• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit dalam memenuhi kebutuhan itu dituntut untuk memberikan pelayanan yang memuaskan.

Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) ditetapkan sub sistem upaya kesehatan yang terdiri dari dua unsur utama yaitu Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). UKM terutama diselenggarakan oleh pemerintah dengan peran serta aktif masyarakat dan swasta, sedangkan UKP dapat diselenggarakan oleh masyarakat, swasta dan pemerintah. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terarah, terencana, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, profesional dan bermutu (Depkes, 2004).

Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan masyarakat untuk hidup sehat dengan misi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Guna mewujudkan visi dan misi tersebut berbagai program kesehatan telah dikembangkan termasuk pelayanan kesehatan di rumah. Pelayanan kesehatan yang berkualitas mempunyai arti bahwa pelayanan yang diberikan kepada individu, keluarga ataupun masyarakat haruslah baik (bersifat etis) dan benar (berdasarkan ilmu dan hukum yang berlaku).

(2)

Implementasi pelayanan kesehatan yng dilakukan oleh tenaga kesehatan sebenarnya tidak harus dilakukan di rumah sakit, klinik ataupun puskesmas tetapi dapat dilakukan di masyarakat maupun di rumah pasien. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah disebut home care. Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program kesehatan yang sudah ada dan perlu dikembangkan karena telah menjadi kebutuhan masyarakat dewasa ini.

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta merupakan rumah sakit kelas B milik swasta besar di Yogyakarta dan dikelola oleh Yayasan Panti Rapih yang beralamat di Jalan Cik Di Tiro 30 Yogyakarta. Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta terdapat berbagai macam pelayanan yang dikelompokkan menjadi pelayanan umum, spesialis dan penunjang. Visi dari Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yaitu Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta sebagai rumah sakit rujukan yang memandang pasien sebagai sumber inspirasi dan motivasi kerja dengan memberikan pelayanan kepada siapa saja secara profesional dan penuh kasih dalam suasana syukur kepada Tuhan.

Salah satu jenis pelayanan rawat jalan yang ada di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta adalah pelayanan home care. Pelayanan home care merupakan salah satu bentuk implikasi dan strategi pembangunan kesehatan dalam rangka menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat serta meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelaksanaan home care di rumah yang profesional akan melibatkan keluarga pasien dan berbagai disiplin ilmu sesuai kebutuhan. Kegiatan pelayanan home care dilakukan guna

(3)

menunjang program penyembuhan, pemulihan, pemeliharaan, maupun peningkatan kesehatan pasien.

Keberhasilan pelayanan home care akan memberikan manfaat baik bagi masyarakat maupun Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Hal ini dapat dicapai jika ada penunjang kualitas yang baik. Salah satu penunjang kualitas yang baik yang ada di rumah sakit adalah rekam medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang teah diberikan kepada pasien.

Penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit merupakan hal yang penting dalam upaya mencapai tertib administrasi, dimana tertib administrasi merupakan salah satu faktor untuk menentukan baik atau buruknya pelayanan kesehatan di rumah sakit. Meskipun home caremerupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan di rumah tetap perlu adanya rekam medis pasien. Dalam pembuatan dan pengelolaan rekam medis yang baik dan benar diperlukannya seseorang yang memiliki keterampilan dan keahlian tersendiri dalam suatu unit kerja yang mandiri dan menunjang pelayanan di rumah sakit.

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 24 Oktober 2013, yang dilakukan dengan wawancara terhadap Kepala Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta diperoleh keterangan bahwa sarana pelayanan kesehatan home care di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta sudah dimulai sejak tahun 1990. Sejauh ini, perkembangan dari home care berdasarkan data kunjungan pada tahun 2012 sampai dengan 2013 ternyata mengalami

(4)

penurunan sebanyak 3,46% atau sekitar 120 orang dari semua kasus penyakit. Kasus yang paling banyak ditangani oleh tim home care berdasarkan data kunjungan tahun 2013 adalah kasus penyakit bedah sebanyak 1361 orang.

