SATUAN ACARA PENYULUHAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
Topik : Halusinasi
Hari/tanggal : ____,___ Juli 2015 Tempat : PKM Pampang Makassar Waktu : 09.00 WIB s/d selesai Sasaran : Klien dan kelurga
Penyuluh : Mahasiswa Stikes Nani Hasanuddin Makassar Profesi Ners angkatan XIII
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan Jiwa masyarakat (community mental health) telah menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi semua negara.Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahandan kemajuan teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secaralangsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif danmenimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya,
Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaansejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakitatau kecacatan.
Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebasdari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia ( well being ), ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan kebahagiaandalam sebagian besar kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari. Penyakit mental, disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa, ataugangguan jiwa, adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi mental. Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi proses berpikir, perilaku, dan persepsi
(penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya).
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) pasca indera tanpa adanyarangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik.
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
. Peserta penyuluhan diharapkan dapat memahami dan mengetahui halusinasi serta cara mengontrol halusinasi
C. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) 1. Keluarga mengenal masalah klien
2. Keluarga mampu mengambil keputusan tindakan yang tepat 3. Keluarga mampu merawat klien dengan masalah halusinasi 4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang kondusif 5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan D. MATERI Terlampir. E. MEDIA 1 Poster 2 Leaflet F. METODE 1. Ceramah 2. Demonstrasi G. KEGIATAN
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta 1 2 menit Pembukaan :
Memberi salam
Menjelaskan tujuan pembelajaran. Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan disampaikan.
Menjawab salam Mendengarkan dan
memperhatikan 2 15 menit Pelaksanaan :
Menjelasakan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur. Materi :
1. Pengertian ganguan persepsi sensori : halusinasi
2. Tanda dan gejala ganguan persepsi sensori : halusinasi 3. Penyebab ganguan persepsi
sensori : halusinasi 4. Klasifikasi halusinasi 5. Penanganan halusinasi Menyimak dam memperhatikan 3 10 menit Evaluasi :
Mememinta keluarga klien untuk menjelaskan atau menyebutkan kembali tentang materi yang telah dijelaskan antara lain sebagai berikut:
1. engertian ganguan persepsi sensori : halusinasi
Bertanya da menjawab pertanyaan
2. Tanda dan gejala ganguan persepsi sensori : halusinasi 3. Penyebab ganguan persepsi
sensori : halusinasi 4. Klasifikasi halusinasi 5. Penanganan halusinasi 4 3 menit Penutupan :
Mengucapkan terima kasih dan berpamitan.
Menjawan salam
H. PENGORGANISASIAN Pemberi Materi :
Pembawa Acara : Budi Kamseno Demonstrasi : Evaluator/Observer : Pembimbing : : I. EVALUASI 1. Standart Persiapan
a. Menyiapkan materi penyuluhan b. Menyiapkan satuan acara penyuluhan c. Menyiapkan tempat
d. Menyiapkan lebar balik e. Menyiapkan leaflet 2. Standart Proses
Peserta dapat bekerja sama saat dilakukan penyuluhan 3. Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menyebutkan tentang pengertian halusinasi b. Peserta dapat menyebutkan tentang tanda dan gejala halusinasi c. Peserta dapat menyebutkan tentang penyebab halusinasi d. Peserta dapat menyebutkan tentang klasifikasi halusinasi e. Peserta dapat menyebutkan tentang penanganan halusinasi
Lampiran
HALUSINASI
A. Pengertian
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing, 1987).
B. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.
C. Tanda dan gejala
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering di dapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau bicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang di alaminya (apa yang di lihat, di dengar atau di rasakan).
Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
1. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar
suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. 2. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus
penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya
rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara : 1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.