang merangsang motivasi siswa, sehingga sebagian siswa kurang termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran dalam kelas.(3) Guru belum mampu memberikan pengawasan serta membimbing siswa dengan baik dalam mengarahkan cara pengisian LKS dengan benar kepada masing – masing kelompok. Sebab, pentauan guru hanya berfokus kepada kelompok tertentu kelompok lain kurang diperhatikan. (4) Guru masih kurang memberikan kesempatan kepada masing – masing kelompok agar memberikan tanggapannya atau menyanggah hasil diskusi yang dipersentasekan kelompok lain. Hal ini, karena guru sendiri yang lebih mendominasi kegiatan diskusi. (5) Guru masih kurang atau belum mampu mengatur alokasi waktu pembelajaran dengan baik. Sehingga dalam proses pembelajaran guru mengambil jam istrahat siswa ± 5 menit.

Faktor siswa meliputi: (1) Pada saat guru menulis dan menjelaskan tujuan pembelajaran masih banyak siswa yang tidak menulis dan menyimak apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan karena siswa malas menulis dan ada beberapa siswa yang tidak membawa alat tulis bahkan ada sebagian siswa yang asyik bercerita dengan temannya. (2) Pada saat guru mendemonstrasikan materi pelajaran masih ada sebagian siswa yang kurang aktif dan kritis dalam mengikuti proses demonstrasi termasuk siswa pasif bertanya mengenai hal – hal yang belum dipahami.Hal ini disebabkan karena siswa masih malu – malu mengemukakan apa yang belum dipahaminya tentang materi yang disajikan. (3) Dalam melakukan kerja kelompok, masih banyak siswa yang belum bisa beradaptasi dengan sesama anggota kelompoknya, hal ini ditunjukkan beberapa siswa yang berperilaku pasif dalam berdiskusi dan memberikan pendapat kepada sesama anggota kelompoknya. (4) Dalam mengerjakan soal – soal latihan yang telah dibagikan masih ada sebagian siswa yang

tidak mengerjakannya. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut kurang memberi perhatian pada saat guru menjelaskan materi dan pada saat diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal–hal yang belum dipahami sebagian siswa hanya diam, hal ini dapat dilihat dari perilaku beberapa siswa terutama yang duduk dibangku deretan belakang yang cenderung mengobrol sendiri dengan teman sebangkunya. (5) Siswa kurang aktif dalam menyimpulkan materi pelajaran karena siswa merasa takut dan tidak percaya diri dalam menyimpulkan materi. (6) Siswa masih kurang berani dalam memberikan tanggapannya terhadap hasil diskusi kelompok penyaji sehingga aktivitas siswa kategori mendengarkan penjelasan yang dikemukakan oleh guru dalam menyamakan pemahaman materi.

Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru akan mencoba memperbaiki kesalahan – kesalahan yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan metode demonstrasi sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai ketuntasan hasil belajar siswa minimal 80%.

Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Perencanaan

Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru akan mencoba memperbaiki kesalahan – kesalahan yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan penerapan metode demonstrasi sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai ketuntasan hasil belajar siswa minimal 80%.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II di laksanakan dalam dua kali pertemuan, yang dilakukan sesuai dengan RPP.

Hasil Analisis Data Aktivitas Siswa Pertemuan I Dan Pertemuan II Pada Siklus II

Gambaran rata-rata aktivitas belajar siswa melalui penerapan metode demonstrasi pada siklus II setiap aspek aktivitas yang

(13)

diamati dengan memberikan skor dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4 Grafik Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa tiap Pertemuan Siklus II

Keterangan:

1. Siswa menjawab salam dan berdoa bersama. 2. Siswa mendengarkan guru mengabsen.

3. Siswa siap untuk belajar dan mengatur posisi duduk. 4. Keterlibatan siswa dalam menjawab pertanyaan guru. 5. Siswa termotivasi untuk belajar.