Pelayanan home care di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dikerjakan oleh tim yang terdiri dari perawat dan dokter. Mekanisme kerja dalam tim home care di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tergantung kebutuhan dari tim pelayanan home care tersebut dimana jika tim pelayanan home care sedang menangani pasien yang menderita penyakit dalam, maka dokter yang dibutuhkan adalah dokter spesialis penyakit dalam. Demikian pula dengan kasus yang akan ditangani selanjutnya. Pengelolaan rekam medis dalam home care tidak dilakukan secara khusus oleh perekam medis melainkan kegiatan home care di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dikelola oleh seorang admin yang mana kualifikasi pendidikannya bukan merupakan lulusan D3 Rekam Medis. Akan tetapi karena memiliki pengalaman yang sudah lama di bidang tersebut maka sampai saat ini masih dipercayakan untuk mengelola home care di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Berdasarkan hal tersebut peneliti menjadi tertarik ingin mengetahui sejauh mana peran dan fungsi perekam medis dalam menjalankan tanggungjawabnya dalam mengelola rekam medis khususnya rekam medis home care. Selain mengetahui peran dan fungsi perekam medis, peneliti juga ingin mengetahui proses pengelolaan rekam medisnya sendiri yang meliputi penyediaan rekam medis pasien dan kesinambungan data medis pasien selama perawatan. Hal ini penting karena meskipun pelayanan home

(5)

care dilakukan di rumah atau tempat kediaman pasien, rekam medis pasien harus tetap ada karena home care merupakan saah satu layanan yang masih merupakan tanggungjawab dari rumah sakit yang mana rumah sakit wajib membuat rekam medis karena itu meskipun home care maka rekam medis pasiennya harus tetap ada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran dan fungsi perekam medis dalam pelaksanaan home care di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan fungsi perekam medis dalam pelaksanaan home care di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pelaksanaan pengelolaan rekam medis home care di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

b. Mengetahui kendala apa saja yang dihadapi oleh perekam medis dalam pelaksanaan home care di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

(6)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi manajemen rumah sakit terhadap pentingnya peran dan fungsi perekam medis dalam pelaksanaan home care.

b. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan pengetahuan serta memperoleh wawasan dan kemampuan secara langsung, yakni dari rumah sakit dengan menerapkan teori yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam praktek yang sesungguhnya.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan kajian untuk mengembangkan pendidikan dan sebagai bahan evaluasi sistem pembelajaran yang telah dilakukan.

b. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam penelitian yang serupa.

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti, penelitian mengenai “Peran Dan Fungsi Perekam Medis Dalam Pelaksanaan Home Care Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta” belum pernah dilakukan sebelumnya, namun penelitian yang hampir sama pernah dilakukan, antara lain:

(7)

1. Indrasanti (2001), dengan judul “Citra Layanan Home Care Lanjut Usia Rumah Sakit Ludira Husada Tama”.

Hasil penelitian Indrasanti menunjukkan bahwa dari penilaian dimensi performance, trustworthiness, commitment dan perceived value cukup baik dalam arti kata memberikan citra yang baik. Sedangkan dimensi social image, tidak begitu dirasakan oleh sebagian responden, tetapi mereka merasa mendapatkan layanan yang eksklusif. Sedangkan dari pengukuran kekuatan didapatkan atribut Product mempunyai angka koefisien regresi sebesar 0,150 (signifikansi 0,163), Price 0,146 (0,165), Place 0,116 (0,326), Promotion 0,012 (0,081), People 0,207 (0,072), Processess 0,123 (0,191), dan Policy business 0,155 (0,223). Dari angka di atas terlihat bahwa atribut people merupakan atribut yang mendominan dalam pembentukan citra. Dalam analisis regresi, secara keseluruhan layanan home care lansia mempunyai hubungan ynag kuat terhadap citra (r = 0,693).

Persamaan penelitian Indrasanti dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengambil topik mengenai home care.

