• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. di lakukan oleh Gerakan Sedekah Sampah Kampung Brajan Kecamatan Kasihan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. di lakukan oleh Gerakan Sedekah Sampah Kampung Brajan Kecamatan Kasihan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tesis ini menganalisis peran civil society dalam mengerakkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dan penanggulangan kemiskinan yang di lakukan oleh “ Gerakan Sedekah Sampah Kampung Brajan Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul “. Penelitian ini difokuskan pada kegiatan yang dilaksanakan gerakan sedekah sampah kampung Brajan dalam mengedukasi warga tentang pengelolaan sampah rumah tangga khususnya sampah organik yang kemudian bisa membawa mamfaat bagi warga yang lain dan juga lingkungan di kampung Brajan.

Permasalahan utama yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah keberadaan civil society yang tumbuh menjamur di Indonesia yang tentu saja membawa dampak yang beragam bagi kehidupan masyarakat dan negara. Banyak civil society yang muncul saat ini merupakan wadah yang sangat berperan dalam mendukung pelaksananaan program-program pembangunan. Di sisi lain,

keberadaan civil society terkadang justru penghambat atau ancaman bagi

pemerintah. Dalam penelitian ini penulis membahas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh gerakan sedekah sampah sebagai civil society yang bertujuan melakukan pengelolaan sampah sekaligus mencarikan dana untuk warga kurang mampu di kampung Brajan dengan menggalang partisipasi warga setempat. Dari kegiatan-kegiatan tersebut bisa dilihat bagaimana peran gerakan sedekah sampah

(2)

sebagai salah satu civil society dalam keikutsertaannya mendukung pemerintah mengatasi permasalahan-permasalahan publik.

Keberadaan civil society di Indonesia merupakan bagian dari cerita yang cukup panjang dari perjalanan bangsa ini. Era 1990-an yang memunculkan

pandangan baru terhadap pemerintah dengan munculnya konsep governance dan

good governance yang merupakan pergeseran perspektif dari konsep awal

berpusat pada government ke perspektif governance. Perubahan paradigma

tersebut turut dikemukan oleh Widodo (2001:1) bahwa: “Paradigma

penyelenggaran pemerintahan telah terjadi pergeseran dari “rule government“

menjadi “good government”. Pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan publik menurut paradigma rule government

senantiasa lebih menyandarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan paradigma good government tidak semata-mata didasarkan pada

pemerintah (government) atau negara (state) saja, tetapi harus melibatkan seluruh elemen baik dalam birokrasi maupun diluar birokrasi publik (masyarakat)”. Pengertian ini melihat adanya keinginan untuk melibatkan masyarakat dan mendekatkannya dengan pemerintah, sehingga kemudian ditindak lanjuti dalam bentuk desentralisasi dan otonomi daerah.

LAN (2000:6) menyatakan bahwa arti kata good dalam good governance

mengandung dua pengertian, yaitu nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencapai tujuan (nasional), kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial; kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintah

(3)

yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai

tujuan-tujuan tersebut. Sedangkan governance (kepemerintahan) merupakan pelaksanaan

otoritas ekonomi, politik dan administrative untuk mengelola kehidupan suatu masyarakat atau negara pada semua tingkatan (Nasikun, 2001:17).

Tuntutan akan transformasi dari konsep government menjadi governance

merupakan akibat dari ketidakpuasan masyarakat akan pola lama yang dianut oleh pemerintah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi di negara Indonesia membuka akses bagi masyarakat untuk mengetahui segala bentuk tatanan bernegara. Keterpanggilan masyarakat untuk berperan aktif dalam mengisi pembangunan semakin hari semakin besar. Masyarakat mulai menyadari bahwa untuk mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tapi juga tanggung jawab masyarakat sebagai objek pembangunan suatu negara.

Partisipasi masyarakat merupakan komponen utama yang menentukan

bahwa good governance sudah dijalankan dalam tata kelola pemerintahan.