6. Siswa menulis dan menyimak tujuan pembelajaran yang dikemukakan dan ditulis oleh guru. 7. Siswa memperhatikan demonstrasi yang dijelaskan oleh guru.

8. Siswa aktif dan kritis saat mengikuti proses demonstrasi termasuk menanyakan hal – hal yang belum dipahami.

9. Siswa membentuk kelompok.

10. Siswa menyelesaikan LKS yang diberikan secara berkelompok.

11. Siswa mempersentasekan hasil diskusinya dan kelompok lain memberikan tanggapan. 12. Siswa menayakan hal –hal yang belum dipahami terkait materi.

13. Siswa mengerjakan soal – soal latihan yang telah diberikan. 14. Siswa merangkum atau menyimpulkan materi yang telah dibahas. 15. Siswa mengerjakan tugas rumah yang telah diberikan.

Berdasarkan pada gambar 4.5 diatas, menunjukkan bahwa semua aspek aktivitas siswa berada pada kategori baik.Hal tersebut berarti bahwa aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.

Sesuai dengan teknik analisis statistik deskriptif, gambaran aktivitas belajar siswa pada siklus II dari pertemuan I sampai pertemuan II dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini:

Gambar 5 Grafik Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa tiap Pertemuan Siklus II 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 3,83,9 3,5 3,9 3,7 3,5 3,6 3,4 3,3 3,8 3,6 3,9 3,6 3,5 3,8 Sko r rata -rata akt iv itas si swa SIKLUS II 3 3,5 4 3,38 3,92 3,65 Sko r R ata -R ata A kt iv itas Si swa Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2 Siklus II

(14)

Berdasarkan gambar 5 diatas, diperoleh bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan I siklus II sebesar 3,38 yang berada dalam kategori baik. Rata-rata aktivitas belajar pada pertemuan II siklus II sebesar 3,92 yang berada dalam kategori baik. Skor rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II setelah dirata-ratakan dari pertemuan I sampai pertemuan II adalah 3,65 yang berada dalam kategori baik. Pada siklus II diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa dengan skor 3,65 pada siklus II mengalami

peningkatan dan telah mencapai kriteria ketuntas dimana aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh skor rata-rata aktivitas sebesar 3,0.

Hasil Analisis Data Aktivitas mengajar Guru Pertemuan I Dan Pertemuan II Pada Siklus II

Gambaran rata-rata aktivitas mengajar guru melalui penerapan metode demonstrasi pada siklus II setiap aspek aktivitas yang diamati dengan memberikan skor dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini:

Gambar 6 Grafik Skor Rata-Rata Aktivitas mengajar Guru Pertemuan I Dan Pertemuan II Pada Siklus II

Berdasarkan gambar 6 menunjukan bahwa aktivitas mengajar guru telah memenuhi kriteria, dimana dikatakan berhasil apabila telah mencapai skor rata-rata minimal 3,0. Skor rata-rata-rata-rata aktivitas mengajar guru di siklus II sebesar 3,57 menunjukan bahwa penerapan metode demonstrasi pada materi pokok manganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru.

Analisis Data Hasil Belajar Siswa Pertemuan I dan Pertemuan II pada Siklus II

Berdasarkan analisis hasil belajar siswa yang disajikan dalam tabel 4.7 terlihat bahwa hasil belajar geografi siswa kelas X-C di SMA Negeri 7 Kendari dengan menerapkan metode demonstrasi menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa sebesar 81,46. Hasil Belajar siswa pada siklus II dengan nilai tertinggi sebesar 91,66 dan nilai terendah sebesar 58,33. Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar siklus II secara klasikal , lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

Ketuntasan Jumlah Persentase

Tuntas 25 89%

Tidak Tuntas 3 11%

Jumlah Total 28 100%

Berdasakan tabel 2 menunjukan bahwa pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 89 % atau 25 siswa

memperoleh nilai memperoleh nilai ≥ 75 atau telah mencapai KKM (kriteria ketuntasan Minimal) dan persentase 11 % 3 3,2 3,4 3,6 3,8 3,36 3,78 3,57 Sko r A kt iv itas Gu ru Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2 Siklus II