Perbedaan penelitian Indrasanti dengan penelitian ini terletak pada tujuan penelitian dan rancangan penelitian. Pada penelitian Indrasanti tujuan penelitiannya mengetahui citra layanan home care lansia diukur dari sudut pandang pasien lansia dan keluarganya untuk mengukur kekuatan hubungan antara layanan home care lansia dengan citra serta mengidentifikasi atribut layanan home care lansia yang paling dominan dalam terbentuknya citra positif layanan home care lansia menurut pasien lansia dan keluarganya, sedangkan pada penelitian ini peneliti ingin

(8)

mengetahui peran dan fungsi perekam medis dalam pelaksanaan home care di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Selain itu, rancangan pada penelitian Indrasanti yaitu menggunakan rancangan cross sectional, sedangkan pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian fenomenologi.

2. Tunggadewi (2005), dengan judul “Evaluasi Proses Layanan Home Care di Rumah Sakit Puri Cinere dengan Metode Serperf”.

Hasil penelitian Tunggadewi menunjukkan bahwa kinerja proses pelayanan home care di Rumah Sakit Puri Cinere cukup baik, dari skor performance (5,92) dan harapan yang masih dibawah harapan pasien dan keluarga dengan skor expectations (5,83). Terdapat hubungan yang sedang (r = 0,317) tapi bermakna (p = 0,007) antara kinerja layanan home care dengan kepuasan pasien secara umum dan hubungan yang sangat lemah (r = 0,042) dan tidak bermakna (p = 0,725) antara kinerja layanan home care dengan minat beli ulang. Pelayanan home care menurut pelaksana sudah cukup baik, hanya belum terorganisir dalam wadah khusus, belum terprogram jelas, belum ada standar operasional. Sumber Daya Manusia perlu pelatihan khusus, rekam medis khusus, pengaturan waktu yang kurang dan promosi yang kurang, sistem pembayaran yang masih bervariasi, dan diperlukannya home care untuk kontinuitas pelayanan.

Persamaan penelitian Tunggadewi dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu sama-sama membahas topik tentang home care. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Tunggadewi terletak pada tujuan penelitian dan rancangan penelitian. Pada penelitian Tunggadewi

(9)

tujuan penelitiannya mengetahui kinerja proses pelayanan home care di Rumah Sakit Puri Cinere dari sudut pandang pasien dan keluarga pasien, untuk menilai harapan pasien dan keluarga pasien terhadap kualitas proses pelayanan home care yang sudah ada, dan mengukur hubungan antara kinerja proses pelayanan home care dan harapan terhadap kualitas pelayanan home care terhadap minat beli dan kepuasan pasien secara umum, sedangkan pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui peran dan fungsi perekam medis di unit pelayanan kesehatan yaitu home care. Dan rancangan penelitian pada penelitian Tunggadewi yaitu menggunakan rancangan cross sectional, sedangkan pada penelitian ini menggunakan rancangan fenomenologi.

3. Krisnaeni (2011), dengan judul “Pengorganisasian Home Care di Puskesmas Prambanan”.

Hasil penelitian Krisnaeni menunjukkan beberapa pola home care dari program gizi, kesehatan ibu dan anak, kesehatan jiwa, dan pemberantasan penyakit menular. Home care dirasakan sekali manfaatnya bagi ibu-ibu bersalin yang berasal dari keluarga rawan. Home care memberikan layanan konseling hingga pendampingan sehingga ibu sadar dan terbuka menggunakan layanan persalinan yang terlatih. Meski telah memiliki team work dan anjuran kerja kerja sama antar program, pelaksanaan home care masih berbasis program sendiri-sendiri. Home care yang ada ini akan lebih efisien dan efektif jika pengelolaannya didasarkan program manajemen yang memiliki komponen tugas kusus dalam need assessment, proses pemberian

(10)

layanan yang terpadu sehingga monitoring kasus dapat menjamin ketuntasan masalahnya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Krisnaeni yaitu sama-sama membahas topik tentang home care.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Krisnaeni terletak pada tujuan penelitian dan rancangan penelitian. Pada penelitian Krisnaeni tujuan penelitiannya ingin membuktikan apakah efisiensi dan efektivitas dari pelaksanaan puskesmas baik pemerintah dan swasta di tingkat komunitas di Prambanan Sleman, secara khusus mengkaji apakah program ini telah menggunakan prinsip keterpaduan layanan dan jaringan kerja sehingga program ini menjadi efisien, sedangkan pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana peran dan fungsi perekam medis dalam pelaksanaan home care di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Selain itu, rancangan penelitian pada penelitian Krisnaeni yaitu menggunakan rancangan studi kasus, sedangkan pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian fenomenologi.

F. Gambaran Umum Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Berdasarkan Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis tahun 2009 revisi kedua buku pertama, Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta merupakan rumah sakit tipe B milik swasta di Yogyakarta dan dikelola oleh Yayasan Panti Rapih yang berlokasi di Jalan Cik Di Tiro 30 Yogyakarta. Yayasan Panti Rapih didirikan oleh Ordo Katolik Carolus Borromeus pada tahun 1921. Saat ini Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dipimpin oleh dr. Teddy Janong, M.Kes.

(11)

1. Visi

a. Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta sebagai rumah sakit rujukan yang memandang pasien sebagai sumber inspirasi dan motivasi kerja dengan memberikan pelayanan kepada siapa saja secara profesional dan penuh kasih dalam suasana syukur kepada Tuhan. b. Rumah Sakit Rujukan. Sebagai rumah sakit yang mampu menerima rujukan dari rumah sakit lain disekitarnya, terutama bagi layanan sub spesialistik yang tersedia. Selain itu Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta juga memberikan bimbingan baik medik, keperawatan maupun non medik kepada rumah sakit lain yang membutuhkan.

Pasien sebagai Pusat Inspirasi dan Motivasi. Semangat melayani kepada pasien selalu berkembang dengan memperhatikan perkembangan kebutuhan pasien dalam semua aspek layanan, supaya dapat memberikan kepuasan yang maksimal.

Penuh Kasih. Semua orang adalah umat Allah yang kudus, yang harus dihargai, dihormati, dan dibela hak hidupnya secara bersungguh-sungguh. Layanan diberikan dengan sentuhan yang manusiawi, adil dan tanpa membeda-bedakan pangkat / jabatan, asal usul, ras, suku dan golongan dan agama serta status sosial. Syukur. Setiap orang, baik karyawan maupun pasien merasakan layanan yang ikhlas, jujur dan penuh kasih, dan mampu merasakan pengayoman Tuhan sebagai pemberi hidup yang memelihara

(12)

setiap orang dengan kasih yang tak terbatas, adil dan tidak membedakan.

2. Misi

a. Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta menyelenggarakan pelayanan kesehatan menyeluruh secara ramah, adil, profesional, ikhlas dan hormat dalam naungan iman Katolik yang gigih membela hak hidup insani dan berpihak kepada yang berkekurangan.

a) Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta memandang karyawan sebagai mitra karya dengan meberdayakan mereka untuk mendukung kualitas kerja demi kepuasan pasien dan keluarga, dan dengan mewajibkan diri menyelenggarakan kesejahteraan karyawan secara terbuka, proporsional adil dan merata sesuai dengan perkembangan dan kemampuan.

3. Motto

SAHABAT UNTUK HIDUP SEHAT

Perwujudan nilai-nilai spiritualitas CB dalam pelayanan kesehatan. 4. Jenis-Jenis Pelayanan Medis

Rumah Sakit Pnati Rapih Yogyakarta memiliki berbgai macam pelayanan yang dikelompokkan menjadi pelayanan umum, spesialis, dan penunjang.

a. IGD;

b. Rawat Inap; c. Rawat Jalan;

(13)

1. Poli umum, meliputi:

i. Sub spesialis Endokrinologi ii. Sub spesialis Hematologi iii. Sub spesialis Infeksi iv. Sub spesialis Kardiologi

v. Sub spesialis Gastroenterologi dan hepatologi 2. Poli kesehatan anak

i. Sub spesialis Neo/ Perinatologi ii. Sub spesialis Hematologi Anak 3. Poli Gigi

i. Spesialis Orthodentis ii. Spesialis Bedah Mulut iii. Spesialis Protese

iv. Spesialis Konservasi Gigi 4. Poli Endoscopy

i. Gastroscopy ii. Bronchoscopy

iii. Colonscopy

iv. Uterrhoscopy dan Ureterorenscopy 5. Poli Bedah

i. Bedah Umum ii. Bedah Digesif

iii. Bedah Orthopaedic/tulang iv. Bedah Oncology/tumor

(14)

vi. Bedah Urology/saluran kencing vii. Bedah Anak

viii. Bedah Thorax dan Vasculer ix. Bedah Mulut

x. Bedah Plastik xi. Bedah Laparoskopik 6. Klinik Kebidanan & Kandungan 7. Klinik Penyakit Mata

8. Klinik Penyakit Kulit & Kelamin 9. Klinik Penyakit Saraf

10. Klinik Penyakit Jiwa 11. Klinik Psikologi 12. Klinik Paru

13. Klinik Kulit & Kosmetik

14. Klinik Penyakit Asma & Alergi 15. Klinik Gizi & Obesitas

16. Klinik Rehabilitasi Medik 17. Klinik Radioterapi

18. Klinik Pelayanan Pengobatan

19. Klinik Alternatif, Akupuntur, dan Jamu 20. Klinik Medical Check Up

21. Poli Lukas (poli unggulan) 22. Pelayanan Penunjang Medis

i. Fisioterapi ii. Farmasi

(15)

iii. Laboratorium iv. Radiologi

v. Diagnostik Hemodialisa (dialisa ginjal)

e. Fasilitas yang terdapat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta: 1. 365 tempat tidur 2. Laboratorium 3. Hemodialisa 4. Radiologi 5. Treadmill 6. Farmasi

7. LFT (Lung Fungsional Grahpy) 8. Fisioterapi

9. ECG (Electro Cardio Graphy) 10. Konsultan Gizi

11. Endoskopi

12. PASSOMED(Pelayanan Pastural Sosial Mediak) 13. UPI(Unit Pelayanan Intensif)

14. UPKMRS( Unit Pelayanan Pastural Kesehatan Rumah Sakit) 15. Kamar Bersalin

(16)

Tabel 1

Data Kegiatan Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Keterangan 2011 2012 2013

Tempat Tidur 371 371 380

Pasien Masuk 20369 21087 22948

Pasien Meninggal 880 909 894

Pasien Keluar Hidup 19492 21087 22027 Total Pasien Keluar 20372 21091 22921

Lama Dirawat 101451 105473 113341 Hari Perawatan 102578 106792 114238 LOS 4,98 5,00 4,94 TOI 1,60 1,37 1,02 BTO 54,91 56,85 60,32 BOR 75,85 78,65 82,95 NDR 30,53 31,25 27,35 GDR 43,20 43,10 39,00

Sumber : Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rapih Keterangan :

a. BOR : Bed Occupancy Rate/ presentase pemakaian tempat tidur (%)

b. LOS : Length of Stay / lama rawat pasien (hari)

c. TOI : Turn Over Interval / rata-rata tempat tidur pasien (buah) d. BTO : Bed Turn Over/frekuensi satu tempat tidur yang

(17)

e. NDR : Net Death Rate / kematian > 48 jam (&)

Tabel 2

Data Kegiatan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Panti Rapih

2011 2012 2013 Datang Sendiri 27147 orang 30921 orang 32800 orang Rujukan 1626 orang 1294 orang 1904 orang Rawat Inap 10224 orang 10519 orang 10708 orang

Dirujuk 80 orang 306 orang 771 orang

Meninggal 193 orang 215 orang 223 orang

Pulang 18276 orang 21175 orang 23002 orang Pasien Baru 10638 orang 11124 orang 10852 orang Pasien Lama 18135 orang 21091 orang 23852 orang Sumber : Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rapih

(18)

Tabel 3

Data Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih

Keterangan 2011 2012 2013

Pasien Baru 28581 orang 33531 orang 35276 orang

Pasien Lama 226797 orang 232379 orang 244811 orang

Total Pasien 255378 orang 265910 orang 280087 orang Sumber : Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rapih

Tabel 4

10 Besar Penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2013

NO PENYAKIT KODE JUMLAH

1 DF  DENGUE FEVER A90 1313 kasus

2 DHF  DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER A91 1129 kasus

3 GE/DIARE ACUTE A09 1026 kasus

4 BAYI LAHIR SC P03.9 640 kasus

5 BAYI LAHIR (NORMAL) P00.9 567 kasus

6 PARTUS PERVAGINA O80.0 544 kasus

7 HYPERTENSI (PRIMER) I10 501 kasus

8 ISK  INFEKSI SALURAN KEMIH N39.0 444 kasus

9 ISPA J06.9 423 kasus

10 CA MAMAE (MALIGNANT) C50.9 349 kasus

(19)

Tabel 5

10 Besar Penyakit Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2013

NO PENYAKIT KODE JUMLAH

1 ISPA J06.9 23058 kasus

2 HYPERTENSI (PRIMER) I10 15569 kasus

3 DYSPEPSIA K30 7795 kasus

4 GE/DIARE ACUTE A09 6318 kasus

5 IHD  ISCHEMIC HEART DISEASE (ACUTE) I24.9 5540 kasus

6 DYSLIPIDERMIA E75.6 5234 kasus

7 ISK  INFEKSI SALURAN KEMIH N39.0 3875 kasus

8 DM II NON OBESE E11 3681 kasus

9 PHARINGITIS J02.9 3417 kasus

10 CERUMEN H61.2 3262 kasus

(20)

Tabel 6

10 Besar Penyakit Rawat Darurat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2013

Sumber : Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rapih

NO PENYAKIT KODE JUMLAH

1 FEBRIS R50.9 3973 kasus

2 GE/DIARE ACUTE A09 1866 kasus

3 ISPA J06.9 1537 kasus

4 DYSPEPSIA K30 1250 kasus

5 VERTIGO R42 804 kasus

6 ABDOMINAL PAIN R10.4 738 kasus

7 CKR  CIDERA KEPALA RINGAN S06.9 732 kasus

8 ASTHMA BRONCHITIS J45.9 718 kasus

9 HYPERTENSI (PRIMER) I10 657 kasus

Referensi

Dokumen terkait

Pendapat Jabariah di atas menurut Mu‟tazilah bertentangan dengan ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah tidak menghalangi umat untuk beriman jika datang kepada

Hasil Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) sebagaimana tersebut pada poin 1 merupakan Hasil SKD yang sama sebagaimana yang telah diumumkan secara real time pada pelaksanaan SKD

In short, based on the result of the research it can be concluded that, teaching writing by using guided writing strategy gives significant effect toward students‟

Tukuyin kung saang panahon nabibilang ang mga katangian ng ating mga ninuno na nababanggit sa ibaba.. Isulat sa patlang kung paleolitiko, neolitiko,

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa darah yang tinggi dan lokasi lesi di hemisfer kiri berhubungan dengan beratnya tingkat defisit

Pada ikan Mujair perubahan histopatologi akibat cacing parasit Monogenea sebagian besar berupa hiperplasia, desquamasi lamela insang sekunder, kongesti pembuluh

Hingga kini pengobatan medis terbaik rinitis atrofik hanya bersifat paliatif. Termasuk dengan irigasi dan membersihkan krusta yang terbentuk, terapi sistemik  dan lokal dengan

Gricha Joseph, 2013, Motivasi, Persepsi, Kualitas Pelayanan, Dan Promosi Pengaruh Terhadap Pembelian Sepeda Motor Honda di Manado, Jurnal ISSN 2303, Fakultas