Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) pasca indera tanpa adanyarangsangan dariadalah gangguan pencerapan (persepsi) pasca indera tanpa adanyarangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran luar yang dapat meliputi semua system penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik.
individu itu penuh / baik. Halusinasi
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi inimerupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
ancaman dan lain-lain.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Sehingga penulis merasa dirumah sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Sehingga penulis merasa tertarik untuk menulis kasus tersebut dengan pemberian Asuhan keperawatan mulai dari tertarik untuk menulis kasus tersebut dengan pemberian Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
pengkajian sampai dengan evaluasi. B. Klasifikasi Halusinasi
B. Klasifikasi Halusinasi
Klasifikasi halusinasi sebagai berikut : Klasifikasi halusinasi sebagai berikut :
1.
1. Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang membicarakan,Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada suara di sekitarnya.
mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada suara di sekitarnya. 2.
2. Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatuHalusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial
Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial
3.
3. Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien yangHalusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien yang mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan, bau mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan, bau mayat, yang tidak ada sumbernya.
mayat, yang tidak ada sumbernya. 4.
4. Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau / hirup.Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau / hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.
Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya. 5.
5. Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan merasa adaHalusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan merasa ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini merupakan rangsangan seksual seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini merupakan rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.
halusinasi ini disebut halusinasi heptik.
C. Etiologi Halusinasi
C. Etiologi Halusinasi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, dengan penggunaan alkohol dan substansi lainya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan. Penyebab halusinasi Pendengaran pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan. Penyebab halusinasi Pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor secara spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , biologis , psikologis , sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis ,
pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.
pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.
D. Psikopatologi Halusinasi
D. Psikopatologi Halusinasi
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang dari munculnya ke alam sadar. Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam kita jumpai pada keadaan normal atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam
unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang direpresi ke Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna. realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.
E. Tanda dan Gejala Halusinasi
E. Tanda dan Gejala Halusinasi
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering di dapatkan duduk terpaku dengan Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering di dapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau bicara sendiri, secara tiba-tiba marah pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau bicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang di alaminya (apa yang di lihat, di dengar keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang di alaminya (apa yang di lihat, di dengar
atau di rasakan).
atau di rasakan).
F. Penatalaksanaan Halusinasi
F. Penatalaksanaan Halusinasi
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara : Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial
baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan. beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
atau hiasan dinding, majalah dan permainan. 2.
2. Melaksanakan Melaksanakan program program terapi terapi dokterdokter Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
yang di berikan. 3.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang adaMenggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
yang dekat dengan pasien. 4.
4. Memberi Memberi aktivitas aktivitas pada pada pasienpasien Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal k
jadwal kegiatan daegiatan dan memilih kn memilih kegiatan yegiatan yang sesuai.ang sesuai. 5.
5. Melibatkan Melibatkan keluarga keluarga dan dan petugas petugas lain lain dalam dalam proses proses perawatanperawatan Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.
di berikan tidak bertentangan.
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi
A. Pengkajian Halusinasi
A. Pengkajian Halusinasi
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu : Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :
1.
1. Faktor Faktor predisposisi.predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari pasien maupun dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari pasien maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat genetik yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial
o
o Faktor Faktor SosiokulturalSosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di besarkan. oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di besarkan.
Faktor Biokimia
Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stress Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).
Dimetytranferase (DMP).
o
o Faktor Faktor PsikologisPsikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.
kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.
o
o Faktor Faktor genetik genetik
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil studi Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
berpengaruh pada penyakit ini. 2.
2. Faktor Faktor PresipitasiPresipitasi Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman / tuntutan Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman / tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi / isolasi adalah sering sebagai pencetus yang ada dilingkungan juga suasana sepi / isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. 3.
3. PerilakuPerilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang dibangun atas dasar hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari dimensi yaitu :
unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari dimensi yaitu :
o
o Dimensi Dimensi Fisik Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal yang Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
lama.
o
o Dimensi Dimensi EmosionalEmosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien. o
o Dimensi Dimensi SosialSosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem control oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi dijadikan sistem control oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klien tidak menyendiri interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
berlangsung. o
o Dimensi Dimensi SpiritualSpiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan dirinya.
kehidupan dirinya. 4.
4. Sumber Sumber KopingKoping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. 5.
5. Mekanisme Mekanisme KopingKoping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Halusinasi
B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Halusinasi 1.
1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan denganResiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi.
halusinasi. 2.
2. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diriPerubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri 3.
3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
C. Intervensi Halusinasi
C. Intervensi Halusinasi
Diagnoasa 1.:
Diagnoasa 1.:
Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi Tujuan : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain. Tujuan : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial
2.
2. Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, caraPasien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, cara memutuskan halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi pasien untuk digunakan memutuskan halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi pasien untuk digunakan 3.