(15)

atau 3 orang siswa memperoleh nilai ˂ 75 atau belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan Minimal).Pada siklus II diperoleh bahwa jumlah siswa yang tuntas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang tidak tuntas.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus II baik pertemuan I dan pertemuan II sesuai rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, hal ini berdasarkan hasil diskusi anatara peneliti dengan observer (guru kelas) dimana terlihat bahwa pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi sudah mendapatkan hasil yang lebih baik, meskipun masih ada 3 orang siswa yang belum mencapai KKM, akan tetapi siswa tersebut sudah terlihat cukup aktif melibatkan diri dalam pelaksanaan tindakan dalam kelompok.

Jika dilihat dari tes hasil belajar pada evaluasi tindakan siklus II, yaitu telah mencapai 89% siswa yang telah mencapai KKM dengan perolehan nilai ≥ 75 dengan kata lain telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu ketuntasan hasil belajar minimal 80% siswa yang tuntas secara klasikal. Dengan demikian penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai dengan RPP dengan dua siklus tindakan.

PEMBAHASAN Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan permasalahan pertama tentang bagaimana gambaran aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar pada materi pokok menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan dimuka bumi dengan menerapkan metode demonstrasi, dapat dijelaskan berdasarkan hasil pengamatan pada setiap siklus baik siklus I maupun siklus II yang menunjukkan kearah peningkatan yang lebih baik, dimana rata – rata aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1. Peningkatan aktivitas siswa tersebut menunjukkan adanya minat dan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada materi pokok menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan dimuka bumi dengan penerapan metode demonstrasi.

Pada siklus I berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa menunjukkan skor rata – rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,52 yang berkategori cukup. Pada siklus I ada beberapa aktivitas siswa yang masih tergolong kurang dimana siswa belum terbiasa dengan metode demonstrasi.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I ditemukan ada beberapa aktivitas siswa yang masih belum terlaksana dengan baik. Olehnya itu dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang telah dievaluasi di peroleh bahwa aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Dimana skor rata – rata aktivitas siswa pada siklus II sebesar 3,65 dengan kategori baik. Adanya peningkatan pada skor rata – rata aktivitas belajar siswa dari 2,32 pada siklus I menjadi 3,65 pada siklus II menandakan kelemahan/ kekurangan di siklus I teratasi sehingga aktivitas siswa mengarah kearah yang lebih baik.

Aktivitas Mengajar Guru

Berdasarkan permasalahan kedua yaitu bagaimana gambaran aktivitas mengajar guru dengan menerapkan metode demonstrasi, dapat dijelaskan berdasarkan hasil pengamatan aktivitas mengajar guru pada setiap siklus baik siklus I maupun siklus II yang menunjukkan peningkatan kearah yang lebih baik, dimana rata – rata aktivitas guru dilihat pada tabel 4.3.

Pada siklus I berdasarkan analisa deskriptif aktivitas mengajar guru menunjukkan skor rata – rata sebesar 2,57 yang berkategori cukup dimana aktivitas guru pada siklus I masih rendah hal ini berdasarkan hasil refleksi diantaranya adalah Pada siklus I aktivitas mengajar guru mendapatkan skor terendah dengan nilai rata-rata 2 terdapat pada nomor 6, 8, 13, 15 dan 16 meningkat di siklus II, di mana pada aktivitas guru nomor 6, 8, dan 15 di siklus II memperoleh skor 3,5 sedangkan aktivitas guru nomor 13 dan 16 memperoleh skor 3.

Pada siklus II aktivitas mengajar guru menunjukkan peningkatan yang signifikan, dimana pada siklus II skor rata – rata aktivitas guru memperoleh nilai sebesar 3,65 yang berkategori baik. Hasil analisis dan

(16)

pengamatan siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas guru, dengan menerapkan metode demonstrasi.

Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan permasalahan ketiga, yaitu apakah melalui penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa dengan materi pokok menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan dibumi kelas X-C SMA Negeri 7 Kendari, dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis deskriptif kuantitatif yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa pada setiap siklus cenderung mengalami peningkatan kearah yang lebih baik, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5.

Berdasarkan hasil tes belajar siswa pada siklus I pertemuan kedua, terlihat bahwa hasil belajar siswa memperoleh nilai terendah 45,83; nilai tertinggi 87,5; nilai rata – rata hasil belajar siswa sebesar 70,75. Terdapat sebanyak 18 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 atau ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 64 % sedangkan jumlah siswa yang hasil belajarnya dibawah KKM atau yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 10 orang atau 36% yang belum tuntas.Persentase ketuntasan pada siklus ini belum mencapai ketuntasan secara klasikal sebesar 80%. Rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan karena siswa belum sepenuhnya mengikuti dan belum terbiasa dengan penerapan metode demonstrasi, selain itu siswa juga kurang aktif dalam proses pembelajaran dan kurang bekerja sama dengan kelompoknya dalam berdiskusi. Masih banyak siswa yang bermain saat berdiskusi karena guru belum mampu mengelola kelas dengan baik.

Setelah melakukan analisis dan refleksi hasil belajar siswa bahwa ketuntasan siswa secara klasikal belum mencapai target maka guru mata pelajaran bersama dengan peneliti mencoba melakukan perbaikan pada proses pembelajaran pada siklus selanjutnya.

Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7, dimana memperoleh nilai rata – rata sebesar 81,46 dengan nilai minimum sebesar 58,33 dan nilai maksimum 91,66.

Pada siklus II hasil belajar telah memenuhi Kriteria Ketuntasan secara

klasikal, diman dari 28 siswa terdapat 25 siswa yang mencapai ketuntasan atau 89 % yang mencapai nilai ≥ 75 sesuai dengan KKM (Kriteria Kentuntasan Minimal) mata pelajaran geografi yang telah ditentukan sekolah, dan terdapat 3 orang siswa dengan persentase sebesar 11 % siswa yang mencapai nilai < 75 atau belum mencapai KKM yang di tentukan sekolah sebesar 75.

Dari hasil tersebut, menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan dari siklus I ke siklus II, walaupun masih ada beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar.

Pada siklus II target ketuntasan hasil belajar siswa telah tercapai yaitu 89% siswa telah tuntas dalam hasil belajarnya. Dalam penelitian ini keberhasilan siswa dalam tes hasil belajar siklus II memberikan gambaran bahwa penerapan metode demonstrasi mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan demikian, jawaban atas penelitian telah terungkap yaitu pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi berhasil meningkatkan aktivitas belajar siswa dan juga dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas X-C SMA Negeri 7 kendari pada materi Atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan dimuka bumi. Penelitian ini juga dikatakan berhasil karena hipotesis tindakan telah terjawab.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivitas belajar siswa 2,52 adalah yang termasuk dalam kategori cukup mengarah ke baik meningkat pada siklus II menjadi 3,65 yang termasuk pada kategori baik mengarah ke sangat baik. (2) Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivitas mengajar guru 2,57 termasuk dalam kategori cukup dan meningkat pada siklus II menjadi 3,57 yang termasuk dalam kategori baik. (3) Penerapan metode demonstrasi

(17)

dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas X-C SMAN 7 Kendari. Dimana pada siklus I yaitu diperoleh nilai terendah 45,83 dan nilai tertinggi 87,5, dengan nilai rata-rata 70,75 dan ketuntasan belajar sebesar 64 % yang mencapai KKM atau dari 28 siswa hanya 18 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75. Pada siklus II diperoleh nilai terendah 58,33 dan nilai tertinggi 91,66 dengan nilai rata-rata 81,46 dan ketuntasan belajar pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 28 siswa ada 25 orang siswa yang yang memperoleh nilai ≥ 75, dengan persentase ketuntasan hasil belajar adalah 89%.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,Mulyono.2003. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan belajar.