Partisipasi masyarakat menunjukkan berkurangnya ruang kekuasaan pemerintah serta sebagai gambaran perwujudan kebijakan yang mampu mengakomodir keinginan masyarakat. Widodo (2003) dalam Solekhan (2012:140) mengemukakan bahwa good governance memiliki unsur-unsur: akuntabilitas, partisipasi, pedictability, dan transparancy.

Tata pemerintahan yang baik merupakan kondisi yang menjamin adanya proses kesejajaran, kesamaan, kohesi, dan keseimbangan peran serta, adanya saling kontrol yang dilakukan oleh tiga komponen, yaitu pemerintah

(4)

(government), rakyat (citizen) atau civil society, usahawan (business) yang berada disektor swasta (Thoha, 2010). Ketiga komponen tersebut mempunyai tata hubungan yang sama dan sederajat. Kesamaan derajat ini akan mempengaruhi terciptanya tata pemerintahan yang baik.

Sejalan dengan maraknya gaung partisipasi masyarakat yang telah membawa perubahan paradigma dibeberapa sektor pembangunan yaitu dari yang

bersifat top-down menjadi bottom-up. Pola pembangunan yang sentralistris diakui

tidak lagi relevan dengan kenyataan di masyarakat dikarenakan 3 alasan yakni variasi lokal, sumber daya lokal, dan tanggung jawab lokal (Soetomo, 2008).

Dalam tata pemerintahan yang demokratis, peran civil society harus

memperoleh peran utama. Hal ini didorong oleh suatu kenyataan bahwa dalam sistem yang demokratis itu kekuasaan tidak lagi hanya berada ditangan penguasa melainkan berada ditangan rakyat. Oleh karena itu rakyat sangat menentukan dalam konstelasi keseimbangan itu.

Civil society yang berperan aktif dalam menggerakkan masyarakat di Indonesia ternyata mendatangkan dampak yang beragam pula. Relasi antara

negara dan masyarakat mengalami pergeseran makna dengan penguatan civil

society, dimana posisi rakyat dihadapan negara mengalami perkembangan positif sehingga rakyat tidak terlalu didominasi negara bahkan masyarakat punya barganing yang lebih baik untuk kebijakan-kebijakan negara. Kehadiran organisasi civil society bermunculan dari kota hingga di pedesaan. Kelompok- kelompok seperti berbagai kelompok swadaya masyarakat dan forum-forum warga menjadi posko aktifitas masyarakat untuk berperan aktif dan berpartisipasi

(5)

dalam membangun wilayah masing-masing secara lebih terorganisir, serta hubungan yang lebih relasional antara pemerintah dan masyarakat. Prinsip civil society adalah kemandirian masyarakat dihadapan negara.

Banyak kegiatan juga diselenggarakan oleh organisasi civil society sebagai

wujud tanggung jawab komponen masyarakat dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia. Berbagai pengelolaan permasalahan ditengah-tengah masyarakat menjadi objek dari organisasi civil society. Salah satu organisasi itu adalah Gerakan Sedekah Sampah Berbasis Masjid di Kampung Brajan Kelurahan Taman Tirto, Kasihan, Bantul. Gerakan ini merupakan wujud kepedulian masyarakat Kampung Brajan akan pengelolaan sampah dan kepedulian terhadap masyarakat miskin. Ini menjadi salah satu contoh keterpanggilan masyarakat yang diwadahi oleh sebuah komunitas. Berangkat dari kepedulian akan lingkungan khususnya pengelolaan sampah dan permasalahan kemiskinan, maka gerakan ini muncul sebagai warna baru dari gerakan-gerakan yang selama ini bermunculan ditengah-tengah masyarakat.