3. Pasien dapat menggunakan keluarga pasien untuk mengontrol halusinasi dengan caraPasien dapat menggunakan keluarga pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara sering berinteraksi dengan keluarga.
sering berinteraksi dengan keluarga. Intervensi :
Intervensi :
Bina Hubungan saling percayaBina Hubungan saling percaya
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Dengarkan ungkapan klien dengan empatiDengarkan ungkapan klien dengan empati
Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu disesuaikan denganAdakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu disesuaikan dengan kondisi klien).
kondisi klien).
Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi.Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi.
Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkan tingkah lakuJelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkan tingkah laku halusinasi.
halusinasi.
Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi,Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi.
isi, waktu, frekuensi.
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat alami halusinasi.Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat alami halusinasi.
Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang mengalami halusinasi.Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang mengalami halusinasi.
Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasiDiskusikan cara-cara memutuskan halusinasi
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara memutuskan halusinasi yangBeri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara memutuskan halusinasi yang sesuai dengan klien.
sesuai dengan klien.
Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok
Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika mengalami halusinasi.Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika mengalami halusinasi.
Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk mengontrol halusinasi.Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk mengontrol halusinasi.
Bantu klien menggunakan obat secara benar.Bantu klien menggunakan obat secara benar.
Diagnosa 2.:
Diagnosa 2.:
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Tujuan : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Tujuan : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Kriteria Hasil : Kriteria Hasil :
1.
1. Pasien dapat dan mau berjabat tangan.Pasien dapat dan mau berjabat tangan. 2.
2. Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau duduk bersama.Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau duduk bersama. 3.
3. Pasien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri.Pasien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri. 4.
4. Pasien mau berhubungan dengan orang lain.Pasien mau berhubungan dengan orang lain. 5.
5. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap denganSetelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap dengan keluarga
keluarga Intervensi : Intervensi :
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial
Start Free Trial Cancel Anytime.
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanyaKaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab pasien tidak mau serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab pasien tidak mau bergaul/menarik diri.
bergaul/menarik diri.
Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang mungkin jadiJelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang mungkin jadi
penyebab. penyebab.
Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.
Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan.Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan.
Perlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan dengan melalui tahap-tahap yangPerlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan dengan melalui tahap-tahap yang
ditentukan. ditentukan.
Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai.Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai.
Anjurkan pasien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan.Anjurkan pasien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan.
Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan pasien mengisi waktunya.Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan pasien mengisi waktunya.
Motivasi pasien dalam mengikuti aktivitas ruangan.Motivasi pasien dalam mengikuti aktivitas ruangan.
Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan.Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan.
Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan keluarga.Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan keluarga.
Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan car a keluargaDiskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan car a keluarga
menghadapi. menghadapi.
Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi.Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi.
Anjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok pasien minimal sekaliAnjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok pasien minimal sekali
seminggu. seminggu.
Diagnosa 3.:
Diagnosa 3.:
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah Tujuan : Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap. Tujuan : Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap. Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil : 1.
1. Pasien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakanPasien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan 2.
2. Pasien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakanPasien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan 3.
3. Pasien mampu memulai mengevaluasi diriPasien mampu memulai mengevaluasi diri 4.
4. pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan kemampuan yang adapasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya
pada dirinya 5.
5. Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencananPasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencanan Intervensi :
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial
Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial
Cancel Anytime.
o
o Bersama pasien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak realistic.Bersama pasien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak realistic. o
o Bersama pasien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimilikiBersama pasien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimiliki o
o Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok.Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok. o
o Diskusikan koping adaptif dan maladaptif.Diskusikan koping adaptif dan maladaptif. o
o Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptive.Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptive. o
o Bantu pasien untuk mengerti bahwa hanya pasien yang dapat merubah dirinyaBantu pasien untuk mengerti bahwa hanya pasien yang dapat merubah dirinya
bukan orang lain bukan orang lain
o
o Dorong pasien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri (bukanDorong pasien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri (bukan
perawat). perawat).
o
o Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan / tujuannya.Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan / tujuannya. o
o Bantu pasien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang diharapkan.Bantu pasien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang diharapkan. o
o Dorong pasien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang sesuai potensiDorong pasien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang sesuai potensi
yang ada pada dirinya. yang ada pada dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. Keperawatan Jiwa. Teori dan Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. Keperawatan Jiwa. Teori dan
Tindakan Keperawatan Jiwa, , 2000
Tindakan Keperawatan Jiwa, , 2000
Keliat Budi, Anna, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC, 1995 Keliat Budi, Anna, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC, 1995 Keliat Budi Anna, dkk, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, 1987 Keliat Budi Anna, dkk, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, 1987 Maramis, W.F, Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga Universitas Press, 1990 Maramis, W.F, Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga Universitas Press, 1990 Rasmun, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, CV. Rasmun, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, CV.
Sagung Seto, , 2001.
Sagung Seto, , 2001.
Residen Bagian Psikiatri UCLA, Buku Saku Psikiatri, EGC, 1997 Residen Bagian Psikiatri UCLA, Buku Saku Psikiatri, EGC, 1997 Stuart & Sunden, Pocket Guide to Psychiatric Nursing, EGC, 1998
Stuart & Sunden, Pocket Guide to Psychiatric Nursing, EGC, 1998 Diposkan oleh