Jakarta : PT Rineka Cipta.

Ani, T, Catherina. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UPT MKK Universitas Negeri Semarang.

Bruner, J.S. 2000. The Process Of Education

Harvard.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan

Anak Didik Dalam interaksi Edukatif.

Jakarta : Rineka Cipta.

Hudoyono, Herman. 2004. Pengembangan

kurikulum Matematika dan

Pelaksanaannya Di depan Kelas.

Surabaya : Usaha Nasional.

Ibrahim & Syaodin. 2003. Perencanaan

Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Jihad, Asep dan Haris.2008.Evaluasi

Pembelajaran. Yogyakarta : Multi

Pressindo.

Kunandar.2009.Guru Profesional :

Implementasi KTSP dan Suksus

dalam Sertifikasi Guru. Jakarta :

Rajawali Pers.

Muhibbin, Syah.2010.Psikologi Pendidikan

Dengan Pendekatan Baru.Bandung :

PT Remaja Rosdakarya.

Pupuh. 2001. Strategi Belajar Mengajar

Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. Bandung : Refika

Aditama.

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna

Pembelajaran. Bandung : Alfhabeta.

Sanjaya, Wina. 2006. Perencanaan dan

Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta

: Kencana Perdana Media Group. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor

Yang Mempengaruhi. Jakarta : Bina

Aksara.

Sumaatmadja, Nursid. 2001. Metodologi

Pengajaran Geografi. Jakarta : PT

Bumi Aksara.

Sutikno. 2009. Strategi belajar mengajar

melalui penanaman konsep umum dan konsep islami. Bandung :PT Refika

Aditama

Umaedi, E. Ed. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.

Jakarta : Penerbit Proyek Peningkatan Mutu SLTP.

Winkel, W.S.2001.Psikologi Pendidikan dan

Evaluasi. Jakarta : Gramedia

Zuhairini, dkk.2001. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Rineka Cipta.

Gambar

Gambar 1 Grafik Skor Rata-Rata Tiap Aspek Aktifitas belajar Siswa Pada Siklus I
Gambar 3 Grafik Skor Rata-Rata Aktivitas Guru Pertemuan I Dan Pertemuan II Pada Siklus I  Berdasarkan analisis data  yang terlihat
Gambar 4 Grafik Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa tiap Pertemuan Siklus II
Gambar 6 Grafik Skor Rata-Rata Aktivitas mengajar Guru Pertemuan I Dan Pertemuan II Pada  Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji organoletik yang dilakukan terhadap 4 perlakuan pada pembuatan biskuit ikan tembang dengan penambahan tepung kulit ari kedelai terhadap warna, aroma, tekstur,

1) Tinggi tanaman tomat yang paling baik adalah pada kemiringan pipa talang 7% karena rata- rata tingginya tertinggi, sedang yang kurang baik adalah pada kemiringan 1%

inkuiri terbimbing kemudian dihitung. Menunjukkan persentase keterampilan kerja ilmiah siswa pada setiap kategori. Semua siswa berada pada kategori terampil. Hal ini

Tertanggung harus masuk ke suatu Rumah Sakit Luar Negeri selama lebih dari lima (5) hari berturut-turut dan jika kondisi medisnya tidak memungkinkan evakuasinya dan jika tidak

Proses sistem kerja pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan dilakukan secara manual yang tentunya memperlambat kinerja dalam pemrosesannya sehingga terjadi

638/BPBD/2016 tanggal 26 Agustus 2016 tentang Perpanjangan Penetapan Status Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pengembangan kompetensi Pegawai di Kantor Dinas Perhubungan Kalimantan Timur yang jelaskan melalui sub fokus

Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 85/KPTS/BPBD- SS/2017 tentang Status Keadaan Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi