• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata cara mengevaluasi hasil uji kekuatan beton 

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tata cara mengevaluasi hasil uji kekuatan beton "

Copied!
32
0
0

Teks penuh

I. Pendahuluan

Dokumen SNI 03-6815-2002 membahas tata cara mengevaluasi hasil uji kekuatan beton, menekankan pentingnya kontrol kualitas dalam produksi beton dan interpretasi hasil uji yang akurat. Variabilitas kekuatan beton dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kualitas material, proses pencampuran, penuangan, dan pemeliharaan, serta metode pengujian itu sendiri. Dokumen ini memberikan panduan untuk memahami dan mengelola variasi tersebut, memastikan beton yang diproduksi memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan. Tujuan utama adalah menyediakan prosedur statistik yang handal untuk menganalisis data uji kekuatan beton, sehingga dapat diinterpretasikan secara tepat dan digunakan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan dan spesifikasi konstruksi.

II. Variasi-Variasi dalam Kekuatan Beton

Bagian ini mengidentifikasi dua penyebab utama variasi kekuatan beton: variasi dalam perilaku beton itu sendiri dan variasi akibat ketidaksesuaian metode pengujian. Variasi dalam perilaku beton dipengaruhi oleh rasio air-semen, homogenitas campuran (terpengaruh oleh variabilitas agregat, semen, dan bahan tambahan), temperatur beton segar, dan proses konstruksi (pencampuran, pemadatan, penuangan, dan perawatan). Sementara itu, variasi akibat metode pengujian meliputi perbedaan dalam pengambilan sampel, pembuatan benda uji, pemeliharaan, dan proses pengujian itu sendiri. Tabel 2.1 merangkum penyebab-penyebab utama variasi kekuatan beton, menyoroti pentingnya kontrol kualitas di setiap tahapan proses.

2.1 Umum

Bagian ini memberikan pengantar umum mengenai variasi kekuatan beton dan menekankan pentingnya kontrol kualitas dalam produksi beton untuk meminimalkan variasi. Variasi yang besar mengindikasikan kurangnya kontrol yang baik. Pengurangan variasi dapat menurunkan biaya karena kekuatan rata-rata dapat didekatkan pada spesifikasi yang dibutuhkan. Meskipun kekuatan penting, faktor lain seperti durabilitas juga perlu dipertimbangkan dalam penentuan proporsi campuran. Pengujian kekuatan tetap penting karena mengindikasikan potensi kekuatan dan variasi sifat lain dari beton.

2.2 Perilaku Beton

Sub-bab ini menjelaskan bagaimana perilaku beton itu sendiri berkontribusi pada variasi kekuatan. Rasio air-semen yang konstan merupakan faktor kunci dalam menghasilkan beton dengan kekuatan yang konsisten. Variabilitas agregat, semen, dan bahan tambahan juga mempengaruhi homogenitas beton dan, akibatnya, kekuatannya. Temperatur beton segar dan proses konstruksi (pencampuran, pemadatan, penuangan, dan perawatan) juga merupakan faktor-faktor yang berkontribusi pada variasi kekuatan. Penggunaan bahan campuran tambahan juga menambah kompleksitas dan variabel tambahan yang perlu dikendalikan.

2.3 Metode Pengujian

Sub-bab ini menekankan pentingnya metode pengujian yang baik dalam meminimalisir variasi yang tidak diinginkan dalam hasil uji. Variasi dalam pengambilan sampel, pembuatan, perawatan, dan pengujian benda uji dapat memberikan indikasi variasi kekuatan yang tidak merepresentasikan kekuatan beton pada struktur sebenarnya. Metode pengujian yang baik, sesuai standar SNI, harus diikuti dengan cermat. Akurasi mesin uji dan peralatan laboratorium, serta kalibrasi periodik, sangat penting untuk mendapatkan hasil uji yang akurat dan konsisten.

III. Analisis Data Kekuatan

Bagian ini menjelaskan analisis statistik yang diperlukan untuk menginterpretasi hasil uji kekuatan beton. Disajikan notasi yang digunakan, dan dijelaskan konsep-konsep statistik penting seperti rata-rata (X), deviasi standar (ơ), koefisien variasi (V), dan rentang (R). Rumus-rumus untuk menghitung parameter-parameter tersebut diberikan. Diagram (Gambar 3.3) menggambarkan distribusi frekuensi normal kekuatan beton dan bagaimana variasi memengaruhi bentuk kurva tersebut. Bagian ini juga membahas variasi dalam pengujian (ơ1) dan variasi antar pengadukan (ơ2), serta cara menghitungnya.