Masalah sampah bukan hanya masalah Indonesia saja, tapi juga sudah menjadi permasalahan global yang mulai digalakkan untuk solusi penanggulangan yang terbaik. Indonesia sendiri adalah negara yang keberlansungan kehidupannya sangat diancam oleh sampah. Beberapa tahun mendatang sekitar 250 juta penduduk Indonesia akan hidup bersama tumpukan sampah. Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2012 mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan 2,5 liter sampah per hari atau 625 juta liter dari total jumlah penduduk. Kondisi ini akan terus bertambah sesuai dengan kondisi

(6)

lingkungannya. Dari total sampah tersebut lebih dari 50% adalah sampah rumah tangga dan sekitar 60%-nya merupakan sampah organik (tempo.com, 15 April 2012).

Menurut data Balai Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul menunjukkan saat ini rata-rata sampah yang dihasilkan di Bantul perhari mencapai 636.101 ton perhari, sedangkan jumlah yang terangkaut ke TPA Piyungan rata-rata hanya 41.101 ton per hari. Artinya beban sampah yang berada di sekitar masyarakat yang kemudian akan menjadi sumber permasalahan masih berjumlah sangat banyak yaitu 595.069 ton sisanya (Yudhi,2007). Peningkatan volume sampah di Bantul diakibatkan laju pertambahan penduduk yang mencapai 1,57 % dari tahun 2000-2010 menurut BPS Bantul. Mengatasi permasalahan sampah ini Pemerintah Yogyakarta sejak tahun 2002 sudah wacana swakelola sampah dengan percontohan Dusun Sukunan – Sleman yang sejak tahun 2002 sudah melaksanakan swakelola sampah. Banyak daerah yang tertarik menjadikan daerahnya seperti Sukunan tapi banyak yang gagal untuk melaksanakannya. Diantara daerah yang berhasil dalam swakelola sampah adalah Dusun Gondolayu Lor RW 10 Kota Yogyakarta.

Selama ini yang terjadi di masyarakat dalam hal pengelolaan sampah seperti sebuah protap rutin yang sudah lama berjalan. Contohnya saja sampah-sampah masyarakat, seperti rumah tangga dikumpulkan dan kemudian diangkut oleh petugas sampah, baik itu petugas sampah yang disediakan oleh pemerintah, maupun petugas sampah yang berprofesi sebagai pengumpul sampah di masyarakat. Selanjutnya dari pegumpulan, sampai lalu dibuang ke tempat

(7)

pembuangan akhir (TPA) di wilayah tersebut. Dalam hal ini bisa kita runut, bahwa hal yang dilakukan hanya memindahkan sampah semata, sehingga tanpa proses pengelolaan yang tepat, lambat laun sampah akan menjadi gunung- gunung sampah dengan beragam permasalahan baru.

Pemerintah sebenarnya sudah melakukan langkah-langkah strategis untuk

mengatasi hal diatas, seperti mencanangkan program 3R yakni reduce, reuse, dan

recycle (Kementerian Lingkungan Hidup, 2011). Reduce berarti tidakan yang

mengurangi segala sesuatu yang akan menimbulkan sampah, Reuse berarti

mengunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang

sama atau fungsi yang berbeda. Sedangkan Recycle berarti mengolah kembali

(daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. Hal yang telah dicanangkan oleh pemerintah tersebut belum bisa berjalan sesuai dengan harapan, meskipin sudah diadakan sosialisasi pengelolaan sampah tapi partisipasi dan kesadaran masyarakat terlihat masih kurang. Hal ini mungkin saja disebabkan

karena tidak adanya best practise pengelolaan sampah yang mudah bagi

masyarakat.

Sebelumnya Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya perubahan yang mendasar dalam pengelolaan sampah. Pada pasal 19 tersebutkan bahwa pengelolaan sampah dibagi atas dua kegiatan pokok, yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pasal 20 dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam kegiatan pengurangan sampah dapat dilakukan dengan cara yaitu pembatasan timbunan sampah, pendauran ulang sampah dan pememfaatan kembali sampah. Hal itulah yang kemudian diwujudkan

(8)

dalam Program 3R (reduce, reuse, recycle). Selanjutnya, pasal 22 Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 menjelaskan perihal penanganan sampah. Dalam penanganan ini terdapat lima kegiatan yang harus dilakukan yaitu pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.

Undang- undang nomor 18 tahun 2008 merupakan awal dilakukannya kebijakan pengelolaan sampah. Kebijakan sampah yang telah dilalui selama tiga dekade sebelum ini hanya bergerak pada kegiatan kumpul, angkut, buang dengan menjadikan TPA sebagai titik akhir penanganan masalah sampah. Penerapan 3R diharapkan dapat mengubah pola fikir masyarakat dalam memperlakukan sampah. Masyarakat diransang untuk dapat melihat sampah sebagai sebuah lahan untuk dijadikan sumber daya alternatif yang bisa dimanfaatkan kembali, baik secara lansung, melalui proses daur ulang maupun proses lainnya. Sehingga sampah yang awalnya adalah sesuatu yang menjadi sisa akan menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan kembali. Untuk mengawal kebijakan tersebut, pemerintah juga membuat aturan-aturan lainnya dalam rangka mendisipinkan masyarakat contohnya larangan membuang sampah sembarangan. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang menyepelekan aturan-aturan tersebut. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam pengelolaan sampah ini. Kemandirian masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung dan berperan dalam pengelolaan sampah bersama-sama dengan pemerintah. Penanganan dan pengelolaan sampah yang semakin hari semakin membutuhkan inovasi tentu saja memerlukan peran serta dan tanggung jawab dari seluruh komponen.

(9)

Permasalahan ini tidak bisa menjadi beban pemerintah semata, ada sinergi yang harus terjalin antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Tentu saja solusi yang harus dilakukan adalah hal-hal yang bersifat permanen dengan biaya yang relatif murah dan terjangkau.Sangat penting saat ini mengugah masyarakat untuk memiliki komitmen untuk mengurangi sampah melalui proses daur ulang. Parisipasi masyarakat tidak hanya tertumpu pada kesadaran untuk mengelompokkan sampah berdasarkan jenisnya tapi juga dapat mengurangi timbunan-timbunan sampah baru secara signifikan. Melalui program Indonesia Bersih diharapkan pola fikir masyarakat untuk memanfaatkan sampah dapat diubah sehingga target pemerintah untuk meningkatkan daur ulang sampah sebanyak 30% dari jumlah sampah yang dihasilkan perhari dalam lima hingga 10 tahun mendatang dapat tercapai (Noorkarmilah, 2007:163).

Gambar 1.1

Skema Hubungan Sampah dengan Kesejahteraan Manusia

Sumber : Sudarso (1985:2)

Lingkungan   Teknologi   Kesejahteraan  

Manusia   Barang-­‐ barang   Sumber  non   manusiawi   Jasa     Sumber   Manusiawi   m   manusiawi   Sumber   Manusiawi   SAMPAH  

Lingkungan   Teknologi   Kesejahteraan  

Manusia   Barang-­‐ barang   Sumber  non   manusiawi   Jasa  

(10)

Dalam skema tersebut terdapat adanya kaitan antara komponen yang satu dengan yang lainnya, terutama antara teknologi, lingkungan, sampah dan kesejahteraan manusia. Sampah yang ditimbulkan karena adanya produksi dan konsumsi barang-barang guna kesejahteraan manusia, secara lansung dapat mempengaruhi kondisi lingkungan dan kondisi manusia itu sendiri. Semakin banyak produksidan konsumsi barang-barang, maka semakin banyak pula sampah yang ditimbulkan. Dalam waktu yang bersamaan semakin potensial pula lingkungan yang tercemar dan kesejahteraan manusia semakin sulit terjangkau. Oleh sebab itu, agar upaya mencapai kesejahteraan benar-benar terwujud maka komponen-komponen tersebut harus dijaga keseimbangannya. Melihat skema diatas maka mengelola sampah adalah tantangan bagi masyarakat, apalagi tahun

2025 telah dicanangkan sebagai tahun zero waste ( bebas sampah) dunia.

Tantangan akan perubahan prilaku dan pengelolaan sampah dimasyarakat saat ini mulai tercermin dengan bermunculannya beberapa perubahan pola dan aktivitas pengelolaan sampah yang menjadi trend saat ini yaitu melalui model pengelolaan sampah berbasis komunitas, dimana hal ini merupakan salah satu sarana potensial untuk perbaikan kondisi lingkungan. Berbagai pola tersebut seperti bank sampah, asuransi sampah, swakelola sampah, sedekah sampah dan lainnya. Masing- masing pola dan aktivitas tersebut itu manawarkan mekanisme pengelolaan dan keunggulan yang berbeda-beda.

Kemiskinan bukan merupakan barang langka yang ingin dicari di Indonesia. Angka kemiskinan Indonesia yang dari tahun ke tahun meningkat seiringg dengan

(11)

berbagai krisis yang terus meneru melanda perekonomian bangsa yang berdampak pada meningkatnya angka pengangguran, naiknya harga bahan pokok dan tingginya angka putus sekolah.

Gerakan sedekah sampah merupakan metode alternatif untuk pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat yang melakukan aktifitas-aktifitas seperti pemilahan sampah sesuai jenisnya, dikumpulkan di lokasi yang telah ditentukan dan dijual secara komunal. Hal yang berbeda dari gerakan ini adalah hasil penjualan sampah tersebut selanjutnya digunakan untuk kegiatan sosial masyarakat. Jadi, gerakan sedekah sampah yang digagas di kampung Brajan ini tidak hanya sebuah solusi untuk pengelolaan sampah dengan mudah dan murah tapi juga upaya untuk ibadah yaitu bersedekah.

1.1 Rumusan masalah

Sebagai organisasi civil society yang tumbuh ditengah masyarakat, Gerakan

sedekah sampah di Kampung Brajan yang dalam tujuannya adalah membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah sekaligus menghimpun bantuan bagi warga yang kurang mampu. Maka gerakan ini harus mampu menggalang keterpanggilan masyarakat untuk berperan aktif serta menjaga keberlansungan kegiatan ini.Dari latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskkan permasalahan penelitian sebagai berikut :

“ Bagaimana Gerakan Sedekah Sampah di Kampung Brajan mengerakkkan partisipasi masyarakat dalam kepedulian lingkungan dan masyarakat miskin ? “

(12)

Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut penulis meneruskannya kedalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu :

1. Bagaimana proses partisipasi masyarakat dalam kegiatan sedekah sampah

di kampung Brajan.

2. Apa manfaat dari kegiatan sedekah sampah di kampung Brajan.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah menjawab permasalahan pada rumusan masalah diatas melalui:

1. Mengetahui dan memberikan penjelasan tentang kegiatan-kegiatan yang

dilakukan gerakan sedekah sampah Kampung Brajan.

2. Mengetahui manfaat dan peran serta masyarakat Kampung Brajan dalam

sedekah sampah 1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

- Sebagai gambaran bagi Pemerintah atau stakeholder terkait untuk

memberikan ruang serta perhatian kepada gerakan yang muncul dimasyarakat sebagai wujud tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam membantu pemerintah untuk terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera.

- Sebagai masukkan dan saran perbaikan bagi Gerakan Sedekah

Sampah Kampung Brajan dan Aparat Dusun untuk lebih bersemangat dalam pengabdiannya pada Bangsa dan Agama.

(13)

1.5 Metode Penelitian

1. 5.1 Jenis dan metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, metode ini dipilih karena berhubungan dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Hal tersebut akan memberikan gambaran mengenai situasi dan kondisi di lapangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat memberikan gambaran secara jelas, sistematis dan faktual mengenai apa yang terjadi di masyarakat (Salim, 2006:119). Dalam hal ini pendekatan ini digunakan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada gerakan sedekah sampah di Kampung Brajan.

Penelitian kualitatif sebagai jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik dan dapat digunakan untuk menangkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun belum diketahui. Prosedur ini menghasilkan temuan dari data yang dikumpulkan melalui beragam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan wawancara, juga mencakup dokumen, buku, kaset video, dan data yang telah dihitung untuk tujuan lain, misalnya data sensus (Strauss dan Corbin 2003:4-5).

Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah penelitian yang bersifat kulitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian ini akan mendeskripsikan suatu fenomena yang kemudian akan mengambarkan dan menganalisis bentuk dan proses pengelolaan sampah berbasis Mesjid yang dilaksanakan dalam bentuk gerakan sedekah sampah. Penelitian ini lebih lanjut akan mengetahui partisipasi gerakan sedekah sampah ini dalam mengerakkan masyarakat dan manfaat yang diperoleh dalam kegiatan ini. Gambaran partisipasi masyarakat itu peneliti

(14)

temukan dari data-data hasil wawancara, dokumen yang peneliti temukan di kampung Brajan sebagai lokasi penelitian

Analisis deskriptif yang digunakan dengan melakukan pemecahan masalah melalui pengambaran keadaan subjek dan objek penelitian antara lain Pengurus sedekah sampah dan masyarakat Kampung Brajan sebagai peserta dari gerakan ini. Dari ciri khas dari analisis deskriptif menurut Moleong, 2000 maka untuk mengetahui gambaran tersebut peneliti memusatkan perhatian kepada masalah yang tengah dihadapi gerakan sedekah sampah kampung Brajan dalam mencapai tujuannya. Selanjutnya peneliti menganalisis yang hasilnya adalah fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki.

1.5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Brajan, Kelurahan Taman Tirto, Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, DIY. Penulis melakukan pemilihan lokasi ini karena dilokasi ini kegiatan sedekah sampah sudah berlansung semenjak tahun 2013 yang diprakarsai oleh pengurus Mesjid Al-Muharram Kampung Brajan. Komunitas ini sudah sering mendapatkan kunjungan dari daerah lain baik yang berada di DIY maupun dari luar DIY.

1.5.3Subjek penelitian

Unit analisis dari peneitian ini adalah pengelolaan sampah berbasis Mesjid yaitu “Gerakan Sedekah Sampah“ dengan informan kunci adalah para pengurus sedekah sampah, Aparat Kampung Brajan serta masyarakat yang terlibat maupun tidak terlibat dalam kegiatan sedekah sampah. Hal ini bertujuan untuk

(15)

memperoleh keberagaman informasi sehingga informan dibagi atas populasi masing-masing.

Berdasarkan unit analisis tersebut maka teknik yang digunakan adalah purpossive sampling (pemilihan sampel bertujuan). Pemilihan informan dilakukan berdasarkan ciri populasi dan juga kemampuan (capable). Informan dengan ciri populasi yang diambil dalam penelitian ini diantaranya pengurus sedekah sampah, pengurus badan amal dan penerima dana bantuan, sehingga jawaban dari penelitian ini telah didapatkan dari pihak-pihak yang terkait mengetahui seluruh kegiatan sedekah sampah.

Tabel 1.1

Informan dalam Penelitian

No Unsur Jumlah

1 Pengurus Sedekah Sampah

- Koordinator

- Relawan

1 orang 2 orang

2. Badan Amal Brajan 1 orang

3. Aparat Dusun - Ketua RT - Ketua Padukuhan 2 orang 1 orang 4. Penerima santunan - Beasiswa - Sembako - Kesehatan - TPA 2 orang 2 orang 2 orang 1 orang 5. Warga - Peserta

- Bukan peserta 4 orang 4 orang

(16)

1.5.4 Jenis dan Sumber data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data ini berupa informasi maupun data kegiatan sedekah sampah yang dilakukan warga kampung Brajan. Data tersebut berguna untuk mengetahui sejauhmana partisipasi masyarakat dalam kegiatan sedekah sampah disamping itu untuk mengetahui apa yang memotivasi masyarakat ikut serta dalam kegiatan tersebut. Hal ini akan tergambar dengan jelas sesuai data yang didapatkan.

b. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari sumber-sumber tertulis berupa dokumen, arsip, catatan, data statistik, dokumentasi penelitian maupun tulisan ilmiah serta jurnal-jurnal terkait serta sumber-sumber seperti surat kabar, buku-buku, internet dan sumber lainya yang melengkapi data.

1.5.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan dalam mengumpulkan data sebagai berikut :

a. Observasi

Teknik ini dilakukan untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai objek penelitian sehubungan masih sedikitnya informasi yang didapatkan tentang masalah yang diteliti. Teknik ini akan menjelaskan kemudian tentang berbagai kegiatan yang dilakukan dalam sedekah sampah serta mamfaat yang didapat masyarakat dari kegiatan ini. Observasi ini dilakukan untuk mengatehui berbagai

(17)

fenomena yang ditemukan pada lingkungan masyarakat kampung Brajan dalam ikut dalam kegiatan sedekah sampah serta hal lain yang ditemukan terkait dengan kegiatan tersebut. Hal yang dilakukan adalah mengamati hal-hal penting yang terjadi, mencatat maupun merekam hal-hal yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian. Teknik ini membuka ruang yang luas kepada peneliti untuk berbaur dengan masyarakat yang diteliti sehingga informasi dapat diperoleh seluas-luasnya. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah proses pelaksanaan sedekah sampah yaitu pengumpulan, pemilahan dan penjualan. Selain intu hasil observasi yang peneliti dapatkan berupa gambaran perilaku masyarakat dalam mengelola sampah, baik perilaku positif maupun negatif.

b. Wawancara

Berdasarkan prinsip penelitian kualitatif maka hal yang terpenting

adalah menemukan informan kunci (key informant) untuk

diwawancarai. Pemilihan informan harus dilakukan dengan sengaja karena informan inilah yang paling mengetahui kegiatan sedekah sampah yang diteliti. Adapun jumlah informan tidak terkait dengan banyak orang yang diwawancarai, melainkan kecukupan informasi yang dibutuhkan dari orang-orang tersebut. Hal inilah yang menentukan pengambilan data bisa dihentikan, yaitu apabila telah terpenuhinya kecukupan data atau tidak ditemui lagi data yang lain serta tidak ada lagi informasi terbaru.

(18)

Adapun peneliti dalam hal ini menetapkan 2 orang sebagai key informan yaitu Bapak Ananto Isworo selaku Ketua/Koordinator Gerakan Sedekah Sampah dan Bapak Priyo Arief selaku Ketua Badan Amal Brajan. Dari kedua informan kunci inilah banyak informasi dan data yang penulis dapatkan dalam penelitian ini.

Wawancara diakukan dengan tanya jawab lansung antara peneliti dengan informan secara mendalam dengan memberikan keleluasaan kepada informan untuk menyampaikan jawaban sehingga informasi

yang didapatkan bisa memperkaya penelitian. Dari para key informan

maupun informan lainnya peneliti mendapatkan informasi seperti jumlah warga yang berpartisipasi sedekah sampah, penyaluran dana bantuan dan lainnya.

c. Dokumentasi

Data berupa dokumen didapat dari tulisan pribadi, jurnal-jurnal, surat-surat dan dokumen lain yang bisa dijadikan sumber data. Peneliti melakukan penelitian dengan studi literatur di perpustakaan maupun internet tentang pengelolaan sampah. Selain itu peneliti juga mengunakan dokumentasi berupa foto yang didapatkan ketika melakukan penelitian dan juga dokumen yang dimiliki pengurus sedekah sampah. Gambar visual yang didapatkan diharapkan dapat menceritakan berbagai hal yang terjadi pada sedekah sampah.

Bentuk dokumentasi lainya adalah rekaman yang menyimpan jalannya wawancara peneliti dengan informan yang kemudian disajikan dalam

(19)

bentuk transkrip wawancara yang selanjutnya adalah bahan untuk melakukan analisis. Dalam melakukan wawancara transkrip yang peneliti buat dijadikan acuan dalam menyusun analisis dan didukung oleh sumber data lain seperti foto dan dokumen-dokumen lainnya. 1.5.6 Teknik Analisis data

Data yang didapatkan oleh peneliti kemudian disusun dan dirapikan sehingga dapat ditafsirkan atau diinterpretasikan. Penyusunan data melalui penggolongannya menurut pola, tema dan kategori. Seperti kebanyakan penelitian kualitatif peneliti mengawali proses analisa data ketika berada dilapangan. Hal yang dilakukan mencakup: reduksi data, display data, mengambil kesimpulan dan verifikasi (Nasution, 1998:129).

a. Reduksi data yaitu menulis kembali data yang diperoleh dilapangan

kemudian memaparkannya kembali dalam bentuk uraian atau laporan terperinci. Fokusnya adalah faktor yang mendorong masyarakat Kampung Brajan untuk ikut serta dalam kegiatan sedekah sampah serta manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut.

b. Display data yaitu sekumpulan informasi yang disajikan dalam bentuk

teks naratif yang tertuang dalam matrik, grafik, jaringan, tabel dan bagan. Penyajian data ini antara lain seperti grafik. Hal ini bertujuan untuk mempertajam pemahaman tentang informasi yang diperoleh. Data tersebut dalam penelitian ini seperti tabel penerima bantuan, grafik penduduk dan lainnya

(20)

c. Pengambilan kesimpulan selanjutnya dirumuskan setelah semua data dikategorikan. Peneliti melakukan verifikasi dengan membuka kembali catatan-catatan dilapangan agar data yang diperoleh dapat teruji validitasnya. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan mengunakan teknik perbandingan data yang diperoleh dilapangan dengan data yang diperoleh dari wawancara. Terdapat beberapa data yang diperoleh diantaranya data masyarakat yang memiliki kesadaran dan yang tidak memiliki kesadaran untuk berpartisipasi.

       

Referensi

Dokumen terkait

Dari 47 tanaman Nipponbare mutan penanda aktivasi yang diuji, sembilan tanaman menunjukkan respons yang sama dengan tanaman Nipponbare non transforman, yaitu tidak

karena pada periode pemerintahan sebelumnya, pada dasarnya sudah ada berbagai program dari masyakarat yang berbasis desa seperti Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

int ex_idx_max; double[,] ex_jlh_detail; string[] ex_sma; double[,,] ex_dta_lls; DataGridView ex_dgv_training; int in_atribute, node_flag = 0; public DataTestingint

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa waktu yang digunakan untuk menyimak lebih banyak dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk berbicara, membaca,

Dari luas wilayah Kabupaten Kutai Timur tersebut dengan perkiraan 7,1 Jiwa/KM2, Pengadilan Negeri Sangatta melaksanakan persidangan sebagai pelayan dalam bidang hukum, dimana

Sesi terakhir kegiatan training, setelah penyampaian materi dari narasumber dan praktek langsung oleh peserta, dilanjutkan dengan diskusi untuk menyusun kegiatan aksi apa

Dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Batang, terdapat mata pelajaran sejarah wajib atau sejarah Indonesia dan mata pelajaran sejarah pilihan yaitu sejarah

Dilihat dari segi teknis perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter merupakan perlakuan yang paling efisien, karena memiliki laju pertumbuhan pertumbuhan bobot harian,