3.1 Notasi

Sub-bab ini mendefinisikan notasi-notasi yang digunakan dalam analisis statistik, termasuk simbol-simbol untuk rata-rata, deviasi standar, koefisien variasi, rentang, dan parameter-parameter lainnya yang relevan dalam evaluasi hasil uji kekuatan beton. Pemahaman yang jelas tentang notasi ini sangat penting untuk mengikuti perhitungan dan interpretasi data selanjutnya dalam dokumen.

3.2 Umum

Sub-bab ini menekankan pentingnya jumlah pengujian yang cukup untuk mendapatkan hasil analisis statistik yang memadai. Prosedur statistik memberikan dasar yang baik untuk menentukan kualitas potensial kekuatan beton dan mengekspresikan hasil uji dalam bentuk yang mudah digunakan. Jumlah sampel yang cukup penting untuk mewakili variasi yang ada dalam beton yang diproduksi.

3.3 Fungsi Statistik

Sub-bab ini menjelaskan perhitungan rata-rata (X), deviasi standar (σ), koefisien variasi (V), dan rentang (R). Rumus-rumus yang diberikan memungkinkan perhitungan parameter-parameter statistik ini berdasarkan data hasil uji. Koefisien variasi, yang diekspresikan sebagai persentase dari rata-rata, memberikan gambaran tentang tingkat variasi relatif dalam data.

3.4 Variasi Kekuatan

Sub-bab ini membahas dua sumber utama variasi kekuatan: variasi dalam pengujian (akibat proses pengujian itu sendiri) dan variasi antar pengadukan (akibat perbedaan dalam proses produksi beton). Rumus-rumus untuk menghitung deviasi standar untuk kedua variasi ini diberikan, dan interpretasi diagram (Gambar 3.4.2) dijelaskan. Diagram ini menunjukkan bagaimana distribusi frekuensi normal dapat digunakan untuk memperkirakan proporsi hasil uji yang berada dalam kisaran tertentu.

3.5 Standar-Standar untuk Kontrol

Sub-bab ini membahas pilihan antara deviasi standar dan koefisien variasi sebagai ukuran penyebaran yang tepat, tergantung pada konsistensi masing-masing ukuran dalam situasi tertentu. Tabel 3.5 menunjukkan variasi yang diharapkan pada uji kuat tekan untuk proyek dengan tingkat pengawasan yang berbeda. Pemilihan ukuran penyebaran yang tepat sangat penting untuk interpretasi hasil uji dan pengambilan keputusan selanjutnya.

IV. Kriteria

Bagian ini membahas kriteria untuk menentukan kekuatan beton yang dibutuhkan (fcr) berdasarkan kekuatan rencana (fc'), memperhitungkan variabilitas hasil uji. Diuraikan berbagai metode untuk menghitung fcr, menggunakan deviasi standar atau koefisien variasi, dan mempertimbangkan proporsi hasil uji yang diizinkan berada di bawah fc'. Persamaan 4.1 dan 4.1a, serta Tabel 4.1, digunakan dalam perhitungan. Grafik kontrol kualitas (Gambar 4.4) disajikan sebagai alat bantu untuk memantau kualitas beton selama proses produksi. Dibahas pula jumlah pengujian yang diperlukan dan interpretasi hasil pengujian.

4.1 Kekuatan Beton dan Faktor Keamanan

Bagian ini menjelaskan pentingnya mempertimbangkan faktor keamanan dalam perencanaan struktur beton. Meskipun hasil uji silinder dapat memberikan indikasi kualitas beton, terdapat perbedaan antara kekuatan silinder dan kapasitas beban struktur. Karena selalu ada kemungkinan kekuatan yang lebih rendah, faktor keamanan dimasukkan untuk memperhitungkan deviasi dari kekuatan yang ditentukan tanpa mengorbankan keamanan struktur. Kriteria akhir yang memperbolehkan probabilitas tertentu dari pengujian yang nilainya di bawah fc' untuk digunakan dalam perencanaan merupakan keputusan perencana berdasarkan kondisi yang ada.

4.2 Kriteria Nomor 1, 2, 3, dan 4

Bagian ini menyajikan empat kriteria berbeda untuk menentukan kekuatan beton yang dibutuhkan (fcr), masing-masing berdasarkan pendekatan statistik yang berbeda. Kriteria ini membahas batasan proporsi hasil uji yang diizinkan di bawah fc', probabilitas rata-rata dari beberapa pengujian berurutan di bawah fc', probabilitas hasil uji individual di bawah nilai tertentu di bawah fc', dan probabilitas hasil uji individual di bawah persentase tertentu dari fc'. Contoh perhitungan untuk masing-masing kriteria diberikan, menggunakan rumus dan tabel yang sesuai.

4.3 Informasi Tambahan

Bagian ini memberikan informasi tambahan dalam bentuk Tabel 4.3, yang menunjukkan tingkat kekuatan di mana nilai hasil pengujian individu atau rata-rata dari beberapa pengujian tidak boleh lebih rendah. Nilai-nilai ini didasarkan pada asumsi bahwa beton diproporsikan untuk menghasilkan kekuatan rata-rata yang sama dengan fcr. Tabel ini juga membahas kemungkinan bahwa hasil pengujian memiliki nilai yang rendah akibat kesalahan dalam pengambilan sampel atau metode pengujian.

4.4 Grafik Kontrol Kualitas

Bagian ini menjelaskan penggunaan grafik kontrol kualitas untuk memantau kualitas beton selama proses produksi. Grafik ini membantu mendeteksi penyimpangan dari kontrol kualitas yang diharapkan dan memberikan indikasi awal jika ada masalah dalam proses produksi. Tiga jenis grafik dijelaskan: grafik hasil uji individu, grafik perpindahan rata-rata kuat tekan, dan grafik perpindahan rata-rata rentang. Gambar 4.4 menunjukkan contoh penggunaan grafik-grafik ini.

4.5 Pengujian dan Benda Uji yang Diperlukan

Bagian ini menjelaskan jumlah pengujian yang diperlukan untuk mendapatkan representasi akurat dari variasi beton. Jumlah pengujian bergantung pada faktor-faktor seperti volume beton yang diproduksi dan tingkat pengawasan. Disarankan untuk melakukan pengujian yang cukup sehingga setiap tipe beton yang berbeda yang dicor setiap hari diwakili oleh paling sedikit satu pengujian yang merupakan rata-rata dari dua benda uji silinder standar. Tanggung jawab laboratorium dalam memastikan keseragaman pelaksanaan pekerjaan juga dijelaskan.

V.Lampiran A

Lampiran ini berisi daftar nama dan lembaga yang terlibat dalam penyusunan standar ini.

Referensi Dokumen

  • ASTM C 94-74
  • ACI 318-71
  • ASTM Manual on Quality Control Materials

Gambar

Tabel 2.1 Penyebab-penyebab Utama Variasi Kekuatan
Gambar 4.1 (c) menunjukan variabilitas bertambah, fcr juga bartambah dengan demikian  menggambarkan nilai ekonomis dari pengontrolan yang baik
Tabel 4.1  Nilai-nilai t  Persen hasil pengujian yang

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menunjukan bahwa hasil pengujian dengan metode refluk memiliki hasil pengujian yang lebih baik Selain itu dilihat dari nilai standar deviasi rata-rata metode

Standar tentang ‘Cara uji penetrasi lapangan dengan SPT ’ merupakan revisi dari SNI 03- 4153-1996), Metode Pengujian Penetrasi Dengan Alat SPT , yang mengacu pada ASTM D 1586-84

Standar ini merupakan revisi dari SNI 01-2372.2-2006, Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan dengan penambahan pengujian bobot tuntas daging rajungan dan kepiting beku,

Standar ini menguraikan prosedur pengujian pengukuran potensi keruntuhan tanah dengan menempatkan suatu benda uji pada kadar air aslinya ke dalam alat konsolidometer,

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan gedung ini sebagai acuan dasar untuk

Penggunaan Styrofoam Sebagai Substitusi Parsial Agregat Kasar Terhadap Nilai Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Belah Beton Ringan.. Sni 03-1972-2008 Metode Pengujian Slump Beton, Badan Standar

2 Acuan normatif SNI 03-4427-1997, Metode pengujian kekesatan permukaan perkerasan dengan alat Pendulum AASHTO T 278-90 1999, Surface frictional properties using the British